• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.5 Langkah-langkah Metode (OMAX)

Dalam peyusunan matrix maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Penentuan Kriteria.

Penentuan kriteria disesuaikan dengan unit kerja dimana pengukuran dilakukan. Kriteria harus menyatakan kondisi dan kegiatan yang mendukung unit kerja yang dapat dikontrol. Pada penelitian ini pengukuran dilakukan pada unit kerja bagian produksi, kriteria yang ingin dilakukan pengukuran dilantai produksi adalah sebagai berikut:

Kriteria 1 yaitu produktivitas bahan baku (rasio 1).

Kriteria 2 yaitu produktivitas jam kerja efektif (rasio 2).

Kriteria 3 yaitu efektifitas produksi (rasio 3).

b. Penentuan performance.

Penentuan kriteria di bawah ini merupakan rumus pengukuran dari masing-masing kriteria bahan baku, jam kerja efektif, dan efektifitas produksi.

Rasio 1 =:;<=>? @ABC;D E>FG CH?>IH=D>F (KBF)

@M<>D>H>FN>?>F N>D; (KBF) x 100 % Rasio 2 = jam kerja operator yang tersedia (jam)

total jam operator yang bekerja (jam)

Rasio 3 = jumlah produk yang dihasilkan (Ton) jumlah jam kerja operator yang tersedia (jam) c. Penentuan nilai produktivitas rata-rata (level 3).

Disini untuk menentukan nilai rata-rata (level 3) atau disebut juga nilai performansi standar diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata setiap rasio

performansi dalam hal ini yang dilakukan pada periode Januari sampai dengan Desember 2018 dan diletakkan pada level 3.

d. Penentuan nilai produktivitas tertinggi (Level 10 ).

Untuk penentuan level 10 didapat dari nilai tertinggi (maksimum) pada rasio tiap kriteria selama periode pengukuran yaitu bulan Januari sampai dengan Desember 2018.

e. Penentuan nilai produktivitas terendah (Level 0 ).

Untuk menentukan level 0 didapat dari nilai terendah (minimum) pada rasio tiap kriteria selama periode pengukuran yaitu bulan Januari sampai dengan Desember 2018.

f. Penentuan nilai produktivitas realistis (Level 1-2 dan 4-9).

Nilai produktivitas realistis merupakan nilai yang mungkin dicapai sebelum sasaran akhir atau disebut skala performansi. Merupakan nilai antara level 1 sampai level 3 dan nilai antara level 4 sampai level 10 diperoleh dengan cara sebagai berikut:

skala (1 − 2) = level 3 − level 0 (3 − 0)

skala (4 − 9) =level 10 − level 3 (10 − 3) g. Penentuan skor, bobot dan nilai.

Skor (score) dapat diperoleh dengan melihat data pengukuran performansi dan menentukan performansi pengukuran saat ini berada dilevel mana yang

mendekati angka pada level 0-level 10. Kemudian level dari performansi ditulis dalam kolom skor, yang ditulis adalah level performansinya bukan nilai performansinya.

Bobot setiap kriteria ditetapkan oleh staff perusahaan yang menyatakan derajat kepentingan (dalam satuan %) yang menunjukkan pengaruh relatif kriteria terhadap produktivitas unit yang diukur. Nilai (value) merupakan perkalian antara bobot dan skor.

h. Pengukuran indeks produktivitas.

Pengukuran Indeks Produktivitas dapat dilakukan jika perhitungan rasio telah dilakukan, serta target dan bobot telah ditentukan. Indeks produktivitas dilakukan untuk mengetahui kenaikan atau penurunan produktivitas.

i. Indikator Performansi

Indikator performansi merupakan penjumlahan dari keseluruhan nilai (value) dan menunjukkan performansi dari keseluruhan kriteria pada tiap periode.

2.1.6 Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram).

Diagram tulang ikan atau fishbone adalah salah satu metode / tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause effect diagram. Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tokyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan diagram ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga ditengarai sebagai orang

pertama yang memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone diagram, control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart.

Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang berbentuk mirip dengan tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan.

Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan diagram Cause and Effect (Sebab dan Akibat) karena diagram tersebut menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu.

Diagram Fishbone telah menciptakan ide cemerlang yang dapat membantu dan memampukan setiap orang atau organisasi/perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya. Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang dihadapi oleh perusahaan Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap individu. Jadi sebenarnya dengan adanya diagram ini sangatlah bermanfaat bagi perusahaan, tidak hanya dapat menyelesaikan masalah sampai akarnya namun bisa mengasah

kemampuan berpendapat bagi orang – orang yang masuk dalam tim identifikasi masalah perusahaan yang dalam mencari sebab masalah menggunakan diagram tulang ikan.

Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan) adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya . Sering dijumpai orang mengatakan “penyebab yang mungkin” dan dalam kebanyakan kasus harus menguji apakah penyebab untuk hipotesa adalah nyata, dan apakah memperbesar atau menguranginya akan memberikan hasil yang diinginkan.

Dengan adanya diagram Fishbone ini sebenarnya memberi banyak sekali keuntungan bagi dunia bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi perhatian penting perusahaan.

Penerapan diagram Fishbone dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar “penyebab” terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila “masalah” dan

“penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan “penyebab”

dan mencari “akar” permasalahan sebenarnya.

Kelebihan Fishbone diagram adalah dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang mungkin menjadi penyebab masalah tersebut. Sedang Kekurangan Fishbone

diagram adalah opinion based on tool dan di design membatasi kemampuan tim / pengguna secara visual dalam menjabarkan masalah yang mengunakan metode

“level why” yang dalam, kecuali bila kertas yang digunakan benar – benar besar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Serta biasanya voting digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin yang terdaftar pada diagram tersebut.

Langkah-langkah pembuatan Fishbone Diagram produktivitas.

1. Mesin

Mesin adalah suatu alat yang digunakan dalam perusahaan disini juga menentukan naik turun produktivitas suatu perusahaan apabila mesin sering terjadi kerusakan otomatis produksi suatu perusahaan akan menurun.

2. Material

Material adalah bahan baku yang utama untuk di produksi apabila bahan baku yang diminta tidak sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan maka otomatis produksi yang ingin dicapai masih kurang maksimal.

3. Metode

Metode adalah hal yang harus kita perhatikan untuk memperlancar produksi di perusahaan tersebut, metode juga sagat mempengaruhi produksi kurang diperhatikan jadi akan mengakibatkan mesin bekerja kurang bagus.

4. Manusia

Manusia adalah faktor utama untuk menentukan produksi suatu perusahaan disini harus diperlukan suatu operator yang ahli dan berpengalaman.

2.3 Kerangka Konseptual

Pada tugas akhir ini membahas tentang produktivitas denganmenggunakan metoda OMAX. Sesuai dengan pembahasan di atas maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka konseptual diatas yang akan di jadikan input adalah Pemakaian bahan baku, Total hasil produksi, Hasil produksi yang tidak maksimal, Mesin yang sering rusak, Operator kurang maksimal.

Input : g. Penentuan skor, bobot dan

nilai.

h. Pengukuran indeks produktivitas i. Indikator performansi

2. Diagram sebab akibat (Fishbone Diagram) .

Proses didahului dengan menentukan kriteria produktivitas sesuai dengan unit kerja dimana pengukur dilakukan. Penentukan nilai ferformance diperoleh dari membagi rasio input dan output dari masing-masing kriteria. Nilai produktivitas rata-rata diperoleh dari rata-rata nilai ferformance, sedangkan nilai produktivitas tertinggi merupakan nilai ferformance tertinggi dari setiap kriteria, dan nilai produktivitas terendah merupakan nilai-nilai pencapaian terburuk. Hasil pengukuran kemudian dianalisis untuk mengetahui produktivitas produksi.

Sedangkan output diharapkan adalah diperoleh dari tingkat produktivitas produksi tidak tercapai dan peningkatan produktivitas produksi di PT. Bintara Tani Nusantara.

25

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Menurut Narbuko (2009) penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data, jadi ia juga menyajikan data,menganalisis dan menginterpretasi.

3.2 Tempat danWaktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Bintara Tani Nusantara yang berlokasi di Air Runding Kabupaten Pasaman Barat yang dilaksanakan pada bulan Februari 2019.

3.3 Variabel Penelitian

Metode Objective Matrix (OMAX) dalam Menganalisis Produktivitas PT.

Bintara Tani Nusantara maka variabel penelitian yang digunakan yaitu produktivitas bagian produksi minyak kelapa sawit PT. Bintara Tani Nusantara dan produktivitas bagian produksi tidak tercapai.

3.4 Data dan Sumber Data 3.4.1 Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diambil berdasarkan informasi yang didapat dari PT. Bintara Tani Nusantara yang berkaitan dengan pengukuran produktivitas. Data tersebut adalah:

1. Pemakaian bahan baku 2. Total hasil produksi.

3. Jam operator yang bekerja 4. Jam kerja operator yang tersedia 3.4.2 Sumber Data

Sumber data untuk penelitian ini adalah data dari bagian produksi PT.

Bintara Tani Nusanta Pasaman Barat.

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Untuk mencapai tujuan penelitian yaitu mengetahui besar produktivitas dan peningkatan produktivitas produksi agar tercapai dengan menggunakan metode OMAX, maka berikut langkah–langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut:

3.5.1 Menentukan Produktivitas Produksi Di PT. Bintara Tani Nusanta dengan metode OMAX.

Berdasarkan pengukuran produktivitas produksi minyak kelapa sawit dengan metode OMAX, tahapan yang akan dilakukan sebaga berikut:

a. Penentuan Kriteria.

Penentuan kriteria disesuaikan dengan unit kerja dimana pengukuran dilakukan. Kriteria harus menyatakan kondisi dan kegiatan yang mendukung unit kerja yang dapat dikontrol. Pada penelitian ini pengukuran dilakukan pada unit kerja bagian produksi, kriteria yang ingin dilakukan pengukuran dilantai produksi adalah sebagai berikut :

Kriteria 1 yaitu produktivitas sawit (rasio 1).

Kriteria 2 yaitu produktivitas jam kerja efektif (rasio 2).

Kriteria 3 yaitu efektifitas produksicpo (rasio 3).

b. Penentuan performance.

Penentuan kriteria di bawah ini merupakan rumus pengukuran dari masing-masing kriteria bahan baku, jam kerja efektif, dan efektifitas produksi.

Rasio 1 = ( )

( ) x100%

Rasio 2 = ( )

( )

Rasio 3 = ( )

( )

c. Penentuan nilai produktivitas rata – rata (level 3).

Disini untuk menentukan nilai rata-rata (level 3) atau disebut juga nilai performansi standar diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata setiap rasio performansi dalam hal ini yang dilakukan pada periode Januari sampai dengan Desember 2018 dan diletakkan pada level 3.

d. Penentuan nilai produktivitas tertinggi (Level 10 ).

Untuk penentuan level 10 didapat dari nilai tertinggi (maksimum) pada rasio tiap kriteria selama periode pengukuran yaitu bulan Januari sampai dengan Desember 2018.

e. Penentuan nilai produktivitas terendah (Level 0 ).

Untuk menentukan level 0 didapat dari nilai terendah (minimum) pada rasio tiap kriteria selama periode pengukuran yaitu bulan Januari sampai dengan Desember 2018.

f. Penentuan nilai produktivitas realistis (Level 1-2 dan 4-9).

Nilai produktivitas realistis merupakan nilai yang mungkin dicapai sebelum sasaran akhir atau disebut skala performansi. Merupakan nilai antara level 1 sampai level 3 dan nilai antara level 4 sampai level 10 diperoleh dengan cara sebagai berikut:

skala (1 − 2) =level 3 − level 0 (3 − 0)

skala (4 − 9) =level 10 − level 3 (10 − 3)

g. Penentuan skor, bobot dan nilai.

Skor (score) dapat diperoleh dengan melihat data pengukuran performansi dan menentukan performansi pengukuran saat ini berada dilevel mana yang mendekati angka pada level 0 – level 10. Kemudian level dari performansi ditulis dalam kolom skor, yang ditulis adalah level performansinya bukan nilai performansinya.

Bobot setiap kriteria ditetapkan oleh staff perusahaan yang menyatakan derajat kepentingan (dalam satuan %) yang menunjukkan pengaruh relatif kriteria terhadap produktivitas unit yang diukur. Nilai (value) merupakan perkalian antara bobot dan skor.

h. Pengukuran indeks produktivitas.

Pengukuran Indeks Produktivitas dapat dilakukan jika perhitungan rasio telah dilakukan, serta target dan bobot telah ditentukan. Indeks produktivitas dilakukan untuk mengetahui kenaikan atau penurunan produktivitas.

i. Indikator Performansi

Indikator performansi merupakan penjumlahan dari keseluruhan nilai (value) dan menunjukkan performansi dari keseluruhan kriteria pada tiap periode.

3.5.2 Menentukan Penyebab Turunnya Produktivis Menggunakan Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram).

Berdasarkan hasil pengukuran dengan metode OMAX maka akan diperoleh nilai produktivitas masing-masing kriteria dan dapat dilihat perubahan produktivitas yang terjadi selama periode pengukuran. Dari hasil analisa produktivitas akan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tidak tercapai produktivitas melalui diagram sebab akibat. Sehingga dapat dilakukan solusi dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas.

Langkah-langkah pembuatan Fishbone Diagram produktivitas.

1. Mesin

Mesin adalah suatu alat yang digunakan dalam perusahaan disini juga menentukan naik turun produktivitas suatu perusahaan apabila mesin sering terjadi kerusakan otomatis produksi suatu perusahaan akan menurun.

2. Material

Material adalah bahan baku yang utama untuk di produksi apabila bahan baku yang diminta tidak sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan maka otomatis produksi yang ingin dicapai masih kurang maksimal, maka harus diperlukan pemasaran yang tinggi agar bahan baku yang diminta bisa terpenuhi.

3. Metode

Metode adalah hal yang harus kita perhatikan untuk memperlancar produksi di perusahaan tersebut, metode juga sagat mempengaruhi produksi kurang diperhatikan jadi akan mengakibatkan mesin bekerja kurang bagus, jadi disini harus ada operator yang cukup berpengalaman agar metode ini berjalan dengan lancar.

4. Manusia

Manusia adalah faktor utama untuk menentukan produksi suatu perusahaan disini harus diperlukan suatu operator yang ahli dan berpengalaman agar produksi yang ingin dicapai maksimal, apabila operator kurang ahli maka akan di berikan pelatihan yang cukup untuk produksi bisa jadi maksimal.

3.6 Kerangaka Metodologi Penelitian

Berdasarkan Proposal ini membahas tentang produktivitas dengan menggunakan metoda OMAX maka penulis dapat membuat kerangka metodologi sebagai berikut:

MULAI

Studi literatur

Mempelajari buku, jurnal serta karya ilmiah yang berhubungan dengan produktivitas

Survey lapangan observasi

Identifikasi masalah

1. Hasil produksi yang berplektuasi

2. Jumlah bahan baku yang belum seimbang dengan permintaan

3. Mesin yang sering rusak

4. Operator yang kurang maksimal

Rumusan masalah

1. Berapa besar produktivitas produksi di PT.

Bintara Tani nusantara di bulan Januari sampai bulan Desember 2018 ?

2. Apakah penyebab turunnya produktivitas produksi di PT. Bintara Tani Nusantara bulan Januari sampai Desember 2018?

Batasan masalah

Memfokuskan penelitian tentang produktivitas produksi dengan menggunakan metode OMAX.

A

Gambar 3.1 Kerangka Metodologi Penelitian Pengumpulan data

1. Mengumpulkan data yang di perlukan di bagian yang di amati.

Pengolahan data dan analisa data 1. Metoda objek matrix ( OMAX )

2. Diagram sebab akibat (Fishbone diagram)

KESIMPULAN

SARAN

SELESAI Tujuan penelitian

1. Mengetahui besar produktivitas produksi di PT.Bintara Tani Nusantara bulan Januari sampai Desember 2018.

2. Menentukan penyebab turunnya produktivitas produksi di PT. Bintara Tani Nusantara bulan Januari sampai Desember 2018.

A

33

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di perusahaan maka dapat diperoleh data meliputi pemakaian bahan baku, total hasil produksi, jam mesin rusak, jam kerja operator yang tersedia.

4.1.1 Data Pemakaian Bahan Baku

Berikut ini adalah data pemakaian bahan baku untuk memproduksi minyak kelapa sawit pada bulan Januari sampai bulan Desember 2018 dapat dilihat dari tabel 4.2 dibawah ini:

Tabel 4.1

Pemakaian bahan baku kelapa sawit

Sumber: PT. Bintara Tani Nusantara

Pada tabel 4.2 maka diketahui pemakaian bahan baku yang tertinggi pada bulan Agustus dengan pemakaian bahan baku mencapai 32.103,11 ton. sedangkan pemakaian bahan baku terendah pada bulan Desember 2018 dengan jumlah pemakaian bahan baku 18.829,61 ton.

No Periode Bahan baku (Ton)

4.1.2 Data Produksi

Berdasarkan penelitian maka didapat hasil produksi minyak kelapa sawit dari periode Januari sampai Desember 2018 dapat dilihat dari tabel 4.1:

Tabel 4.2

Hasil produksi minyak kelapa sawit

Sumber: PT. Bintara Tani Nusantara

Pada tabel 4.1 diatas dapat diketahui hasil produksi tertinggi berada pada bulan Agustus dengan total hasil produksi 6.922,998 ton produksi. Sedangkan hasil produksi terendah berada pada bulan Desember dengan total hasil produksi 4.202,214 ton produksi.

4.1.3 Data Jam Operator yang Bekerja

Berikut adalah data jam operator yang bekerja selama bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2018 dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini:

No Periode Total hasil produksi

(Ton)

Tabel 4.3

Jam operator yang bekerja

Sumber: PT. Bintara Tani Nusantara

Pada tabel 4.3 dapat ketahui totol hasil jam kerja operator selama periode Januari sampai dengan periode Desember 2018. Total jam kerja oerator yang paling tinggi terjadi pada periode Februari dengan jumlah 152 jam dan jam kerja operator yang paling rendah terjadi pada periode September dengan jumlah 135 jam.

4.1.4 Data Jam Kerja Operator Yang Tersedia

Berikut ini adalah hasil data jam kerja yang tersedia selama periode Januari sampai dengan Desember 2018 dapat dilihat pada tabel 4.4 diabawah ini:

No Periode Jam operator yang

Tabel 4.4

Jam kerja operator yang tersedia

Sumber: PT. Bintara Tani Nusantara

Pada tabel 4.4 diketahui jam kerja operator yang tersedia yang paling tinggi berada pada bulan Agustus yaitu mencapai 283 jam, sedangkan yang terendah berada pada bulan Desember yaitu mencapai 202 jam.

4.2 Pengolahan Data

Berikut ini pengolahan data dengan menggunakan metoda Objective Matrix (OMAX).

4.2.1 Menentukan Produktivitas Produksi Di PT. Bintara Tani Nusanta dengan metode OMAX.

a. Penentuan Kriteria

Kriteria produktivitas dinyatakan dalam perbandingan (rasio) yang akan diukur dalam pengolahan data ini ada tiga kriteria yaitu:

1. Kriteria 1 yaitu produktivitas bahan baku (rasio 1).

2. Kriteria 2 yaitu produktivitas jam kerja efektif (rasio 2).

3. Kriteria 3 yaitu efektifitas produksi (rasio 3).

No Periode Jam kerja tersedia (jam)

1 Januari 265

b. Penentuan Performance

Cara menentukan nilai performance ketiga kriteria diatas dapat diperoleh dari cara membagi rasio input masing-masing periode dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2018 dengan output masing-masing kriteria. Berikut ini pengukuran dari masing-masing kriteria tersebut:

1. Kriteria 1 yaitu produktivitas bahan baku (rasio 1)

Rasio 1 = Jumlah produk yang dihasilkan (Ton)

Pemakaian bahan baku (Ton) X 100%

Contoh perhitungan rasio 1 pada peiode Januari 2018:

=6.131,164

28.123,8 x100%

= 21,800 %

Berdasarkan contoh perhitungan raasio 1 periode Januari diatas maka dapat diperoleh nilai performance untuk rasio 1 (produktivitas bahan baku) 21,800

% bahwa jumlah ini menunjukkan dari total pemakaian bahan baku periode Januari presentase produksi mencapai 21,800 %. Jadi hasil perhitungan dari periode Januari sampai dengan Desember bisa dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.5

Hasil perhitungan rasio 1

(Sumber: Pengolahan Data 2019)

Pada tabel 4.5 berikut ini menunjukkan nilai tertinggi untuk rasio 1 (produktivitas bahan baku) dapat dilihat pada bulan Desember yaitu 22,317 %, sedangkan nilai terendah pada bulan Juni dengan nilai 19,213 %, dan nilai rata-rata untuk rasio 1 yaitu 21,084 %.

2. Kriteria 2 yaitu produktivitas jam kerja efektif (rasio 2)

Rasio 2 = jam kerja operator yang tersedia (jam) total jam operator yang bekerja (jam)

Contoh perhitungan rasio 2 periode Januari 2018:

= 265 jam 143 jam

= 1,85 jam No Periode Pemakaian bahan

baku (ton)

Nilai Minimal (Level 0) 19,213

Nilai Maksimal (Level 10) 22,317

Berdasarkan contoh perhitungan rasio 2 periode Januari diatas maka dapat diperoleh nilai performance untuk rasio 2 (jam kerja efektif ) dengan total 1,85.

Ini menunjukkan perbandingan jam kerja operator dan total jam operator bekerja 1,85. Perhitungan rasio 2 untuk periode Januari sampai dengan Desember 2018 dapat dilihat pada tabeb 4.6 berikut:

Tabel 4.6

Nilai Minimal (Level 0) 1,40

Nilai Maksimal (Level 10) 2,07

(Sumber: Pengolahan Data 2019)

Padatabel 4.6 berikut ini menunjukkan nilai tertinggi untuk rasio 2 ini di capai pada bulan September dengan nilai 2,04, sedangkan nilai terendah terdapat pada bulan Desember dengan nilai 1,40, dan nilai rata-rata nilai rasio 2 yaitu 1,71.

3. Kriteria 3 yaitu efektifitas produksi (rasio 3)

Rasio 3 =jumlah produksi yang dihasilkan (ton) jumlah jam kerja yang tersedia (jam)

Contoh perhitungan rasio 3 pada periode Januari 2018:

Nilai Minimal (Level 0) 18,57

Nilai Maksimal (Level 10) 27,80

(Sumber: Pengolahan Data 2019)

Pada tabel 4.7 berikut ini menunjukkan nilai tertinggi untuk rasio 3 ini di capai pada bulan Mei dengan nilai 27,80, sedangkan nilai terendah terdapat pada bulan November dengan nilai 18,57, dan nilai rata-rata nilai rasio 3 yaitu 23,30.

Berdasarkan perhitungan masing-masing rasio di atas maka didapatkan nilai performance tiap kriteria dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini:

Tabel 4.8

Nilai performance tiap Kriteria

No Periode Produktivitas

bahan baku (%)

(Sumber: Pengolahan Data 2019)

Pada tabel 4.8 berikut ini menunjukkan nilai performance dari setiap kriteria dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2018. Nilai maksimal (level 10), nilai minimum (level 0), dan nilai rata-rata (level 3) disetiap kriteria.

c. Penentuan Nilai Rata-rata (level 3)

Dari nilai rata-rata (level 3) di dapat nilai rata-rata performance setiap kriteria selama periode pengukuran yaitu dari bulan Januari samapai dengan bulan Desember 2018. Nilai (level 3) yang di peroleh untuk setiap kriteria dapat dilihat dari tabel 4.9 di bawah ini

Tabel 4.9

Nilai Rata-rata (level 3) tiap kriteria

Kriteria Level 3

Produktivitas Bahan Baku (%) 21,084

Jam kerja Efektif 1,83

Efektifitas Produksi (ton/jam) 23,45 (Sumber : Pengolahan Data, 2019).

Dari tabel 4.9 ini nilai rata-rata tiap kriteria pada level 3 maka produktivitas bahan baku di dapat sebesar 21,084, jam kerja efektif didapat sebesar 1,83 dan efektifitas produksi didapat sebesar 23,45.

d. Penentuan Nilai Produktivitas tertinggi (Level 10)

Level 10 ini didapat dari nilai yang tertinggi pada rasio tiap kriteria. Level 10 ini merupakan target yang diinginkan perusahaan. Level 10 ini dapat dilihat pada tabel 4.10 dibaawah ini:

Tabel 4.10

Nilai (Level 10) tiap kriteria

Kriteria Level 10

Produktivitas Bahan Baku (%) 22,317

Jam kerja Efektif 2,07

Efektifitas Produksi (ton/jam) 27,80 (Sumber : Pengolahan Data, 2019).

Dari tabel 4.10 ini nilai rata-rata tiap kriteria pada level 10 maka produktivitas bahan baku di dapat sebesar 22,317, jam kerja efektif didapat sebesar 2,07 dan efektifitas produksi didapat sebesar 27,80.

e. Penentuan Nilai Produktivitas Terendah (Level 0)

e. Penentuan Nilai Produktivitas Terendah (Level 0)

Dokumen terkait