• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Metode Estimasi Penilaian Lingkungan

2.6.2 Tahapan Pekerjaan dalam CVM

Skema pelaksanaan perhitungan barang atau jasa lingkungan dengan menggunakan metode CVM dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber: Widayanto (2001) dalam Intan et al. (2008)

Gambar 2. Skema Metode Valuasi Kontingensi

Gambar 2 menunjukkan bahwa untuk mendapatkan penilaian CVM yang terbaik maka harus dilakukan minimal tiga tahapan pekerjaan, yaitu:

1. Mendesain dan membangun instrumen survei (kuesioner) Tahap ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1) Penjelasan tentang barang atau jasa lingkungan yang akan dinilai.

Penjelasan harus dilakukan secara nyata, detail dan informatif. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan persepsi individu terhadap barang atau jasa yang akan dinilainya. Informasi yang disampaikan secara detail termasuk di dalamnya jenis dan perbedaan kualitas dari berbagai jenis barang atau jasa lingkungan. Penjelasan yang disampaikan dapat secara

CVM

Mendesain instrumen Administrasi survei Interpretasi hasil survei

1. Penjelasan produk 2. Pertanyaan mengenai WTP/WTA 3. Pertanyaan karakteristik 1. Menetapkan metode pengambilan sampel 2. Memperhatikan efektivitas penyebaran 1. Analisis deskriptif 2. Analisis ekonometrika

deskriptif tulisan ataupun disertai dengan bantuan foto, diagram, peta dan skema dengan bahasa yang sederhana.

2) Penjelasan tentang WTP atau WTA individu.

Setelah adanya pemahaman individu terhadap barang atau jasa lingkungan maka individu juga harus paham mengenai WTP atau WTA yang akan dikeluarkannya. Pertanyaan yang diajukan adalah apakah individu tersebut bersedia membayar ataukah bersedia menerima kompensasi atas kerugian yang dideritanya serta pertanyaan berapa besar WTP atau WTA yang akan dikeluarkan atau diterimanya.

3) Penjelasan tentang karakteristik maupun kondisi sosio demografi individu. Hal ini sangat dibutuhkan guna mengenai alasan dari setiap individu

menerima maupun menolak membayar atau menerima kompensasi serta alasan yang melatarbelakangi besar kecilnya nilai WTP atau WTA tersebut. Karakteristik individu misalnya menyangkut jenis kelamin, umur, tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, jumlah tanggungan dalam rumahtangga, tingkat pendidikan, lama bekerja, pengalaman bekerja di bidang yang bersangkutan, dan lain-lain. Sedangkan kondisi sosio demografi misalnya ketersediaan fasilitas umum, kondisi jalan, letak rumah, kondisi lingkungan, yang dinilai, jarak desa-kota, jarak ke tempat bekerja, dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut diduga mempengaruhi kesediaan membayar atau menerima kompensasi maupun besar kecilnya nilai WTP/WTA.

2. Administrasi Survei

1) Metode dalam pengambilan sampel

Harus ditentukan secara jelas populasi yang diteliti serta sampel yang akan diambil. Kesalahan dalam penentuan sampel dapat menyebabkan interpretasi yang salah terhadap populasi yang diteliti. Demikian juga kesalahan dalam menentukan jumlah sampel yang diambil (sampel terlalu sedikit) dapat menyebabkan kekurangtepatan dalam menggambarkan populasi yang diteliti. Walaupun demikian, tidak ada jaminan bahwa semakin besar jumlah sampel maka akan menghasilkan interpretasi yang lebih baik. Namun, penentuan sampel harus meliputi jumlah serta cara pengambilannya yang tepat.

2) Tingkat efektivitas teknik penyebaran kuesioner (response rate),

Yaitu suatu indeks rasio antara jumlah kuesioner yang dibagikan kepada individu-individu dengan jumlah kuesioner yang dikirim kembali, jika pengisian kuesioner dilakukan melalui surat-menyurat. Penyebaran dan pengembalian kuesioner yang telah diisi dapat juga dilakukan melalui email atau internet. Untuk itu, response rate juga dapat dilakukan dengan

menghitung jumlah kuesioner yang dikirim kembali. 3. Interpretasi Hasil Survei

Interpretasi ini meliputi deskripsi ukuran populasi yang ada, jumlah sampel yang akan diambil dan sedapat mungkin mewakili dari populasi yang ada, nilai tengah atau nilai rata-rata WTP atau WTA serta informasi-informasi lain dari berbagai dimensi yang lebih luas dari survei valuasi kontingensi ini. Sebagian besar referensi menyebutkan khusus untuk penelitian yang

menggunakan metode kontingensi ini, bahwa semakin besar jumlah sampel yang mewakili populasi diambil (dirandom) maka semakin baik hasil penelitian yang diperolehnya karena semakin mendekati kondisi yang sesungguhnya. Umumnya jumlah sampel yang dapat menghasilkan hasil dengan baik berkisar antara 500 responden hingga 1.000 responden, yang mewakili unit rumah tangga.

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Pembayaran Jasa Lingkungan di DAS Cidanau masih sedikit ditemukan. Salah satu peneliti yang melakukan penelitian mengenai pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau yaitu Agus Suryawan dari Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Suryawan (2005) melakukan penelitian dengan judul “Penentuan Dasar Biaya Kompensasi untuk Pembayaran Jasa Lingkungan dengan Memanfaatkan Tekhnologi Inderaja (Studi Kasus: DAS Cidanau, Banten). Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar perubahan lahan yang terjadi dengan membandingkan manfaat kegiatan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat DAS Cidanau beserta berapa besar dasar penentuan biaya kegiatan yang harus dibayarkan untuk kegiatan rehabilitasi dengan penanaman kebun campuran.

Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa ekonomi untuk kegiatan penggunaan lahan yang dilakukan oleh masyarakat dan perbandingan hasil klasifikasi terbimbing (supervised classification). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kegiatan kebun campuran memiliki kelayakan lebih baik dibandingkan pertanian monokultur padi. Hal ini ditandai dengan besarnya nilai Net Present Value

(NPV) yang dihasilkan mencapai RP 40.584.168,00 (BCR 6,624) berbeda jauh dengan kegiatan monokultur padi yang hanya menghasilkan NPV Rp 1.382.639,00 (BCR 1,04).

Diketahui dari hasil citra satelit bahwa perubahan luas cukup besar pada wilayah padang rumput rawa di Cagar Alam Rawa Danau yang berubah menjadi areal persawahan mencapai 1.404,54 ha, sedangkan luas hutan relatif satabil. Penentuan biaya kompensasi didasarkan atas matriks perubahan penggunaan lahan yang dikalikan dengan biaya rehabilitasi per ha. Besar biaya rehabilitasi yang dipergunakan dalam penelitian ini sama untuk berbagai perubahan lahan, yaitu sebesar Rp 23.709.600,00/ha. Akan tetapi besar biaya kompensasi sesungguhnya akan sangat tergantung dari jenis perubahan lahan yang terjadi serta biaya rehabilitasi untuk jenis tersebut.

Penelitian ini pada intinya membahas hal yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Adapun penelitian yang dimaksud adalah mengenai penentuan dasar nilai pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau. Hal yang membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada metode penelitian. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk menentukan nilai pembayaran jasa lingkungan adalah tahapan Contingent Valuation

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Dokumen terkait