• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN GEOGRAFI

Penelitian Geografi pada hakekatnya merupakan suatu penerapan dari metode ilmiah. Dalam kaitan ini, pemecahan suatu masalah didasarkan atas kegiatan berfikir rasional dan empiris, serta teori yang didukung oleh fakta.

5 tahap dalam penelitian ilmiah geografi

1. Merumuskan masalah; dengan mengajukan pertanyaan yang bersumber dari teori atau fakta di lapangan.

2. Mengkaji teori atau berfikir rasional untuk menentukan jawaban sementara ( hipotesis) 3. Mencari data di lapangan untuk membuktikan kebenaran hipotesis

4. Mengolah data dan menguji kebenaran jawaban sementara

5. Menarik kesimpulan, yaitu menetapkan apakah jawaban sementara pada langkah kedua diterima atau tidak

A. Sifat studi Geografi

Kajian atau studi geografi meliputi fenomena geosfer yang meliputi kajian hubungan timbal balik, saling pengaruh, dan saling ketergantungan antarlitosfer (lapisan kulit bumi), hidrosfer (wilayah perairan yang terdapat di bumi), biosfer (kehidupan di bumi), antroposfer (lingkungan sosial dan fisik), atmosfer (lapisan udara yang menyelubungi bumi).

Sifat studi geografi terdiri atas aspek-aspek berikut: 1. Studi kependudukan dan pemukiman:

Berkaitan dengan segala aspek yang berhubungan dengan tingkat kemakmuran penduduk, baik pada suatu wilayah tertentu maupun pada lingkup yang lebih luas.

Masalah atau aspek yang termasuk didalamnya: laju pertumbuhan penduduk, tingkat kelahiran, kematian, tradisi, kualitas hidup, hubungan antarindividu, serta keruangan (pola pemukiman penduduk).

2. Studi lingkungan dan sumber daya:

Menyangkut gejala dan masalah kehidupan manusia dalam kaitannya dengan lingkungan (ekologi dan sosiologi) tempat kehidupan tersebut berlangsung.

Masalah atau aspek yang termasuk didalamnya: erosi, pencemaran, kekeringan, kerusakan tanah, dan banjir.

3. Studi sosial kemasyarakatan:

Menelaah gejala dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat yang di timbulkan oleh kondisi, peristiwa, tingkah laku, dan sikap manusia sebagai mahluk sosial .

Masalah atau aspek yang termasuk didalamnya: penggangguran, kejahatan, sampah, kenakalan remaja, dan kemacetan lalu lintas.

4. Studi geografi dalam bidag pertanian dan industri :

Studi system keruangan bidang pertanian berdasar pada hasil asosiasi, relasi, dan interaksi antara komponen subsistem fisis (iklim, lapisan tanah, curah hujan) dan subsistem manusia (tradisi masyarakat, teknologi, kondisi sosial ekonomi).

Pada bidang industri interaksi antara komponen subsistem fisis (bahan baku, sumber energi) dan subsistem manusia dapat dikaji untuk menerapkan teknologi tepat guna serta menentukan perkembangan bidang industri kedepannya.

Masalah atau aspek yang termasuk didalamnya: kondisi perairan,jenis tanah,kemampuan tehnologi yang dimiliki petani, jenis tanaman yang dikembangkan.

5. Studi geografi dalam bidang transportasi dan komunikasi.

Merupakan studi tentang gejala dan masalah geografi yang lebih dinamis dibandingkan mengkaji gejala pada lokasi tertentu.

Masalah atau aspek yang termasuk di dalamnya: pengembangan transportasi dan komunikasi di wilayah terpencil.

B. Pendekatan Analisis Studi Geografi :

Pendekatan yang khas pada geografi adalah pendekatan keruangan. Pelaksanaan pendekatan keruangan harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip geografi yang berlaku. Pendekatan yang tersebut meliputi:

Hal yang menjadi pegangan pokok dalam melakukan pendekatan topik adalah hubungan faktor keruangan dengan fenomena atau topik yang teliti. Faktor-faktor geografis, seperti manusia dan keadaan lingkungan fisik, tidak boleh diabaikan.

2. Pendekatan aktivitas manusia

Perhatian utama pendekatan aktivitas manusia diarahkan kepada aktivitas manusia. Aktivitas manusia ditinjau dari persebarannya meliputi interelasinya dan deskripsinya. Jenis aktivitas manusia adalah tentang mata pencaharian penduduk. Berdasarkan persebaran kegiatan penduduk adalah tentang kesuburan tanah, hidrografi, jaringan komunikasi dan transportasi, ketinggian wilayah, dan factor-faktor geografis lainnya.

3. Pendekatan regional

Pendektan regional mengkaji tentang suatu fenomena atau masalah berdasarkan region tempat terjadinya fenomena atau masalah tersebut.

C. Metode analisis geografi meliputi : 1. Tujuan penelitian geografi

a. Menerapkan hasil penelitian geografi bagi kepentingan pemecahan masalah

b. Menerapkan hasil penelitian geografi bagi kepentingan hidup manusia masa kini dan masa yang akan datang

c. Menerapkan hasil penelitian geografi bagi perencanaan dan pengembangan daerah serta bagi kepentingan perencanaan dan pengembangan kehidupan

d. Menguji kebenaran hipotesis yang diajukan terhadap masalah yang diteliti

e. Menyumbangkan konsep, teori, atau prinsip baru yang ditemukan pada penelitian bagi kepentingan pengembangan ilmu geografi

2. Unsur-unsur pokok dalam penelitian geografi

a. Perumusan masalah

Masalah dalam geografi seminimal mungkin harus mengandung tiga aspek, yaitu apa gejala permasalahannya?, dimana masalah itu harus terjadi?, apa factor penyebabnya (berkaitan dengan relasi, interelasi, dan interaksi gejala tersebut dengan gejala lainnya)?

b. Kajian teori dan pengajuan hipotesis

Setelah menemukan masalah, selanjutnya membuat hipotesis atau dugaan jawaban dari permasalahan tersebut yang masih harus diuji kebenarannya.

Syarat penyusunan hipotesis: 1) Dapat dipercaya dan masuk akal

2) Merupakan ungkapan keteraturan pemikiran 3) Memberikan peluang untuk pengujian empiris

Perumusan hipotesis:

1) Hipotesis dalam bentuk pertanyaan yang memerlukan pengujian lebih lanjut

2) Hipotesis nol adalah hipotesis yang tidak berpihak pada satu variabel yang berkaitan dengan masalah (persamaan). Hipotesis alternatif adalah hipotesis yang menyatakan ketidaksamaan, perbedaan atau tidak ada pengaruh anatar dua variabel yang dipermasalahkan

3) Hipotesis yang memungkinkan mendapat jawaban ya, tidak, atau mungkin. Hipotesis ini bukan merupakan kalimat tanya dan menggunakan kalimat berita.

c. Pengumpulan data untuk menguji kebenaran hipotesis Teknik pengumpulan data penelitian:

1) Analisis isi media massa 2) Observasi langsung 3) Observasi tidak langsung

4) Wawancara langsung (tatap muka) 5) Wawancara tidak langsung

6) Studi dokumenter d. Penggunaan sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (contoh) yang mewakili populasi yang bersangkutan. Pemilihan sampel dari populasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Sampel acak sederhana 2) Sampel bertingkat 3) Sampel sistematik 4) Sampel cluster 5) Sampel kuota 6) Sampel sebanding 7) Sampel bertujuan e. Teknik analisis gografi

1) Pengelompokan, pengolahan, dan penyajian data dengan statistik 2) Pengelompokan, pengolahan data, dan penyajian secara deduktif f. Perumusan kesimpulan dan saran

Kesimpulan menunjukkan implikasi, hubungan, dan hasil dari uraian yang telah dibicarakan. Sedangkan saran dapat dipertimbangkan dalam beberapa hal, yaitu:

1) Jangan memberikan saran pada hal-hal yang sudah terjadi 2) Jangan member saran yang hanya bersifat menggarisbawahi 3) Saran yang bersifat membangun

4) Saran yang rasional 5) Saran yang objektif

3. Penyajian hasil penelitian geografi

Secara lengkap susunan ( format ) dalam menyajikan karya tulis adalah sebagai berikut: a. Bagian pembukaan

b. Bagian isi c. Bagian penutup

D. Publikasi hasil penelitian geografi

1. Persyaratan penulisan laporan penelitian geografi. a. Harus tahu betul kepada siapa laporan ditujukan

b. Harus disadari bahwa pembaca laporan tidak ikut dalam kegiatan penelitian. Oleh karena itu, langkah demi langkah dalam penulisan laporan harus dikemukakan secara jelas

c. Mengingat latar belakang pendidikan,pengetahuan, pengalaman, dan minat pembaca laporan beragam. Maka laporan hasil penelitian harus mudah dicerna oleh setiap pembaca

d. Laporan penelitian harus jelas dan meyakinkan pembaca 2. Teknik menulis karya ilmiah geografi

a. Teknik menulis b. Notasi ilmiah

3. Publikasi penelitian geografi dalam bentuk makalah a. Isi dan sistematika makalah geografi

Isi keseluruhan makalah terdiri atas pendahuluan, permasalahan, pembahasan masalah, kesimpulan, dan saran.

b. Prosedur penyusunan makalah

Ada dua langkah yang harus ditempuh dalam penyusunan makalah, yaitu merancang isi makalah dan menulis makalah berdasarkan rancangan yang telah dibuat. Beberapa tahapan dalam merancang isi makalah adalah sebagai berikut:

1) Menentukan tema, permasalahan, dan judul makalah 2) Identifikasi pembahasan

3) Rancangan kesimpulan dan saran

Bumi Sebagai Ruang Kehidupan

Bumi merupakan salah satu planet dari sistem tata surya yang terdapat dalam suatu galaksi bernama Galaksi Bima Sakti (The Milky Ways atau Kabut Putih).

Bumi yang seperti sekarang ini baru terjadi setelah berjuta-juta tahun. Sesudah bumi bertambah dingin, berubahlah gas tersebut menjadi cairan dan lama-kelamaan bagian luarnya makin padat sehingga pada permukaan bumi dapat ditempati manusia, tumbuhan, serta makhluk hidup lainnya. Sejak zaman dahulu sudah banyak teori-teori tentang terbentuknya bumi dan tata surya. Beberapa teori tentang proses terjadinya bumi dan tata surya sebagai berikut:

1. Teori Nebula (Kant dan Laplace)

Immanuel Kant (1749-1827) seorang ahli filsafat Jerman membuat suatu hipotesis tentang terjadinya tata surya. Dikatakan bahwa di jagat raya terdapat gumpalan kabut yang berputar perlahan-lahan. Bagian tengah kabut itu lama kelamaan berubah menjadi gumpalan gas yang kemudian menjadi matahari dan bagian tengah kabut sekitarnya menjadi planet-planet dan satelitnya.

Pada waktu yang hampir bersamaan, tanpa ada komunikasi, seorang ahli fisika Prancis bernama Pierre de Laplace mengemukakan teori yang hampir sama.

Dikatakan bahwa tata surya berasal dari kabut panas yang berpilin, karena pilinannya itu berupa gumpalan kabut yang berbentuk bulat seperti bola yang besar.

Makin mengecil bola itu, makin cepatlah pilinnya. Akibatnya, bentuk bola itu merapat pada kutubnya dan melebar di bagian ekuatornya, bahkan sebagian massa gas di ekuator menjauh dari gumpalan intinya, membentuk gelang-gelang.

Lama-kelamaan gelang-gelang itu berubah menjadi gumpalan padat. Itulah yang disebut planet-planet dan satelitnya, sedangkan bagian inti kabut itu tetap berbentuk gas pijar yang kita lihat sebagai matahari sekarang ini.

Kedua teori itu mempunyai persamaan tentang material asalnya, yaitu kabut.

Itulah sebabnya, keduanya dijadikan satu nama, yaitu Teori Nebula atau Teori Kabut (Nebular Hypotheses), bahkan lebih dikenal Teori Kant dan Laplace.

2. Teori Planetesimal (Moulton dan Chamberlin)

Teori planetesimal dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin (1843 - 1928) seorang ahli geologi dan Forest R. Moulton (1872 - 1952) seorang ahli astronomi, keduanya ilmuwan Amerika.

Disebut sebagai Teori Planetesimal (berarti planet kecil) karena planet terbentuk dari benda padat yang memang telah ada.

Menurut teori ini, Matahari telah ada sebagai salah satu dari bintang-bintang yang banyak. Pada suatu masa, ada sebuah bintang berpapasan pada jarak yang tidak terlalu jauh.

Akibatnya, terjadilah peristiwa pasang naik pada permukaan Matahari maupun bintang itu. Sebagian dari massa Matahari itu tertarik ke arah bitang yang menjauh.

Menurut Moulton dan Chamberlin, sebagaian dari massa Matahari itu jatuh kembali ke permukaan Matahari dan sebagian lagi terhambur ke ruang angkasa sekitar Matahari. Hal inilah yang dinamakan planetesimal yang kemudian menjadi planet-planet.

3. Teori Pasang Surut (Jeans dan Jeffreys)

Teori Planetesimal hampir sama dengan Teori Pasang Surut yang dikemukakan oleh Sir James Jeans (1877 - 1946) dan Harold Jeffreys (1891), keduanya ilmuwan Inggris.

Jeans dan Jeffrey melukiskan bahwa setelah bintang itu berlalu, massa Matahari yang lepas itu membentuk bentukan cerutu yang menjorok ke arah bintang.

Kemudian, akibat bintang yang makin menjauh, massa cerutu itu terputus-putus dan membentuk gumpalan gas disekitar Matahari.

Gumpalan-gumpalan itulah yang kemudian membeku menjadi planet-palanet. Teori ini menjelaskan apa sebab planet-planet bagian tengah, seperti Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus merupakan planet raksasa, sedangkan di bagian ujungnya, Merkurius dan Venus di dekat Matahari merupakan palanet yang lebih kecil.

4. Teori Awan Debu (Von Weizsaecker)

Pada tahun 1940 seorang ahli astronomi Jerman bernama Carl Von Weizsaecker mengembangkan suatu teori yang dikenal dengan Teori Awan Debu (The Dust-Cloud Theory).

Teori ini kemudian disempurnakan lagi oleh ahli astronomi lain, yaitu Gerard P. Kuiper (1950) dan Subrahmanyan Chandra-Sekhar.

Pada dasarnya, teori ini mengemukakan bahwa tata surya itu terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu.

Dewasa ini, di alam semesta bertebaran gumpalan awan seperti itu. Lebih dari 5.000 juta tahun yang lalu, salah satu gumpalan awan itu mengalami pemampatan.

Pada proses pemampatan itu partikel-partikel debu tertarik ke bagian pusat awan tersebut, membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin.

Lama-kelamaan gumpalan gas itu memipih menyerupai bentuk cakram yang tebal di bagian tengah dan lebih tipis di bagian tepinya. Bagian tengah cakram gas itu berpilin lebih lambat daripada bagian tepinya.

Partikel-partikel di bagian tengah cakram kemudian saling menekan sehingga menimbulkan panas dan menjadi pijar. Bagian inilah yang kemudian menjadi Matahari.

Bagian yang lebih luar berputar sangat cepat, sehingga terpecah-pecah menjadi banyak gumpalan gas dan debu yang lebih kecil.

Gumpalan kecil ini juga berpilin. Bagian inilah yang kemudian membeku dan menjadi planet-planet serta satelit-satelinya.

Bahan planet itu dinamakan juga proto planet, sehingga teori ini dinamakan juga Teori Proto Planet. ----

Menurut para ahli, setelah bumi terbentuk, keadaannya masih belum stabil. Kulit bumi masih sangat panas sehingga tidak dapat ditempati.

Menurut sejarah perkembangan bumi, para ahli membagi kedalam empat zaman berdasarkan penelitian geologi bumi. Berikut ini merupakan sejarah pembentukan Bumi dan kehdiupan didalamnya.

1. Zaman Arkaikum

Arkaikum adalah zaman tertua yang berumur kurang lebih 2.500 juta tahun. Pada zaman ini keadaan bumi belum stabil akibat dari tenaga yang berasal dari dalam bumi (endogen) dan dari luar bumi (eksogen) yang sangat ekstrem. Pada saat itu kulit bumi masih panas sekali, yaitu masih dalam proses pembentukkan. Dengan keadaan seperti itu, di Bumi belum ada kehidupan.

2. Zaman Palaeozoikum (Zaman Primer)

Zaman ini berlangsung kira-kira 340 juta tahun yang lalu. Pada zaman ini sudah mulai ada tanda-tanda kehidupan, yaitu binatang-binatang terkecil (mikroorganisme), binatang yang tidak bertulang punggung sampai beberapa jenis ikan, amphibi dan reptil

3. Zaman Mesozoikum (Zaman Sekunder)

Zaman mesozoikum disebut juga zaman sekunder (zaman kedua). Zaman mesozoikum berlangsung kurang lebih 140 juta tahun yang lalu. Pada zaman ini, kehidupan mengalami perkembangan yang pesat. Kehidupan ada zaman mesozoikum ini dapat dibagi menjadi zaman Tiras (masa ini terdapat ikan, amphibi, dan reptil jura, masa ini terdapat reptil dan sebangsa katak) dan Calcium (masa ini terdapat burung-burung pertama dan tumbuhan berbunga).

4. Zaman Neozoikum atau Zaman Kainozoikum

Zaman ini berumur kurang lebih 60 juta tahun yang lalu. Pada zaman ini keadaan bumi sudah membaik, perubahan cuaca tidak begitu ekstrem dan kehidupan berkembang dengan pesat. Zaman ini dibedakan menjadi dua, yaitu zaman Tersier dan zaman Kuarter.

a. Zaman Tersier

Zaman tersier terbagi menjadi beberapa kala, yaitu kala Paleosen, kala Eosen, kala Oligosen, Kala Miosen, kala Pliosen.

Pada zaman Tersier kehidupan dari jenis-jenis binatang raksasa mulai berkurang dan telah muncul binatang menyusui sejenis kera. Diperkirakan binatang menyusui sejenis kera tampak sejak kala Paleosen.

Pada kala Miosen diperkirakan telah muncul orang utan, Binatang tersebut diduga telah muncul di Afrika. Diperkirakan pada saat itu Benua Afrika masih bersatu dengan jazirah Arab. Selanjutnya orang utan menyebar ke Asia Barat Daya, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Perubahan besar-besaran di bumi pada kala Miosen menyebabkan daerah Afrika berubah menjadi daerah sabana. Orang utan yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan alam Afrika bermigrasi ke Asia Tenggara yang masih memiliki hutan lebat. Oleh karena itu sampai sekarang kita masih melihat orang utan di pedalaman Kalimantan yang masih berhutan lebat.

Pada kala Paleosen diduga telah hidup binatang yang lebih besar daripada gorila. Binatang tersebut disebut Giganthropus, artinya kera manusia raksasa. Binatang tersebut diduga hidup di kaki

Pegunungan Himalaya dan di dekat Simla (India Utara). Binatang ini diduga berkelompok, tetapi tidak jelas mengapa bisa punah.

Pada kala Paleosen juga hidup makhluk yang disebut Australopithecus artinya manusia kera dari selatan. Ada puluhan fosil Australopithecus yang telah ditemukan di Afrika Selatan dan Afrika Timur.

b. Zaman Kuarter

Zaman kuarter diduga berusia 600 ribu tahun yang lalu. Pada era kuarter muncul dan berkembang tanda-tanda kehidupan manusia Praaksara. Era Kuarter dibedakan lagi menjadi dua kala, yaitu kala

Pleistosen dan kala Holosen. ----

_

Pengetahaun terhadap bumi telah memberikan gambaran bahwa bumi pernah melewati fase cair pijar, di mana bagian terluar mengalami pengkristalan menjadi kulit bumi dan sewaktu-waktu mengalami retak sehingga magma dapat menerobos ke permukaan.

Teori perkembangan muka bumi dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

1. Teori Kontraksi (Constraction Theory)

Teori ini

2. Teori Dua Benua (Laurasia-Gondwana Theory)

Teori ini

3. Teori Apung Benua

Teori apungan benua atau teori tentang pergeseran benua yang ddikemukakan

4. Teori Konveksi

Menurut teori konveksi

5. Teori Lempeng Tektonik

Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh Tozo Wilso

5 Teori Terbentuknya Bumi Menurut Para

Dokumen terkait