• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kajian Teoritik

III. LAPORAN OBJEK

BPRS ARTHA AMANAH UMMAT UNGARAN, visi dan misi, tujuan, susunan modal, susunan kepengurusan dan Struktur organisasi. Data Deskriptif data – data yang mendukung akad Ijarah : perkembangan jumlah nasabah dari tahun ke tahun dan distribusi bagi hasil dari PT. BPR Syariah Artha Amanah Ummat Ungaran.

Bab IV Analisis : Bab ini berisi tentang penjelasan akad Ijarah di BPR Syariah Artha Amanah Ummat Ungaran.

Bab V Kesimpulan dan Saran : Bab ini menguraikan kesimpulan berdasarkan analisis tersebut, maka peneliti dapat menarik kesimpulan hasil penelitian. Sedangkan saran yaitu setelah adanya penelitian dan pengamatan keadaan serta situasi di BPR Syariah Artha Amanah Ummat Ungaran, maka peneliti bisa memberikan saran.

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Pahrudin, 2014, dalam skripsi yang mengangkat tentang Analisis Penerapan Akad Ijarah Pada Pembiayaan Ijarah di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Pekerja Pos

Indonesia. Peneliti menyimpulkan bahwa dalam mekanisme pelaksanaan pembiayaan Ijarah merupakan pembiayaan yang dilakukan tanpa perlu adanya uang muka atau dana angsuran dana mengendap. Disamping itu, pihak KOSPPI mengharuskan dana yang digunakan nasabah untuk jasa tenaga atau hak guna manfaat, bukan untuk membeli keperluan materil atau barang kecuali pada pembiayaan lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Dimyati, SH, 2012, dalam skripsi yang mengangkat tentang Implementasi Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik Pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang Palembang. Peneliti menyimpulkan bahwa Implementasi akad Ijarah muntahiya bittamlik pada PT BMI cabang Palembang pada tingkat teknis operasional di lapangan belum sepenuhnya sejalan dengan prinsip syariah, dalam arti ada praktik-praktik yang telah sejalan dengan ketentuan prinsip syariah diantaranya bentuk akad dan penerapan prinsip kehati-hatian, dan ada pula

praktik-11

praktik yang belum sejalan dengan ketentuan prinsip syariah diantaranya penetapan margin, sistem angsuran dan penerapan asas al-musawah.

Penelitian yang dilakukan oleh Mukhlas, 2010, dalam tesis yang mengangkat tentang Implementasi Akad Ijarah pada Pegadaian Syariah Cabang Solobaru. Dimana menjelaskan bahwa implementasi akad Ijarah

pada pegadaian syariah cabang Solobaru belum sesuai dengan prinsip syariah. Hal itu dikarenakan praktek yang terjadi di lapangan masih terdapat beberapa hal yang dipandang menyalahi norma dan bisnis Islam, diantaranya adalah mestinya Akad Ijarah adalah sewa manfaat bukan sewa modal melainkan untuk konsumtif bisa menempuh akad qordhul hasan

(pinjaman tanpa bunga).

Penelitian yang dilakukan oleh Anis Kurniasih, SH, 2012, dalam skripsi yang mengangkat tentang Implementasi Produk Multijasa Pada BPRS Bangun Drajat Warga Yogyakarta. Peneliti menyimpulkan bahwa pembiayaan produk multijasa ini belum menjadi unggulan di BPRS BDW.

Ijarah multijasa merupakan akad yang dipilih dalam produk pembiayaan multijasa dengan alasan DPS BDW baru mengijinkan pembiayaan multijasa untuk akad Ijarah. Di samping itu operasionalnya dari Ijarah

multijasa relative lebih mudah untuk dilaksanakan, pertimbangan lainnya adalah obyek pembiayaan Ijarah multijasa merupakan kebutuhan semua masyarakat dan juga jangkauan estimasi dana di BPRS BDW hanya untuk

Ijarah multijasa. Sedangkan obyek pembiayaannya adalah pendidikan, rumah sakit, umrah dan walimah.

12

Penelitian yang dilakukan oleh Ali Syukron, 2012, dalam skripsi tentang Implementasi Akad Ijarah Muntahiyah Bit – Tamlik ( IMBT ) Dalam Perbankan Syariah. Alasan peneliti meneliti judul tersebut dikarenakan Al–Ijarah al–Muntahiya bit – Tamlik merupakan salah satu alternatif skim syariah untuk memfasilitasi pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang yang sesuai dengan jenis usaha nasabah. Dibandingkan dengan akad Mudharabah, akad IMBT ini lebih fleksibel dan kompetitif dan fleksibel bagi nasabah dalam penetapan harga sewa, walaupun ada beberapa risiko yang mungkin terjadi dan harus diantisipasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Hengky Firmanda dan Ahmad Darsuki, 2011, mengenai Implementasi Akad Ijarah Dalam Perbankan Syariah Dalam kenyataannya akad Ijarah ini jarang digunakan oleh bank

syari’ah, padahal dalam rangka diversifikasi produk penyaluran dana dari

bank syari’ah kepada nasabah, akad ini perlu untuk diterapkan. Pada

prinsipnya akad ini banyak memberikan keuntungan baik pada bank

syari’ah atau pun nasabah. Keuntungan yang diperoleh nasabah ialah

dalam meningkatkan investasi, nasabah membutuhkan barang modal dengan nilai ekonomis yang besar, maka akan lebih mudah menggunakan sistem Ijarah atau Ijarah muntahiya bit tamlik. Sedangkan bagi bank

syari’ah, sistem ini mempercepat perputaran uang dan memajukan sistem

investasi yang dinamis.

Beberapa penelitian terdahulu membahas tentang bagaimana implementasi atau penerapan akad Ijarah di berbagai lembaga keuangan

13

seperti koperasi, BMT Muamalat, pegadaian, dan bank-bank syariah lainnya. Penelitian kali ini berbeda dengan penelitian terdahulu dalam hal analisis serta tempat penelitiannya. Analisis penelitian kali ini menitikberatkan pada bagaimana praktek Ijarah sehingga lebih diminati nasabah. Sedangkan tempat yang diteliti adalah BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran.

B. Kajian Teoritis

1. Pengertian Ijarah

Secara bahasa Ijarah berarti sewa atau upah, yang sesungguhnya memperjual belikan manfaat suatu harta benda (Ghufron, 2002:181). Ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti upah atau al-„iwadh yang berarti ganti atau ongkos.

Sedangkan secara istilah menurut Muhammad Syafi’i Antonio

(2001:117) Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.

2. Jenis – jenis Akad Ijarah

Dalam istilah Fiqih, secara umum akad berarti sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak seperti wakaf, talak dan sumpah maupun yang muncul dari dua pihak seperti jual beli, sewa, wakalah dan gadai. Sedangkan

14

menurut Santoso pada buku Ascarya akad dalam arti khusus berarti keterkaitan antara ijab (pernyataan penawaran/pemindahan kepemilikan dan qabul (pernyataan penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh pada sesuatu (Ascarya, 2003:35).

Definisi ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh fuqaha Hanafiah yang mengartikan akad sebagai pertalian antara ijab dengan qabul menurut ketentuan syara’ yang menimbulkan akibat hukum pada objeknya. Sebuah akad penting dilakukan dalam sebuah transaksi baik dalam transaksi jual beli, transaksi sewa-menyewa atau dalam sebuah kerjasama.

Semua bentuk akad dan berbagai cara transaksi yang dibuat oleh manusia hukumnya sah dan dibolehkan, asal tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan umum yang ada dalam syara’ (Muslich, 2010:4).

Terdapat dua jenis akad Ijarah , yaitu Ijarah Murni dan Ijarah

Muntahiyah Bittamlik (IMBT). a. Ijarah Murni

Yang berlaku adalah perjanjian sewa menyewa biasa. Dimana pihak yang tetap memiliki kedudukan sebagaimana awal perjanjian, yaitu pihak yang meyewakan barang dan pihak yang menyewa barang. Dalam konsep Ijarah murni tersebut, yang disewakan tidak hanya manfaat atau suatu barang saja, melainkan

15

manfaat atas suatu jasa tertentu. Misalnya jasa borongan pembangunan atau borongan penjahitan dan sebagainya (Ascarya, 2011:35).

b. Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT)

Menurut Wiroso (2010:53), Ijarah muntahiyah Bittamlik

adalah akad sewa menyewa antara pemilik obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik obyek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa.

3. Multijasa

Dalam menyalurkan dana kepada nasabah, bank syariah memiliki produk pembiayaan yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaan salah satunya pembiayaan dengan prinsip jual beli (murabahah) dan pembiayaan dengan prinsip sewa-menyewa. Produk pembiayaan murabahah diciptakan untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan barang sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa. Adapun untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan jasa, seperti; pendidikan, pelayanan kesehatan dan ibadah umrah maka Lembaga Keuangan Syariah memiliki produk yaitu Pembiayaan Multijasa. Pembiayaan multijasa dalam lembaga keuangan syariah (LKS) merupakan salah satu pembiayaan yang sangat penting, hal ini terkait dengan fungsi dari ekonomi syariah adalah menggerakkan sektor riil yang ada di masyarakat

16 4. Landasan Hukum a. Al – Quran



































































































































Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama

dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. Q.S. Al Baqarah:233

17

Yang menjadi landasan Ijarah dalam ayat diatas adalah ungkapan “maka berikanlah upahnya” dan “apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut”, hal ini menunjukkan adanya jasa yang diberikan berkat kewajiban membayar upah secara patut. b. Al – Hadist

Hadist yang berkaitan dengan Ijarah adalah hadist yang diriwayatkan dari ibnu abbas dia berkata : bahwa rasulullah SAW berbekam dan memberi upah kepada orang yang membekam. Kalau ia haram beliau tidak akan memberinya upah (HR. Bukhari dan Muslim).

5. Rukun dan Syarat Ijarah

Semua hal yang berhubungan dengan muamalat harus memiliki rukun syarat – syarat tertentu. Menurut Abdul Mu’tha rukun – rukun Ijarah ada empat yang harus dipenuhi, yaitu :

a. Pelaku akad, yaitu penyewa (musta‟jir) adalah pihak yang menyewa asset dan pemilik (muajir) adalah pihak pemilik yang menyewakan asset.

b. Obyek akad, yaitu asset yang disewakan (ma‟jur). c. Harga sewa (ujrah).

18 d. Ijab dan qabul (sighat).

Sedangkan menurut Saleh Al – Fauzan bahwa syarat – syarat Ijarah adalah sebagai berikut :

a. Ijarah berlangsung atas manfaat. b. Manfaat tersebut dibolehkan. c. Manfaat tersebut diketahui.

d. Jika Ijarah atas benda yang tidak tertentu maka harus diketahui secara pasti ciri – cirinya.

e. Diketahui masa penyewaannya. f. Diketahui ganti atau pembayarannya.

g. Upah sewa berdasarkan jerih payah yang memberikan sewa.

6. Obyek Ijarah

Berdasarkan Fatwa : 09/DSN – MUI/IV/2000 ketentuan obyek Ijarah yaitu:

a. Obyek Ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau jasa.

b. Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.

c. Pemenuhan manfaat harus bersifat dibolehkan.

d. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan keadaan syariah.

19

e. Manfaat harus dikenali seacara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan ketidaktahuan yang akan menghilangkan sengketa.

f. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.

g. Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan atau dibayar nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa dalam Ijarah . h. Pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis

yang sama dengan obyek kontrak.

i. Kelenturan (fleksibility) dalam menentukan sewa dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat, dan jarak.

Al ijarah dapat digambarkan dalam skema berikut :

20

Sumber : google image

Keterangan skema pembiayaan ijarah (Rivai, 2008:183) :

1. Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke Lembaga Keuangan Syariah

2. Lembaga Keuangan Syariah membeli objek sewa yang di inginkan oleh nasabah kepada penjual atau supplier.

3. Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dan lembaga keuangan syariah mengenai objek ijarah, tarif ijarah, periode ijarah maka akad ijarah ditandatangani.

4. Bank menyerahkan objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang disepakati. Dan nasabah harus memenuhi kewajibannya kepada Lembaga Keuangan Syariah untuk membayar sewa ijarah.

5. Bila bank membeli objek ijarah setelah periode ijarah berakhir, objek ijarah tersebut disimpan oleh bank sebagai asset yang dapat disewakan kembali.

6. Bila bank menyewa objek ijarah tersebut setelah periode ijarah berakhir, objek ijarah dikembalikan oleh bank kepada supplier/penjual/pemilik.

7. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran adalah rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu dibidang pemasaran yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan

21

pemasaran suatu perusahaan. Dengan kata lain, strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan, sasaran, kebijakan, dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu. Pada masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah. Strategi pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan usaha perusahaan umumnya, dan bidang pemasaran khususnya. Di samping itu strategi pemasaran yang ditetapkan harus ditinjau dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan pasar dan lingkungan pasar tersebut (Assauri, 2004:167-168).

Salah satu strategi yang berhubungan dengan kegiatan pemasaran perusahaan adalah dengan marketing mix strategy yang menyatakan bahwa marketing mix adalah perangkat pemasaran yang baik yang meliputi produk, penentuan harga, promosi, distribusi, digabungkan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran (Kotler dan Amstrong, 2012:92). Dan untuk usaha jasa terdapat 7 unsur marketing mix, yaitu :

a. Strategi Produk (Product)

Produk sebagai sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan yang dibeli dan dijual oleh bank

22

sangat banyak jumlahnya, karena bank dapat menciptakan berbagai jenis produk sesuai dengan keinginan dan kebutuhan nasabah. Produk yang diinginkan pelanggan adalah produk yang berkualitas tinggi artinya produk yang ditawarkan oleh bank ke nasabahnya memiliki niali yang leih baik dibandingkan dengan produk pesaing. Dalam strategi produk bank harus dapat memodifikasi produk yang sudah ada menjadi lebih menarik. Yang perlu diperhatikan dalam strategi produk ini adalah mengembangkan produk baru, hal ini harus dilakukan karena persaingan antar bank yang semakin ketat disebabkan nasabah sudah cukup kritis dan pandai membanding-bandingkan produk bank yang satu dengan yang lainnya.

b. Strategi Harga (Price)

Harga salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing mix. Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat harga sangat menentukan laku tidaknya produk dan jasa perbankan. Salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal terhadap produk yang ditawarkan. Dalam perbankan penetapan harga adalah penetapan tingkat suku bunga yang terdiri dari bunga simpanan dan bunga kredit. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus

23

dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah.

Penentuan harga oleh suatu bank dimaksudkan untuk berbagai tujuan yang hendak dicapai. Secara umum tujuan penentuan harga adalah sebagai berikut (Kasmir,2003:198) :

1) Untuk Bertahan Hidup

Dalam hal ini bank menentukan harga semurah mungkin dengan maksud produk atau jasa yang ditawarkan laku dipasaran.

2) Untuk Memaksimalkan Laba

Tujuan harga ini dengan mengharapkan penjualan yang meningkat sehingga laba dapat ditingkatkan. Penentuan harga biasanya dapat dilakukan dengan harga murah atau tinggi. 3) Untuk Memperbesar Market share

Penentuan harga ini dengan harga yang murah sehingga diharapkan jumlah pelanggan meningkat dan diharapkan pula pelanggan pesaing beralih ke produk yang ditawarkan seperti penentuan suku bunga simpanan yang lebih tinggi dari pesaing.

24

Tujuannya adalah untuk memberikan kesan bahwa produka atau jasa yang ditawarkan memiliki kualitas yang tinggi dan biasanya harga jual ditentukan setinggi mungkin.

5) Karena Pesaing

Dalam hal ini penentuan harga dengan melihat harga pesaing. Tujuannya adalah agar harga yang ditwarkan jangan melebihi harga pesaing artinya bunga simpanan diatas pesaing dan bunga pinjaman dibawah pesaing.

c. Strategi Lokasi (Place)

Bagi perusahaan pemilihan lokal sangat penting mengingat apabila salah dalam menganalisis akan berakibat meningkatnya biaya yang akan dikeluarkan nantinya. Lokasi yang tidak strategis akan mengurangi minat nasabah untuk berhubungan dengan baik.

d. Strategi Promosi (Promotion)

Promosi merupakan kegiatan marketing mix yang terakhir. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang sama pentingnya dengan ketiga kegiatan diatas, baik produk, harga, dan lokasi. Dalam kegiatan ini setiap bank berusaha untuk mempromosikan seluruh produk dan jasa yang dimilikinya baik langsung maupun tidak langsung.

Tanpa promosi jangan diharapkan nasabah dapat mengenal bank. Oleh karena itu promosi merupakan sarana yang paling

25

ampuh untuk menarik dan mempertahankan nasabahnya. Salah satu tujuan promosi bank adalah menginformasikan segala jenis produk yang ditawarkan dan berusaha menarik calon nasabah yang baru.

Kasmir (2001:213) menyatakan bahwa ada 3 macam sarana yang digunakan bank dalam mempromosikan baik produk maupun jasa antara lain :

1) Periklanan (Advertising)

Iklan adalah sarana promosi yang digunakan oleh bank guna menginformasikan, menarik, dan mempengaruhi calon nasabahnya. Penggunaan promosi dengan iklan dapat dilakukan dengan berbagai media seperti koran, majalah, televisi, radio ataupun media lainnya.

2) Promosi Penjualan (Sales Promotion)

Tujuan promosi penjualan adalah untuk meningkatkan penjualan atau untuk meningkatkan jumlah nasabah. Promosi penjualan dilakukan untuk menarik nasabah untuk segera membeli maka perlu dibuatkan promosi penjualan yang semenarik mungkin.

3) Publisitas (Publicity)

Bauran strategi pemasaran (Marketing mix) merupakan kegiatan pemasaran yang dilakukan secara terpadu. Artinya

26

kegiatan ini dilakukan secara bersamaan diantara elemen-elemen yang ada dalam marketing mix sendiri. Setiap elemen tidak dapat berjalan sendiri-sendiri tanpa dukungan dari elemen yang lain. Oleh karena itu setiap elemen membutuhkan strategi tersendiri, namun tetap akan terkait dengan strategi pada elemen lainnya.

e. Strategi Sarana fisik (Physical Evidence)

Merupakan hal nyata yang turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan. Unsur yang termasuk dalam sarana fisik antara lain lingkungan atau bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya.

f. Strategi Orang (People)

Adalah semua pelaku yang memainkan peranan penting dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen dari orang adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan konsumen lain. Semua sikap dan tindakan karyawan, cara berpakaian karyawan dan penampilan karyawan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan penyampaian jasa.

7. Strategi Proses (Process)

Adalah semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa. Elemen proses

27

ini memiliki arti sesuatu untuk menyampaikan jasa. Proses dalam jasa merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran jasa seperti pelanggan jasa akan senang merasakan sistem penyerahan jasa sebagai bagian jasa itu sendiri.

28 BAB III

LAPORAN OBJEK

Dokumen terkait