• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PENGASUHAN ANAK PEREMPUAN DALAM UPACARA KARIA PADA MASYARAKAT MUNA SERTA MODEL PELESTARIANNYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA PENGASUHAN ANAK PEREMPUAN DALAM UPACARA KARIA PADA MASYARAKAT MUNA SERTA MODEL PELESTARIANNYA."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah Penelitian 1

B. Batasan Masalah Penelitian 4

C. Rumusan Masalah Penelitian 5

D. Tujuan Penelitian 5

E. Manfaat Penelitian 6

F. Batasan Definisi Operasional 7

BAB II KEBUDAYAAN, FOLKLOR DAN POLA PENGASUHAN ANAK

PEREMPUAN 8

A. Pengertian Kebudayaan 8

B. Pengertian Folklor 14

1. Ciri-Ciri Folklor 15

2. Bentuk-Bentuk Folklor 17

3. Fungsi Folklor 18

C. Pendidikan dan Pola Pengasuhan terhadap Anak 19

1. Pengertian Pendidikan 19

2. Perkembangan Anak 21

(2)

4. Pola Asuh Terhadap Anak Perempuan 27 D. Model Pelestarian Upcara Karia 30

1. Dasar Pemikiran 30

2. Model Pelestarian 33

a. Model Pelestarian dalam Bentuk Buku 34 b. Model Pelestarian dalam Bentuk Lomba dan Pertunjukan 35 c. Model Pelestarian dalam Alternatif Pementasan Drama 35

3. Dampak yang Diharapkan 37

E. Stereotip Gender 38

BAB III METODE PENELITIAN 42

A. Metode Penelitian 42

B. Teknik Pengumpulan Data 43

C. Instrumen Penelitian 44

D. Sumber Data Penelitian 48

E. Teknik Analisis Data 49

BAB IV POLA ASUH ANAK PEREMPUAN DALAM UPACARA

KARIA PADA MASYARAKAT ETNIS MUNA 51

A. Deskripsi Data 51

1. Letak Kabupaten Muna 51

(3)

a. Alam Fisik 52

b. Alam Hayati 53

c. Kondisi Masyarakat 54

d. Unsur-Unsur Budaya 56

3. Perihal Upacara Karia 61

4. Prosesi Pelaksanaan Upacara Karia 68

a. Tahap Persiapan 69

b. Tahap Pelaksanaan 74

c. Tahap Akhir 86

B. Analisis Data 88

1. Letak Kabupaten Muna 88

2. Lingkungan Budaya Penelitian 89

a. Alam Fisik 89

b. Alam Hayati 90

c. Kondisi Masyarakat 90

d. Unsur-Unsur Budaya 92

3. Perihal Upacara Karia 94

4. Prosesi Pelaksanaan Upacara Karia 97

a. Tahap Persiapan 97

b. Tahap Pelaksanaan 104

c. Tahap Akhir 114

(4)

C. Pembahasan Hasil Analisis 118

1. Perihal Upacara Karia 119

2. Prosesi Pelaksanaan Upacara Karia dan Pola Asuh terhadap Anak Perempuan yang ada di dalamnya 121

3. Stereotip Gender 126

BAB V MODEL PELESTARIAN UPACARA KARIA 129

A. Model Pelestarian dalam Bentuk Buku 129

B. Model Pelestarian dalam Bentuk Lomba dan Pertunjukan 131

C. Model Pelestarian dengan Alternatif Pementasan Drama 143

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 111

A. Simpulan 152

B. Saran 155

DAFTAR PUSTAKA 157

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang memiliki kekayaan budaya, bahasa, cara hidup, dan tradisi. Tradisi di Indonesia terdiri dari tradisi lisan dan tradisi tulis. Jika kita sadari, tradisi lisan merupakan salah satu bentuk semangat, harga diri dan tradisi bangsa Indonesia. Tradisi lisan berkembang sebagai corak kebudayaan kita yang asli dalam dimensi dan aspek-aspek tertentu, yang pada akhirnya akan mengundang kagum bangsa-bangsa asing. Hal ini akan memiliki nilai tawar yang cukup tinggi pada pasar global dan dalam rangka memasuki era kesejagadan. Dewasa ini, sekat-sekat ruang budaya hampir tidak lagi dapat mempertahankan dirinya dari arus zaman. Kehadiran tradisi lisan dengan berbagai ciri dan modelnya masing-masing akan mengesankan bahwa bangsa Indonesia tidak lupa dan tidak gampang melupakan sejarah tumpah darahnya.

(6)

2

kebudayaan sesungguhnya terletak pada bagaimana kebudayaan itu dapat dilestarikan sepanjang zaman. Oleh karena itu, hal-hal yang berkenaan dengan penganaktirian atau penomorduaan suatu kebudayaan daripada kebudayaan lain semestinya tidak terjadi karena pada hakikatnya seluruh entitas kebudayaan senantiasa membentuk suatu jejaring hidup antara satu dengan yang lainnya. Demikian juga dengan persoalan ini, bahwa tradisi lisan tidak harus dipisahkan atau bahkan dianaktirikan daripada tradisi tulis.

Tradisi lisan merujuk kepada segala bentuk warisan dan tradisi yang lahir dalam suatu kelompok masyarakat. Penyampaian tradisi ini berbentuk perantaraan lisan. Ia merupakan satu cara masyarakat menyampaikan sejarah lisan, kesusasteraan, perundangan, dan pengetahuan lain yang menyeberangi generasi tanpa sistem tulisan.

Dalam tradisi tentu saja ada nilai-nilai yang terkandung baik dari segi bahasanya (lisan atau tulis) maupun pada benda-benda yang digunakan. Pada sebuah upacara adat misalnya, benda-benda dan alat-alat yang digunakan tidak akan pernah terlepas dari makna dan tujuan-tujuan tertentu. Seperti makanan yang disajikan, pakaian yang dikenakan, bahasa yang diucapkan, gerak tubuh pada saat pelaksanaan, maupun cara berinteraksi antara satu dengan yang lain. Semua itu adalah hasil karya dari masyarakat sebelum generasi penerus dengan tujuan untuk terus dilestarikan dan dipakai dalam kehidupan sehari-hari yang disebut sebagai tradisi turun temurun.

(7)

tersebut dilakukan pada pupuhunan, yang merupakan tempat di arah selatan areal perladangan. Dalam kepercayaan mereka pupuhunan dipandang sebagai pusat alam jagad raya, tempat di mana dipertemukannya Dewi Sri dengan tanah. Dalam pemahaman yang lebih luas, pandangan itu memiliki aspek simbolik, yang mempersatukan makro dan mikro kosmos, sebagai upaya memelihara keseimbangan hubungan antara manusia dengan lingkungan alamnya (Adimihardja, 2008:55).

Di Banyuwangi ada prosesi upacara Kebo-keboan yang dilaksanakan setiap tahun oleh warga Desa Alasmalang. Upacara ini dilakukan untuk memohon turunnya hujan saat kemarau panjang, dengan turunnya hujan ini berarti petani dapat segera bercocok tanam. Puncak dari prosesinya adalah membajak sawah dan menanam bibit padi di persawahan. Di Tanah Toraja Sulawesi Selatan dikenal upacara Rambu Solo yaitu upacara kedukaan /kematian. Upacara ini telah diwarisi oleh masyarakat Toraja secara turun temurun. Bagi keluarga yang ditinggal wajib membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi. Di samping upacara tersebut, tentu saja masih banyak upacara-upacara adat lainnya di seluruh nusantara.

(8)

4

Dalam penelitan ini, peneliti akan memfokuskan pada salah satu tradisi lisan yang ada di Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara yakni tradisi upacara karia. Nilai-nilai dalam upacara karia sangat dibutuhkan bagi kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Muna khususnya perempuan, karena upacara ini merupakan puncak dari tradisi yang diadakan terhadap anak perempuan setelah melalui adat-adat tertentu lainnya. Upacara ini dapat pula dikatakan sebagai pelunasan tanggung jawab orang tua terhadap anak perempuannya karena orang tua itu sendiri akan merasa berdosa terhadap anaknya apabila anak tersebut dinikahkan sebelum dikaria. Karia itu sendiri dilaksanakan ketika sang anak memasuki usia remaja selama empat hari empat malam, dua hari dua malam, atau sehari semalam, tergantung kesepakatan antara penyelenggara karia dengan pomantoto atau disesuaikan dengan tingkatan sosial atau kasta dalam masyarakat tersebut.

Sekarang ini upacara karia sudah jarang dilakukan oleh masyarakat Muna padahal salah satu langkah untuk melestarikan budaya bangsa adalah terus melestarikannya dengan cara mengadakan atau menyelenggarakan adat itu sendiri.

Beranjak dari paparan tersebut, penulis merumuskan judul penelitian sebagai berikut: “Pola Pengasuhan Anak Perempuan dalam Upacara Karia pada Masyarakat Muna serta Model Pelestariannya”.

B. Batasan Masalah

(9)

masalah, karena penelitian dilakukan untuk menemukan jawaban atas masalah yang sedang dihadapi. Di samping itu, menurut (Satori dan Komariah, 2009:1) penelitian sangat berguna untuk pemecahan suatu masalah dengan mengambil pelajaran dari temuan penelitian. Lebih lanjut dikemukakan bahwa penelitian pada hakekatnya adalah upaya untuk mencari jawaban yang benar dan logis dari suatu masalah yang didasarkan atas data empiris yang terpercaya.

Dalam rencana penelitian ini, penulis membatasi masalah pada pola pengasuhan terhadap anak perempuan bagi masyarakat etnis Muna dalam budaya karia serta bagaimana model pelestariannya sebagaimana judul penelitian yang diajukan yakni “Pola Pengasuhan Anak Perempuan dalam Upacara Karia pada Masyarakat Muna serta Model Pelestariannya”.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Dari uraian latar belakang dan batasan masalah tersebut, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana proses pelaksanaan upacara karia?

2. Bagaimana pola pengasuhan anak perempuan dalam upacara karia? 3. Bagaimana upaya-upaya pelestarian upacara karia?

D. Tujuan Penelitian

(10)

6

terlupakan oleh generasi muda. Sedangkan tujuan secara khususnya adalah untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut.

1. Proses pelaksanaan upacara karia;

2. Pola pengasuhan anak perempuan dalam upacara karia; 3. Upaya-upaya pelestarian upacara karia;

4. Untuk mengetahui stereotip gender dalam upacara karia.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat. Manfaat yang diharapkan setelah diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu budaya, khususnya folklor lisan. Hal ini penting karena dapat dijadikan sebagai referensi penelitian upacara tradisi atau tradisi lainnya yang relevan dengan penelitin ini.

2. Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut.

a. Dapat menumbuhkan semangat generasi muda untuk terus melestarikan budaya bangsa yang sarat akan nilai-nilai yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup di masyarakat.

(11)

c. Dari nilai-nilai budaya yang terkandung dalam hasil penelitian ini, diharapkan generasi muda tidak mengabaikannya begitu saja tetapi lebih kepada pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Bagi para guru sastra, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran sastra daerah atau sastra lisan.

e. Bagi masyarakat umum, sekiranya pola pengasuhan terhadap anak perempuan yang didapatkan dalam penelitian ini dirasa perlu maka diharapkan dapat ditiru dan diterapkan pada anak-anak atau generasi muda yang menjadi tanggung jawab asuhnya.

F. Batasan Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian ini, penulis merumuskan beberapa batasan definisi operasional sebagai berikut:

1. Folklor adalah tradisi atau budaya yang dimiliki oleh suatu masyarakat yang penyebarannya terjadi secara turun-temurun dari mulut ke mulut dan menyimpan banyak nilai-nilai yang menjadi acuan hidup dalam masyarakat pemiliknya.

2. Pola asuh anak perempuan adalah cara masyarakat etnis Muna mengasuh anak perempuan dalam budaya karia untuk menjalankan kehidupannya sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

(12)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode merupakan cara yang akan menentukan berhasil tidaknya tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian maka sebelum melakukan penelitian, penulis harus menentukan metode yang akan digunakan dalam melakukan penelitian. Ada dua jenis metode penelitian. Pertama, metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Kedua, metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi yang alamiah, (sebagaimana lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2010:14-15).

(13)

penelitiannya secara deskritif analitis. Pendekatan naturalis yang penulis gunakan ini mengacu pada pendapat Kuntjara (2006:4) sebagai berikut.

1. Realitas pada dasarnya bersifat jamak yang hanya dapat dipelajari secara holistik. 2. Peneliti dan yang diteliti saling berinteraksi dan tidak bisa dipisahkan satu dengan

yang lain.

3. Tujuan penelitian adalah untuk menelaah suatu kasus dan memahaminya secara mendalam

4. Setiap unsur yang menyangkut subjek penelitian saling terkait sehingga sulit untuk mencari sebab akibatnya.

5. Penelitian menyangkut nilai-nilai yang paling tidak ada pada:

a. Peneliti dalam memilah masalah, menilai, dan mengemukakan pendapat; b. Pemilihan paradigma yang akan dipakai dalam peneltian;

c. Pemilihan teori yang digunakan dalam pengumpulan data dan penafsiran hasil penelitian;

d. Nilai-nilai yang terkandung pada konteks di mana subjek itu diteliti.

B. Teknik Pengumpulan Data

(14)

44

hal tersebut, maka untuk teknik pengumpulan data yang digunakan yakni dengan cara triangulasi atau gabungan daripada teknik observasi dan teknik wawancara. Selain itu, peneliti juga akan membaca buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik observasi yang digunakan adalah teknik observasi partisipatif karena akan memudahkan peneliti sendiri dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian, sedangkan jenis wawancara yang tepat untuk digunakan yakni wawancara mendalam, karena peneliti pun dengan sendirinya terlibat langsung secara intensif dengan setting penelitian terutama pada keterlibatannya dalam kehidupan informan.

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti sendirilah yang akan menjadi instrumen kunci. Hal ini didasarkan atas pandangan Nasution (Satori dan Komariah, 2009:63) bahwa: 1. peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari

lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian; 2. peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan

dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus;

3. tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia;

(15)

5. peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk mengetes hipotesis yang timbul seketika;

6. hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.

Dalam melakukan penelitian, peneliti tentu saja menggunakan perangkat penelitian yang membantu, karena keterbatasan daya ingat. Perangkat-perangkat yang dimaksudkan antara lain: pedoman wawancara, pedoman observasi, catatan lapangan, tape recorder, dan handycam. Masing-masing perangkat tersebut memiliki fungsi sebagai berikut.

1. Pedoman wawancara yakni digunakan sebagai rujukan pertanyaan awal yang akan diajukan terhadap responden dalam melakukan wawancara.

Pedoman Wawancara:

a. Asal-usul upacara karia

Responden : Tokoh Adat (I, II,… n)

Tempat dan waktu : __________, Tanggal___/Jam___

No. Kategori Pertanyaan

1. Asal muasal 1. Apa itu karia?

2. Siapa yang mengadakan karia pertama kali? 3. Mengapa diadakan upacara karia?

4. Di mana diadakan pertama? 5. Kapan diadakan pertama kali?

6. Bagaimana pelaksanaan upacara karia itu? 2. Tujuan Untuk apa karia dilakukan?

(16)

46

b. Pelaksanaaan Upacara Karia

Responden : Pomantoto dan Tokoh Adat, imam (I, II, … n) Tempat dan waktu : __________, Tanggal___/Jam___

No. Kategori Pertanyaan

1. Kewajiban 1. Mengapa upacara karia hanya diperuntukkan pada anak perempuan?

2. Mengapa orang tua merasa wajib melakukan upacara karia terhadap anak perempuannya? 2. Lamanya upacara 1. Mengapa 1, 2, 4, hari 1, 2, 4, malam?

2. Apakah ada ketetapan adat dalam waktu pelaksanaannya?

c. Benda dan Makna

Responden : Tokoh Adat dan Pomantoto (I, II,…, n) Tempat dan waktu : __________, Tanggal___/jam___

No. Kategori Pertanyaan

1. Benda-benda tradisional

1. Benda-benda apa yang diperlukan/dipakai dalam pelaksanaan upacara karia?

2. Apakah ada benda-benda khusus yang dikeramatkan?

2. Makna Apa makna yang terkandung pada benda-benda yang dipakai tersebut?

d. Gerak dan Makna

Responden : Pomantoto dan Tokoh Adat (I, II,…, n) Tempat dan waktu : __________, Tanggal___/jam___

No. Kategori Pertanyaan

1. Gerak-gerik yang dilakukan

1. Gerak-gerik apa saja yang dilakukan pada saat pelaksanaan upacara karia?

2. Apakah ada gerak-gerik yang diwajibkan atau dilarang pada saat upacara karia berlangsung? 2. Makna Apa makna yang terkandung pada gerak-gerik yang

(17)

e. Perlengkapan Lainnya

Responden : Pomantoto dan Tokoh Adat Tempat dan waktu : __________, Tanggal___/Jam___

No. Kategori Pertanyaan 1. Perlengkapan

lainnya*

Selain pakaian adat, makanan tradisional, dan benda-benda tradisional, masih adakah perlengkapan atau ornamen-ornamen lainnya yang dibutuhkan? Jika iya, apa saja?

2. Makna Apa makna yang terkandung dalam masing-masing perlengkapan/ornamen lainnya tersebut?

2. Pedoman observasi yakni digunakan sebagai patokan awal dalam melakukan observasi ketika berada di lapangan penelitian.

Pedoman Observasi

Fokus observasi : Persiapan, pelaksanaan, dan tahap akhir pelaksanaan Tempat observasi : ___________

Waktu observasi : Tanggal____/Jam____ Orang yang terlibat : ___________

No. Kegiatan Deskripsi

1. Tahap persiapan

a. Alat-alat1 yang disiapkan sebelum diadakan upacara karia

b. Pakaian yang disiapkan untuk pelaku upacara karia

c. Makanan yang disiapkan untuk pelaku upacara karia

d. Siapa saja yang berhak mempersiapkan segala kebutuhan dalam upacara karia 2. Tahap pelaksanaan

a. Alat-alat yang disiapkan digunakan oleh siapa dan untuk apa

b. Siapa saja yang mengenakan pakaian khusus2

c. Siapa saja yang memakan makanan khusus3

(18)

48

mempersiapkan segala kebutuhan dalam upcara karia

3. Tahap akhir

a. Apa yang dilakukan

b. Bila ada benda-benda khusus yang tidak habis dipakai pada saat upacara karia dibawa ke mana

Keterangan:

1. Benda-benda tradisional

2. Pakaian adat yang hanya dikenakan pada saat pelaksanaan upacara karia 3. Makanan tradisional yang hanya disajikan ketika ada upacara karia

3. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat bagian-bagian penting dari observasi dan wawancara yang kira-kira mempengaruhi hasil pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian yang dilakukan.

4. Tape recorder digunakan untuk merekam proses wawancara yang dilakukan oleh peneliti dan responden.

5. Handycam digunakan untuk merekam gambar yang menjadi objek penelitian.

D. Sumber Data Penelitian

(19)

E. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul tentu saja harus dianalisis agar dapat dibaca dan dipahami dengan mudah, baik peneliti secara pribadi maupun orang lain secara umum. Teknik analisis data yang digunakan dapat dilihat dengan cara berikut ini. 1. Menyusun secara sistematis data-data yang telah diperoleh di lapangan dengan

cara wawancara dan observasi yang telah dicatat dalam catatan lapangan dan direkam serta bahan-bahan lainnya yang menunjang sehingga dapat dipahami dengan mudah.

2. Mendeskripsikan makna dan tujuan dari masing-masing data yang telah dikumpulkan, kemudian dianalisis pola pengasuhan anak perempuan pada masyarakat Muna,

3. Menginterpretasikan/membahas hasil analisis data sesuai dengan teori yang digunakan. Untuk memudahkan analisis data maka uraian fokus analisis dapat dilihat pada ‘Pedoman Analisis dan Pembahasan Hasil Analisis Data’ yang terdapat di halaman selanjutnya.

(20)

40

Pedoman Analisis dan Pembahasan Hasil Analisis Data.

No. Uraian Data Temuan Keterangan/yang Diamati 1. Teori perkembangan Perilaku, kepercayaan,

produk lain, karakteristik, status sosial, penampilan, stereotip budaya,

perubahan peranan, pengalaman pribadi, 2. Psikologi wanita Memelihara,

lemah-lembut

3. Pendidik anak wanita Berkepribadian sederhana, penuh rasa hangat, jujur, tidak menuntut

4. Pendidikan keluarga Penanan ibu, peranan ayah, peranan nenek, peranan pramuwisma 5. Stereotip gender Pola asuh anak

(21)

129 BAB V

MODEL PELESTARIAN UPACARA KARIA

Telah dijelaskan pada BAB II bahwa model pelestarian yang ditawarkan untuk melestarikan budaya upacara karia, yaitu model pelestarian dalam bentuk dokumentasi yakni buku; model pelestarian dalam bentuk lomba dan pergelaran; dan alternatif pengajaran di sekolah dalam bentuk pementasan drama.

A. Model Pelestarian dalam Bentuk Buku

Penyajian materi dalam buku yang dimaksud berbentuk deskripsi dan argumentasi. Di mana isi buku ini akan mendeskripsikan sejarah upacara karia, tahapan-tahapan pelaksanaannya, syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya, dan argumentasi tentang keberadaan upacara karia itu sendiri.

Rangkaian buku yang dimaksud adalah sebagai berikut: KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAGIAN I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran

B. Fokus Pemikiran C. Tujuan Penulisan

D. Manfaat yang diharapkan

BAGIAN II BUDAYA DAN UPACARA KARIA A. Konsep Budaya

1. Pengertian Kebudayaan 2. Unsur-Unsur Kebudayaan B. Upacara Karia

1. Asal-Usul Upacara Karia 2. Syarat-syarat Upacara Karia 3. Prosesi Pelaksanaan Karia

(22)

130

c. Tahap Akhir C. Hikmah Upacara Karia

BAGIAN III NILAI-NILAI BUDAYA DALAM KARIA A. KONSEP NILAI BUDAYA

1. Pengertian Nilai 2. Jenis-Jenis Nilai 3. Nilai-Nilai Budaya

B. NILAI BUDAYA DALAM UPACARA KARIA

BAGIAN IV UPACARA KARIA SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN BAGI PEREMPUAN ETNIS MUNA

A. KONSEP PENDIDIKAN

B. PENDIDIKAN DALAM LINGKUNGAN KELUARGA 1. Peranan Ibu

2. Peranan Ayah 3. Peranan Nenek

4. Peranan Pembantu Rumah Tangga (Pramuwisma) C. POLA ASUH TERHADAP ANAK PEREMPUAN

D. PENDIDIKAN ANAK PEREMPUAN DALAM UPACARA KARIA

DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT PENULIS

Buku yang telah dihasilkan kiranya dapat membawa nilai positif bagi masyarakat pemilik budaya tersebut. Generasi muda pun dapat dengan mudah mendapatkan informasi tentang tradisi ini.

B. Model Pelestarian dalam Bentuk Lomba dan Pertunjukan

(23)

dan menarik yang dimaksud adalah gerakan-gerakan dari tiap prosesi dan alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan upacara. Misalnya: lomba kreasi sulutaru, lomba dan pergelaran tari linda, pergelaran tari pogala dan prosesi pemotongan pisang, lomba penulisan karya ilmiah tentang upacara karia, lomba menulis cerpen tentang karia, lomba pemukulan gong dan gendang, lomba mengambil mayang pinang dan mayang kelapa, lomba tahan godaan, dan pembuatan film dokumenter karia.

Masing-masing lomba dan pergelaran tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Lomba kreasi sulutaru

Lomba ini dapat diadakan oleh kelompok siapa saja yang ingin melestarikan budaya karia. Bisa juga diadakan di desa-desa atau di kecamatan. Peserta lomba ini pun bebas, bisa dari kalangan remaja, maupun ibu-ibu yang berminat mengikutinya.

Pengumuman pengadaan perlombaannya dapat dibuat seperti ini:

HADIRI DAN IKUTI DALAM

RANGKA MELESTARIKAN SALAH SATU BUDAYA DAERAH KITA

1) Peserta

(a) Jumlah peserta 2-4 orang (b) Usia tidak dibatasi 2) Syarat-syarat pendaftaran

(a) Biaya pendaftaran Rp 25.000,- per kelompok

(b) Menyertakan foto copy kartu identitas yang masih berlaku 3) Hadiah

(24)

132

(b) Pemenang II mendapatkan uang tunai sebesar Rp 1.500.000,-, piala, dan piagam penghargaan

(c) Pemenang III mendapatkan uang tunai sebesar Rp 1.000.000,-, piala, dan piagam penghargaan

(d) Pemenang IV mendapatkan uang tunai sebesar Rp 500.000,-, dan piagam penghargaan

(e) Pemenang V mendapatkan uang tunai sebesar Rp 200.000,-, dan piagam penghargaan

(f) Pemenang VI mendapatkan uang tunai sebesar Rp 100.000,-, dan piagam penghargaan

4) Pedoman penilaian (a) Kretifitas (b) Kerapihan (c) Keindahan (d) Ketepatan (e) Pemahaman Catatan:

! "# $ %%%& '"'( # $%%%

) * +

, - .

b. Lomba dan pergelaran tari linda,

Tari linda dapat dijadikan sebagai pergelaran dalam acara-acara resmi. Untuk pergelaran dalam acara-acara resmi yang dimaksud misalnya pada saat pembukaan seminar, tari linda dapat digelar, atau dalam rangka menyambut tamu-tamu daerah.

(25)

yang ingin menonton dan menikmati tarian asli daerah ini. Atau bisa juga oleh sanggar-sanggar tari.

Pengumuman pengadaan perlombaannya dapat dibuat seperti di bawah ini: MERIAHKAN HARI KEMERDEKAAN KITA DENGAN MENGIKUTI

SEBAGAI BENTUK RASA BANGGA TERHADAP BUDAYA DAERAH YANG KITA MILIKI

• • • •

! " " # $

% " # $

• & '()*)))+

• & '))*)))+

• & ()*)))+

• & !(*)))+

" $ , " # - . +

# "

/ 0 #

# + +

+ # , # *

. # & (*)))*)))+ +

+ #

.. # & 1*)))*)))+ +

(26)

134

, ... # & /*)))*)))+

+ + #

# .2 # & !*)))*)))+ +

, # + #

2 # & '*)))*)))+ +

, # #

$ 2. # & ())*)))+ +

, # + #

3

# $ #

444

# - * 5 !6(!1' 76888+ )1)/ !'!7888

9 # :" *,

;% <

c. Pergelaran pogala/silat Muna

(27)

Pengumuman pengadaan perlombaannya dapat dibuat seperti ini:

IKUTI DALAM RANGKA

MERAYAKAN ULANG TAHUN KABUPATEN MUNA

1) 1) 1)

1) PesertaPesertaPesertaPeserta (a) (a) (a) (a) PriaPriaPriaPria

• Umum/mahasiswaUmum/mahasiswa Umum/mahasiswaUmum/mahasiswa • Pelajar SMAPelajar SMA Pelajar SMAPelajar SMA • Pelajar SMPPelajar SMP Pelajar SMPPelajar SMP (b)

(b) (b)

(b) WanitaWanitaWanitaWanita

• Umum/mahasiswaUmum/mahasiswa Umum/mahasiswaUmum/mahasiswa • Pelajar SMAPelajar SMA Pelajar SMAPelajar SMA • Pelajar SMPPelajar SMP Pelajar SMPPelajar SMP

2) 2) 2)

2) SyaratSyaratSyaratSyarat----syarat pendaftaransyarat pendaftaransyarat pendaftaran syarat pendaftaran (a)

(a) (a)

(a) Biaya pendaftaran Rp 25.000,Biaya pendaftaran Rp 25.000,Biaya pendaftaran Rp 25.000,Biaya pendaftaran Rp 25.000,---- (b)

(b) (b)

(b) Menyertakan foto copy kartu identitas yang masih berlakuMenyertakan foto copy kartu identitas yang masih berlakuMenyertakan foto copy kartu identitas yang masih berlakuMenyertakan foto copy kartu identitas yang masih berlaku

3) 3)3)

3) HadiahHadiahHadiahHadiah Masing Masing Masing

Masing----masing pemenang akan mendapatkan uang pembinaan, masing pemenang akan mendapatkan uang pembinaan, masing pemenang akan mendapatkan uang pembinaan, masing pemenang akan mendapatkan uang pembinaan, piala, dan piagam

piala, dan piagam piala, dan piagam

piala, dan piagam penghargaanpenghargaanpenghargaan penghargaan (a)

(a) (a)

(a) Pemenang I mendapatkan uang tunai sebesar Rp 1.500.000,Pemenang I mendapatkan uang tunai sebesar Rp 1.500.000,Pemenang I mendapatkan uang tunai sebesar Rp 1.500.000,Pemenang I mendapatkan uang tunai sebesar Rp 1.500.000,----, , , , piala, dan piagam penghargaan

piala, dan piagam penghargaan piala, dan piagam penghargaan piala, dan piagam penghargaan (b)

(b) (b)

(b) Pemenang II mendapatkan uang tunai sebesar Rp 1.000.000,Pemenang II mendapatkan uang tunai sebesar Rp 1.000.000,Pemenang II mendapatkan uang tunai sebesar Rp 1.000.000,Pemenang II mendapatkan uang tunai sebesar Rp 1.000.000,----, , , , piala, dan piagam penghargaan

piala, dan piagam penghargaan piala, dan piagam penghargaan piala, dan piagam penghargaan (c)

(c) (c)

(c) Pemenang III mendapatkan uang tunai sebesar Rp 500.000,Pemenang III mendapatkan uang tunai sebesar Rp 500.000,Pemenang III mendapatkan uang tunai sebesar Rp 500.000,Pemenang III mendapatkan uang tunai sebesar Rp 500.000,----, , , , piala, da

piala, da piala, da

(28)

136

Catatan: Catatan: Catatan: Catatan:

Pendaftaran dilakukan paling lambat satu minggu sebelum Pendaftaran dilakukan paling lambat satu minggu sebelum Pendaftaran dilakukan paling lambat satu minggu sebelum Pendaftaran dilakukan paling lambat satu minggu sebelum perlombaan!!!

perlombaan!!! perlombaan!!! perlombaan!!!

Untuk keterangan lebih lanjut hubungi panitia kami di: Untuk keterangan lebih lanjut hubungi panitia kami di: Untuk keterangan lebih lanjut hubungi panitia kami di: Untuk keterangan lebih lanjut hubungi panitia kami di: Tlp. +6285241698XXX, 0403

Tlp. +6285241698XXX, 0403 Tlp. +6285241698XXX, 0403

Tlp. +6285241698XXX, 0403----2129XXX2129XXX2129XXX 2129XXX Email:

Email: Email:

Email: silatmuna@yahsilatmuna@yahsilatmuna@yahsilatmuna@yahoo.comoo.comoo.comoo.com FB:

FB: FB:

FB: Mai Te WunaMai Te WunaMai Te WunaMai Te Wuna

d. Lomba penulisan karya ilmiah

Lomba ini dapat dilakukan dalam rangka merayakan ulang tahun daerah. Peserta yang mengikutinya dapat dibagi dalam beberapa kategori. Jumlah dari masing-masing peserta dapat secara individu dapat pula secara kelompok. Untuk petunjuk penilaian yang digunakan misalnya keabsahan data, teori yang digunakan/dirujuk sebagai landasan dalam membahas hasil analisis, cara pelaporan/penulisan, dan sistematika penulisan yang sesuai.

Pengumuman pengadaan perlombaannya dapat dibuat seperti di bawah ini:

IKUTI LOMBA PENULISAN TENTANG

” SEBAGAI BENTUK TANGGUNG JAWAB TERHADAP KEBERLANGSUNGAN KEBUDAYAAN DAERAH

• • •

(29)

• """" # $# $# $# $ %%%% " # &" # &" # &" # & ' '' ' (((( '''' ) ) ) ) * ' ) * ' ) * ' ) * ' ) • ++++ ,,#,,,%,,#,,,%,,#,,,%,,#,,,%(((( • + -,#,,,%+ -,#,,,%+ -,#,,,%+ -,#,,,%(((( • + $-#,,,%+ $-#,,,%((((+ $-#,,,%+ $-#,,,%

' " ) . ' " / %

'' "" )) .. ' "' " // %%

' " ) . ' " / %

" ' "

" ' "

" ' "

" ' "

0 0 0 0

(((( """" """" %%%%

% % . # % % . # % % . # % % . # " + " + " +

" + ----#,,,#,,,%#,,,#,,,%#,,,#,,,%#,,,#,,,%((((%%%% % % % % " + " + " +

" + ,,,,#,,,#,,,%#,,,#,,,%#,,,#,,,%#,,,#,,,%((((%%%% %

% % %

.... """" ++++ 1111#,,,#,,,%#,,,#,,,%#,,,#,,,%#,,,#,,,%((((%%%% %

% % %

2 " +

2 " +

2 " +

2 " + 3333#,,,#,,,%#,,,#,,,%#,,,#,,,%#,,,#,,,%((((%%%%

. %

. %

. %

. %

2 "

22 ""

2 " ++++ &&&&#,,,#,,,%#,,,#,,,%#,,,#,,,%#,,,#,,,%((((%%%% .

. . .

)))) 2222 """" ++++ $$$$####,,,,,,#,,,%,,#,,,%,,#,,,%,,#,,,%((((%%%%

. % . % . % . % 4 4 4 4 ☺ ☺ ☺

) ) ) ) " "" "" "" " 55555 55555 55555 55555 " '" '" '" ' " " " " " " " " ☺ ☺ ☺

'''' (((( " " " " " )" )" )" ) """"

" "

" "

" "

" " %%%% ((((

" "" " ☺ ☺ ☺

" "" "" "" " """" / # 63$1-$& 371888% ,&,9

/ # 63$1-$& 371888% ,&,9 / # 63$1-$& 371888% ,&,9

/ # 63$1-$& 371888% ,&,9(((($ $7888$ $7888$ $7888$ $7888 :

: :

: """" '''' ;';';';' #.#.#.#.

<* '

<* '

<* '

<* '

(30)

138

Lomba ini dapat dilakukan dalam rangka memperingati hari ulang tahun daerah atau perayaan kemerdekaan RI, atau dapat pula dimasukkan dalam acara tahunan sebuah sanggar seni di daerah. Peserta yang akan mengikuti bebas saja bisa dibagi dalam beberapa kategori atau bisa juga secara umum. Pembagian kategori misalnya, kategori pelajar yakni SMP dan SMA, serta kategori umum dan mahasiswa. Biasanya peserta akan tertarik dengan sebuah lomba bila melihat dan/atau mendengar publikasi yang menarik. Publikasi yang dimaksud adalah pengumuman tentang lomba yang diadakan. Untuk pengumuman pengadaan lomba ini bisa melalui media masa maupun elektronik. Selain itu, biasanya peserta juga melihat hadiah yang dijanjikan oleh panitia. Oleh karena itu, panitia yang mengadakan lomba ini diharapkan agar bisa membuat publikasi sebaik mungkin agar peserta tertarik untuk mengikuti. Melalui cara ini siswa atau siapa saja yang ingin mengikuti lomba pasti akan mengadakan survei kecil-kecilan terhadap upacara karia.

Pengumuman pengadaan perlombaannya dapat dibuat seperti di bawah ini: RAIH HADIAH JUTAAN RUPIAH DALAM LOMBA PENULISAN

TENTANG ” SEBAGAI

BENTUK TANGGUNG JAWAB GENERASI MUNA TERHADAP KEBERLANGSUNGAN KEBUDAYAAN DAERAH

1)

• • •

(31)

" #$%$$$&

" '$%$$$&

" (#%$$$&

) * ) + , &

) )

3)

-) ) & &

& * %

, ) " ($%$$$%$$$& & &

,, ) " .%$$$%$$$& & &

,,, ) " /%$$$%$$$& & &

,0 ) " 1%$$$%$$$& &

* &

) 0 ) " 2%$$$%$$$& & *

0, ) " (%$$$%$$$& &

* &

3 ☺ ☺ ☺

) ) 44444 ) ) )

☺ ☺ ☺

) ) ) )

) & )

☺ ☺ ☺

) ) )

+ % 5/2.#21(/6.777& $1$' 2(26777

8 ) * 9 %*

:! 3

f. Lomba mengambil mayang pinang dan mayang kelapa,

(32)

140

berbentuk piala, piagam, souvenir, atau uang tunai. Pada saat memanjat dan mengambil mayang, perlakuan peserta harus seperti pada saat mengambil mayang untuk keperluan karia yaitu tidak menoleh ke kiri dan ke kanan serta tidak menyahuti siapapun yang mengajaknya berbicara.

Pedoman penilaiannya bisa seperti di bawah ini:

No. Nama Eskpresi Jumlah

Tenang Kecepatan Keberanian* Tanggung Jawab 1.

2. dst. Keterangan:

Tenang = sikap tenang pada saat memanjat pohon pinang

Kecepatan = kecepatan pada saat naik dan turun pada saat memanjat Keberanian* = tidak takut jatuh pada saat naik

Tanggung Jawab = tanggung jawab ketika mengambil dan membawa mayang sampai tiba di tanah

Pengumuman pengadaan perlombaannya dapat dibuat seperti ini:

!" # " $ % & % " $ % & %

%" % &' ' ('$" ) % " %* + , - )

. ,

+ % %* + % $ % ) %* )% $ /0010002#2 $ - 2 % $ * + $ %*, * %

(33)

( + % %* + % $ % ) %* )% $ 0010002#2 $ - 2 % $ * + $ %*, * %

%3

% & % - ) % $ - %* - + ) , -)+ $ -'+ %444 % ) %* % - , - %5) ,) )%* $ % + 3

-$1 67 89 / 7:8;;;2 0/0.# :;;; + -3+ " %* <" ,''1('+ = 3 !' ' %'

g. Lomba tahan godaan,

Lomba ini terdengar agak sedikit ‘konyol’ namun akan terlihat menarik apabila dikemas sebaik-baiknya. Semua dari peserta dari lomba ini adalah perempuan atau bisa juga laki-laki. Acaranya dapat dibuat seperti ini: para peserta lomba ditempatkan berjejer di atas panggung atau di mana saja yang penting nyaman dan layak dijadikan tempat perlombaan, kemudian dari orang lain baik penonton ataupun juri, atau bisa juga orang-orang yang telah ditunjuk yang terkenal dengan gaya yang gemar membuat lelucon menggoda peserta lomba. Siapa yang tahan godaan maka ia akan mendapat sebuah hadiah atau apa saja yang disiapkan oleh panitia lomba.

Pengumuman pengadaan perlombaannya dapat dibuat seperti ini: >

(34)

142

(b) (b) (b)

(b) WanitaWanitaWanitaWanita (c)

(c) (c)

(c) Usia tidak dibatasiUsia tidak dibatasiUsia tidak dibatasiUsia tidak dibatasi

Syarat Syarat Syarat

Syarat----syarat pendaftaransyarat pendaftaransyarat pendaftaran syarat pendaftaran (a)

(a) (a)

(a) Bebas biaya pendaftaranBebas biaya pendaftaranBebas biaya pendaftaranBebas biaya pendaftaran (b)

(b) (b)

(b) Menyertakan foto copy kartu Menyertakan foto copy kartu Menyertakan foto copy kartu Menyertakan foto copy kartu identitas yang masih berlakuidentitas yang masih berlakuidentitas yang masih berlakuidentitas yang masih berlaku

. HadiahHadiahHadiahHadiah (a) (a) (a)

(a) Pemenang I mendapatkan uang tunai sebesar Rp 400.000,Pemenang I mendapatkan uang tunai sebesar Rp 400.000,Pemenang I mendapatkan uang tunai sebesar Rp 400.000,Pemenang I mendapatkan uang tunai sebesar Rp 400.000,----, , , , piala, dan piagam penghargaan

piala, dan piagam penghargaan piala, dan piagam penghargaan piala, dan piagam penghargaan (b)

(b) (b)

(b) Pemenang II mendapatkan uang tunai sebesar Rp 300.000,Pemenang II mendapatkan uang tunai sebesar Rp 300.000,Pemenang II mendapatkan uang tunai sebesar Rp 300.000,Pemenang II mendapatkan uang tunai sebesar Rp 300.000,----piala, dan piagam penghargaan

piala, dan piagam penghargaan piala, dan piagam penghargaan piala, dan piagam penghargaan (c)

(c) (c)

(c) Pemenang III mendapatkan uang tunai sebesar Rp 2Pemenang III mendapatkan uang tunai sebesar Rp 2Pemenang III mendapatkan uang tunai sebesar Rp 2Pemenang III mendapatkan uang tunai sebesar Rp 200.000,00.000,00.000,00.000,----, , , , piala, dan piagam penghargaan

piala, dan piagam penghargaan piala, dan piagam penghargaan piala, dan piagam penghargaan Catatan:

Catatan: Catatan: Catatan:

Pendaftaran dilakukan paling lambat satu hari sebelum perlombaan!!! Pendaftaran dilakukan paling lambat satu hari sebelum perlombaan!!! Pendaftaran dilakukan paling lambat satu hari sebelum perlombaan!!! Pendaftaran dilakukan paling lambat satu hari sebelum perlombaan!!! Untuk keterangan lebih lanjut hubungi panitia kami di:

Untuk keterangan lebih lanjut hubungi panitia kami di: Untuk keterangan lebih lanjut hubungi panitia kami di: Untuk keterangan lebih lanjut hubungi panitia kami di: Tlp. +6285241698XXX, 0403

Tlp. +6285241698XXX, 0403 Tlp. +6285241698XXX, 0403

Tlp. +6285241698XXX, 0403----2129XXX2129XXX2129XXX 2129XXX Email:

Email: Email:

Email: tahangodaan@yahoo.comtahangodaan@yahoo.comtahangodaan@yahoo.comtahangodaan@yahoo.com FB: Tahan Godaan

FB: Tahan Godaan FB: Tahan Godaan FB: Tahan Godaan

h. Pembuatan film dokumenter

Model ini dapat ditawarkan kepada siapa saja yang berminat dan mampu membuat film dokumenter.

Pengumuman pengadaan perlombaannya dapat dibuat seperti ini:

RAIH UANG HUNAI RAHUSAN JUHA RUPIAH DALAM LOMBA PEMBUAHAN

(35)

1) Peserta

(a) Kategori Umum

(b) Peserta per orang atau kelompok

2) Syarat-syarat pendaftaran

(a) Biaya pendaftaran: Rp 100.000,-/

(b) Menyertakan foto copy kartu identitasyang masih berlaku

3) Hadiah

Masing-masing pemenang akan mendapatkan uang pembinaan, piala, piagam penghargaan, dan cendramata.

(a) Pemenang I mendapatkan uang tunai sebesar Rp 150.000.000,-, piala, dan piagam penghargaan

(b) Pemenang II mendapatkan uang tunai sebesar Rp 120.000.000,-, piala, dan piagam penghargaan

(c) Pemenang III mendapatkan uang tunai sebesar Rp 100.000.000,-, piala, dan piagam penghargaan

(d) Pemenang IV mendapatkan uang tunai sebesar Rp 80.000.000,-, cendramata, dan piagam penghargaan

(e) Pemenang V mendapatkan uang tunai sebesar Rp 60.000.000,-,

cendramata dan piagam penghargaan

(f) Pemenang VI mendapatkan uang tunai sebesar Rp 40.000.000,-, cendramata, dan piagam penghargaan

(g) Pemenang hiburan mendapatkan uang tunai sebesar Rp

20.000.000,-, cendramata, dan piagam penghargaan

(h) Pemenang favorit mendapatkan uang tunai sebesar Rp 10.000.000,-,

cendramata, dan piagam penghargaan

Catatan:

Pendaftaran dilakukan paling lambat _____ dan film dokementer

dikumpulkan satu minggu sebelum pengumuman pemenang

Film dokumenter di kirim atau diantar ke alamat panitia dalam

bentuk DVD sebanyak tiga keping

Untuk keterangan lebih lanjut hubungi panitia kami di:

Tlp. +6285241698XXX, 0403-2129XXX

Email: kariadokumenter@yahoo.com

FB: Dokumenter Karia

(36)

144

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP) terdapat pembelajaran drama pada silabus, dari silabus yang dimaksud penulis dapat menyusun dapat skenario/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan dalam pembelajaran.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas/Semester : XI/I

Pertemuan : I, II, dan III Alokasi waktu : 3 X 90 menit 1. Standar Kompetensi

Memerankan tokoh dalam pementasan drama 2. Kompetensi dasar

Menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik sesuai dengan watak tokoh 3. Indikator

a. Memerankan drama disertai gerak-gerik yang tepat

b. Memerankan drama dengan lafal, intonasi, nada yang jelas c. Mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang tepat 4. Tujuan Pembelajaran

a. Siswa mampu memerankan drama disertai gerak-gerik yang tepat

b. Siswa mampu memerankan drama dengan lafal, intonasi, nada yang jelas c. Siswa mampu mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang tepat 5. Materi Pokok

a. naskah drama b. gerak (action) c. mimik/ pantomimic d. blocking

e. tata panggung f. tata busana g. tata bunyi h. tata lampu

6. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama

a. Kegiatan awal

1) Guru dan siswa saling memberi salam 2) Guru mengecek kehadiran siswa b. Kegiatan inti

(37)

3) Guru dan siswa berdiskusi tentang upacara karia

4) Guru memandu siswa membentuk kelompok belajar dengan cara berhitung dari 1-5, lalu yang mendapatkan angka yang sama membentuk satu kelompok belajar atau kalau kelas tersebut telah memiliki kelompok belajar maka siswa dipandu untuk duduk sesuai kelompok masing-masing 5) Masing-masing kelompok menamai kelompoknya dengan nama-nama

sastrawan

6) Guru membagikan contoh naskah drama kepada masing-masing kelompok belajar lalu siswa mempelajarinya

7) Guru menugasi masing-masing kelompok untuk membuat naskah drama tentang karia

8) Guru dan siswa menentukan nomor untuk giliran penampilan pada pertemuan berikutnya

c. Kegiatan akhir

1) Guru dan siswa bertanya jawab tentang kejelasan dari tugas masing-masing kelompok

2) Guru menutup pelajaran Pertemuan Kedua

a. Kegiatan awal

1) Guru dan siswa saling memberi salam

2) Guru menanyakan kesiapan siswa dalam belajar 3) Guru mengecek kehadiran siswa

4) Guru dan siswa bertanya jawab tentang kegiatan pada pertemuan sebelumnya

b. Kegiatan inti

1) Guru mempersilahkan kelompok belajar yang gilirannya tampil pertama 2) Kelompok I lalu mengambil posisi untuk tampil di depan kelas dan

kelompok lain ditugasi untuk memperhatikan kelompok I

3) Guru menunjuk salah seorang siswa untuk membacakan sinopsis dari naskah drama yang dibuat oleh kelompok I

4) Kelompok I bermain drama kelompok lain memperhatikan 5) Setelah kelompok I tampil maka giliran kelompok II

6) Guru dan siswa bersama-sama menilai penampilan kelompok I dan kelompok II

7) Guru dan siswa secara bersama-sama membicarakan hal-hal yang harus diperhatikan kembali demi kepentingan kelompok yang akan tampil selanjutnya seperti gerak-gerik dalam bermain drama; lafal, intonasi, serta nada harus jelas; dan ekspresi serta penghayatan watak tokoh harus jelas pula.

c. Kegiatan akhir

(38)

146

Pertemuan Ketiga a. Kegiatan awal

1) Guru dan siswa saling memberi salam 2) Guru mengecek kehadiran siswa b. Kegiatan inti

1) Guru mempersilahkan kelompok III untuk tampil pertama

2) Kelompok III lalu tampil di depan kelas dan kelompok lain ditugasi untuk memperhatikan kelompok III

3) Kelompok III bermain drama kelompok lain memperhatikan

4) Setelah kelompok III tampil maka giliran kelompok IV sampai selesai. Kemudian dilanjutkan lagi oleh penampilan kelompok terakhir yakni kelompok V sampai selesai pula

5) Guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi penampilan dari semua kelompok yang telah menampilkan drama karya mereka sendiri.

c. Kegiatan akhir

1) Guru dan siswa melakukan refleksi 2) Guru bersama siswa menutup pelajaran 7. Media dan sumber belajar

a. Siswa

b. Naskah drama 8. Evaluasi

a. Tulislah sebuah naskah drama tentang upacara karia!

b. Tampilkan naskah drama tersebut di depan kelas dengan memperhatikan beberapa hal berikut:

1) gerak-gerik dalam bermain drama; 2) lafal, intonasi, dan nada harus jelas;

3) ekspresi dan penghayatan watak tokoh harus jelas. c. Berikanlah tanggapan terhadap penampilan kelompok lain! 9. Penilaian

a. Jenis Tagihan: 1) tugas individu 2) tugas kelompok b. Bentuk Instrumen:

1) unjuk kerja

2) pedoman penilaian Pedoman Penilaian I

No. Kegiatan Skor

(39)

2. Siswa menampilakan naskah drama yang telah dibuat di depan kelas dengan memperhatikan beberapa hal berikut:

a. gerak-gerik dalam bermain drama; b. lafal, intonasi, dan nada harus jelas;

c. ekspresi dan penghayatan watak tokoh harus jelas.

3. Siswa memberikan tanggapan terhadap penampilan kelompok lain Jumlah

Pedoman Penilaian II

No. Nama siswa Aspek yang dinilai Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Aisyiva 2. Andakara dst. ... Keterangan:

(1) gerak-gerik (2) pelafalan (3) intonasi (4) nada

(5) ekspresi (6) penghayatan

Selain pementasan drama di sekolah, karia dalam bentuk drama pun dapat ditampilkan oleh sangar-sangar teater yang aktif di daerah. Biasanya sebuah sanggar teater di daerah memiliki agenda tahunan seperti lomba baca puisi tingkat provinsi, festival teater pelajar, prosesi seni mala jumat, atau jenis-jenis nama lain yang dilakukan oleh sanggar itu sendiri. Drama karia dapat menjadi salah satu naskah yang dapat ditampilkan pada acar tersebut.

Untuk menjaga keaslian dari karia itu sendiri naskah dapat dibuat dalam bahasa daerah Muna secara keseluruhan dan yang ditampilkan adalah murni karia tanpa kreasi apapun, kecuali penataan panggung dan tata lampu. Bentuk naskah yang dimaksud dapat dibuat seperti di bawah ini:

(40)

148

Para Pemain: 3 gadis karia

1. Kalambe Wuna Neangka (KWN) 2. Robhine Moimpohino (RM) 3. Wula Sungku (WS)

3 pemegang sulutaru 3 yang menggendong Pomantoto

Pembantu Pomantoto/ PP (Penari) 2 orang imam

3 orang pogalano

1 pemuda (Ngkoimani/kekasih KWN) Serta beberapa pemeran pembantu

Cerita ini mengambil latar di dalam songi, tempat dighombonya tiga orang gadis karia, di rumah tuan rumah yang melaksanakan karia, di jalan raya menuju rumah tempat kaeghomboha oe dan patirangka, dan di sungai tempat pengambilan oe sokaghombo yang sekaligus digunakan sebagai tempat kaeghoroha/kaefolantoha bhansa.

ADEGAN 1

Panggung dibagi menjadi dua bagian, sebagain adalah tempat gadis karia dimandikan dan sebagian lainnya adalah tempat untuk baca-baca dengan haroa pertama (haroano kantudu) dan haroa kedua (haroano fonintono kaeghomboha).

Cerita diawali dengan prosesi kakadiu sebelum gadis-gadis karia memasuki kaeghomboha. Pelan-pelan lampu menyoroti imam yang telah siap dengan termos air ditangannya, tiga orang gadis karia di hadapannya dengan posisi menghadap ke penonton memakai sarung dan siap untuk dimandikan oleh imam, sedangkan pomantoto berada tidak jauh dari imam dan para gadis sambil mengawasi mereka.

Pomantoto:

(kepada gadis-gadis karia) doliimu te mata gholeo Tanpa komentar apapun, para gadis karia menghadap di sebelah timur

Imam:

darumambiaene kema tolu paku oe so meeno neghuluntoo ini KWN:

(41)

Lalu imam menyiram para gadis dengan air di termos yang telah didoakan dan KWN menepuk air tersebut sebanyak tiga kali sesuai dengan perintah imam. Perlakukan yang sama diterapkan pada dua gadis karia lainnya, RM dan WS

Pomantoto:

aitu, da dumoli ane we kansoopa KWN, RM dan WS: (menjawab serentak) umbe

Kemudian para gadis menghadap di sebelah barat sedangkan imam mengambil oe metaano untuk dimandikan lagi pada para gadis karia ini.

Imam:

peda tora aniini, darumambie tolu paku oe kakadiu aini. KWN:

umbe Dan gadis karia lainnya menyesuaikan.

Prosesi kakadiu selesai, pelan-pelan lampu padam dan menyala di bagian panggung lainnya. Di sana telah tersedia dua haroa dan orang tua gadis karia serta pembantu pomantoto.

Ibu:

Dopadamo itu dekadiu, daebasamo.

Teimo damoniane te lolambu ini debasaghoomu so kasalamatino anantoomu ini. Lalu beberapa pemeran pembantu naik ke panggung untuk mengikuti prosesi baca-baca. Tak lama, kemudian masuk para gadis karia yang telah memakai kain putih untuk mengikuti pembacaan doa sebelum memasuki kaeghomboha. Suasana pembacaan doa sambil diringi musik dari lagu TOTONO LALO. Pembacaan doa selesai lalu para gadis karia menyalami orang-orang yang mengikuti prosesi pembacaan doa. Yang nampak terlihat adalah KWN mencium kaki ibunya sambil menangis terharu karena akan memasuki kaeghomboha. Ibunya pun ikut menagis.

KWN:

paapa, aesaloane maafu ane akokahala kamponano ini. Paapa:

umbe, amafuangko anaku. Fehu-fehulai lalolu welo kaghombo. KWN:

umbe paapa, Paapa:

(42)

150

KWN: umbe paapa

Paapa:

bhari-bhari nepogaughoono pomantoto itu damefunae KWN:

umbe papa Paapa:

hamai-hamai katudughoono pomantoto itu damangkafie KWN:

umbe papa Pomantoto:

naobhalamo alo ini, daghumombodamo anahihi ini!

Para peserta yang mengiktui prosesi baca-baca termasuk imam menjawab serentak: umbe…

Tanpa aba-aba dari siapapun seorang panitia (panitia 1) lalu mengambil air sisa mandi para gadis karia untuk dibawa di rumah tetangga sebelah timur untuk dighombo juga bersamaan dengan gadis karia dimasukkan dalam songi. Orang-orang yang ada di panggung tak berkomentar apa-apa.

Pomantoto lalu keluar panggung dan mengambil posisi pada bagian panggung lainnya (yang tadi dipakai mandi namun telah diatur sebagai tempat kaeghomboha). Pembantu pomantoto membimbing para gadis karia untuk memasuki kaeghomboha. KWN dipandu oleh pembantu pomantoto memasuki ruang kaeghomboha. Sebelum masuk dalam kaeghomboha, KWN berputar sebanyak tiga kali ke kiri dan tiga kali ke kanan atas perintah pembantu pomantoto.

PP:

daeputara deki tolu paku wawe ngkema, tolu paku wawe nsuana

Lalu KWN keluar panggung mengikuti pomantoto, kemudian RM dan WS diperlakukan sama dengan KWN oleh PP.

ADEGAN 2

Suasana dalam kaghombo gelap gulita, terlihat pomantoto sedang mengatur memukul pelan-pelan semua gadis karia diawali dengan KWN lalu RM dan WS. Kemudian pomantoto mengatur cara duduk para gadis karia dan mereka menurut tanpa membantah apapun. Dalam kaghombo benda-benda sebagai simbol dan pemanfaatan sebagaimana mestinya terlihat, seperti kampak, padhamara, kandole, kelapa, jagung, daun kasambo lili, kapas/benang, dan jarum. Pomantoto pun lalu memberi KWN dkk sisir satu per satu dan janur yang telah dianyam dengan ukuran 50X50 cm.

(43)

bhari-bhari ne pogaughooku itu tabea damefunae KWN dkk:

umbe Pomantoto:

dokokaria ini maanano miina napohala bhe dosikola, taaka kafoinaghu welo kaghombo ini nopohala bhe kafoinaghu we sikolah

KWN dkk: umbe Pomantoto:

dokokariaini maanano dofosentuwu nepandehao, kafoianghu kamponano ini maighoono ne kamokulahi. Moraetua, sigaa lagi ane dohala finda maitu, okamokula

lagi sigaa dopogau daaini “eh, miina nasentuwu tuturano anahi amaitu”. Sewobha raawobha ini taaka maanano nendalo.

KWN dkk:

(mengangguk-angguk saja) Pomantoto:

sigaa lagi maitu okamokula dopogau “nalumaintobhe anahi amaitu”, dopogau damaitu rampano oanahihi lagi maitu doworae mina naepandehao ghuluha. Daanomo

sigaa mahingka mie kolalohino, sigaa dua mahingka okamokula dohala finda dua. Dadi itu tabea damehu-mehulaie kafoinaghu kamponano ini.

KWN dkk: umbe Pomantoto:

pedahi dua wambano toba, paise naembali daolinae. KWN dkk:

umbe Pamantoto:

ane defefuna bhari-bhari metaano miina darumugi, mbali kaawu detaane. Dofoasigho mie bhari, dofoharagaami. Maka ane damo anagha ne wuto ini suano dua so

kaetaahano mie bhaindo, sokaetaahano wuto. KWN dkk:

umbe Pomantoto:

nosampemo deki itu aitua. Damewulwhimo deki. KWN dkk:

umbe Pomantoto:

ane daolodo damewise we kansoopa. Paise naembali dadumoli te mata gholeo. Ofalia!

(44)

152

Lalu KWN, RM, dan WS tidur menghadap ke barat berbantalkan kedua tangan mereka. Pomantoto ke luar panggung dan perlahan-lahan lampu padam.

(45)

157

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, Kusnaka. 2008. Dinamika Budaya Lokal. Bandung: CV. Indra Prahasta. Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cohen, Bruce J. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Couvreur, J. 2001. Sejarah dan Kebudayaan Kerajaan Muna. (Rene van den Berg, penerjemah). Kupang: Arta Wacana Press.

Danandjaja, James. 2007. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, Dan Lain-Lain. Jakarta: Grafiti.

Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.

Daud, Haron. 2008. “Analisis Data Penelitian Tradisi Lisan Kelantan” dalam Pudentia MPPS (Editor). Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.

Dayakisni, Tri dan Salis Yuniardi. 2008. Psikologi Lintas Budaya. Malang: UMM Press.

Dinar, Sri Suryana. 2009. “Makna Ungkapan Pemali Masyarakat Wolio di Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara”. Dalam Dinamika Kebudayaan. Vol. XI No. 1. Hal 24-30.

Djuweng, Stepanus. 2008. “Tradisi Lisan Dayak dan Modernisasi: Refleksi Metodologis Penelitian Sosial Positif dan Penelitian Partisipatoris” dalam Pudentia MPPS (Editor). Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.

Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Esten, Mursal. 1999. Desentralisasi Kebudayaan. Bandung: Angkasa.

Hiz, Ema Marzu. 2008. Ayat-Ayat Feminis (Equilibrium Gender). Jakarta: Multazam Mitra Prima.

(46)

158

Kartono, Kartini. 2006. Psikologi Wanita 1. Bandung: Mandar Maju

Koentjaraningrat. 1985. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembanguan. Jakarta: PT Gramedia.

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Kuntjara, Esther. 2006. Penelitian Kebudayaan, Sebuah Panduan Praktis.

Jayogyakarta: Graha Ilmu.

Kusumohamidjojo, Budiono. 2009. Filsafat Kebudayaan. Yogyakarta: Jalasutra. La Oba. 2005. Muna dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Sinyo MP.

Liliweri, Alo. 2009. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Liliweri. Alo. 2009. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: LKiS.

Maryaeni. 2005. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara.

Mosse, Julia Cleves. 2007. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mujianto, Yan, dkk. 2010. Pengantar Ilmu Budaya. Yogyakarta: Pelangi Publishing Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gaja Mada Press. Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia, Suatu Pengantar. Bogor:

Ghalia Indonesia.

Rusyana, Yus. 2006. Peranan Tradisi Lisan dalam Ketahanan Budaya (makalah). Bandung.

Sanders, Jene. 2006. Gender Smart. Jakarta: Buana Ilmu Populer.

Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak (Edisi Kesebelas). Jakarta: Erlangga. Sawitri, Cok. 2003. Mencari ‘Karya Sastra’ yang Menguntungkan Perempuan?

(47)

Sedyawati, Edi. 2008. Keindonesiaan Dalam Budaya (Buku 2). Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Shocshib, Moch. 2000. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia .2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III. Jakarta: Balasi Pustaka.

Turisqoh, Futicha. 2010. Menulis Buku Pengayaan.

Referensi

Dokumen terkait

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah pendidikan karakter yang berdasarkan pada nilai-nilai keislaman yang berperan terhadap pembentukan karakter religius siswa

Dalam penelitian ini disajikan hasil implantasi ion nitrogen pada biomaterial stainless steel austenitik 316L, kemudian dilanjutkan nitridasi ion yang belum pernah

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar luas lahan yang digarap petani responden padi Sawah di Desa Sinei Kecamatan Tinombo Selatan Kabupaten Parigi

Berdasarkan pembahasan tentang Pengelolaan Keuangan Negara yang Dipisahkan Oleh Badan Hukum (Analisis terhadap Kasus Kerugian Negara Yang Terjadi Pada PT Pos Cabang Luar Kota

Kondisi Akhir Sistem menampilkan grafik perkembangan hasil evaluasi belajar dari keseluruhan aktivitas yang sudah dikerjakan siswa seperti pada Gambar 5.13. Gambar

Pada percobaan 1 dengan memasukkan berbagai jenis benda ke dalam air dengan setiap jenisnya mempunyai ukuran yang berbeda, mempunyai tujuan untuk mengiring siswa pada

Formulasi gel, krim, dan gel krim dari ekstrak biji kopi ini dilakukan untuk melihat pengaruh bentuk sediaan terhadap efektivitas sediaan melalui uji penetrasi kafein

Kesimpulan : Penelitian ini membuktikan bahwa sikap kerja dinamis, ditinjau dari perubahan variabel berat badan, kekuatan otot tangan, beban kerja, dan kelelahan otot,