• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Lead Time

2.5 Langkah – langkah dalam proses pengelolaan MRP

Kesepuluh teknik adalah sebagai berikut :

1. Fixed Order Quantity (FOQ) : Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan tetap karena keterbatasan akan fasilitas. Mis : kemampuan gudang, transportasi, kemampuan supplier dan pabrik. Jadi dalam menentukan ukuran lot berdasarkan intuisi atau pengalaman sebelumnya.

2. Lot for Lot (LFL) : Teknik penetapan ukuran lot didasarkan atas dasar pesanan diskrit. Di samping itu, teknik ini merupakan cara paling sederhana dari semua teknik ukuran lot yang ada. Teknik ini selalu melakukan perhitungan kembali (bersifat dinamis) terutama apabila terjadi perubahan pada kebutuhan bersih. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol. Oleh karena itu, sering sekali digunakan untuk item-item yang mempunyai biaya simpan per unit sangat mahal. Apabila dilihat dari pola kebutuhan yang mempunyai sifat diskontinu atau tidak teratur.

3.Least Unit Cost (LUC) : Pendekatan menggunakan konsep pemesanan dengan ongkos unit perkecil, Menetapkan ukuran lot dengan memperhitungkan sejumlah periode demand sedemikian hingga total biaya per unit minimum. Dimana jumlah pemesanan ataupun interval pemesanan dapat bervariasi. Keputusan untuk pemesanan didasarkan :

4. Economic Order Quantity (EOQ) : Pendekatan menggunakan konsep minimasi ongkos simpan dan ongkos pesan. Ukuran lot tetap berdasarkan hitungan minimasi tersebut. Ukuran batch ditetapkan sama dengan EOQ.

Rumus EOQ

Q = √ 2CD / H

Dimana Q = jumlah pemesanan (unit)

D = total permintaan per rentang waktu perencanaan C = biaya order per order

H = biaya simpan per unit

5. Period Order Quantity (POQ) : Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ. Dengan mengambil dasar perhitungan pada metode pesanan ekonomis maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yan harus dilakukan dan interval periode pemesanannya adalah setahun. Ukuran lot ditetapkan sama dengan kebutuhan aktual dalam jumlah periode tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.

6. Part Period Balancing (PPB) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot ditetapkan bila ongkos simpannya sama atau mendekati ongkos pesannya. Merupakan pendekatan yang lebih dimanis dalam menyeimbangkan biaya pemasangan dan penahanan. Cara ini menggunakan informasi tambahan dengan mengubah ukuran lot agar tercermin. Ukuran lot diputuskan melalui penyeimbangan biaya penyimpanan dan biaya penyetelan (awal).

7. Fixed Periode Requirment (FPR) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan Periode tetap, dimana pesanan dilakukan berdasarkan periode waktu tertentu saja. Besarnya jumlah pesanan tidak didasarkan oleh ramalan tetapi dengan cara menggunakan penjumlahan kebutuhan bersih pada interval pemesanan dalam beberapa periode yang ditentukan.

8. Least Total Cost (LTC) : Pendekatan menggunakan konsep ongkos total akan di minimasikan apabila untuk setiap lot dalam suatu horison perencanan hampir sama besarnya. Hal ini dapat dicapai dengan memesan ukuran lot yang memiliki ongkos simpan perunit-nya hampir sama dengan ongkos pengadaannya / unitnya.

((ongkos total) = (ongkos simpan + ongkos pengadaan))

9. Wagner Within (WW) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan prosedur optimasi program linear, bersifat matematis. Tehnik penghitungan yang mengasumsikan horizon waktu yang finite yang pada akhirnya ada penambahan net requirement untuk mencapai strategi pemesanan. Pada prakteknya ini sulit diterapkan dalam MRP karena membutuhkan perhitungan yang rumit. Fokus utama dalam penyelesaian masalah ini adalah melekukan minimasi penggabungan ongkos total dari ongkos set-up dan ongkos simpan dan berusahan agar ongkos set-up dan ongkos simpan tersebut mendekati nilai yang sama untuk kuantitas pemesanan yang dilakukan. Suatu batch diproduksi hanya bila persediaan di tangan mencapai nol, dan ukuran lot ditentukan sedemikian hingga besarnya persis sama dengan kebutuhan bersih untuk sejumlah periode tertentu.

10. Silver Mean (SM) : Menitik beratkan pada ukuran lot yang harus dapat meminimumkan ongkos total per-perioda. Dimana ukuran lot didapatkan dengan cara menjumlahkan kebutuhan beberapa periode yang berturut-turut sebagai ukuran lot yang tentatif (Bersifat sementara), penjumlahan dilakukan terus sampai ongkos totalnya dibagi dengan banyaknya periode yang kebutuhannya termasuk dalam ukuran lot tentatif tersebut meningkat. Besarnya ukuran lot yang sebenarnya adalah ukuran lot tentatif terakhir yang ongkos total periodenya masih menurun. Mengkombinasikan beberapa periode perencanaan (secara trial & error) untuk memperoleh rata-rata total biaya yang minimum.Teknik ini mencoba mengkombinasikan beberapa periode perencanaan untuk memperoleh rata-rata total biaya minimum. Rata-rata total biaya minimum adalah penjumlahan biaya order dan biaya simpan dari n periode dibagi dengan n.

Langkah-Langkah Dasar dalam penyusunan Proses MRP

a. Netting (kebutuhan bersih) : Proses perhitungan kebutuhan bersih

untuk setiap periode selama horison perencanaan, yang diperoleh dari selisih antara kebutuhan kotor dengan persediaan, selain itu juga dikurangi dengan jumlah penerimaan terjadwal.

Data yang diperlukan:

a. Kebutuhan kotor untuk setiap perioda

b. Persediaan yang dipunyai pada awal perencanaan c. Rencana penerimaan untuk setiap perioda perencanaan

NRi = GRi – SRi – OHi dengan NR = 0 bila GR – SR – OH < 0 Dimana:

NRi = Kebutuhan Bersih (Net Requirement/ NR) pada perioda ke i GRi = Kebutuhan Kotor (Gross Requirement/ GR) pada perioda ke i SRi = Jadwal penerimaan (Schedulling Receipt/ SR) pada perioda ke i OHi = Persediaan di tangan (On Hand Inventory/ OH) pada perioda ke i

Contoh:

Netting

Periode

1 2 3 4 5 6 7 8

Kebutuhan Kotor (GRi) 25 30 20 15

Jadwal Penerimaan Barang (SRi) 40 Persediaan di Tangan (OHi) 25 25 0 40 10 10 0 0 Kebutuhan Bersih (NRi) 10 15

Gambar 2.1 Perhitungan Netting

b.Lotting (kuantitas pesanan) : suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan optimal untuk setiap item secara individual didasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih yang telah dilakukan. Ada banyak alternative metoda untuk menentukan ukuran lot. Beberapa teknik diarahkan untuk meminimalkan total ongkos set-up dan ongkos simpan. Teknik-teknik tersebut adalah teknik lot for lot, economic order quantity, fix order quantity dan fix period review, dan lain-lain.

Contoh Lotting dengan Lot for lot:

Periode

1 2 3 4 5 6 7 8

Kebutuhan Kotor (GRi) 25 30 20 15

Jadwal Penerimaan Barang (SRi) 40 Persediaan di Tangan (OHi) 25 25 0 40 10 10 0 0 Kebutuhan Bersih (NRi) 10 15

Ukuran Lot 10 15

Gambar 2.2 Perhitungan Lotting

c.Offsetting (rencana pemesanan) : Bertujuan untuk menentukan kuantitas pesanan yang dihasilkan proses lotting. Penentuan rencana saat pemesanan ini diperoleh dengan cara mengurangkan saat kebutuhan bersih yang harus tersedia dengan waktu ancang-ancang (Lead Time).

Contoh Off Setting:

Periode

1 2 3 4 5 6 7 8

Kebutuhan Kotor (GRi) 25 30 20 15

Jadwal Penerimaan Barang (SRi) 40 Persediaan di Tangan (OHi) 25 25 0 40 10 10 0 0 Kebutuhan Bersih (NRi) 10 15

Ukuran Lot 10 15

Rencana Pesan 10 15

d. Exploding : Merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat (level) yang lebih bawah dalam suatu struktur produk, serta didasarkan atas rencana pemesanan. Proses permintaan akan suatu barang merupakan suatu hal yang perlu diperhitungkan dalam sistem perencanaan ini.

Kekurangan pasokan suatu bahan tertentu dapat mengakibatkan timbulnya kekurangan – kekurangan yang lain dalam sistem secara keseluruhan. Dalam hal ini, adanya persediaan merupakan suatu tindakan penanggulangan yang logis. Persediaan dalam sistem kebutuhan dirancang untuk menyerap variasi acak dalam jadwal pasokan. Waktu yang dibutuhkan untuk memproses pesanan melalui sistem bersifat variabel karena faktor – faktor seperti penundaan, kerusakan mesin, dan perubahan rencana. Selain itu kualitas aktual yang diserahkan dari produksi bersifat variabel karena adanya produk yang ditolak (cacat). Akibatnya dibutuhkan persediaan lain untuk menyerap variasi dalam waktu pasokan dan dalam kualitas secara aktual. Dalam hal ini, harus dipertimbangkan akan adanya persediaan maupun waktu tenggang (leadtime), akan tetapi dalam menetapkan kedua hal diatas diusahakan jangan sampai penetapan persediaan dan lead time malah mengakibatkan penumpukan persediaan. Melainkan dianjurkan untuk melakukan upaya – upaya yang dapat mengurangi adanya variabilitas kebutuhan ataupun waktu tenggang sehingga dapat diminimalisasi. Penentuan persediaan dan lead time dilakukan dengan mempertimbangkan biaya kehabisan persediaan (shourtage cost) dan biaya penyimpanan persediaan (holding cost).

Dokumen terkait