( OMAX ) DI PT. BINTARA TANI NUSANTARA
Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
RUSLIADI 1410024425045
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
2019
i
NPM : 1410024425045 Pembimbing I : Tri Ernita ST, MP Pembimbing II : Meldia Fitri ST,MP
ABSTRAK
PT. Bintara Tani Nusantara merupakan perusahaan yang bergerak dibidang kelapa sawit yang memproduksi minyak CPO yang sejauh ini belum mengetahui tingkat produktivitasnya. OMAX adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (objektif). Produktivitas merupakan salah satu faktor penting untuk penunjang kelangsungan hidup suatu perusahaan dengan cara menganalisa dan mengevaluasi keluaran yang didapat berdasarkan atas tingkat unjuk kerjanya selama periode tertentu. Untuk mengetahui tingkat produktivitas bagian produksi saat ini maka perlu dilakukan pengukuran produktivitas, karena hasil pengukuran produktivitas ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menerapkan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan menggunakan metode objective matrix (OMAX). Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah produktivitas bahan baku, produktivitas jam kerja efektif dan efektifitas produksi. Nilai produktivitas tertinggi terdapat pada bulan Agustus dengan jumlah nilai 110,66 % sedangkan nilai terendah terdapat pada bulan November dengan nilai -4,33 %. Diagram sebab akibat digunakan untuk mengetahui penyebab turunnya produktivitas bagian produksi CPO. Faktor yang menyebabkan produktivitas menurun adalah kerusakan mesin tippler, bahan baku yang tidak sesuai, dan operator yang kurang ahli.
Kata Kunci : Objective Matrix (OMAX), Produktivitas
ii Name : Rusliadi
NPM : 1410024425045 Advisor I : Tri Ernita ST, MP Advisor II : Meldia Fitri ST, MP
PT. Bintara Tani Nusantara is company moves in palm that producing CPO oil which the level of productivity is unknown. OMAX is a partial productivity measurement system that was devoloped to monitor productivity in each part of the company with productivity criteria that are accordance with the existence of the (objective) parts. Productivity is one of the important factors to support the sustainability of a company by analyze and evaluate the output that produce based on its effort as long as certainty period. In order to know productivity level of production part now, a productivity measurement is needed, because this measurement production result can be used as consideration to apply the effort that can be done to increase the productivity of company.
Productivity measurement was done by using objective matrix (OMAX) method.
Criteria that used in this research was productivity of raw material, effective work hour and effectiveness of production. The highest productivity value was in August with a total value of 110,66 % while the lowest value was in November with a value of -4,33 %. Cause and effect diagram was used to know the causes of the productivity decline of the CPO production part. The factors that caused the decline of the productivity was the failure of tippler machine, inappropriate raw material, and unprofessional operator.
Keywords : Objective Matrix (OMAX), Productivity
iii
mampu menyelesaikan proposal penelitian ini. Sholawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad, SAW, semoga di hari akhir kelak kita mendapatkan izin dari beliau untuk masuk ke surga Allah Amin. Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknik di Program Studi Teknik Industri pada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang. Selesainya Tugas Akhir ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Ibuk Tri Ernita ST, MP, selaku dosen pembimbing I dengan sabar, membimbing dan mengarahkan penulis dan selaku Plt Ketua Prodi Teknik Industri.
2. Ibu Meldia Fitri, ST, MP selaku Pembimbing II dengan sabar, membimbing dan mengrahkan penulis.
3. Bapak H. Riko Ervil, MT, selaku ketua Sekolah Tinggi Industri Padang (STTIND) Padang.
4. Bapak dan Ibu staff pengajar Prodi Teknik Industri STTIND Padang.
5. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
iv kebaikan bagi banyak pihak.
Penulis menyadari Tugas Akhir ini sesungguhnya masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Padang, Agustus 2019
Penulis
v
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Batasan Masalah... 4
1.4 Rumusan Masalah ... 4
1.5 Tujuan Penelitian ... 5
1.6 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 6
2.1.1 Definisi Produktivitas ... 6
2.1.2 Bentuk Produktivitas ... 7
2.1.3 Pengukuran Produktivitas ... 8
2.1.4 Model Objective Matrix (OMAX) ... 11
2.1.5 Langkah-langkah Metode (OMAX) ... 17
2.1.6 Diagram Sebeb Akibat (Fishbone Diagram) ... 19
2.2 Kerangka Konseptual ... 23
vi
3.3 Variabel Penelitian ... 25
3.4 Data dan Sumber Data ... 25
3.4.1 Data ... 25
3.4.2 Sumber Data ... 26
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 26
3.5.1 Menentukan Produktivitas Produksi Di PT. Bintara Tani Nusanta dengan metode OMAX ... 26
3.5.2 Menentukan Penyebab Turunnya Produktivitas Menggunakan diagram sebab akibat (Fishbone Diagram) .. 29
3.6 Kerangka Metodologi Penelitian ... 30
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHA DATA 4.1 Pengumpulan Data ... 33
4.1.1 Data pemakaian bahan baku ... 33
4.1.2 Data Produksi ... 34
4.1.3 Data Jam Operator yang Bekerja... 34
4.1.4 Data Jam Operator yang tersedia... 35
4.2 Pengolahan Data ... 36
4.2.1 Menentukan Produktivitas Produksi Di PT. Bintara Tani Nusanta dengan metode OMAX ... 36
4.2.2 Menentukan Penyebab Turunnya Produktivis
Menggunakan Diagram Sebeb Akibat (Fishbone Diagram) . 65
vii
5.2 Analisis Penyebab Produktivitas Rendah ... 70 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 72 6.2 Saran ... 72
DAFTAR KEPUSTAKAAN
viii
Tabel 4.1 Pemakaian Bahan Baku ... 33
Tabel 4.2 Hasil Produksi Minyak kelapa sawit ... 34
Tabel 4.3 Jam Operator yang bekerja ... 35
Tabel 4.4 Jam Kerja Operator yang Tersedia ... 36
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Rasio 1 ... 38
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Rasio 2 ... 39
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Rasio 3 ... 40
Tabel 4.8 Nilai Performance Tiap Kriteria ... 41
Tabel 4.9 Nilai Rata-rata (level 3) Tiap Kriteria... 42
Tabel 4.10 Nilai Level 10 Tiap Kriteria ... 42
Tabel 4.11 Nilai Level 0 Tiap Kriteria... 43
Tabel 4.12 Nilai Level 1-2 dan 4-9 Untuk Tiap Kriteria ... 44
Tabel 4.13 Skala Prioritas Kriteria... 44
Tabel 4.14 Perbandingan Prioritas Setiap Kriteria... 45
Tabel 4.15 Perbandingan Prioritas Setiap Kriteria... 45
Tabel 4.16 Bobot Untuk Setiap Kriteria ... 46
Tabel 4.17 Matriks Indikator Performansi Periode Januari ... 47
Tabel 4.18 Matriks Indikator Performansi Periode Februari ... 48
Tabel 4.19 Matriks Indikator Performansi Periode Maret ... 49
Tabel 4.20 Matriks Indikator Performansi Periode April ... 50
Tabel 4.21 Matriks Indikator Performansi Periode Mei ... 51
ix
Tabel 4.24 Matriks Indikator Performansi Periode Agustus ... 54
Tabel 4.25 Matrik Indikator Performansi Periode September ... 55
Tabel 4.26 Matrik Indikator Performansi Periode Oktober ... 56
Tabel 4.27 Matrik Indikator Performansi Periode November... 57
Tabel 4.28 Matrik Indikator Performansi Periode Desember ... 58
Tabel 4.29 Rekapitulasi Tingkat Produktivitas ... 59
Tabel 4.30 Rekapitulasi Indeks Produktivitas ... 61
Tabel 4.31 Rekapitulasi IP Terhadap Performansi Sebelumnya ... 63
Tabel 4.32 Skor Tiap Kriteria ... 64
Tabel 4.33 Rancangan Solusi Untuk Meningkatkan Produktivitas Produksi ... 67
x
Gambar 3.1 Kerangka Metodologi Penelitian ... 32 Gambar 4.1 Grafik Tingkat Produktivitas Bagian Produksi Minyak
Kelapa Sawit ... 60 Gambar 4.2 Grafik Indeks Produktivitas Terhadap Performansi Standar... 62 Gambar 4.3 Grafik Indeks Produktivitas Terhadap Performansi Sebelumnya 63 Gambar 4.4 Diagram sebab akibat penyebab turunnya produktivitas ... 67
1 1.1 Latar belakang
Produktivitas merupakan salah satu komponen yang harus dimiliki oleh suatu perusahaan apabila ingin mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Dalam kegiatannya perusahaan harus mampu meningkatkan produktivitas dari waktu ke waktu karena ini akan menyangkut pada perusahaan.
Salah satu metode pengukuran produktivitas yang dapat digunakan adalah metode Objective Matrix (Omax). Metode OMAX adalah analisis produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas disetiap bagian Perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (Leonard dan Wahyu, 2010). Metode OMAX mengukur produktivitas dengan menilai kinerja pada tiap–tiap bagian perusahaan secara objektif, sekaligus mencari faktor–faktor penyebab penurunan produktivitas apabila ditemukan. Metode OMAX dalam mengukur produktivitas perusahaan antara lain relatif sederhana dan mudah dipahami, pengukuran produktivitas dapat berjalan secara periodik dan efisiensi perusahaan dalam menjalankan kegiatan produksinya juga dapat meningkat. Keterkaitan metoda OMAX ini pada perusahaan sangat penting dan baik diterapkan diperusahaan ini untuk meningkatkan kualitas produktivitas pada perusahaan di PT. Bintara Tani Nusantara, dan meningkatkan hasil produksi yang ingin dicapai oleh perusahaan sepenuhnya.
PT. Bintara Tani Nusantara merupakan perusahaan yang bergerak dibidang kelapa sawit yang memproduksi minyak CPO yang bertempat di pasaman barat.
Sejauh ini PT. Bintara Tani Nusantara belum memiliki tolak ukur untuk mengetahui tingkat produktivitasnya, juga belum diketahui faktot-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perubahan produktivitas. Salah satu cara mengatasi masalah tersebut adalah dengan menentukan tingkat produktivitas yang akan memberikan suatu gambaran perkembangan produktivitas berdasarkan hasil pengukuran tingkat produktivitas dan mengetahui faktor-faktor apa saja penyebab rendahnya produktivitas pada PT. Bintara Tani Nusantara tersebut.
PT. Bintara Tani Nusantara ini dalam kegiatan produksinya mengalami kesulitan mencapai target produksi, disebabkan oleh tenaga kerja kurang maksimal seperti keterlambatan operator dan jam kerja sebelum istirahat operatornya sudah istirahat jadi waktu yang dibutuhkan untuk produksi kurang dan mesin sering bermasalah oleh sebab itu produksi yang ingin dicapai belum maksimal serta bahan baku yang diminta tidak sesuai dengan yang dibutuhkan jadi produktivitas perusahaan jadi menurun untuk bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2018.
Disamping itu untuk perbaikan mesin memerlukan 1-2 jam setiap harinya dan akan menyebabkan efesiensi operator menjadi rendah sehingga akan mempengaruhi nilai produktivitas perusahaan. Kondisi-kondisi ini sering terjadi dilantai produksi dan akan berpengaruh pada produktivitas perusahaan keseluruhannya. Dapat dilihat hasil produksi di PT. Bintara Tani Nusantara pada tabel 1.1
Tabel 1.1
Hasil Produksi PT. Bintara Tani Nusantara
No Bulan Target produksi (TON) Hasil produksi (TON)
1 Januari 6.046,617 6.131,164
2 Februari 5.566,755 5.696,947
3 Maret 6.020,785 5.905,281
4 April 5.627,574 5.514,552
5 Mei 6.468,369 6.227,864
6 Juni 6.025,110 5.346,905
7 Juli 7.400,796 6.384,631
8 Agustus 6.863,645 6.922,998
9 September 6.456,054 6.047,747
10 Oktober 5.643,614 5.591,431
11 November 4.790,088 4.693,145
12 Desember 4.102,927 4.202,214
jumlah 71.012,324 68.664,879
Rata-rata 5.917,693 5.722,073
(Sumber : PT. Bintara Tani Nusantara 2018)
Oleh karena itu, diperlukan suatu pengukuran produktivitas agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengetahui faktor–faktor apa yang menyebabkan penurunan produktivitas dan usulan rencana apa yang harus dilakukan agar produktivitas perusahaan untuk masa yang akan datang meningkat.
Adanya kendala–kendala seperti diuraikan diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai produktivitas perusahaan dengan mengangkat judul;“Analisis Produktivitas Produksi Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) di PT. Bintara Tani Nusantara Pasaman Barat”.
1.2 Identifikasi Masalah
Latar belakang masalah memberikan gambaran bahwa produktivitas produksi merupakan harapan yang sangat penting bagi perusahaan dalam rangka menciptakan tujuan target produksi yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan.
Dilihat dari latar belakang masalah yang dikemukakan dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Hasil produksi berpluktuasi.
2. Jumlah kebutuhan bahan baku yang belum seimbang dengan permintaan.
3. Mesin yang sering rusak.
4. Operator yang kurang maksimal dalam bekerja.
1.3. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu penulis memfokuskan penelitian ini tentang produktivitas produksi di PT. Bintara Tani Nusanta menggunakan metode objective matrix ( OMAX ) pada bulan Januari sampai dengan Desember 2018. Produktivitas yang di ukur adalah produktivitas bahan baku, produktivitas jam kerja efektif dan efektivitas produksi.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Berapa besar produktivitas produksi di PT. Bintara Tani Nusantara di bulan Januari dengan sampai Desember 2018?
2. Apakah penyebab turunnya produktivitas produksi di PT. Bintara
Tani Nusantara bulan Januari sampai Desember 2018?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada masalah yang dihadapi maka peneliti ini dilaksanakan untuk mengetahui:
1. Menentukan produktivitas produksi di PT.Bintara Tani Nusantara di bulan Januari dengan sampai Desember 2018.
2. Menentukan penyebab turunnya produktivitas produksi di PT.
Bintara Tani Nusantara bulan Januari sampai Desember 2018.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat-manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan penulis dalam penelitian sebagai penerapan ilmu dalam bidang produktivitas yang di peroleh penulis selama menjalani perkuliahan.
2. Bagi instansi
Sebagai bahan tambahan untuk mahasiswa dalam menyelesaikan studi kasus di prodi teknik industri STTIND padang.
3. Bagi Perusahaan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak perusahaan.
6 2.1.1 Definisi Produktivitas
Produktivitas mulai dikenal pada awal abad ke-20 bahwa produktivitas merupakan hubungan antara keluaran atau hasil–hasil produksi yang dicapai dengan masukan atau sumber–sumber yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi (Silalahi, 2014). Pada umumnya pengertian produktivitas merupakan perbandingan antara output atau keluaran yang dihasilkan dengan input atau masukan yang telah digunakan. Nasution menyatakan bahwa definisi produktivitas adalah perbandingan output dibagi dengan input . Dengan kata lain jumlah output (keluaran) yang dihasilkan harus lebih besar dari pada input (masukan) yang telah digunakan.
Produktivitas merupakan sebuah konsep yang berhubungan dengan hasil (jumlah barang dan jasa yang diproduksi) dan sumber (tenaga kerja, bahan baku, modal, energi dan lain-lain) yang telah digunakan untuk dapat menghasilkan barang tersebut.Pada pengukuran produktivitas terdapat 2 cara untuk menghitung tingkat produktivitas suatu perusahaan yaitu: produktivitas faktor tunggal (single- factor productivity) dan produktivitas multifaktor (multifactor productivity).
Produktivitas faktor tunggal (single-factor productivity) merupakan ukuran produktivitas yang mencakup satu faktor saja seperti contoh: barang yang dihasilkan (output)/jam kerja yang telah terpakai (input).
Berikut ini merupakan rumus dari produktivitas faktor tunggal (single-factor productivity). Menurut Hadi (2016).
Produktivitas = ℎ
ℎ
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas.
Produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal beberapa definisi produktivitas yaitu :
a. Pengertian Produktivitas, David J. Summanth mendefinisikan produktivitas sebagai rasio antara jumlah output yang dihasilkan dengan jumlah input yang digunakan. Secara umum produktivitas dapat diartikan sebagai ukuran tentang seberapa baik sumber daya digunakan secara bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk mendapatkan seperangkat hasil yang diharapkan .
b. Produktivitas diartikan sebagai perbandingan antara nilai yang dihasilkan suatu kegiatan terhadap nilai semua masukan yang digunakan dalam melakukan kegiatan tersebut. Pada tingkat perusahaan, produktivitas digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisis dan mendorong efisiensi produksi serta mengetahui seberapa optimal perusahaan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki (input) dalam menghasilkan output yang ditargetkan (Sinungan, 2005).
2.1.2 Bentuk Produktivitas
Menurut Summanth (1984) produktivitas dapat dibedakan atas produktivitas total (total factor productivity), produktivitas multifactor (multi factor productivity) dan produktivitas parsial (parsial productivity).
1. Produktivitas Total.
Produktivitas total merupakan perbandingan antara output dengan jumlah seluruh factor input.
2. Produktivitas Multi Faktor
Merupakan perbandingan antara output bersih dengan input tenaga kerja dan masukan modal, dimana output bersih adalah output total dikurangi jumlah nilai barang dan jasa yang dibeli.
3. Produktivitas Parsial
Produktivitas parsial merupakan perbandingan dari output dengan salah satu jenis input.
2.1.3 Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas ini dapat di ukur dengan bermacam-macam ukuran baik di perusahaan maupun diunit-unit atau kegiatan-kegiatan. Berikut model pengukuran produktivitas menurut (Avianda, 2014) sebagai berikut:
1. Metode Fault Tree Analysis (FTA)
Metode fault tree analysis (FTA) adalah metode untuk menganalisis, menampilkan dan mengevaluasi kegagalan didalam sebuah sistem, sehingga menyediakan suatu mekanisme untuk sistem yang efektif pada sebuah tingkat evaluasi resiko. Teknik ini berguna untuk menggambarkan dan menaksir kejadian dalam suatu sistem. FTA menunjukkan kemungkinan-kemungkinan penyebab kegagalan sistem dari beberapa kejadian dan bermacam-macam masalah. Kelebihan dari FTA adalah mudah dibaca dan dimengerti. FTA menggunakan dua simbol utama yaitu event dan gate. Fault tree
mengilustrasikan hubungan antara basicevent (sebab-sebab kegagalan dasar) dan top event (kegagalan yang terjadi) yang digambarkan secara grafis.
2. Metode AHP (Analisys Hierarcy Process)
Analitycal Hierarchy Process (AHP) Adalah metode untuk memecahkan suatu situasi yang komplek tidak terstruktur kedalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap variabel secara relatif, dan menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada situasi tersebut (Anwar, 2017).
3. Metode Pengukuran Produktivitas Menggunakan Metode Mundel
Marvin E. Mundel memperkenalkan penggunaan angka indeks produktivitas pada tingkat perusahaan berdasarkan dua bentuk pengukuran. Dari dua bentuk pengukuran indeks produktivitas yang dikemukakan oleh Mundel, tampak bahwa pada dasarnya kedua bentuk pengukuran itu serupa, sehingga kita dapat menggunakan salah satu dalam penerapan pengukuran produktivitas pada tingkat perusahaan (Gaspersz, 2000). Model ini cocok untuk diterapkan pada perusahaan yang proses produksinya langsung dapat diamati, output dan inputnya dinyatakan dalam agregat, perusahaan yang akan diukur produktivitasnya disyaratkan mempunyai waktu standar untuk bekerja seperti perusahaan job order. Indeks Produktivitas (IP) ditentukan dengan rumusan berikut:
IP = (Indeks Output / Indeks Input )x 100%
= /
/
4. Metode Pengukuran Produktivitas Menggunakan Metode American Productivity Center (APC)
American Productivity Center mengemukakan bahwa ukuran produktivitas yang didefinisikan melalui kerangka kerja berikut :
Produktivitas = ℎ
−
= " ℎ
"
Profitabilitas = produktivitas x faktor perbaikan harga
Ukuran produktivitas atau profitabilitas dipergunakan secara bersama sepanjang waktu, dimana ukuran profitabilitas dipakai untuk memantau keadaan dipasar global (masalah eksternal) terutama yang berkaitan dengan efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan output dari perusahaan itu. Dalam hal ini rasio produktivitas memberikan suatu indikasi sejauh mana efisiensi penggunaan sumber daya (input) dalam menghasilkan output perusahaan. Kuantitas output dan input untuk setiap periode waktu digandakan dengan harga periode dasar per unit dari input setiap tahun digandakan dengan kuantitas output yang dihasilkan oleh kuantitas input yang digunakan pada periode tertentu untuk memperoleh indeks perbaikan harga pada periode itu.
Setelah mengetahui indeks produktivitas dan indeks perbaikan harga, indeks profitabilitas dapat ditentukan dengan menggunakan formula berikut :
IPF = IP X IPH atau IP = IPF /IPH (5) Dimana:
IPF = Indeks profitabilitas IP = Indeks produktivitas IPH = Indeks perbaikan harga
Indeks perbaikan harga menunjukkan perubahan dalam harga output perusahaan terhadap biaya input. Dalam metode American Productivity Center (APC), biaya per unit, tenaga kerja, material dan energi ditentukan secara langsung, sedangkan perhitungan input modal menggunakan formula sebagai berikut :
Input Modal= (Depresiasi pada periode itu) + (ROA periode dasar x Aset sekarang .
Dimana: ROA = Return On Assets
5. Metode Pengukuran Objective Matrix (OMAX)
Objective Matrix adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di suatu perusahaan atau di tiap bagian saja dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (Anwar, 2017).
2.1.4 Model Objective Matrix (OMAX)
Metode Objective Matrix (OMAX) merupakan sebuah pengukuran bersifat parsial yang berfungsi untuk mengukur produktivitas disetiap bagian perusahaan dengan menggunakan kriteria-kriteria yang sesuai dengan perusahaan. Pada tahun 1980an, metode ini telah dikembangkan oleh profesor Amerika Serikat bernama James L. Riggs. Tujuan dari metode OMAX adalah sebagai sarana pengukuran
produktivitas, sebagai alat pemecahan masalah produktivitas, dan sebagai alat pemantau pertumbuhan produktivitas (Avianda, 2014).
Kegunaan dari OMAX adalah:
a. Sebagai sarana pengukuran produktivitas
b. Sebagai alat bantu pemecahan masalah produktivitas c. Alat pemantau pertumbuhan produktivitas
OMAX adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (objektif).
OMAX menggabungkan kriteria-kriteria produktivitas ke dalam suatu bentuk yang terpadu dan berhubungan satu sama lain. Model ini melibatkan seluruh jajaran di perusahaan, mulai dari bawahan sampai atasan.
Objective Matrix dilandasi dengan pernyataan bahwa produktivitas adalah fungsi dari faktor-faktor performance, dimana masing-masing unit memiliki dimensi khusus yang berbeda-beda, dan cara untuk mengukur produktivitas adalah dengan mengukur faktoryang mempengaruhinya.Objective Matrix (OMAX) dapat digunakan untuk mengukur unit-unit kerja baik dalam sekala kecil maupun untuk keseluruhan perusahaan. Tetapi hasil pengukuran performasi dari unit-unit tidak dapat dikaitkan secara adiktif untuk mempresentasikan performasi dari induk unit-unit tersebut. Untuk mengukur seluruhan organisasi harus dilakukan proses pembobotan unit-unit yang terkait (Setiowati, 2017).
1. Kelebihan dan Kekurangan Objective Matrix
Objective Matrix mempunyai kelebihan - kelebihan sebagai berikut: Relatif sederhana dan mudah dipahami; Mudah dilaksanakan dan tak memerlukan keahlian khusus; Merupakan kombinasi dan pendekatan kualitatif dan kuantitatif;
Satuan kritertia produktivitas yang berbeda dapat dijadikan satu satuan baku;
Dapat digunakan untuk mengukur semua aspek kenerja atau kriteria produktivitas yang dipertimbangkan dalam unit kerja yang terkait; Indikator kerja untuk setiap masukan dan keluaran dapat terdefinisi dengan jelas; Lebih fleksibel karena memasukkan pertimbangan menejemen dalam penentuan bobot; Perhitungan indikator kinerja cukup sederhana.
Selain kelebihan-kelebihan diatas, Objective Matrix (OMAX) juga mempunyai beberapa kekurangan sebagai berikut: Subjektifitas terkadang dilakukan dalam menentukan level indikator kerja. Untuk mendapatkan indeks skinerja yang diharapkan, maka dibutuhkan suatu pengukuran yang kontinu dan terstandar.
2. Bentuk dan Susunan Objective Matrix
Pengukuran dengan OMAX dilakukan pada sebuah matrix objektif yang terdiri dari 3 kelompok (blok).
Bentuk matrix tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar2.1 Struktur Model OMAX Keterangan :
A. Blok Pendifinisian
1. Kriteria Produktivitas, yaitu kriteria yang menjadi ukuran produktifitas pada bagian departemen yang akan akan diukur produktivitasnya. Misalnya, untuk departemen produksi yang menjadi kriteria adalah output/jam, scrap/100 unit, dan lain-lain. kriteria ini sebaiknya lebih dari satu.
2. Performasi Sekarang, merupakan nilai pencapaian sekarang yaitu nilai tiap produktivitas berdasarkan pengukuran terakhir.
B. Blok Kuantifikasi
Yaitu badan matrik yang terdiri dari skala atau angka-angka yang menunjukan tingkat performasi dari pengukuran tiap kriteria produktivitas. Skala tersebut memiliki sebelas level atau bagian dari 0 sampai dengan 10. Semakin besar skala, semakin baik produktivitasnya. Kesebelas skala tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Level 0, yaitu nilai produktivitas yang terburuk yang mungkin terjadi.
b. Level 3, yaitu nilai produktifitas performasi sekarang
c. Level 10, yaitu nilai produktivitas yang diharapan sampai periode tertentu.
Sedangkanuntukkenaikannilaiproduktivitasdisesuaikandengancarainterpolasisebag aiberikut:
Kenaikan level 1 dan 2
level 3 − level 0 3 − 0 Kenaikan level 4 sampaidengan 9
level 10 − level 0
10 − 3
C. Blok Penilaian Produktivitas
Pada blok penilaian produktivitas terdiri dari : 1. Skor
Yaitu nilai level dimana level pengukuran produktivitas berada. Misalnya jika output jam = 100 terletak pada level 4, maka skor untuk pengukuran itu
adalah 4. Jika terdapat pengukuran yang tidak tepat sesuai dengan angka (decimal) pada matrix, maka dilakukan pembulatan ke bawah yang artinya pengukuran dilakukan untuk tujuan mengukur performansi diri sendiri (internal), serta pembulatan ke atas jika pengukuran dilakukan untuk tujuan mengukur performansi penilaian orang luar (eksternal).
2. Bobot
Yaitu besarnya bobot dari tiap kriteria produktivitas terhadap total produktivitas. Tiap-tiap kriteria yang telah ditetapkan mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tingkat unit yang diukur. Untuk itu perlu dicantumkan bobot yang menyatakan derajat kepentingan (dalam presentase) yang menunjukan pengaruh relatif kriteria tersebut terhadap produktivitas unit kerja yang diukur. Jumlah seluruh bobot kriteria adalah 100.
3. Nilai
Nilai merupakan perkalian tiap skor dengan bobotnya 4. Indikator Produktivitas
Indikator produktivitas merupakan jumlah dari tiap nilai Indeks Produktivitas (IP), maka dihitung sebagai presentase kenaikan atau penurunan terhadap performansi sekarang. Performasi sekarang 300 karena semua indicator mendapat skor tiga pada saat matrik mulai dioperasikan, maka indeks produktivitas adalah:
() =*+,*-./01 210,3-/*4*/.5 6788
788 x100 %
2.1.5 Langkah-Langkah Metode OMAX
Dalam peyusunan matrix maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Penentuan Kriteria.
Penentuan kriteria disesuaikan dengan unit kerja dimana pengukuran dilakukan. Kriteria harus menyatakan kondisi dan kegiatan yang mendukung unit kerja yang dapat dikontrol. Pada penelitian ini pengukuran dilakukan pada unit kerja bagian produksi, kriteria yang ingin dilakukan pengukuran dilantai produksi adalah sebagai berikut:
Kriteria 1 yaitu produktivitas bahan baku (rasio 1).
Kriteria 2 yaitu produktivitas jam kerja efektif (rasio 2).
Kriteria 3 yaitu efektifitas produksi (rasio 3).
b. Penentuan performance.
Penentuan kriteria di bawah ini merupakan rumus pengukuran dari masing- masing kriteria bahan baku, jam kerja efektif, dan efektifitas produksi.
Rasio 1 =:;<=>? @ABC;D E>FG CH?>IH=D>F (KBF)
@M<>D>H>FN>?>F N>D; (KBF) x 100 % Rasio 2 = jam kerja operator yang tersedia (jam)
total jam operator yang bekerja (jam)
Rasio 3 = jumlah produk yang dihasilkan (Ton) jumlah jam kerja operator yang tersedia (jam) c. Penentuan nilai produktivitas rata-rata (level 3).
Disini untuk menentukan nilai rata-rata (level 3) atau disebut juga nilai performansi standar diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata setiap rasio
performansi dalam hal ini yang dilakukan pada periode Januari sampai dengan Desember 2018 dan diletakkan pada level 3.
d. Penentuan nilai produktivitas tertinggi (Level 10 ).
Untuk penentuan level 10 didapat dari nilai tertinggi (maksimum) pada rasio tiap kriteria selama periode pengukuran yaitu bulan Januari sampai dengan Desember 2018.
e. Penentuan nilai produktivitas terendah (Level 0 ).
Untuk menentukan level 0 didapat dari nilai terendah (minimum) pada rasio tiap kriteria selama periode pengukuran yaitu bulan Januari sampai dengan Desember 2018.
f. Penentuan nilai produktivitas realistis (Level 1-2 dan 4-9).
Nilai produktivitas realistis merupakan nilai yang mungkin dicapai sebelum sasaran akhir atau disebut skala performansi. Merupakan nilai antara level 1 sampai level 3 dan nilai antara level 4 sampai level 10 diperoleh dengan cara sebagai berikut:
skala (1 − 2) = level 3 − level 0 (3 − 0)
skala (4 − 9) =level 10 − level 3 (10 − 3) g. Penentuan skor, bobot dan nilai.
Skor (score) dapat diperoleh dengan melihat data pengukuran performansi dan menentukan performansi pengukuran saat ini berada dilevel mana yang
mendekati angka pada level 0-level 10. Kemudian level dari performansi ditulis dalam kolom skor, yang ditulis adalah level performansinya bukan nilai performansinya.
Bobot setiap kriteria ditetapkan oleh staff perusahaan yang menyatakan derajat kepentingan (dalam satuan %) yang menunjukkan pengaruh relatif kriteria terhadap produktivitas unit yang diukur. Nilai (value) merupakan perkalian antara bobot dan skor.
h. Pengukuran indeks produktivitas.
Pengukuran Indeks Produktivitas dapat dilakukan jika perhitungan rasio telah dilakukan, serta target dan bobot telah ditentukan. Indeks produktivitas dilakukan untuk mengetahui kenaikan atau penurunan produktivitas.
i. Indikator Performansi
Indikator performansi merupakan penjumlahan dari keseluruhan nilai (value) dan menunjukkan performansi dari keseluruhan kriteria pada tiap periode.
2.1.6 Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram).
Diagram tulang ikan atau fishbone adalah salah satu metode / tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause effect diagram. Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tokyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan diagram ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga ditengarai sebagai orang
pertama yang memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone diagram, control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart.
Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang berbentuk mirip dengan tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan.
Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan diagram Cause and Effect (Sebab dan Akibat) karena diagram tersebut menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu.
Diagram Fishbone telah menciptakan ide cemerlang yang dapat membantu dan memampukan setiap orang atau organisasi/perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya. Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang dihadapi oleh perusahaan Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap individu. Jadi sebenarnya dengan adanya diagram ini sangatlah bermanfaat bagi perusahaan, tidak hanya dapat menyelesaikan masalah sampai akarnya namun bisa mengasah
kemampuan berpendapat bagi orang – orang yang masuk dalam tim identifikasi masalah perusahaan yang dalam mencari sebab masalah menggunakan diagram tulang ikan.
Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan) adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya . Sering dijumpai orang mengatakan “penyebab yang mungkin” dan dalam kebanyakan kasus harus menguji apakah penyebab untuk hipotesa adalah nyata, dan apakah memperbesar atau menguranginya akan memberikan hasil yang diinginkan.
Dengan adanya diagram Fishbone ini sebenarnya memberi banyak sekali keuntungan bagi dunia bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi perhatian penting perusahaan.
Penerapan diagram Fishbone dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar “penyebab” terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila “masalah” dan
“penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan “penyebab”
dan mencari “akar” permasalahan sebenarnya.
Kelebihan Fishbone diagram adalah dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang mungkin menjadi penyebab masalah tersebut. Sedang Kekurangan Fishbone
diagram adalah opinion based on tool dan di design membatasi kemampuan tim / pengguna secara visual dalam menjabarkan masalah yang mengunakan metode
“level why” yang dalam, kecuali bila kertas yang digunakan benar – benar besar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Serta biasanya voting digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin yang terdaftar pada diagram tersebut.
Langkah-langkah pembuatan Fishbone Diagram produktivitas.
1. Mesin
Mesin adalah suatu alat yang digunakan dalam perusahaan disini juga menentukan naik turun produktivitas suatu perusahaan apabila mesin sering terjadi kerusakan otomatis produksi suatu perusahaan akan menurun.
2. Material
Material adalah bahan baku yang utama untuk di produksi apabila bahan baku yang diminta tidak sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan maka otomatis produksi yang ingin dicapai masih kurang maksimal.
3. Metode
Metode adalah hal yang harus kita perhatikan untuk memperlancar produksi di perusahaan tersebut, metode juga sagat mempengaruhi produksi kurang diperhatikan jadi akan mengakibatkan mesin bekerja kurang bagus.
4. Manusia
Manusia adalah faktor utama untuk menentukan produksi suatu perusahaan disini harus diperlukan suatu operator yang ahli dan berpengalaman.
2.3 Kerangka Konseptual
Pada tugas akhir ini membahas tentang produktivitas denganmenggunakan metoda OMAX. Sesuai dengan pembahasan di atas maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka konseptual diatas yang akan di jadikan input adalah Pemakaian bahan baku, Total hasil produksi, Hasil produksi yang tidak maksimal, Mesin yang sering rusak, Operator kurang maksimal.
Input : 1. Jumlah
pemakaian bahan baku 2. Total hasil
produksi 3. Jam operator
yang bekerja 4. Jumlah jam
kerja operator yang tersedia
Proses :
1. Pengukuran produktivitas produksi di PT.bintara tani nusantara menggunakan metode OMAX :
a. Penentuan kriteria b. Penentuan ferformance c. Penentuan n ilai
produktivitas rata – rata (level 3).
d. Penentuan nilai produktivitas tertinggi (level 10).
e. Penentuan nilai
produktivitas terendah (level 0).
f. Penentuan nilai produktivitas realistis (level 1-2 dan level 4-9) g. Penentuan skor, bobot dan
nilai.
h. Pengukuran indeks produktivitas i. Indikator performansi
2. Diagram sebab akibat (Fishbone Diagram) .
Output:
1. Produktivitas produksi PT.
Bintara Tani Nusantara Bulan Januari sampai Desember 2018 2. Penyebab
turunnya produktivitas
Proses didahului dengan menentukan kriteria produktivitas sesuai dengan unit kerja dimana pengukur dilakukan. Penentukan nilai ferformance diperoleh dari membagi rasio input dan output dari masing-masing kriteria. Nilai produktivitas rata-rata diperoleh dari rata-rata nilai ferformance, sedangkan nilai produktivitas tertinggi merupakan nilai ferformance tertinggi dari setiap kriteria, dan nilai produktivitas terendah merupakan nilai-nilai pencapaian terburuk. Hasil pengukuran kemudian dianalisis untuk mengetahui produktivitas produksi.
Sedangkan output diharapkan adalah diperoleh dari tingkat produktivitas produksi tidak tercapai dan peningkatan produktivitas produksi di PT. Bintara Tani Nusantara.
25
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Menurut Narbuko (2009) penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data, jadi ia juga menyajikan data,menganalisis dan menginterpretasi.
3.2 Tempat danWaktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Bintara Tani Nusantara yang berlokasi di Air Runding Kabupaten Pasaman Barat yang dilaksanakan pada bulan Februari 2019.
3.3 Variabel Penelitian
Metode Objective Matrix (OMAX) dalam Menganalisis Produktivitas PT.
Bintara Tani Nusantara maka variabel penelitian yang digunakan yaitu produktivitas bagian produksi minyak kelapa sawit PT. Bintara Tani Nusantara dan produktivitas bagian produksi tidak tercapai.
3.4 Data dan Sumber Data 3.4.1 Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diambil berdasarkan informasi yang didapat dari PT. Bintara Tani Nusantara yang berkaitan dengan pengukuran produktivitas. Data tersebut adalah:
1. Pemakaian bahan baku 2. Total hasil produksi.
3. Jam operator yang bekerja 4. Jam kerja operator yang tersedia 3.4.2 Sumber Data
Sumber data untuk penelitian ini adalah data dari bagian produksi PT.
Bintara Tani Nusanta Pasaman Barat.
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Untuk mencapai tujuan penelitian yaitu mengetahui besar produktivitas dan peningkatan produktivitas produksi agar tercapai dengan menggunakan metode OMAX, maka berikut langkah–langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut:
3.5.1 Menentukan Produktivitas Produksi Di PT. Bintara Tani Nusanta dengan metode OMAX.
Berdasarkan pengukuran produktivitas produksi minyak kelapa sawit dengan metode OMAX, tahapan yang akan dilakukan sebaga berikut:
a. Penentuan Kriteria.
Penentuan kriteria disesuaikan dengan unit kerja dimana pengukuran dilakukan. Kriteria harus menyatakan kondisi dan kegiatan yang mendukung unit kerja yang dapat dikontrol. Pada penelitian ini pengukuran dilakukan pada unit kerja bagian produksi, kriteria yang ingin dilakukan pengukuran dilantai produksi adalah sebagai berikut :
Kriteria 1 yaitu produktivitas sawit (rasio 1).
Kriteria 2 yaitu produktivitas jam kerja efektif (rasio 2).
Kriteria 3 yaitu efektifitas produksicpo (rasio 3).
b. Penentuan performance.
Penentuan kriteria di bawah ini merupakan rumus pengukuran dari masing- masing kriteria bahan baku, jam kerja efektif, dan efektifitas produksi.
Rasio 1 = ( )
( ) x100%
Rasio 2 = ( )
( )
Rasio 3 = ( )
( )
c. Penentuan nilai produktivitas rata – rata (level 3).
Disini untuk menentukan nilai rata-rata (level 3) atau disebut juga nilai performansi standar diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata setiap rasio performansi dalam hal ini yang dilakukan pada periode Januari sampai dengan Desember 2018 dan diletakkan pada level 3.
d. Penentuan nilai produktivitas tertinggi (Level 10 ).
Untuk penentuan level 10 didapat dari nilai tertinggi (maksimum) pada rasio tiap kriteria selama periode pengukuran yaitu bulan Januari sampai dengan Desember 2018.
e. Penentuan nilai produktivitas terendah (Level 0 ).
Untuk menentukan level 0 didapat dari nilai terendah (minimum) pada rasio tiap kriteria selama periode pengukuran yaitu bulan Januari sampai dengan Desember 2018.
f. Penentuan nilai produktivitas realistis (Level 1-2 dan 4-9).
Nilai produktivitas realistis merupakan nilai yang mungkin dicapai sebelum sasaran akhir atau disebut skala performansi. Merupakan nilai antara level 1 sampai level 3 dan nilai antara level 4 sampai level 10 diperoleh dengan cara sebagai berikut:
skala (1 − 2) =level 3 − level 0 (3 − 0)
skala (4 − 9) =level 10 − level 3 (10 − 3)
g. Penentuan skor, bobot dan nilai.
Skor (score) dapat diperoleh dengan melihat data pengukuran performansi dan menentukan performansi pengukuran saat ini berada dilevel mana yang mendekati angka pada level 0 – level 10. Kemudian level dari performansi ditulis dalam kolom skor, yang ditulis adalah level performansinya bukan nilai performansinya.
Bobot setiap kriteria ditetapkan oleh staff perusahaan yang menyatakan derajat kepentingan (dalam satuan %) yang menunjukkan pengaruh relatif kriteria terhadap produktivitas unit yang diukur. Nilai (value) merupakan perkalian antara bobot dan skor.
h. Pengukuran indeks produktivitas.
Pengukuran Indeks Produktivitas dapat dilakukan jika perhitungan rasio telah dilakukan, serta target dan bobot telah ditentukan. Indeks produktivitas dilakukan untuk mengetahui kenaikan atau penurunan produktivitas.
i. Indikator Performansi
Indikator performansi merupakan penjumlahan dari keseluruhan nilai (value) dan menunjukkan performansi dari keseluruhan kriteria pada tiap periode.
3.5.2 Menentukan Penyebab Turunnya Produktivis Menggunakan Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram).
Berdasarkan hasil pengukuran dengan metode OMAX maka akan diperoleh nilai produktivitas masing-masing kriteria dan dapat dilihat perubahan produktivitas yang terjadi selama periode pengukuran. Dari hasil analisa produktivitas akan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tidak tercapai produktivitas melalui diagram sebab akibat. Sehingga dapat dilakukan solusi dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas.
Langkah-langkah pembuatan Fishbone Diagram produktivitas.
1. Mesin
Mesin adalah suatu alat yang digunakan dalam perusahaan disini juga menentukan naik turun produktivitas suatu perusahaan apabila mesin sering terjadi kerusakan otomatis produksi suatu perusahaan akan menurun.
2. Material
Material adalah bahan baku yang utama untuk di produksi apabila bahan baku yang diminta tidak sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan maka otomatis produksi yang ingin dicapai masih kurang maksimal, maka harus diperlukan pemasaran yang tinggi agar bahan baku yang diminta bisa terpenuhi.
3. Metode
Metode adalah hal yang harus kita perhatikan untuk memperlancar produksi di perusahaan tersebut, metode juga sagat mempengaruhi produksi kurang diperhatikan jadi akan mengakibatkan mesin bekerja kurang bagus, jadi disini harus ada operator yang cukup berpengalaman agar metode ini berjalan dengan lancar.
4. Manusia
Manusia adalah faktor utama untuk menentukan produksi suatu perusahaan disini harus diperlukan suatu operator yang ahli dan berpengalaman agar produksi yang ingin dicapai maksimal, apabila operator kurang ahli maka akan di berikan pelatihan yang cukup untuk produksi bisa jadi maksimal.
3.6 Kerangaka Metodologi Penelitian
Berdasarkan Proposal ini membahas tentang produktivitas dengan menggunakan metoda OMAX maka penulis dapat membuat kerangka metodologi sebagai berikut:
MULAI
Studi literatur
Mempelajari buku, jurnal serta karya ilmiah yang berhubungan dengan produktivitas
Survey lapangan observasi
Identifikasi masalah
1. Hasil produksi yang berplektuasi
2. Jumlah bahan baku yang belum seimbang dengan permintaan
3. Mesin yang sering rusak
4. Operator yang kurang maksimal
Rumusan masalah
1. Berapa besar produktivitas produksi di PT.
Bintara Tani nusantara di bulan Januari sampai bulan Desember 2018 ?
2. Apakah penyebab turunnya produktivitas produksi di PT. Bintara Tani Nusantara bulan Januari sampai Desember 2018?
Batasan masalah
Memfokuskan penelitian tentang produktivitas produksi dengan menggunakan metode OMAX.
A
Gambar 3.1 Kerangka Metodologi Penelitian Pengumpulan data
1. Mengumpulkan data yang di perlukan di bagian yang di amati.
Pengolahan data dan analisa data 1. Metoda objek matrix ( OMAX )
2. Diagram sebab akibat (Fishbone diagram)
KESIMPULAN
SARAN
SELESAI Tujuan penelitian
1. Mengetahui besar produktivitas produksi di PT.Bintara Tani Nusantara bulan Januari sampai Desember 2018.
2. Menentukan penyebab turunnya produktivitas produksi di PT. Bintara Tani Nusantara bulan Januari sampai Desember 2018.
A
33
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di perusahaan maka dapat diperoleh data meliputi pemakaian bahan baku, total hasil produksi, jam mesin rusak, jam kerja operator yang tersedia.
4.1.1 Data Pemakaian Bahan Baku
Berikut ini adalah data pemakaian bahan baku untuk memproduksi minyak kelapa sawit pada bulan Januari sampai bulan Desember 2018 dapat dilihat dari tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.1
Pemakaian bahan baku kelapa sawit
Sumber: PT. Bintara Tani Nusantara
Pada tabel 4.2 maka diketahui pemakaian bahan baku yang tertinggi pada bulan Agustus dengan pemakaian bahan baku mencapai 32.103,11 ton. sedangkan pemakaian bahan baku terendah pada bulan Desember 2018 dengan jumlah pemakaian bahan baku 18.829,61 ton.
No Periode Bahan baku (Ton)
1 Januari 28.123,80
2 Februari 25.952,24
3 Maret 28.055,85
4 April 26.138,29
5 Mei 30.155,77
6 Juni 27.829,61
7 Juli 30.583,16
8 Agustus 32.103,11
9 September 30.295,89
10 Oktober 26.249,37
11 November 22.104,70
12 Desember 18.829,61
4.1.2 Data Produksi
Berdasarkan penelitian maka didapat hasil produksi minyak kelapa sawit dari periode Januari sampai Desember 2018 dapat dilihat dari tabel 4.1:
Tabel 4.2
Hasil produksi minyak kelapa sawit
Sumber: PT. Bintara Tani Nusantara
Pada tabel 4.1 diatas dapat diketahui hasil produksi tertinggi berada pada bulan Agustus dengan total hasil produksi 6.922,998 ton produksi. Sedangkan hasil produksi terendah berada pada bulan Desember dengan total hasil produksi 4.202,214 ton produksi.
4.1.3 Data Jam Operator yang Bekerja
Berikut adalah data jam operator yang bekerja selama bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2018 dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini:
No Periode Total hasil produksi
(Ton)
1 Januari 6.131,164
2 Februari 5.696,947
3 Maret 5.905,281
4 April 5.514,552
5 Mei 6.227,864
6 Juni 5.346,905
7 Juli 6.384,631
8 Agustus 6.922,998
9 September 6.047,747
10 Oktober 5.591,431
11 November 4.693,145
12 Desember 4.202,214
Tabel 4.3
Jam operator yang bekerja
Sumber: PT. Bintara Tani Nusantara
Pada tabel 4.3 dapat ketahui totol hasil jam kerja operator selama periode Januari sampai dengan periode Desember 2018. Total jam kerja oerator yang paling tinggi terjadi pada periode Februari dengan jumlah 152 jam dan jam kerja operator yang paling rendah terjadi pada periode September dengan jumlah 135 jam.
4.1.4 Data Jam Kerja Operator Yang Tersedia
Berikut ini adalah hasil data jam kerja yang tersedia selama periode Januari sampai dengan Desember 2018 dapat dilihat pada tabel 4.4 diabawah ini:
No Periode Jam operator yang
bekerja (jam)
1 Januari 143
2 Februari 152
3 Maret 144
4 April 140
5 Mei 151
6 Juni 138
7 Juli 145
8 Agustus 147
9 September 135
10 Oktober 149
11 November 141
12 Desember 144
Tabel 4.4
Jam kerja operator yang tersedia
Sumber: PT. Bintara Tani Nusantara
Pada tabel 4.4 diketahui jam kerja operator yang tersedia yang paling tinggi berada pada bulan Agustus yaitu mencapai 283 jam, sedangkan yang terendah berada pada bulan Desember yaitu mencapai 202 jam.
4.2 Pengolahan Data
Berikut ini pengolahan data dengan menggunakan metoda Objective Matrix (OMAX).
4.2.1 Menentukan Produktivitas Produksi Di PT. Bintara Tani Nusanta dengan metode OMAX.
a. Penentuan Kriteria
Kriteria produktivitas dinyatakan dalam perbandingan (rasio) yang akan diukur dalam pengolahan data ini ada tiga kriteria yaitu:
1. Kriteria 1 yaitu produktivitas bahan baku (rasio 1).
2. Kriteria 2 yaitu produktivitas jam kerja efektif (rasio 2).
3. Kriteria 3 yaitu efektifitas produksi (rasio 3).
No Periode Jam kerja tersedia (jam)
1 Januari 265
2 Februari 243
3 Maret 237
4 April 213
5 Mei 224
6 Juni 242
7 Juli 232
8 Agustus 283
9 September 276
10 Oktober 301
11 November 246
12 Desember 202
b. Penentuan Performance
Cara menentukan nilai performance ketiga kriteria diatas dapat diperoleh dari cara membagi rasio input masing-masing periode dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2018 dengan output masing-masing kriteria. Berikut ini pengukuran dari masing-masing kriteria tersebut:
1. Kriteria 1 yaitu produktivitas bahan baku (rasio 1)
Rasio 1 = Jumlah produk yang dihasilkan (Ton)
Pemakaian bahan baku (Ton) X 100%
Contoh perhitungan rasio 1 pada peiode Januari 2018:
=6.131,164
28.123,8 x100%
= 21,800 %
Berdasarkan contoh perhitungan raasio 1 periode Januari diatas maka dapat diperoleh nilai performance untuk rasio 1 (produktivitas bahan baku) 21,800
% bahwa jumlah ini menunjukkan dari total pemakaian bahan baku periode Januari presentase produksi mencapai 21,800 %. Jadi hasil perhitungan dari periode Januari sampai dengan Desember bisa dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.5
Hasil perhitungan rasio 1
(Sumber: Pengolahan Data 2019)
Pada tabel 4.5 berikut ini menunjukkan nilai tertinggi untuk rasio 1 (produktivitas bahan baku) dapat dilihat pada bulan Desember yaitu 22,317 %, sedangkan nilai terendah pada bulan Juni dengan nilai 19,213 %, dan nilai rata- rata untuk rasio 1 yaitu 21,084 %.
2. Kriteria 2 yaitu produktivitas jam kerja efektif (rasio 2)
Rasio 2 = jam kerja operator yang tersedia (jam) total jam operator yang bekerja (jam)
Contoh perhitungan rasio 2 periode Januari 2018:
= 265 jam 143 jam
= 1,85 jam No Periode Pemakaian bahan
baku (ton)
Produksi yang dihasilkan (ton)
Rasio 1 (%)
1 Januari 28.123,8 6.131,164 21,800
2 Februari 25.952,24 5.696,947 21,951
3 Maret 28.055,85 5.905,281 21,048
4 April 26.138,29 5.514,552 21,097
5 Mei 30.155,77 6.227,864 20,652
6 Juni 27.829,61 5.346,905 19,213
7 Juli 30.583,16 6.384,631 20,876
8 Agustus 32.103,11 6.922,998 21,564
9 September 30.295,89 6.047,747 19,962
10 Oktober 26.249,37 5.591,431 21,301
11 November 22.104,7 4.693,145 21,231
12 Desember 18.829,61 4.202,214 22,317
Rata-rata ( Level 3) 21,084
Nilai Minimal (Level 0) 19,213
Nilai Maksimal (Level 10) 22,317
Berdasarkan contoh perhitungan rasio 2 periode Januari diatas maka dapat diperoleh nilai performance untuk rasio 2 (jam kerja efektif ) dengan total 1,85.
Ini menunjukkan perbandingan jam kerja operator dan total jam operator bekerja 1,85. Perhitungan rasio 2 untuk periode Januari sampai dengan Desember 2018 dapat dilihat pada tabeb 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Hasil perhitungan rasio 2
No Periode Jam kerja
operator yang tersedia (Jam)
Jam operator yang bekerja (Jam)
Rasio 2 (Jam)
1 Januari 265 143 1,85
2 Februari 243 152 1,59
3 Maret 237 124 1,91
4 April 213 116 1,83
5 Mei 224 123 1,82
6 Juni 223 114 1,95
7 Juli 232 112 2,07
8 Agustus 283 147 1,92
9 September 276 135 2,04
10 Oktober 301 149 2,02
11 November 246 141 1,74
12 Desember 202 144 1,40
Rata-rata ( Level 3) 1,83
Nilai Minimal (Level 0) 1,40
Nilai Maksimal (Level 10) 2,07
(Sumber: Pengolahan Data 2019)
Padatabel 4.6 berikut ini menunjukkan nilai tertinggi untuk rasio 2 ini di capai pada bulan September dengan nilai 2,04, sedangkan nilai terendah terdapat pada bulan Desember dengan nilai 1,40, dan nilai rata-rata nilai rasio 2 yaitu 1,71.
3. Kriteria 3 yaitu efektifitas produksi (rasio 3)
Rasio 3 =jumlah produksi yang dihasilkan (ton) jumlah jam kerja yang tersedia (jam)
Contoh perhitungan rasio 3 pada periode Januari 2018:
= 6.131,164 (ton) 265 Jam
= 23,13 ton/jam
Tabel 4.7
Hasil perhitungan rasio 3
No Periode Jam kerja
operator yang tersedia (Jam)
Hasil produksi (ton)
Rasio 3 (Ton/Jam)
1 Januari 265 6.131,164 23,13
2 Februari 243 5.696,947 23,44
3 Maret 237 5.905,281 24,91
4 April 213 5.514,552 25,88
5 Mei 224 6.227,864 27,80
6 Juni 223 5.346,905 23,98
7 Juli 232 6.384,631 27,51
8 Agustus 283 6.922,998 24,46
9 September 276 6.047,747 21,91
10 Oktober 301 5.591,431 18,57
11 November 246 4.693,145 19,07
12 Desember 202 4.202,214 20,80
Rata-rata ( Level 3) 23,45
Nilai Minimal (Level 0) 18,57
Nilai Maksimal (Level 10) 27,80
(Sumber: Pengolahan Data 2019)
Pada tabel 4.7 berikut ini menunjukkan nilai tertinggi untuk rasio 3 ini di capai pada bulan Mei dengan nilai 27,80, sedangkan nilai terendah terdapat pada bulan November dengan nilai 18,57, dan nilai rata-rata nilai rasio 3 yaitu 23,30.
Berdasarkan perhitungan masing-masing rasio di atas maka didapatkan nilai performance tiap kriteria dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini:
Tabel 4.8
Nilai performance tiap Kriteria
No Periode Produktivitas
bahan baku (%)
Jam kerja efektif (Jam)
Efektifitas produksi (ton/jam)
1 Januari 21,800 1,85 23,13
2 Februari 21,951 1,59 23,44
3 Maret 21,048 1,91 24,91
4 April 21,097 1,83 25,88
5 Mei 20,652 1,82 27,80
6 Juni 19,213 1,95 23,98
7 Juli 20,876 2,07 27,51
8 Agustus 21,564 1,92 24,46
9 September 19,962 2,04 21,91
10 Oktober 21,301 2,02 18,57
11 November 21,231 1,74 19,07
12 Desember 22,317 1,40 20,80
Rata-rata ( Level 3) 21,084 1,83 23,45
Nilai Minimal (Level 0) 19,213 1,40 18,57
Nilai Maksimal (Level 10) 22,317 2,07 27,80
(Sumber: Pengolahan Data 2019)
Pada tabel 4.8 berikut ini menunjukkan nilai performance dari setiap kriteria dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2018. Nilai maksimal (level 10), nilai minimum (level 0), dan nilai rata-rata (level 3) disetiap kriteria.
c. Penentuan Nilai Rata-rata (level 3)
Dari nilai rata-rata (level 3) di dapat nilai rata-rata performance setiap kriteria selama periode pengukuran yaitu dari bulan Januari samapai dengan bulan Desember 2018. Nilai (level 3) yang di peroleh untuk setiap kriteria dapat dilihat dari tabel 4.9 di bawah ini
Tabel 4.9
Nilai Rata-rata (level 3) tiap kriteria
Kriteria Level 3
Produktivitas Bahan Baku (%) 21,084
Jam kerja Efektif 1,83
Efektifitas Produksi (ton/jam) 23,45 (Sumber : Pengolahan Data, 2019).
Dari tabel 4.9 ini nilai rata-rata tiap kriteria pada level 3 maka produktivitas bahan baku di dapat sebesar 21,084, jam kerja efektif didapat sebesar 1,83 dan efektifitas produksi didapat sebesar 23,45.
d. Penentuan Nilai Produktivitas tertinggi (Level 10)
Level 10 ini didapat dari nilai yang tertinggi pada rasio tiap kriteria. Level 10 ini merupakan target yang diinginkan perusahaan. Level 10 ini dapat dilihat pada tabel 4.10 dibaawah ini:
Tabel 4.10
Nilai (Level 10) tiap kriteria
Kriteria Level 10
Produktivitas Bahan Baku (%) 22,317
Jam kerja Efektif 2,07
Efektifitas Produksi (ton/jam) 27,80 (Sumber : Pengolahan Data, 2019).
Dari tabel 4.10 ini nilai rata-rata tiap kriteria pada level 10 maka produktivitas bahan baku di dapat sebesar 22,317, jam kerja efektif didapat sebesar 2,07 dan efektifitas produksi didapat sebesar 27,80.
e. Penentuan Nilai Produktivitas Terendah (Level 0)
Level 0 ini didapat dari nilai yang terendah pada rasio tiap kriteria. Level 0 ini merupakan nilai terburuk yang terjadi selama pengukuran di perusahaan. Level 0 ini dapat dilihat pada tabel 4.11 dibaawah ini
Tabel 4.11
Nilai (Level 0) tiap kriteria
Kriteria Level 0
Produktivitas Bahan Baku (%) 19,213
Jam kerja Efektif 1,40
Efektifitas Produksi (ton/jam) 18,57 (Sumber : Pengolahan Data, 2019).
Dari tabel 4.11 ini nilai rata-rata tiap kriteria pada level 0 maka produktivitas bahan baku di dapat sebesar 19,213, jam kerja efektif didapat sebesar 1,40 dan efektifitas produksi didapat sebesar 18,57.
f. Penentuan Nilai Produktivitas Realistis (level 1-2 dan level 4-9)
Nilai produktivitas realistis merupakan nilai yang mungkin dicapai setiap kriteria sebelum sasaran akhir. Berikut ini perhitungan skala 1-2 dan 4-9:
skala (1 − 2) =*+,+* 3 − *+,+* 0 (3 − 0)
Contoh perhitungan skala untuk level 1-level 2 pada rasio 1
21,084 − 19,213
(3 − 0) = 0,623
skala (4 − 9) =*+,+* 10 − *+,+* 3 (10 − 3)
Contoh perhitungan skala untuk level 4-level 9 pada rasio 1
22,317 − 21,084
(10 − 3) = 0,176
Tabel 4.12
Nilai Level 1-2 dan 4-9 Untuk Tiap Kriteria
Skala Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3
Level 1-2 0,623 0,032 0,621
Level 4-9 0,176 0,143 1.627
(Sumber : Pengolahan Data, 2019).
Berdasarkan tabel 4.12 maka didapat nilai untuk tiap kriteria pada level 1- 2 pada rasio 1 sebesar 0,623, rasio 2 sebesar 0,032, dan rasio 3 sebesar 0,621 sedangkan pada level 4-9 didapat pada rasio 1 sebesar 0,176, rasio 2 sebesar 0,143 dan rasio 3 sebesar 1,672.
g. Penentuan Bobot, Skor, Dan Nilai
Untuk penentuan nilai bobot berdasarkan pada penentuan nilai perioritas kriteria, yaitu dengan membandingkan kriteria yang satu dengan kriteria yang lainnya. Untuk lebih mempermudah penentuan prioritas maka perlu dibuat tabel konversi dari pernyataan perioritas ke dalam angka-angka.
Tabel 4.13
Skala perioritas kriteria
No Tingkat Perioritas
1 KRITERIA 1 sama penting dibandingkan dengan KRITERIA 2
3 KRITERIA 1 sedikit lebih penting dibandingkan dengan KRITERIA 2 5 KRITERIA 1 lebih penting dibandingkan dengan KRITERIA 2
7 KRITERIA 1 sangat penting dibandingkan dengan KRITERIA 2 9 KRITERIA 1 jauh sangat penting dibandingkan dengan KRITERIA 2 2,4,6,8 *) Nilai tengah-tengah
(sumber : satria, 2014)
Seterusnya adalah membuat tabel perbandingan perioritas setiap kriteria dengan membandingkan masing-masing kriteria yang di tunjukkan pada tabel 4.14 dibaawah ini:
Tabel 4.14
Perbandingan Perioritas Setiap Kriteria Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3
Kriteria 1 1 1 5
Kriteria 2 1/3 3 3
Kriteria 3 1/5 1/5 1
(Sumber : Pengolahan Data, 2019).
Seterusnya baru menentukan bobot tiap kriteria, nilai bobot ini berkisar antara 0-1 total bobot untuk setiap kolam adalah 1. Cara menghitung bobot adalah angka pada setiap kotak dibagi dengan penjumlahan semua angka dalam kolom yang sama, contoh perhitungan bobot seperti dibawah ini:
(kriteria 1, kriteria 1) = 1/(1+0,333+0.200) = 0,652 (kriteria 1, kriteria 2) = 1/(1+3+0.200) = 0,238
Tabel 4.15
Perbandingan Perioritas Setiap Kriteria
Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Jumlah
Kriteria 1 0,652 0, 238 0,555 1,445
Kriteria 2 0,217 0,714 0,333 1,264
Kriteria 3 0,130 0,047 0,111 0,288
(Sumber : Pengolahan Data, 2019).
Seterusnya mencari nilai bobot masing-masing kriteria dengan menjumlahkan setiap nilai bobot prioritas pada setiap barisan tabel dibagi dengan jumlah kriteria sehingga diperoleh bobot masing-masing kriteria tersebut.
Kriteria 1 = (0,652+0,238+0,555)/3 = 0,481 Kriteria 2 = (0,217+0,714+0,333)/3 = 0,421 Kriteria 3 = (0,130+0,047+0,111)/3 = 0.096
Jumlah total bobot semua kriteria =1 (100 %) sesuai kaidah dimana jumlah total harus bernilai 100.