Tahap Uraian Kegiatan Pembelajaran Estimasi Waktu
Karakter yang Diinginkan Pendahuluan 1. Apersepsi
Guru melakukan apersepsi dengan bertanya tentang peristiwa alam yang ada di Indonesia; Siapa yang tahu bentuk peristiwa alam yang pernah terjadi di Indonesia?
coba sebutkan yang kalian ketahui !
2. Siswa menerima motivasi dari guru
3. Siswa menyimak tujuan pembelajaran
10 Menit Komunikatif
Kegiatan Inti 1 Siswa mengamati gambar-gambar kenampakan alam yang diberikan guru(eksplorasi).
2 Siswa mengadakan tanya jawab dengan guru mengenai
peristiwa-peristiwa alam yang pernah terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal kab/ kota (eksplorasi).
3 Siswa dibagi ke dalam kelompok yang terdiri dari 5 siswa
(elaborasi).
50 Menit Ingin Tahu
Komunikatif
Kerjasama
4 Setiap kelompok
mengidentifikasi peristiwa-peristiwa alam di Indonesia (elaborasi).
5 Siswa mencatat hasil diskusi pada selembar kertas (elaborasi).
6 Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas secara bergantian (elaborasi).
7 Siswa yang lain memberi tanggapan atas jawaban temannya (elaborasi).
8 Siwa diberi penghargaan oleh guru setelah selesai
mengerjakan tugas (konfirmasi).
9 Guru memberi tanggapan jawaban siswa dengan jawaban yang benar (konfirmasi).
10 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan materi yang belum dipahami (konfirmasi).
Tanggung jawabMandiri
Menghargai prestasi
Penutup 1. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil diskusi kelompok mengenai peristiwa-peristiwa alam.
2. Guru memberikan evaluasi.
10 Menit Tanggung jawab
Mandiri
Pertemuan Ke-II
Tahap Uraian Kegiatan Pembelajaran Estimas Waktu
Karakter yang Diinginkan Pendahuluan Apersepsi
Guru melakukan apersepsi dengan bertanya tentang peristiwa alam yang ada di Indonesia; siapa yang tahu apa
10 Menit Komunikatif
penyebab peristiwa alam banjir ? apa akibat yang ditimbulkan dari peristiwa alam banjir ?
Siswa menerima motivasi dari guru Siswa menyimak tujuan pembelajaran Kegiatan Inti Eksplorasi:
Siswa mengamati gambar-gambar kenampakan alam yang diberikan guru.
Siswa mengadakan tanya jawab dengan guru mengenai tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak dari peristiwa alam.
Elaborasi:
Siswa dibagi ke dalam kelompok yang terdiri dari 5 siswa.
Setiap kelompok mengidentifikasi tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak dari peristiwa alam.
Siswa mencatat hasil diskusi pada selembar kertas.
Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas secara bergantian.
Siswa yang lain memberi tanggapan atas jawaban temannya.
Konfirmasi:
Siwa diberi penghargaan oleh guru setelah selesai mengerjakan tugas.
Guru memberi tanggapan jawaban
50 Menit Ingin Tahu
siswa dengan jawaban yang benar.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami.
Penutup Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil diskusi kelompok mengenai tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak dari peristiwa alam.
Guru memberikan evaluasi.
10 Menit Tanggung jawab
Mandiri I. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Sumber:
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Kelas IV (BSNP) hal. 46.
2. Buku Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IV SD Penerbit Yudstira halaman 89 – 102.
3. Buku Sekolah Elektronik (BSE) Kelas IV SD karangan Tantya Hisnu P., Winardi, dkk. Halaman 193-207.
Media:
Gambar-gambar tentang peristiwa alam II. PENILAIAN
1. Jenis Penilaian
a. Proses belajar : Unjuk Kerja b. Hasil Belajar : Tes
2. Bentuk penilaian
a. Unjuk kerja : Pengamatan
(membentuk kelompok, menyimak, diskusi kelompok, diskusi kelas) b.Tes : isian
3. Instrumen (terlampir)
Batang, 2012 Guru Kelas IV
Ali Mashuri
Lampiran
Permasalahan Sosial
Banjir, merupakan bencana alam yang rutin terjadi di Indonesia belakangan ini.
Bahkan ada banjir yang sampai menelan ratusan jiwa, seperti di wasior (papua) tahun 2010 yang lalu. Mengapa bencana alam banjir sangat akrab sekali dengan wilayah Indonesia, layaknya teman akrab.
Banyak berbagai hal yang dapat mengakibatan banjir. Pertama, kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan. Karena masih banyak warga yang membuang sampah di sungai atau selokan pada perumahan, yang menyebabkan terhambatnya aliran air ketika hujan terus-menerus.
Kedua, masalah ekonomi. Banyak warga yang berpenghasilan rendah tidak bisa memiliki tempat tinggal yang layak. Akhirnya mereka mendirikan tempat tinggal di daerah peinggir sungai, sehingga menyebabkan pendangkalan dan perluasan aliran sungai karena erosi dan sedimentasi.
Ketiga, kurangnya daerah peresapan. Karena permukaan tanah yang umumnya ditutupi lapisan kedap air, seperti beton dan aspal. Menyebabkan air tidak bisa meresap ke tanah, seingga air hujan yang turun menalir terus ke dataran yang lebih rendah, yang kapasitasnya terbatas.
Keempat, Sistem tata kota yang tidak tepat. Khusus masalah ini terjadi di kota-kota besar. Karena seharusnya setiap bangunan (rumah, restaurant, hotel dll) harus memiliki sumur rembasan sebagai syarat desain bangunan. Jika setiap bangunan tidak memilikti sumur resapan, maka setiap hujan turun airnya akan mengalir langsung melalui saluran kota. Jika kita hanya mengandalkan saluran kota untuk mengalirkan aliran air hujan ke laut, akan sangat riskan karena ketika air sudah melebihi kapasitas, air akan meluap dan banjir.
Jika mengalami banjir yang parah, maka akan banyak infrastruktur yang mengalami kerusakan. Sehingga banyak program – program pemerintah yang tertunda.
Jelas ini juga sangat mempengaruhi perekonomian suatu daerah, belum di tambah dengan berjangkitnya berbagai penyakit yang menyerang korban banjir saat kejadian maupun di pengungsian.
Bagaimana menanggulangi masalah banjir yang penyebabnya begitu kompleks?
Ada banyak cara untuk menanggulangi bencana banjir. Pertama, penggerukan sampah-sampah yang ada di dasar sungai. Hal ini tidak akan berarti jika masyarakat tidak di himbau agar tidak membuang sampah ke sungai. Karena akan membuat penggerukan sungai menjadi mubazir.
Kedua, mengadakan pelatihan untuk permasalahan banjir kepada masyarakat.
Hal ini untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi kemungkinan banjir besar dikemudian hari. Salah satunya, agar tidak mengalirkan air secepatnya ke laut, tapi diselaraskan dengan tata ruang dan kondisi yang ada. Misalnya dengan memarkir sementara air di suatu tempat yang telah disiapkan, sepert taman dan semacamnya.
Ketiga, membangun sumur resapan pada setiap bangunan. Sumur ini akan meningkatkan laju resapan air ke dalam tanah dan juga bisa sebagai tempat parkir sementara air. Sumur ini pun memiliki nilai lebih, karena dapat menyelamatkan air tanah di pekarangan. Sehingga ketika musim kemarau tiba tidak mengalami kekeringan sumber air.
Jika tidak memiliki lahan yang cukup, maka sebagai gantinya dapat membuat Lubang Resapan Biopori(LRB) di pekarangan. Selain memilki fungsi yang sama dengan sumur resapan, LRB juga dapat menghasilkan pupuk kompos karena menggunakan sampah organic.
Keempat, membangun ABSAH(Akuifer Buatan dan Simpanan Air Hujan), yang merupakan modifikasi dari Penampung Air Hujan(PAH). ABSAH akan sangat efektif untuk bangunan yang memiliki luas atap yang besar, seperti halnya gedung sekolah. Karena agar dapat menangkap curah hujan dengan banyak. Selain dapat mengurangi limpahan air ke permukaan yang menyebabkan banji, tabungan air ini juga dapat di manfaatkan pada saat sulit memperoleh air pada musim kemarau.
Jadi sudah saatnya paradigma yang beranggapan bahwa banjir adalah musuh masyarakat sudah tidak tepat lagi. Karena untuk sekarang ini,berusaha bagaimana kita hidup selaras dengan tantangan baru. Hal ini karena di sebagian wilayah Indonesia, masalah banjir, sudah termasuk masalah yang kompleks yang mencakup social dan teknis
LEMBAR KERJA