• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEGIATAN KERJA PRAKTIK

A. Kegiatan selama Kerja Praktik di Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi Jawa Barat

Kegiatan Kerja Praktik yang dilakukan peneliti bertempat di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat peneliti melaksanakan beberapa kegiatan rutin. Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilaksanakan selama Kerja Praktik di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat di Bidang Perlindungan Ketenagakerjaan Seksi Pembinaan Hubungan Industrial yang langsung pada saat jam kerja setiap harinya secara rutin, terjadwal dan terstruktur seperti upacara, absen, pencarian data laporan kerja praktik dan membuat laporan Kerja Praktik, dan membantu sebagian pekerjaan pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat.

1. Deskripsi Kegiatan Rutin di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat

a. Upacara Pagi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat

Upacara pagi yang rutin selalu di lakukan oleh pihak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat yang wajib di ikuti setiap hari oleh pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat untuk meningkatkan kualitas para pegawai yang selalu mengikuti aturan yang berlaku serta menjunjung tinggi kedisiplinan, agar pegawai tidak akan lupa tentang asas-asas pancasila yang selalu di terapkan. Hal ini

semata mata agar para pegawai dan mahasiswa Kerja praktik selalu diberikan masukan serta motivasi di pagi hari, sehingga setelah upacara pagi para pegawai dapat dengan giat untuk melakukan aktifitas dan kerja yang telah menjadi kewajiban seorang pegawai pada umumnya.

b. Absensi Pagi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat

Absensi pagi juga salah satu kegiatan rutin yang berlaku di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat yang wajib di isi oleh pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta para peserta Kerja Praktik. Hal ini semata mata agar pegawai Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat tidak mangkir dalam bekerja dan tepat waktu, karena absensi selalu di kumpulkan dan di ambil pada setiap jam 08.00 pagi hari, sehingga pegawai yang terlambat serta pegawai yang mangkir ataupun izin dapat terlihat melalui absensi, untuk mahasiswa Kerja Praktik sendiri mengisi absen yang telah disediakan dan diberi tandatangan Pembina Kerja Praktik yaitu oleh Seksi Hubungan Industrial. Ini juga merupakan salah satu strategi dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa barat agar memiliki pegawai yang solid, berkualitas, disiplin serta ketepatan waktu dalam bekerja, sehingga Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat bisa memiliki pegawai yang mampu bekerja dan membawa perubahan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat agar menjadi lebih baik lagi kedepannya.

c. Membaca Buku

Peneliti di beri tugas untuk membaca buku mengenai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat mengenai tugas dan fungsi pokok, buku mengenai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan agar lebih memahami peraturan mengenai ketenagakerjaan, buku hukum perburuhan yang dapat dijadikan bahan penulisan laporan Kerja Praktik oleh peneliti, dan buku pelaksanaan delapan konvensi dasar untuk mengetahui perkembangan tenaga kerja. d. Pengumpulan Data Laporan Kerja Praktik

Pengumpulan data yang dilakukan peneliti dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :

1) Melakukan Wawancara

Wawancara dilakukan setiap kerja praktik yaitu ke beberapa pegawai yang ada di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat terutama pada pegawai Seksi Hubungan Industrial, wawancara yang dilakukan peneliti berkaitan dengan perlindungan tenaga kerja penyelia jasa (outsourcing) sampai tahun 2013, proses pengupahan tenaga kerja, dan lembaga-lembaga yang berwenang menangani perselisihan perburuhan.

2) Mencari Contoh Kasus Pada Tenaga Kerja

Mencari Kasus yang berkaitan dengan tenaga kerja yang dilakukan dengan cara memeriksa arsip-arsip dan meminta izin kepada pegawai penyimpan arsip di Seksi Hubungan Industrial untuk meminta contoh kasus yng terjadi terhadap tenaga kerja. e. Pembuatan Laporan PKL

Disini penulis harus membuat dan melaporkan kepada Seksi Hubungan Industrial Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat melalui laporan Kerja Praktik dimana di dalam laporan tersebut penulis menjelaskan kegiatan dari awal sampai akhir penulis berada di kantor tersebut dan menjelaskan peraturan-peraturan, ketentuan umum,tugas pokok,fungsi dan struktur organisasi yang ada di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat beserta dengan pasal-pasal yang berlaku.

B. Kasus Tenaga Kerja yang Ditemukan Oleh Peneliti

Salah satu perselisihan yang ditemukan peneliti pada saat melakukan kerja praktik di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat adalah perselisihan yang diselesaikan melalui mediasi mengenai pengingkaran hak upah tenaga kerja oleh perusahaan yang bersangkutan.

118

BAB IV

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

PENYELIA JASA (OUTSOURCING) DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003

TENTANG KETENAGAKERJAAN

A. Implementasi Perlindungan Hukum yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terhadap hak-hak Penyelia Jasa (Outsourcing)

Menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan yang menggunakan penyelia jasa (outsourcing), baik dalam pemborongan pekerjaan maupun perusahaan penyedia jasa penyelia jasa (outsourcing) perusahaan diwajibkan menjamin perlindungan atau jaminan terhadap hak-hak pekerja atau buruh. Perlindungan tersebut sangat kompleks karena berkaitan dengan kesehatan kerja, keselamatan kerja, upah, kesejahteraan dan jamsostek.

Menurut Soepomo perlindungan tenaga kerja di bagi menjadi 331: a. Perlindungan ekonomis yaitu perlindungan tenaga kerja dalam

bentuk penghasilan yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja di luar kehendaknya

b. Perlindungan sosioal adalah perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi

c. Perlindungan teknis adalah perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja.

Pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa :

31

“Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”

Perlindungan terhadap tenaga kerja penyelia jasa (outsourcing) lebih lanjut diatur dalam Pasal 65 ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan berbunyi :

“Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Perlindungan hak-hak penyelia jasa (outsourcing) berdasarkan perlindungan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disamakan dengan perlindungan hak-hak tenaga kerja lain.

Perlindungan tenaga kerja harus di perhatikan mengenai beberapa fase di antaranya masa sebelim kerja (pre-employment) yaitu mengenai pengadaan tenaga kerja yang meliputi pengaturan lowongan kerja, pengerahan dan penempatan tenaga kerja merupakan hal penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan tenaga kerja kemudian masa selama bekerja (during employment) pada masa ini pean pemerintah sangat diperlukan karena berkaitan dengan perlindungan tenaga kerja pada saat melaksanakn pekerjaannya dan yang terakhir masa setelah bekerja (post employment) yang harus diautur dalam tahap ini berkaitan dengan sakit berkepanjangan, hari tua, pensiun, dan tunjangan kematian.

Implementasi perlindungan penyelia jasa (outsourcing) yang diberikan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan hanya menvakup 2 (dua) hal yaitu masa sebelum

bekerja (pre-employment) dan masa selama bekerja (during employmen) sedangkan mengenai masa setelah bekerja (post employmen) penyelia jasa tidak mendapatkan jaminan apaun sedangkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain hak penyelia jasa (outsourcing) harus sama dengan tenaga kerja yang lain maka Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 harus dirubah karena tidak sesuai dengan perlindungan atau hak-hak yang harus di terima oleh setiap tenaga kerja terutama dalam memberikan hak-hak masa setelah bekerja (post employmen) kepada penyelia jasa (outsourcing) .

B. Upaya Hukum yang dapat dilakukan oleh Penyelia Jasa (Outsourcing) apabila Penyelia Jasa (Outsourcing) tidak mendapatkan upah sesuai dengan perjanjian.

Upaya hukum yang dapat ditempuh oleh tenaga kerja penyelia jasa(outsourcing) melaui beberapa lembaga diantaranya :

1. Lembaga bipartit

Lembaga yang anggotanya terdiri dari tenaga kerja, perusahaan, beberapa serikat buruh, dan beberapa perusahaan yang bergabung penyelesaian lewat lembaga ini lakukan dengan car musyawarah antara tenaga kerja dan perusahaan.

2. Lembaga tripartit

Lembaga yang terdiri dari tenaga kerja, Serikat buruh, pengusaha dan pemerintah. Proses penyelesain perselisihan pada lembaga ini teridiri dari mediasi, konsiliasi dan arbitrase

3. Pengadilan hubungan industrial

Penyelesaian perselisihan melalui pengadilan hubungan industrial ini merupakan upaya terakhir apabila dalam penyelesaiaan pada lembaga bipartit dan lembaga tripartit tidak mendapatkan putusan. Salah satu contoh kasus yang ditangani oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat adalah kasus dengan nomor mediasi : 565/3518/perlindungan antara PT. AT Tbk dengan mantan karyawannya yaitu AS yang waktu menjadi karyawan PT. AT Tbk menjabat sebagai kasir.Pokok permasalahan yang terjadi adalah PT. AT Tbk tidak membayar pesangon cuti mantan karyawan PT. AT Tbk tersebut.

Penyelesaian perselisihan yang terjadi antara perusahaan PT AT Tbk dengan mantan karyawannya AS diselesaikan melalui proses mediasi karena kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan dan kesepakatan itu berupa pemenuhan hak oleh perusahaan PTAT Tbk kepada karyawannya yaitu berupa sisa uang cuti sebesar Rp 956. 300. Perselisahan yang terjadi antara PT AT Tbk dengan mantan karyawannya adalah perselisihan hak, perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,

perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Keputusan dengan nomor mediasi 565/3518/perlindungan berbunyi : Pasal 1

“Bahwa pihak pertama dengan pihak kedua telah sepakat menyelesaikan hak atau kewajiban dari masing-masing pihak, selasa 17 september 2013 berdasarkan musyawarah dan mufakat.”

Pasal 2

“Bahwa pihak pertama telah menyepakati dan bersedia membayarkan sisa cuti kepada pihak kedua dan pihak kedua brsedia menerima uang sisa cuti yang dimaksud.”

Pasal 3

“Bahwa pihak kedua telah menyepakati dan mau menerima sisa cuti yang belum di ambil dari PT AT Tbk sebesar Rp 956.300 dari pihak pertama” Pasal 4

“Bahwa dengan diterimanya uang sisa cuti tersebut oleh pihak kedua maka pihak pertama telah menyelesaikan kewajiban pada pihak kedua.” Pasal 5

“Bahwa dengan selesainya pemberian upah sisa cuti pihak pertama maka hak dan kewajiban masing-masing pihak telah berakhir sejak dilakukannnya penyerahan sisa cutu kepada pihak kedua”

Pasal 6

“Bahwa dengan dilaksanakannya pemberian sisa cuti kepada pihak kedua oleh pihak pertama maka masing-masing sepakat tidak akan melakukan penuntutan hukum baik perdata maupun pidana dikemudian hari oleh masing-masing pihak.”

123

A. Simpulan

1. Penyelia jasa (outsourcing) merupakan tenaga kerja kontrak yang masa kerjanya antara 3 bulan, 1 tahun sampai 3 tahun. implementasi perlindungan hak-hak penyelia jasa (outsourcing) ditinjau dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan kurang memberikan perlindungan kepada penyelia jasa (outsourcing) maka dari itu Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan isinya harus mengalami beberapa perubahan yang berkaitan dengan penyelia jasa (outsourcing) pada masa setelah bekerja karena tidak sesuai dengan perlindungan atau hak-hak yang harus di terima oleh setiap tenaga kerja terutama dalam memberikan hak-hak pada masa setelah bekerja (post employment) kepada penyelia jasa (outsourcing).

2. Penyelesaian sengketa upah yang dialami oleh penyelia jasa (outsourcing) bisa melalui beberapa tahap diantaranya penyelesaian secara bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase dan upaya terakhir melalui Pengadilan Hubungan Industrial, dalam kasus yang peneliti teliti penyelesaianya melalui mediasi karena kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan.

B. Saran

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi provinsi Jawa Barat dalam membuat sebuah rancangan peraturan mengenai ketenagakerjaan harus lebih memperhatikan kepentingan seluruh pihak dalam hubungan industrial sehingga semua pihak tidak merasa dirugikan terutama dalam hal ini yang berkaitan dengan perlindungan penyelia jasa (outsourcing) pada masa setelah bekerja (post employment). Penyelesaian perselisihan yang terjadi dalam tenaga kerja bisa melalui beberapa lembaga di antaranya lembaga bipartit, lembaga tripartit, dan pengadilan hubungan industrial.

Dokumen terkait