• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1.3 Langkah-Langkah untuk Mengetahui Nila

Nilai WTA masyarakat dalam penelitian ini dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM. Pendekatan CVM terdiri dari enam tahap pekerjaan (Hanley and Spash, 1993), yaitu:

Pasar hipotetis dalam penelitian ini dibangun atas dasar rendahnya nilai kompensasi yang dibayarkan dalam mekanisme PJL bila dibandingkan dengan nilai fungsi jasa lingkungan akibat adanya usaha konservasi yang dilakukan masyarakat. Pengelola DAS Cidanau telah menerapkan mekanisme PJL terhitung sejak tahun 2005 di Desa Citaman. Mekanisme ini bertujuan untuk menjaga fungsi DAS Cidanau, terutama fungsinya dalam menjamin ketersediaan air. Konsekuensi dari tujuan tersebut, masyarakat diharuskan untuk melakukan upaya konservasi terhadap pohon yang berada di atas lahan miliknya. Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas hal tersebut, masyarakat mendapatkan dana kompensasi sebesar Rp 1.200.000,00 per ha per tahun atau setara dengan Rp 2.400,00 per pohon per tahun (mengacu pada persyaratan persyaratan program PJL, bahwa lahan masyarakat yang berhak menerima PJL memiliki jumlah tanaman tidak kurang dari 500 batang pohon pada tahun pertama). Nilai kompensasi tersebut dirasa terlalu rendah dan tidak mewakili keinginan seluruh masyarakat karena dalam proses penetapannya masyarakat hanya diwakili oleh tokoh setempat bukan didasarkan atas keinginan masyarakat. Kondisi ini dikhawatirkan dapat memicu keinginan masyarakat untuk kembali pada pola kehidupan mereka sebelumnya yang berpotensi mengancam kelestarian hutan sepanjang DAS Cidanau. Oleh karena itu, kebijakan peningkatkan nilai kompensasi yang didasarkan pada keinginan masyarakat menjadi penting untuk dilakukan dalam rangka pengelolaan DAS Cidanau yang lebih baik. Selanjutnya, pasar hipotetis dibentuk dalam skenario sebagai berikut,

Agar pengelolaan DAS Cidanau lebih baik, akan diajukan suatu

kebijakan baru untuk meningkatkan dana kompensasi pembayaran jasa

lingkungan berdasarkan keinginan masyarakat dengan persyaratan

bahwa masyarakat harus meningkatkan upaya konservasi terhadap lahan

mereka di lokasi model penyedia jasa lingkungan. Kebijakan ini pada

dasarnya bertujuan untuk meningkatkan insentif masyarakat dalam usaha

mengkonservasi pohon yang berada di atas lahan miliknya sekaligus

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di lokasi model penyedia

jasa lingkungan. Sehubungan dengan hal itu akan ditanyakan apakah

masyarakat bersedia untuk menerima kebijakan tersebut dan berapa

besar dana kompensasi yang sebenarnya bersedia diterima masyarakat.

2. Memperoleh Nilai Tawaran

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode referendum tertutup

(dishotomous choice). Metode ini dipilih karena dapat memudahkan

pengklasifikasian responden yang memiliki kecenderungan bersedia menerima pembayaran jasa lingkungan dengan yang tidak bersedia, sehingga dari kemungkinan jawaban “ya” untuk setiap nilai yang diberikan dapat diestimasi. 3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTA (Estimating Mean WTA)

Dugaan rataan WTA dihitung dengan rumus:

EWTA = n WTAx n t i

=0 dimana:

i

x = Jumlah tiap data

n = Jumlah responden

i = Responden ke-i yang bersedia menerima dan kompensasi (i = 1, 2, …, k)

4. Menduga Kurva Penawaran

Pendugaan kurva penawaran akan dilakukan menggunakan persamaan berikut ini:

WTA = f(PDD, PDPT, PJL, TANG, LMTG, POHON, SKL, BIAYA, DAKOM, PUAS, ε)

dimana:

WTA = Nilai WTA responden

PDD = Tingkat pendidikan (tahun)

PDPT = Tingkat pendapatan rumah tangga(rupiah/bulan)

PJL = Nilai pembayaran jasa lingkungan yang diterima (rupiah/tahun) TANG = Jumlah tanggungan (orang)

LMTG = Lama tinggal (tahun)

POHON = Jumlah pohon yang dilibatkan dalam program PJL (batang) SKL = Status kepemilikan lahan yang digunakan untuk berpartisipasi

dalam program PJL (bernilai 1 untuk ”milik pribadi” dan bernilai 0 untuk ”bagi hasil”)

BIAYA = Ada tidaknya biaya yang harus dikeluarkan responden untuk mengkonservasi pohon yang berada di atas lahan miliknya (bernilai 1 untuk “ada” dan bernilai 0 untuk “tidak ada”)

DAKOM = Penilaian responden terhadap cara penetapan nilai pembayaran (bernilai 1 untuk “baik” dan bernilai 0 untuk “buruk”)

PUAS = Kepuasan responden terhadap besarnya nilai pembayaran (bernilai 1 untuk ”puas” dan bernilai 0 untuk ”tidak puas”) 5. Menjumlahkan Data

Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai rata-rata penawaran dikonversikan terhadap populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai tengah WTA maka dapat diduga nilai total WTA dari masyarakat dengan menggunakan rumus:

TWTA = i n t in WTA

=0 dimana:

TWTA = Total WTA

WTAi = WTA individu ke-i

ni = Jumlah sampel ke-i yang bersedia menerima sebesar WTA i = Responden ke-i yang bersedia menerima dana kompensasi (i =

1, 2, 3, …, k) 6. Mengevalusi Penggunaaan CVM

Evalusi penggunaan CVM merupakan penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil. Tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam pengaplikasian CVM. Pelaksanaan model CVM dapat dievaluasi dengan melihat tingkat keandalan (reliability) fungsi WTA. Uji dapat

dilakukan dengan uji keandalan yang melihat nilai R-squares (R2) dari model

OLS (Ordinary Least Square) WTA.

3.1.4. Analisis Regresi Linier Berganda

Terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada regresi berganda. Hubungan kedua variabel memungkinkan seseorang untuk memprediksi secara akurat variabel terikat berdasarkan pengetahuan variabel bebas. Namun situasi peramalan di kehidupan nyata tidaklah begitu sederhana, diperlukan lebih dari satu variabel secara akurat. Model regresi yang terdiri lebih dari satu variabel bebas disebut model regresi berganda.

Metode analisis berganda merupakan metode analisis yang didasarkan pada metode Ordinary Least Square (OLS). Adapun sifat-sifat OLS adalah (Gujarati,

minimum, (3) konsisten, (4) efisien, dan (5) linier. Menurut Gujarati (2003) analisis regresi berganda digunakan untuk membuat model pendugaan terhadap nilai suatu parameter (variabel penjelas yang diamati). Model yang dihasilkan dapat digunakan sebagai penduga yang baik jika asumsi-asumsi berikut dapat dipenuhi:

1. E (ui) = 0, untuk setiap i, dimana i= 1,2,….,n. artinya rata-rata galat adalah nol, artinya nilai yang diharapkan bersyarat dari ui tergantung pada variabel bebas tertentu adalah nol.

2. Cov (ui,uj) = 0, i ≠ j. artinya covarian (Ui,Uj) = 0, dengan kata lain tidak ada autokorelasi antara galat yang satu dengan yang lain.

3. Var (ui) = σ2, untuk setiap i, dimana i = 1,2,…., n. artinya setiap galat memiliki varian yang sama (asumsi homoskedastisitas).

4. Cov (ui, X1i) = cov (ui, X2i) = 0. Artinya kovarian setiap galat memiliki varian yang sama. Setiap variabel bebas tercakup dalam persamaan linier berganda. 5. Tidak ada multikolineritas, yang berarti tidak terdapat hubungan linier yang pasti

antara variabel yang menjelaskan, atau variabel penjelas harus saling bebas. Variabel terikat dalam regresi berganda dapat diwakili oleh Y dan variabel bebas oleh X. Variabel terikatnya dinyatakan dengan Y, dan variabel bebasnya dinyatakan dengan X1, X2 ,. . ., Xk. Hubungan antara X dan Y dapat disebut sebagai model regresi berganda. Pada model regresi berganda, model mean WTA dibuat

menjadi fungsi linier dari variabel penjelas (explanatory).

Regresi berganda yang menghubungkan variabel dependen Y dengan beberapa variabel X1, X2 ,. . ., Xk memiliki formula secara umum (Ramanathan, 1997):

Yi = α+β1Xt1 + β 2Xt2 + ... + β kXtk + ui

Tanda ’i’ merupakan jumlah observasi dan bervariasi dari satu sampai n. Pada regresi ini diasumsikan terdapat term gangguan berupa ui atau biasa dikenal sebagai

komponen galat. Komponen ini merupakan variabel acak yang tidak teramati, dihitung sebagai akibat dampak faktor lain pada respon dengan masing-masingnya terdistribusi normal. Koefisien regresi dari masing-masing variabel independen dan akan mempengaruhi variabel dependennya secara positif maupun negatif.

3.2. Kerangka Operasional

DAS Cidanau mempunyai peran penting bagi pembangunan ekonomi di wilayah barat Provinsi Banten, khususnya Kota Cilegon. Dua hal yang menjadikannya penting adalah perannya sebagai penyedia air baku bagi berbagai industri di Kota Cilegon dan keberadaan Cagar Alam Rawa Danau yang merupakan situs konservasi rawa pegunungan satu-satunya yang masih tersisa di Pulau Jawa.

Pola aktivitas ekonomi masyarakat yang menyebabkan terjadinya perambahan hutan di daerah hulu telah mengakibatkan penurunan debit air secara signifikan setiap tahunnya, sehingga ketersediaan air menunjukkan kecenderungan yang terus menurun. Padahal di sisi lain kebutuhan industri akan ketersediaan air terus mengalami peningkatan. Berangkat dari masalah tersebut muncul gagasan mengenai hubungan hulu-hilir dengan program pembayaran jasa lingkungan yang diharapkan menjadi solusi untuk pengelolaan DAS Cidanau secara umum, khususnya untuk keberlanjutan ketersediaan air.

Program pembayaran jasa lingkungan ini telah berjalan selama lima tahun, terhitung sejak tahun 2005. Nilai kompensasi yang dibayarkan kepada masyarakat

didasarkan pada hasil negosiasi antara tim ad hoc FKDC dengan tokoh masyarakat

setempat. Pengambilan keputusan nilai kompensasi yang diwakilkan oleh tokoh setempat bukan masyarakat secara keseluruhaan boleh jadi hasilnya tidak mencerminkan keinginan sebenarnya dari masyarakat untuk menerima kompensasi akibat diharuskannya upaya konservasi terhadap pohon yang berada di atas lahan miliknya. Apabila hal itu terjadi dikhawatirkan masyarakat akan kembali menebang pohon di atas lahan miliknya karena nilai ekonomi kayu lebih besar dari nilai kompensasi yang diberikan. Berdasarkan masalah tersebut dilakukan serangkaian penelitian untuk mengkaji mekanisme pembayaran jasa lingkungan, persepsi masyarakat sebagai penyedia jasa lingkungan terhadap program pembayaran jasa lingkungan yang ada, kesediaan masyarakat menerima nilai pembayaran sesuai skenario yang diusulkan, estimasi nilai WTA dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai WTA.

Kajian mengenai mekanisme pembayaran jasa lingkungan akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis mengenai persepsi penyedia jasa lingkungan terhadap program pembayaran jasa lingkungan yang ada akan dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis mengenai kesediaan masyarakat menerima nilai pembayaran sesuai skenario yang dibuat akan dilakukan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis mengenai nilai keinginan masyarakat untuk menerima kompensasi (WTA) dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut akan dilakukan menggunakan tahapan-tahapan dalam pendekatan CVM dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kebijakan apa yang sebaiknya diterapkan dalam

mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Alur penelitian yang lebih jelas dapat dilihat pada diagram alur kerangka berpikir yang dapat dilihat dalam Gambar 3.

Gambar 3. Diagram Alur Kerangka Berpikir

Peran penting DAS Cidanau

Penyedia air baku bagi industri Keberadaan cagar alam

Penurunan debit air Perambahan hutan

Mekanisme pembayaran jasa lingkungan

Nilai kompensasi berdasarkan negosiasi

Persepsi penyedia jasa lingkungan Analisis Regresi berganda Estimasi nilai WTA Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA

Rekomendasi kebijakan mekanisme pembayaran jasa lingkungan

Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif Kuantitatif Tahapan CVM Analisis kesediaan dan ketidaksediaan menerima nilai pembayaran sesuai skenario yang dibuat Analisis Deskriptif

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Citaman, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan desa yang ditetapkan sebagai lokasi model penyedia jasa lingkungan, terjadi proses negosiasi dalam penentuan nilai pembayaran jasa lingkungan, dan memasuki tahun terakhir kontrak pada tahun ini. Pengumpulan data primer dilaksanakan dari bulan Maret hingga April 2009.

4.2. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode sensus. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 43 kepala keluarga. Teknik sensus digunakan karena jumlah populasi yang menjadi responden dapat dijangkau untuk dilakukan wawancara. Responden dalam penelitian ini adalah kepala keluarga dari tiap-tiap rumah tangga.

4.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang dibutuhkan meliputi: karakteristik seluruh responden, respon responden mengenai peran penting DAS Cidanau, respon responden terhadap mekanisme pembayaran jasa lingkungan, respon responden terhadap cara penetapan nilai kompensasi yang telah ada, respon responden mengenai seberapa besar nilai WTA responden akibat adanya program pembayaran jasa lingkungan yang mengharuskan upaya konservasi terhadap pohon di atas lahan miliknya. Data primer ini diperoleh melalui kuisioner dan wawancara langsung secara mendalam (indepth

interview) dengan responden dan diharapkan dapat menjadi pendukung dalam

penggunaan metode valuasi kontingensi.

Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi data mengenai semua hal menyangkut informasi mengenai program pembayaran jasa lingkungan, data sosial–demografis penduduk Desa Citaman, data mengenai banyaknya rumah tangga yang mendapat dana kompensasi dari program pembayaran jasa lingkungan, dan data potensi Desa Citaman. Data-data tersebut dapat diperoleh dari wawancara dengan Balai Lingkungan Hidup Daerah (BLHD); Pemerintah Daerah (PEMDA) Serang; Kepala Tani, Kepala Desa, Ketua RT, Ketua RW, tokoh masyarakat Desa Citaman; PT. Krakatau Tirta Industri, Forum Komunikasi DAS Cidanau; serta lembaga dan litelatur lainnya yang relevan.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode deskriptif dan model kuantitatif. Pengolahan dan analisis data kuantitatif dilakukan secara bertahap dimulai dengan pengelompokkan data, perhitungan penyesuaian dengan kalkulator, dan kemudian ditabelkan menurut keperluan. Data yang ditabelkan dipersiapkan sebagai input komputer sesuai dengan model yang digunakan. Perhitungan dengan model analisa dilakukan dengan bantuan komputer. Proses pengolahan data dilakukan dengan program dengan program Microsoft Office Excel dan SPSS 15. Matriks metode

analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Matriks Metode Analisis Data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data

1. Deskripsi mekanisme pembayaran jasa lingkungan

Data sekunder dan wawancara mendalam (indepth interview) dengan pihak-pihak yang erat kaitannya dengan masalah mekanisme pembayaran jasa lingkungan

Analisis deskriptif kualitatif

2. Kajian tentang persepsi dan masyarakat terhadap program pembayaran jasa lingkungan

Kuisioner dan wawancara mendalam (indepth

interview) dengan

masyarakat yang menjadi

responden dalam penelitian

Analisis deskriptif kualitatif

3 Kajian mengenai kesediaan menerima nilai

pembayaran sesuai skenario yang ditawarkan

Kuisioner dan wawancara mendalam (indepth

interview) dengan

masyarakat yang menjadi

responden dalam penelitian

Analisis deskriptif kualitatif

3. WTA masyarakat dan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut

Kuisioner dan wawancara mendalam (indepth

interview) dengan

masyarakat yang menjadi

responden dalam penelitian

Tahapan CVM dan analisis regresi linier berganda dengan SPSS 15.

4.4.1. Analisis Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan

Data yang diperlukan untuk analisis ini meliputi pihak-pihak yang terlibat dalam program PJL, proses perancangan program PJL, implementasi program PJL, skema mekanisme PJL saat ini, skema mekanisme PJL yang diharapkan dan hal lain menyangkut program PJL. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

4.4.2. Analisis Persepsi Masyarakat terhadap Program Pembayaran Jasa Lingkungan

Identifikasi karakteristik masyarakat yang menjadi responden di lokasi penelitian serta persepsinya terhadap program pembayaran jasa lingkungan yang telah berlangsung diperlukan analisis deskriptif kualitatif. Data responden meliputi pengetahuan responden mengenai peran penting DAS Cidanau, pengetahuan responden mengenai program pembayaran jasa lingkungan, pengetahuan responden mengenai cara penetapan kompensasi dari program pembayaran jasa lingkungan, penilaian responden mengenai perubahan kualitas lingkungan setelah adanya program pembayaran jasa lingkungan, penilaian responden terhadap upaya konservasi, kepuasan responden terhadap besarnya dana kompensasi yang diterima masyarakat selama ini, dan penilaian responden mengenai cara penetapan kompensasi program pembayaran jasa lingkungan yang ada akan dianalisis secara kualitatif.

4.4.3. Analisis Kesediaan Menerima Responden terhadap Nilai Pembayaran Sesuai Skenario yang Ditawarkan

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai proporsi kesediaan menerima responden terhadap nilai pembayaran sesuai skenario yang ditawarkan. Informasi ini diperoleh dari kuesioner penelitian. Alasan responden mengenai kesediaan menerima diperoleh dari wawancara secara mendalam (indepth

interview) terhadap responden.

4.4.4. Analisis Fungsi Willingness to Accept

Analisis fungsi Willingness to Accept digunakan model regresi linier

berganda. Fungsi persamaan sebagai berikut:

WTA = f(PDDi, PDPTi, PJLi, TANGi, LMTGi, POHONi, SKLi, BIAYAi, DAKOMi, PUASi, εi)

dimana:

WTA = Nilai WTA responden PDD = Tingkat pendidikan (tahun)

PDPT = Tingkat pendapatan rumah tangga(rupiah/bulan)

PJL = Nilai pembayaran jasa lingkungan yang diterima (rupiah/tahun) TANG = Jumlah tanggungan (orang)

LMTG = Lama tinggal (tahun)

POHON = Jumlah pohon yang dilibatkan dalam program PJL (batang)

SKL = Status kepemilikan lahan yang digunakan untuk berpartisipasi dalam program PJL (bernilai 1 untuk ”milik pribadi” dan bernilai 0 untuk ”bagi hasil”)

BIAYA = Ada tidaknya biaya yang harus dikeluarkan responden untuk mengkonservasi pohon yang berada di atas lahan miliknya (bernilai 0 untuk “ada” dan bernilai 1 untuk “tidak ada”)

DAKOM = Penilaian responden terhadap cara penetapan nilai pembayaran (bernilai 1 untuk “baik” dan bernilai 0 untuk “buruk”)

PUAS = Kepuasan responden terhadap besarnya nilai pembayaran (bernilai 1 untuk ”puas” dan bernilai 0 untuk ”tidak puas”)

i = Responden ke-i yang bersedia menerima dan kompensasi (i = 1, 2, …, k)

ε = Galat

Adapun indikator pengukuran dari fungsi Willingness To Accept disajikan dalam Tabel 2.

No. Variabel Keterangan Variabel Cara Pengukuran

1. PDDK Tingkat pendidikan (tahun) Dibedakan menjadi: a. Tidak sekolah b. SD, kelas 1 2 3 4 5 6 c. SMP, kelas 7 8 9 d. SMA, kelas 10 11 12 e. Perguruan tinggi

2. PDPT Tingkat pendapatan rumah tangga Pendataan mengenai hasil panen responden selama satu tahun dan pemasukan lainnya selain dari lahan miliknya 3. PJL Tingkat pendapatan dari program

PJL (rupiah/tahun)

Pertanyaan terbuka, responden menjawab secara

terbuka mengenai besarnya pendapatan responden dari program PJL

4. TANG Jumlah tanggungan (orang) Pertanyaan terbuka, responden menjawab secara

terbuka mengenai jumlah tanggungan

5. POHON Jumlah pohon buah-buahan yang dilibatkan dalam program PJL (batang)

Didapat dari data jumlah pohon yang berada di lokasi model penyedia jasa lingkungan

6. LMTG Lama tinggal (tahun) Pertanyaan terbuka, responden menjawab secara

terbuka mengenai tahun lama tinggal

7. SKL Status kepemilikan lahan yang digunakan untuk berpartisipasi dalam program PJL Dibedakan menjadi: a. Milik pribadi b. Sewa c. Bagi-hasil d.Tanah garapan e. Lainnya…… 8. BIAYA Ada tidaknya biaya yang harus

dikeluarkan responden untuk mengkonservasi pohon yang berada di atas lahan miliknya (bernilai 0 untuk “ada” dan bernilai 1 untuk “tidak ada”)

Dibedakan menjadi: a. Ada

b. Tidak ada

9. DAKOM Penilaian responden terhadap cara penetapan kompensasi yang ada

Dibedakan menjadi: a. Baik

c. Buruk 10. PUAS Kepuasan responden terhadap

besarnya dana kompensasi

Dibedakan menjadi; a. Puas

4.5. Hipotesa

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Nilai WTA masyarakat diduga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, nilai pembayaran jasa lingkungan yang selama ini diterima, jumlah tanggungan, lama tinggal, jumlah yang termasuk dalam program PJL, status kepemilikan lahan yang digunakan untuk berpartisipasi dalam program PJL, ada tidaknya biaya yang harus dikeluarkan responden untuk mengkonservasi pohon yang berada di atas lahan miliknya, penilaian responen terhadap cara penetapan nilai pembayaran, dan kepuasan responden terhadap besarnya dana kompensasi. 2. Jumlah tanggungan, status kepemilikan lahan yang digunakan untuk berpartisipasi

dalam program PJL, lama tinggal, jumlah pohon yang termasuk dalam program PJL, ada tidaknya biaya yang harus dikeluarkan responden untuk mengkonservasi pohon yang berada di atas lahan miliknya diduga akan berkorelasi positif terhadap nilai WTA.

3. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, nilai pembayaran jasa lingkungan yang selama ini diterima, penilaian responden terhadap cara penetapan nilai pembayaran, dan kepuasan responden terhadap besarnya dana kompensasi yang diterima diduga akan berkorelasi negatif dengan nilai WTA..

4.6. Pengujian Parameter

Uji kebaikan dari model yang telah dibuat dapat dilakukan melalui pengujiian secara statistik. Uji yang dilakukan adalah:

1. Uji Keandalan

Uji ini dilakukan dalam evaluasi pelaksanaan CVM dilihat dengan nilai R-

squares (R2) dari OLS (Ordinary Least Square) WTA.

2. Uji Terhadap Kolinear Ganda (Multicolinearity)

Model yang melibatkan banyak peubah bebas sering terjadi masalah

muticolinearity, yaitu terjadinya korelasi yang kuat antar peubah-peubah bebas.

Masalah multicollinearity dapat dilihat langsung melalui output komputer,

dimana apabila nilai VIF (Varian Inflation factor) < 10 maka tidak ada masalah

multicollinearity.

3. Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah

homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan Pelanggaran

atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Masalah

heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan uji glejser. Uji Glejser dilakukan

dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya (Gujarati, 2003). Sebagai pengertian dasar, residual adalah selisih antara nilai observasi dengan nilai prediksi; dan absolut adalah nilai mutlaknya. Jika nilai signifikan dari hasil uji glejser lebih besar dari α (5%) maka tidak terdapat heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika lebih kecil dari α (5%) maka terdapat heteroskedastisitas.

4. Uji Normalitas

Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data atau

statistik t dapat dikatakan sah. Uji yang dapat dilakukan adalah uji Kolmogorov- Smirnov. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 5% berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, artinya data tersebut tidak normal. Lebih lanjut, jika signifikansi di atas 5% berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku, artinya data tersebut normal.

5. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan diantara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Jika kita mengabaikan adanya autokorelasi, maka akan berdampak terhadap pengujian hipotesis dan proses peramalan. Autokerasi cenderung akan mengestimasi standar error lebih kecil

dari pada nilai sebenarnya, sehingga nilai statistic-t akan lebih besar

(overestimates). Walaupun demikian, hasil estimasi dan peramalannya masih

bersifat konsisten dan tidak bias.

Uji yang paling sering digunakan dalam mendeteksi adanya autorelasi dalam suatu model adalah uji DW (Durbin Watson test). Nilai statistik DW berada pada

kisaran 0 sampai 4, dan jika hasilnya mendekati 2 maka menunjukkan tidak ada autokorelasi ordo kesatu (Juanda, 2009).

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Citaman secara administratif terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Desa ini berbatasan dengan Desa Pondok Kahuru dan Sungai Cibarugbug di sebelah utara, Desa Sukabares dan Sungai Cidanghian di sebelah barat, Kabupaten Pandeglang di sebelah selatan, dan Desa Cisitu, Lebak dan Sungai Cikempong di sebelah timur. Citaman merupakan daerah hulu DAS Cidanau dengan ketinggian berada pada 600 meter dpl. Luas area Desa Citaman sebesar 509

Dokumen terkait