• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGIAN IV UPACARA KARIA SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN BAGI PEREMPUAN ETNIS MUNA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

6. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama

a. Kegiatan awal

1) Guru dan siswa saling memberi salam 2) Guru mengecek kehadiran siswa b. Kegiatan inti

1) Pengajar menyampaikan tujuan pembelajaran 2) Apersepsi

3) Guru dan siswa berdiskusi tentang upacara karia

4) Guru memandu siswa membentuk kelompok belajar dengan cara berhitung dari 1-5, lalu yang mendapatkan angka yang sama membentuk satu kelompok belajar atau kalau kelas tersebut telah memiliki kelompok belajar maka siswa dipandu untuk duduk sesuai kelompok masing-masing 5) Masing-masing kelompok menamai kelompoknya dengan nama-nama

sastrawan

6) Guru membagikan contoh naskah drama kepada masing-masing kelompok belajar lalu siswa mempelajarinya

7) Guru menugasi masing-masing kelompok untuk membuat naskah drama tentang karia

8) Guru dan siswa menentukan nomor untuk giliran penampilan pada pertemuan berikutnya

c. Kegiatan akhir

1) Guru dan siswa bertanya jawab tentang kejelasan dari tugas masing-masing kelompok

2) Guru menutup pelajaran Pertemuan Kedua

a. Kegiatan awal

1) Guru dan siswa saling memberi salam

2) Guru menanyakan kesiapan siswa dalam belajar 3) Guru mengecek kehadiran siswa

4) Guru dan siswa bertanya jawab tentang kegiatan pada pertemuan sebelumnya

b. Kegiatan inti

1) Guru mempersilahkan kelompok belajar yang gilirannya tampil pertama 2) Kelompok I lalu mengambil posisi untuk tampil di depan kelas dan

kelompok lain ditugasi untuk memperhatikan kelompok I

3) Guru menunjuk salah seorang siswa untuk membacakan sinopsis dari naskah drama yang dibuat oleh kelompok I

4) Kelompok I bermain drama kelompok lain memperhatikan 5) Setelah kelompok I tampil maka giliran kelompok II

6) Guru dan siswa bersama-sama menilai penampilan kelompok I dan kelompok II

7) Guru dan siswa secara bersama-sama membicarakan hal-hal yang harus diperhatikan kembali demi kepentingan kelompok yang akan tampil selanjutnya seperti gerak-gerik dalam bermain drama; lafal, intonasi, serta nada harus jelas; dan ekspresi serta penghayatan watak tokoh harus jelas pula.

c. Kegiatan akhir

1) Guru dan siswa melakukan refleksi 2) Guru bersama siswa menutup pelajaran

146

Pertemuan Ketiga a. Kegiatan awal

1) Guru dan siswa saling memberi salam 2) Guru mengecek kehadiran siswa b. Kegiatan inti

1) Guru mempersilahkan kelompok III untuk tampil pertama

2) Kelompok III lalu tampil di depan kelas dan kelompok lain ditugasi untuk memperhatikan kelompok III

3) Kelompok III bermain drama kelompok lain memperhatikan

4) Setelah kelompok III tampil maka giliran kelompok IV sampai selesai. Kemudian dilanjutkan lagi oleh penampilan kelompok terakhir yakni kelompok V sampai selesai pula

5) Guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi penampilan dari semua kelompok yang telah menampilkan drama karya mereka sendiri.

c. Kegiatan akhir

1) Guru dan siswa melakukan refleksi 2) Guru bersama siswa menutup pelajaran 7. Media dan sumber belajar

a. Siswa

b. Naskah drama 8. Evaluasi

a. Tulislah sebuah naskah drama tentang upacara karia!

b. Tampilkan naskah drama tersebut di depan kelas dengan memperhatikan beberapa hal berikut:

1) gerak-gerik dalam bermain drama; 2) lafal, intonasi, dan nada harus jelas;

3) ekspresi dan penghayatan watak tokoh harus jelas. c. Berikanlah tanggapan terhadap penampilan kelompok lain! 9. Penilaian a. Jenis Tagihan: 1) tugas individu 2) tugas kelompok b. Bentuk Instrumen: 1) unjuk kerja 2) pedoman penilaian Pedoman Penilaian I

No. Kegiatan Skor

2. Siswa menampilakan naskah drama yang telah dibuat di depan kelas dengan memperhatikan beberapa hal berikut:

a. gerak-gerik dalam bermain drama; b. lafal, intonasi, dan nada harus jelas;

c. ekspresi dan penghayatan watak tokoh harus jelas.

3. Siswa memberikan tanggapan terhadap penampilan kelompok lain Jumlah

Pedoman Penilaian II

No. Nama siswa Aspek yang dinilai Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Aisyiva 2. Andakara dst. ... Keterangan: (1) gerak-gerik (2) pelafalan (3) intonasi (4) nada (5) ekspresi (6) penghayatan

Selain pementasan drama di sekolah, karia dalam bentuk drama pun dapat ditampilkan oleh sangar-sangar teater yang aktif di daerah. Biasanya sebuah sanggar teater di daerah memiliki agenda tahunan seperti lomba baca puisi tingkat provinsi, festival teater pelajar, prosesi seni mala jumat, atau jenis-jenis nama lain yang dilakukan oleh sanggar itu sendiri. Drama karia dapat menjadi salah satu naskah yang dapat ditampilkan pada acar tersebut.

Untuk menjaga keaslian dari karia itu sendiri naskah dapat dibuat dalam bahasa daerah Muna secara keseluruhan dan yang ditampilkan adalah murni karia tanpa kreasi apapun, kecuali penataan panggung dan tata lampu. Bentuk naskah yang dimaksud dapat dibuat seperti di bawah ini:

148

Para Pemain: 3 gadis karia

1. Kalambe Wuna Neangka (KWN) 2. Robhine Moimpohino (RM) 3. Wula Sungku (WS)

3 pemegang sulutaru 3 yang menggendong Pomantoto

Pembantu Pomantoto/ PP (Penari) 2 orang imam

3 orang pogalano

1 pemuda (Ngkoimani/kekasih KWN) Serta beberapa pemeran pembantu

Cerita ini mengambil latar di dalam songi, tempat dighombonya tiga orang gadis karia, di rumah tuan rumah yang melaksanakan karia, di jalan raya menuju rumah tempat kaeghomboha oe dan patirangka, dan di sungai tempat pengambilan oe sokaghombo yang sekaligus digunakan sebagai tempat kaeghoroha/kaefolantoha bhansa.

ADEGAN 1

Panggung dibagi menjadi dua bagian, sebagain adalah tempat gadis karia dimandikan dan sebagian lainnya adalah tempat untuk baca-baca dengan haroa pertama (haroano kantudu) dan haroa kedua (haroano fonintono kaeghomboha).

Cerita diawali dengan prosesi kakadiu sebelum gadis-gadis karia memasuki kaeghomboha. Pelan-pelan lampu menyoroti imam yang telah siap dengan termos air ditangannya, tiga orang gadis karia di hadapannya dengan posisi menghadap ke penonton memakai sarung dan siap untuk dimandikan oleh imam, sedangkan pomantoto berada tidak jauh dari imam dan para gadis sambil mengawasi mereka.

Pomantoto:

(kepada gadis-gadis karia) doliimu te mata gholeo Tanpa komentar apapun, para gadis karia menghadap di sebelah timur

Imam:

darumambiaene kema tolu paku oe so meeno neghuluntoo ini KWN:

Lalu imam menyiram para gadis dengan air di termos yang telah didoakan dan KWN menepuk air tersebut sebanyak tiga kali sesuai dengan perintah imam. Perlakukan yang sama diterapkan pada dua gadis karia lainnya, RM dan WS

Pomantoto:

aitu, da dumoli ane we kansoopa KWN, RM dan WS: (menjawab serentak) umbe

Kemudian para gadis menghadap di sebelah barat sedangkan imam mengambil oe metaano untuk dimandikan lagi pada para gadis karia ini.

Imam:

peda tora aniini, darumambie tolu paku oe kakadiu aini. KWN:

umbe Dan gadis karia lainnya menyesuaikan.

Prosesi kakadiu selesai, pelan-pelan lampu padam dan menyala di bagian panggung lainnya. Di sana telah tersedia dua haroa dan orang tua gadis karia serta pembantu pomantoto.

Ibu:

Dopadamo itu dekadiu, daebasamo.

Teimo damoniane te lolambu ini debasaghoomu so kasalamatino anantoomu ini. Lalu beberapa pemeran pembantu naik ke panggung untuk mengikuti prosesi baca-baca. Tak lama, kemudian masuk para gadis karia yang telah memakai kain putih untuk mengikuti pembacaan doa sebelum memasuki kaeghomboha. Suasana pembacaan doa sambil diringi musik dari lagu TOTONO LALO. Pembacaan doa selesai lalu para gadis karia menyalami orang-orang yang mengikuti prosesi pembacaan doa. Yang nampak terlihat adalah KWN mencium kaki ibunya sambil menangis terharu karena akan memasuki kaeghomboha. Ibunya pun ikut menagis.

KWN:

paapa, aesaloane maafu ane akokahala kamponano ini. Paapa:

umbe, amafuangko anaku. Fehu-fehulai lalolu welo kaghombo. KWN:

umbe paapa, Paapa:

150

KWN:

Dokumen terkait