• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan magang di PT TMMIN bermanfaat sebagai aktifitas akademik, juga merupakan

kegiatan recruitment oleh perusahaan. PT TMMIN menerapkan beberapa metode dalam

perekrutan calon karyawan, yaitu :

1. Reguler

Merekrut secara langsung (untuk umum) melalui informasi di internet maupun media cetak.

2. Kerjasama dengan universitas

Perekrutan melalui kerjasama dengan universitas-universitas yang dianggap berkualitas. Metode ini dilakukan dengan harapan mendapat karyawan yang bermutu dan mampu bersaing.

3. Internship Program

Internship program (program magang) merupakan program Toyota yang diberikan kepada mahasiswa dari perguruan tinggi sebagai tempat kerja praktek maupun magang. Mahasiswa

diharapkan mampu memberikan inovasi maupun improvement untuk meningkatkan unjuk

kerja perusahaan tersebut. Program ini dibagi menjadi 2 berdasarkan pesertanya, yaitu

Internship Program for University Student (IPUS) untuk mahasiswa program sarjana selama

3 bulan dan Internship Program Academic Student (IPAS) untuk mahasiswa program

diploma selama 6 bulan.

Pada kegiatan magang penulis diikutsertakan pada program IPUS yang dilakukan selama

3 bulan, namun karena penulis tergabung dalam tim improvement project pada Finance Division,

Financing & Asset Control Department, Property Control Section, maka kegiatan magang

diperpanjang menjadi 6 bulan. Penulis ditempatkan pada. Jam kerja karyawan yang ada di Head

Office adalah masuk pada pukul 08.00 dan pulang pada pukul 16.45 pada hari Senin sampai Kamis, sedangkan pada hari Jumat masuk pada pukul 08.00 dan pulang pada pukul 17.00.

Kegiatan sehari-hari yang dilakukan terbagi menjadi dua, pekerjaan yang bersifat

regular job dan improvement. Kedua jenis kegiatan ini mempunyai lingkup seputar manajemen

aset yang ada di PT TMMIN. Pada saat awal masa magang, Property Control Section di mana

penulis ditempatkan telah melewati tahapan Physical Control Asset (PCA), yang merupakan

kegiatan yearly activity. Kegiatan PCA adalah kegiatan melakukan pengecekan aset yang dimiliki

oleh PT TMMIN yang ada di inhouse dan outhouse area. Hal ini ditujukan untuk mengetahui

investasi yang dimiliki perusahaan yang merupakan salah satu tahapan dalam manajemen aset.

Beberapa pekerjaan regular job yang dilakukan setelah masa PCA adalah menangani Latest Good

Receipt (LGR), preparation tender outhouse area, serta validating PCA data.

Latest Good Receipt (LGR) merupakan proses pengadaan aset baru oleh perusahaan.

Aset-aset tersebut tercatat menggunakan budget perusahaan, oleh karena itu tugas dari Property

Control Section adalah memastikan aset tersebut sudah ditempatkan sesuai dengan yang tercatat

pada database. Untuk memastikan hal tersebut dilakukan GENBA (pengecekan langsung di

lapangan), untuk mencatat keberadaan aset, lokasi aset, serta label aset. Hasil pengecekan

kemudian dilaporkan kepada section head untuk diproses lebih lanjut.

Preparation tender outhouse area merupakan kegiatan persiapan dilakukannya

pelelangan aset yang sudah mengalami masa retirement untuk aset yang berada di outhouse area

33 ada pada vendor, memastikan kondisi fisik aset untuk estimasi harga penjualan aset, serta

melakukan penjadwalan penjualan dengan pihak vendor dan juga peserta tender.

Validating PCA data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kegiatan PCA

dilakukan. PCA terbagi menjadi dua, yaitu PCA inhouse area dan outhouse area. Inhouse area

berarti aset tersebut berada di dalam PT TMMIN yang terbagi di beberapa area, yaitu Sunter 1,

Sunter 2, Karawang, dan Head Office Sunter. Sedangkan outhouse area berarti aset-aset tersebut

berada di vendor PT TMMIN. Hasil dari kegiatan PCA tersebut berupa worksheet untuk setiap

area, yang kemudian dikompilasi menjadi satu dan juga di-input ke dalam database asset. Data

yang telah dikompilasi ini dilakukan validasi untuk persiapan PCA selanjutnya. Pada tahapan validasi data ditemukan beberapa permasalahan, seperti terdapat aset yang tidak ditemukan, aset yang berpindah tempat tanpa prosedur yang ditetapkan, tidak sesuainya penempatan aset dengan

data yang ada pada database SAP, serta ditemukannya aset dengan nomor aset yang sama

(Double Asset Number).

Pada program IPUS ini penulis ditugaskan untuk melakukan improvement pada bisnis

proses perusahaan. Tema yang diambil penulis untuk dijadikan improvement adalah Double Asset

Number. Setiap aset seharusnya memiliki nomor aset yang unik dan tidak dimiliki oleh aset lain.

Pada kasus double asset number ini satu nomor aset ditemukan pada lebih dari satu aset. Hasil

improvement ini kemudian disajikan dalam bentuk A3 report yang dipresentasikan pada mid review (Lampiran 3)dan final review (Lampiran 4). Improvement yang dilakukan mengacu pada

penerapan Toyota Business Practices (TBP). Pada awal kegiatan IPUS para peserta diikutkan

dalam pelatihan TBP. Adapun langkah-langkah improvement yang penulis lakukan sesuai dengan

TBP adalah :

1. Clarify The Problem

Tujuan dari klarifikasi problem adalah membuat permasalahan-permasalahan menjadi

jelas. Metodenya dengan mengetahui gap antara current situation dengan ideal condition.

Untuk permasalahan double asset number, kondisi idealnya adalah 100% tidak ditemukan

adanya double asset number pada hasil PCA, namun kondisi yang terjadi adalah terdapat

85.38 % aset yang tidak mempunyai masalah double asset number, sehingga gap yang

didapatkan adalah terdapat 14.62 % permasalahan double asset number.

2. Breakdown The Problem

Problem (gap) antara ideal situation dan current situation, biasanya besar dan samar

karena tersusun dari problem-problem kecil. oleh karena itu dilakukan tahapan breakdown

the problem untuk menemukan akar permasalahan secara efektif dan efisien. Pada

breakdown problem ini dipilih faktor yang dominan mempengaruhi permasalahan. Berdasarkan data di lapangan diperoleh fakta permasalahan terjadi di aset pada satu divisi, mempunyai deskripsi aset yang berbeda, aset tersebut mudah dipindahkan, terdapat di lokasi

plant, dan labelnya tertempel (eksis). Data tersebut dapat dijadikan patokan pengerucutan masalah, sehingga pemecahan masalah sesuai dengan target. Hal ini menandakan kurang

terkontrolnya dalam approval dan pencetakan label aset, karena faktanya di lapangan label

dengan nomor aset yang sama tersebut tertempel pada aset-aset.

3. Target Setting

Penggunaan Specific, Measurable, Achievable, Reasonable, Time base (SMART)

bertujuan untuk membantu penentuan target. Target yang ditetapkan adalah membuat dan

mengimplementasikan tools untuk mengontrol, mencatat, dan membantu dalam approving

34

4. Root Cause Analysis

Untuk menemukan root cause diperlukan investigasi secara terus-menerus dengan

melakukan genba genchi genbutsu (istilah yang dipakai toyota untuk melakukan investigasi).

Analisa root cause dilakukan pada semua aspek (4M : Man, Method, Machine, Material).

Pada permasalahan ini faktor man dan machine bukan merupakan faktor yang menjadi

sumber permasalahan, melainkan method dengan tidak adanya dokumen pendukung yang

menjadi patokan untuk melakukan pencetakan ulang label aset, tidak adanya data secara

sistem yang mencatat history pencetakan label. Aspek material yang terjadi adalah tidak

berjalan secara kontinyu dokumen untuk pencetakan label aset.

5. Develop Countermeasure

Hal yang dilakukan untuk tahapan develop countermeasure terbagi menjadi dua, yaitu

temporary countermeasure dan permanent countermeasure. Untuk temporary countermeasure dilakukan validasi data PCA dengan melakukan investigasi langsung di lapangan untuk memastikan fisik aset yang mempunyai nomor aset ganda, dengan mengacu

pada database SAP. Aset yang tidak sesuai dengan database SAP akan ditindaklanjuti

kemudian.

6. See Through Countermeasure

Countermeasure (penanggulangan) dilaksanakan sesuai rencana yang telah dibuat

pada langkah 5 (membuat rencana countermeasure). Perlu dilakukan koordinasi dengan

pihak-pihak yang terkait dengan masalah ini. Temporary countermeasure dan permanent

counter measure dilakukan mulai dari bulan Juni, perlu dilakukan koordinasi dengan pihak- pihak terkait agar jadwal yang dibuat sesuai rencana.

7. See Both Result & Process

Countermeasure (penanggulangan) dilaksanakan sesuai rencana yang telah dibuat

pada langkah 5 (membuat rencana countermeasure). Perlu dilakukan koordinasi dengan

pihak-pihak yang terkait dengan masalah ini. Berdasarkan hasil temporary countermeasure

data yang tervalidasi selama 3 bulan, mulai bulan Juni sampai Agustus, sedangkan untuk

permanent countermeasure hasil pengimplementasian control check tools selama Juni

sampai dengan Agustus menunjukkan 100% request label asset tercatat dengan baik,

sehingga mengurangi kemungkinan pencetakan ulang nomor aset yang memberikan dampak

double asset number. 8. Standarization

Bila dari hasil evaluasi diperoleh bahwa rencana tercapai maka dibuat standardisasi

dari sistem tersebut. Setelah dilakukan penerapan control check tools terbukti pencatatan

request label asset 100% tercatat dan mengurangi resiko pencetakan ulang nomor aset. Oleh

karena itu setiap ada request label asset dilakukan pencatatan terlebih dahulu pada control

check tools.

Dalam proses TBP tersebut terdapat beberapa hal yang dilakukan, diantaranya :

1. GENBA

Kegiatan GENBA ini dilakukan pada setiap area yang mengalami permasalahan

duplikasi nomor aset. Lokasi-lokasi tersebut antara lain Head Office, Sunter I Plant, Sunter II

Plant, dan Karawang Plant. Hal yang dilakukan adalah memeriksa secara langsung aset-aset yang secara data mengalami duplikasi nomor aset, apakah ditemukan secara fisik juga di lapangan. Kegiatan ini adalah sebagai salah satu proses validasi data. Pada kegiatan ini juga

35 dilakukan pengumpulan informasi terhadap pihak-pihak terkait mengenai permasalahan yang sedang dihadapi. Hal ini untuk mengetahui seberapa besar kepedulian para pihak terkait

terhadap permasalahan ini, dalam hal ini awareness user terhadap aset-aset yang

digunakannya. Selain itu juga juga sebagai pengumpulan informasi untuk melakukan analisis masalah lebih lanjut.

2. Validating Database

Dari hasil GENBA yang dilakukan di lapangan, kemudian data yang sebelumnya

mengalami kesalahan dilakukan update. Data yang digunakan pada PCA selanjutnya adalah

data yang sudah sesuai dengan yang ada secara fisik di lapangan.

3. Internal Meeting

Kegiatan internal meeting ini bertujuan untuk terus meng-update perkembangan

penyelesaian masalah setiap waktunya. Meeting biasanya dilakukan untuk menetapkan target

setiap waktu dan juga beberapa kegiatan yang mungkin tertunda agar dilakukan reschedule,

serta mengetahui kendala-kendala yang dihadapi setiap anggota dalam melakukan penyelesaian masalah untuk dicarikan jalan keluarnya.

4. Meeting with Other Division

Kegiatan ini tidak hanya melibatkan satu divisi, melainkan beberapa divisi yang

saling berhubungan. Divisi dimana penulis ditempatkan adalah Finance Division bekerja

sama dengan General Affair Division dan Plan Admin Division dalam pengelolaan aset. Oleh

karena itu perkembangan setiap permasalahan juga dikomunikasikan dengan divisi-divisi tersebut agar penyelesaian masalah ini bisa segera dilakukan.

Dari beberapa informasi dan fakta tersebut diperoleh suatu kesimpulan yang dituangkan

dalam A3 report. Hasil dari A3 report ini sebagai improvement yang disumbangkan penulis pada

perusahaan supaya dapat mengatasi permasalahan yang terjadi. Hasil dari improvement tersebut

dipresentasikan dalam dua tahap, yaitu pada saat mid review (Lampiran 3)dan juga final review

(Lampiran 4). Pada presentasi tersebut dihadiri oleh seorang pembimbing TBP, seorang

assessor, dan juga mentor yang membimbing penulis dalam menjalankan setiap aktifitas

improvement. Kegiatan selama magang ditampilkan dalam bentuk jurnal (Lampiran 5).

Dokumen terkait