• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT

D. Langkah- Langkah Penyelesaian Kredit Bermasalah

Saat ini istilah kredit bukan istilah yang asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Pada masa ini kredit dipandang sebagai suatu pendorong untuk kelancaran usaha yang dilakukan oleh masyarakat baik dalam perdagangan, perindustrian, jasa dan juga konsumsi yang mempengaruhi peningkatan taraf hidup dalam masyarakat.

Pemberian kredit yang diberikan dari pihak kreditur baik dari lembaga bank maupun non bank kepada pihak debitur sebagai penerima pinjaman kadang tidak berjalan lancar ataupun menghadapi masalah di dalam prosesnya. Debitur yang telah memperoleh fasilitas kredit tidak seluruhnya dapat mengembalikan uang yang dipinjamnya dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit, akibatnya kredit terhenti ataupun macet.

Sebenarnya kredit macet itu merupakan salah satu dari penggolongan kredit bermasalah. Istilah kredit penggolongan kredit bermasalah merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan penggolongan kolektibilitas kredit yang menggambarkan kualitas dari kredit itu sendiri.54 Jadi, untuk menentukan apakah suatu kredit dikatakan bermasalah didasarkan pada kolektibilitasnya kreditnya. Kolektibilitas adalah keadaan pembayaran pokok atau angsuran dan bunga kredit oleh debitur serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana tersebut.55 Kemudian pengertian kredit macet ialah kredit yang telah jatuh tempo, namun belum dilunasi dan tunggakan angsuran lebih dari 270 hari atau 9 bulan. Kemudian dapat dikatakan kredit macet ialah debitur tidak mampu       

54

 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Penerbit PT. Cipta Aditya Bakti, Bandung: 1996, hal.427.

55

lagi untuk mengangsur hutang pokoknya dan bunganya dari hasil usaha yang dimodali dengan fasilitas kredit.56

Pengaturan penggolongan kolektibilitas kredit terdapat dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor: 23/68/KEP/DIR Tentang

Penggolongan Kolektibilitas Aktiva Produktif dan pembentukan Cadangan atas Aktiva.57 Peraturan tersebut telah beberapa kali diubah, yaitu dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor : 26/22/KEP/DIR tanggal 23 Mei 1993 Tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, kemudian diubah dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor : 30/267/KEP/DIR tanggal 27 Februari 1998 Tentang Kualitas Aktiva Produktif, kemudian diubah dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor : 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 Tentang Kualitas Aktiva Produktif. Kolektibilitas kredit terdiri dari 5 (lima) golongan, yaitu :

1. Lancar (pass), kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria dibawah ini :

a. Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit;

b. Hubungan debitor dengan bank baik dan debitor selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat;

c. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat.

2. Dalam perhatian khusus (special mention), kredit digolongkan dalam       

56

 Mantayborbir, S., dkk., Hukum Piutang dan Lelang Negara di Indonesia, Penerbit Pustaka Bangsa, Medan: 2002, hal.23.

57

perhatian khusus apabila memenuhi kriteria di bawah ini :

a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampai 90 (sembilan puluh) hari;

b. Jarang mengalami cerukan;

c. Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih akurat; d. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat;

e. Pelanggaran perjanjian kredit tidak prinsipil.

3. Kurang lancar (substandard), kredit digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria di bawah ini :

a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 (sembilan puluh) hari sampai dengan 180 (seratus delapan puluh) hari;

b. Terdapat cerukan yang berulang kali khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas;

c. Hubungan debitur dengan bank memburuk dan informasi keuangan tidak dapat dipercaya;

d. Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan lemah; e. Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit;

f. Perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan. 4. Diragukan (doubtful), kredit digolongkan diragukan apabila memenuhi

kriteria di bawah ini :

melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari sampai dengan 270 (dua ratus tujuh puluh) hari;

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas;

c. Hubungan debitur dengan bank semakin memburuk dan informasi keuangan tidak bersedia atau tidak dapat dipercaya;

d. Dokumentasi kredit tidak lengkap dan pengikatan agunan yang lemah;

e. Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian kredit.

5. Macet (loss), kredit digolongkan macet apabila memenuhi kriteria di bawah ini :

a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari;

b. Dokumentasi kredit dan atau pengikatan agunan tidak ada.

Perubahan yang terakhir yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor : 7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, penetapan kualitas kredit dilakukan dengan melakukan analisis terhadap faktor penilaian sebagai berikut: 1. Prospek usaha, meliputi:

a. Potensi pertumbuhan usaha;

b. Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan; c. Kualitas dan manajemen dan permasalahan tenaga kerja; d. Dukungan dari grup; dan

e. Upaya yang dilakukan debitur dalam rangka memelihara lingkungan hidup.

2. Kinerja (performance) debitur dan kemampuan membayar, meliputi: a. perolehan laba;

b. struktur permodalan; c. arus kas; dan

d. sensitivitas terhadap risiko pasar. 3. Kemampuan membayar, meliputi:

a. Ketepatan pembayaran pokok dan bunga;

b. Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur; c. Kelengkapan dokumentasi kredit;

d. Kepatuhan terhadap perjanjian kredit; e. Kesesuaian penggunaan dana; dan

f. Kewajaran sumber pembayaran kewajiban.

Penetapan kualitas kredit dilakukan dengan mempertimbangkan signifikasi dan materialitas dari setiap faktor penilaian dan komponen serta relevansi dari faktor penilaian dan komponen terhadap debitur yang bersangkutan. Kualitas kredit ditetapkan menjadi :

a. Lancar;

b. Dalam perhatian khusus; c. Kurang lancar;

d. Diragukan; atau e. Macet.

Ditinjau dari KUH Perdata, maka yang dimaksud dengan macet adalah tidak memenuhi kewajiban dalam suatu perjanjian, dalam hal ini perjanjian kredit. Apa yang menjadi motif dari ingkar janji (wanprestasi) itu tidak dipersoalkan. Untuk perjanjian timbal balik, maka hak kreditur terhadap debitur adalah menuntut agar pinjaman itu dikembalikan dengan seluruh persyaratan yang terdapat di dalam perjanjian kredit itu (Pasal 1243 KUH Perdata dan seterusnya).58

Bentuk wanprestasi antara lain adalah59 : a. Debitur Tidak Berprestasi

Pengertiannya ialah bahwa debitur sama sekali tidak memberikan prestasi. Penyebabnya timbul karena debitur memang tidak mau berprestasi atau bisa juga disebabkan karena memang kreditur obyektif tidak mungkin berprestasi lagi atau secara subyektif tidak ada gunanya lagi untuk berprestasi.

b. Debitur keliru berprestasi

Debitur disini memang dalam pikirannya telah memberikan prestasinya, tetapi dalam kenyataannya yang diterima kreditur, prestasi itu lain atau berbeda dengan apa yang diperjanjikan. Misalnya, kreditur membeli bawang putih, ternyata yang dikirim bawang merah, dalam hal demikian kita tetap beranggapan bahwa debitur tidak berprestasi. Pada sub bagian ini jadi tidak berprestasi termasuk “penyerahan prestasi yang tidak sebagaimana mestinya” dalam arti tidak sesuai dengan yang diperjanjikan.

c. Debitur terlambat berprestasi       

58

 Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit, hal.107. 59

Berbeda dengan ketentuan di atas, dalam hal ini debitur telah berprestasi, serta obyek prestasinya sesuai dengan yang ada dalam perjanjian, tetapi waktu pemenuhan prestasinya tidak sesuai dengan sebagaimana yang telah diperjanjikan.

Mengenai kredit bermasalah dapat dilakukan penyelesaian secara administrasi perkreditan yaitu antara lain sebagai berikut:60

1. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa tenggang, baik meliputi perubahan besarnya angsuran maupun tidak; 2. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau

seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit dan konversi seluruh atau sebagian dari pinjaman menjadi penyertaan bank;

3. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan syarat-syarat kredit berupa penambahan dana bank; dan/atau konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, dan/atau konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan.

Terhadap kredit yang sudah pada tahap kredit macet maka penanganannya lebih ditekankan melalui beberapa upaya yang lebih bersifat pemakaian kelembagaan hukum (penyelesaian melalui jalur hukum), yaitu antara lain :

1. Melalui Panitia Urusan Piutang Negara;       

60

  http://m.hukumonline.com/klinik/detail/lt50294244defee/langkah-langkah-penyelesaian -kredit-macet/ Diakses pada tanggal 2 Desember 2014.

2. Melalui badan peradilan;

3. Melalui arbitrase atau Badan Alternatif Penyelesaian Sengketa

Dokumen terkait