• Tidak ada hasil yang ditemukan

Serangan bom terhadap Bandara Internasional Davao pada 4 Maret 2003 dan terhadap pelabuhan Davao di Sasa pada 2 April 2003 masing-masing menewaskan 22 dan enambelas orang, sehingga merupakan serangan teroris yang dipastikan terburuk di Asia Tenggara sesudah Bali. Keduanya merupakan operasi JI, konon dengan keterlibatan MILF

Meski skala kejadian cukup besar serta kaitan MILF tersebut menjadi hambatan bagi rundingan perdamaian, perhatian dunia terhadap peristiwa-peristiwa pemboman tersebut tidak besar. Jauh berbeda dengan Bali, kasusnya belum berhasil dibawa ke pengadilan. Polisi Nasional Filipina (Philippine National Police / PNP) yang memimpin penyelidikan telah menahan dua kelompok tersangka dari MILF secara tersendiri, serta menuding 160 anggota lainnya, termasuk sebagian besar pucuk pimpinan MILF. PNP juga telah mengidentifikasi lima warga Indonesia yang diyakininya berkomplot dengan MILF dalam serangan tersebut.

Akan tetapi pihak intelijen militer Filipina memaparkan versi yang samasekali berbeda, yang menampilkan kelompok tersangka ketiga. Keterangan ini – yang tidak sesuai dengan berkas yang telah disusun oleh pihak jaksa terhadap lima orang tersangka yang ditahan PNP – menjadi dasar bagi tudingan terhadap kepemimpinan MILF. Komisi yang dibentuk Presiden Gloria Arroyo pada September 2003 dengan mandat menyusun laporan dalam jangka waktu 30 hari tentang tudingan keterlibatan militer dalam peristiwa pemboman tersebut – tudingan yang dibuat oleh oknum pemberontak militer pada Juli 2003 – baru menyerahkan hasil temuannya pada Maret 2004. Komisi tersebut tidak menemukan bukti keterlibatan militer, namun juga membebaskan MILF dari tuduhan terhadap mereka.

Kendati timbul kebingungan, baik PNP maupun pihak intelijen militer bersikeras bahwa MILF bertanggung jawab atas peledakan di Davao, dan setelah melakukan beberapa penyelidikan kembali, pihak jaksa menolak membatalkan tuduhan terhadap pemimpin MILF.78 Walikota Davao City Rodrigo

78

"MILF hasn't refuted CPO bomb charges", Mindanews, 3 April 2004.

Duterte – yang sebelumnya bersikap lunak terhadap MILF – menuduhnya melakukan kerjasama dengan JI dan al-Qaeda untuk melancarkan serangan tersebut. Direktur bidang intelijen PNP Roberto Delfin yang mendukung tuduhan Duterte tersebut, secara terbuka mengidentifikasi kelima tersangka warga Indonesia: Nasruddin, Sulaiman, Zulkifli, Haji Akhmad dan Hamja (Hamzah). Menurut Delfin, Nasruddin juga terlibat peristiwa bom Bali dan oleh sumber ICG diidentifikasi sebagai ketua Mantiqi III Mustofa; Delfin menuding Sulaiman telah membantu al-Ghozi menyembunyikan bahan peledak di General Santos City. Menurut tuturan Delfin identitas tiga orang Indonesia lainnya yang menjadi tersangka tersebut belum jelas, begitu pula peranannya dalam serangan di Davao.79

Pihak intelijen militer Filipina juga menduga adanya keterlibatan warga Indonesia, namun dengan nama yang berbeda: Hadji Abdul Sasamu, Ustadz Baem Samuya, Nasruddin Sulayan[g], Abu Narih dan "alias Jul" – yang bersama tiga orang pertama diidentifikasi sebagai pelaku bom Fitmart, dan hampir dapat dipastikan adalah Zulkifli.80

Kendati pihak intelijen militer dapat merinci gerakan warga Indonesia tersebut serta hubungannya dengan MILF pada bulan-bulan menjelang peledakan di Davao, bagaimana persis peran yang dimainkannya tidak begitu jelas, sebagaimana halnya dengan versi yang disampaikan PNP. Menurut sumber ICG, Zulkifli lah yang memimpin strategi dalam kedua peristiwa tersebut.81

Tidak satupun tersangka warga Indonesia yang disebut oleh Delfin atau pihak intelijen militer termasuk dalam surat dakwaan yang diserahkan PNP ke pihak jaksa.

Sebaliknya, penyelidikan yang dipimpin PNP memusatkan perhatian terhadap anggota MILF yang diduga menjalankan serangan tersebut. Kelompok tersangka pertama, Terso dan Undungan Sudang, ditangkap sehari setelah kejadian bom di bandara Davao semata-mata atas dasar bukti tidak langsung. Pada 11 April 2003 menyusul peristiwa pemboman di dermaga Sasa, tuduhan terhadap dua bersaudara Sudang dibatalkan tetapi sempat memperdalam sikap sinis dari banyak pengamat setempat, yang

79

Lihat "PNP hunts Indons linked to Davao blasts", Today, 8 April 2003, dan "Suspected key planner of Davao wharf bombing nabbed", Philippine Star, 8 April 2003.

80

Dokumen intelijen militer Filipina rahasia, Maret 2003, yang berhasil diperoleh ICG.

81

Wawancara ICG, Juni 2004.

kini sama sekali menolak pemikiran bahwa MILF terlibat peristiwa peledakan.82

Lima tersangka baru ditangkap di Cotabato City pada 8 April 2003: Esmael Akmad, Tohami Bagundang, Esmael Mamalangkas, Idar dan Jimmy Balulao, yang masih ditahan hingga saat ini. Setelah ditahan dua hari, Balulao memberi pengakuan telah meletakkan bom di bandara, dan Bagundang mengakui keterlibatannya dalam operasi di bandara dan dermaga. Tampaknya kasus yang disusun jaksa terpusat pada pengakuan tersebut, akan tetapi banyak keterangan didalam kedua dokumen tersebut tidak sesuai, selain itu tidak melibatkan petinggi MILF.83

Sebaliknya tuduhan terhadap pimpinan MILF didasarkan atas keterangan yang samasekali terpisah, yang tidak melibatkan kelima tersangka yang ditahan itu.

Keterangan alternatif tersebut yang disusun pihak intelijen militer, menunjukkan bahwa kedua kejadian bom di Davao dilakukan oleh operator dari Brigade 212 MILF, dan mereka diidentifikasi sebagai Guindatu Mamintal Dulang, alias Komandan Bimbo, yang komandan brigade; Nasruddin Ibrahim, perwira yang mengkomandoi Kelompok Operasi Khusus 212, dan keponakan dari Al-Haj Murad; Dongdong Pidtukasan, Rex Mohir, Mori Ali Usman dan Tong Abbas, yang semuanya terlibat dalam peristiwa peledakan ganda tanggal 3 Mei 2000 di General Santos City; dan seorang pria lainnya, yang merupakan anggota tim yang paling berpengalaman, yang meletakkan bom di gedung ruang tunggu di bandara. Tiga orang lain yang belum diketahui identitasnya menuju Tagum untuk menjalankan serangan untuk mengalihkan perhatian (meledak satu jam setelah bom bandara dan menewaskan satu orang). Tong Abbas, Rex Mohir dan pelaku bom bandara juga menjalankan serangan bom di dermaga. Menurut keterangan ini, Bimbo

82

Terso dan Undungan merupakan ayah dan paman dari Montaser Sudang, korban ledakan di bandara yang pada awalnya diduga sebagai pelaku bom bunih diri berdasarkan keanggotaannya dalam MILF. Sikap sinis masyarakat bertambah dengan pembersihan secara dini dari tempat kejadian perkara di bandara, yang menghambat penyidikan forensik.

83

"Sworn Statement of Jimmy Balulao", 9 April 2003, dan "Sworn Statement of Tohami Bagundang", 9 April 2003. Penangkapan terhadap Akmad dan Bagundang dilakukan berdasarkan sketsa yang dibuat dari keterangan saks; Bagundang kemudian melibatkan Mamalangkas, Idar dan Balulao. Noor Mohammad Umug, rekan Zulkifli di Abu Sayyaf, mengidentifikasi Akmad sebagai komandan MILF commander dan Idar sebagai keponakannya; Balulao adalah ipar Idar.

menerima perintahnya langsung dari wakil ketua urusan militer pada saat itu Al-Haj Murad pada 12 Februari 2003; banyak lagi perwira MILF yang terlibat dalam perencanaan serangan bom.84

Sementara itu, pihak intelijen militer menemukan jejak anggota JI yang diduga pelaku bom Fitmart, yakni Sasamu, Samuya dan Sulayang pada pertengahan Oktober 2002, satu bulan setelah mereka nyaris tertangkap ketika rumah aman Fernando Sala digerebeg.85 Setelah mengadakan kontak dengan komandan lapangan Brigade 205 Manawe Ibrahim di Kamp Khalid Ibn al-Walid, di propinsi Sarangani, warga Indonesia tersebut yang kini bergabung bersama Abu Narih dilaporkan menetap disana selama empat bulan, dengan hanya keluar untuk bertemu dengan rekan mereka dari MILF di kota Cotabato dan General Santos.

Zulkifli tampaknya kembali ke General Santos City dari Indonesia pada pertengahan Desember 2002,86

bergabung dengan warga Indonesia lainnya di Kamp Khalid, sampai akhir bulan ketika ia mendampingi Sulayang menuju Cotabato City untuk menemui seorang warga Afghanistan yang sedang berkunjung. Menurut Taufiq Rifqi, Zulkifli mungkin terus ke Zamboanga, dimana ia tinggal untuk beberapa waktu pada Januari 2003, dengan mengadakan kontak bersama Kadaffy Janjalani dari ASG.87

Menyusul pertemuan Staf Umum MILF disekitar daerah Buliok pada 1-16 Januari 2003, ketua operasi Achmad Pasigan konon bertemu dengan warga Indonesia yang tersisa di Kamp Khalid. Selagi mendung perang mulai menyelimutu Buliok pada awal Februari 2003, pertemuan-pertemuan konon diselenggarakan di Cotabato City yang dihadiri wakil kepala staf MILF ketika itu, Sammy Gambar, Achmad Pasigan, Samir Hashim, Manawe Ibrahim, dan lima warga Indonesia yang dipimpin Sasamu dan Samuya. Agenda pertemuan didominasi perlunya

84

Dokumen rahasia intelijen militer Filipina, Maret 2003, yang diperoleh ICG. Bimbo ditangkap pada Oktober 2003 selaku tersangka dalam kasus pemboman tahun 2000 di General Santos City, dimana ia tengah ditahan, akan tetapi para jaksa tampaknya tidak mengenakan dakwaan berkaitan dengan persitiwa Davao terhadapnya.

85

Lihat bagian VII diatas. 86

Tidak jelas berapa lama Zulkifli pergi, namun konon ia berada di Malaysia dari akhir April 2002 (mungkin menyusul bom Fitmart) hingga 20 Mei 2002, ketika ia kembali melalui Cotabato City. Wawancara ICG, Davao City, Januari 2004.

87

"Debriefing Report, Taufiq Rifqi alias Amy Erza", 13 November 2003.

menanggapi serangan yang dilancarkan pemerintah pada 11 Februari, serta kemungkinan melakukan serangan bom – yang akan “diawasi” oleh warga Indonesia tersebut namun dilaksanakan oleh SOG -- konon dibahas sebelum Sasamu dan Samuya kembali ke Kamp Khalid.88

Zulkifli satu-satunya warga Indonesia yang disebut-sebut oleh PNP maupun pihak intelijen militer berkaitan dengan peristiwa bom di Davao, akan tetapi identitasnya tidak dijelaskan, selain itu ia tidak didakwa dan belum dikeluarkan surat penangkapan terhadapnya. Keterangan dari berbagai sumber independen meyakini ICG bahwa Zulkifli – pelaku bom dan pembakaran di toko Fitmart yang lulusan Ngruki dan mantan ketua Wakalah Hudaibiyah, dan yang ditahan oleh pihak berwajib di Malaysia sejak September 2003 – memang benar pelaku utama dalam komplotan serangan bom di Davao. Kemungkinannya, serangan tersebut dilaksanakan dibawah pengawasannya dengan bantuan dari mitranya di MILF dan Abu Sayyaf, mungkin dengan menggunakan bahan dari MILF dan pelaku di lapangan dari Abu Sayyaf.89

Namun belum jelas siapa di hirarki MILF yang menyetujui serangan tersebut.90

Proses pengadilan yang transparan terhadap Zulkifli diperlukan untyuk mengungkapkan seberapa jauh, dan sifat sesungguhnya, kerjasama JI – MILF tersebut.

88

Dokumen rahasia intelijen militer Filipina, Maret 2003, yang diperoleh ICG.

89

Menurut sebuah sumber kepada ICG, ASG menghasilkan pelaku di lapangan yang lebih baik ketimbang MILF karena umunya menguasai lebih banyak bahasa. Operator MILF cukup memadai sepanjang beroperasi di Maguindanao atau Lanao . Wawancara ICG, Juni 2004.

90

IX. KERJASAMA BERJALAN MILF

Dokumen terkait