BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Standar Akuntansi Pemerintahan diterapkan di lingkungan pemerintah, baik pemerintah pusat beserta departemen, maupun pemerintah daerah berserta dinas yang dibawahi. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan diyakini mampu memberi dampak positif berupa adanya peningkatan kualitas dalam hal penyajian dan pelaporan keuangan di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hal ini berarti informasi keuangan pemerintah akan mampu menjadi dasar pengambilan keputusan dan terwujudnya transparansi dan akuntabilitas.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Sedangkan menurut Halim (2007:245), laporan keuangan daerah merupakan informasi yang memuat berbagai elemen struktur kekayaan dan struktur finansial yang merupakan pencerminan hasil aktivitas ekonomi suatu organisasi pemerintah daerah pada suatu saat dan atau periode tertentu. Istilah laporan keuangan daerah meliputi semua laporan, informasi dan berbagai penjelasan yang mengikuti laporan tersebut dan diakui sebagai bahagian dari laporan keuangan.
Dari kedua pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan daerah merupakan informasi yang memuat tentang
kekayaan dan posisi keuangan yang merupakan pencerminan dari hasil aktivitas ekonomi pemerintah daerah pada suatu periode tertentu. Laporan keuangan pun merupakan representasi daripada posisi transaksi-transaksi akuntansi yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang dinyatakan dalam satuan uang.
2.3.2 Karakteristik
Agar dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan, informasi akuntansi harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu. Setelah konsep dan tujuan akuntansi ditetapkan, karakteristik kualitatif yang harus melekat pada informasi akuntansi merupakan dasar dalam pemilihan alternatif prinsip akuntansi.
Menurut Soemarsono (2005:362), bahwa karakteristik laporan keuangan daerah merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki. Karakteristik kualitatif juga merupakan ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuan. Karakteristik yang dimaksud terdiri dari:
1. Relevan
Laporan keuangan dapat dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau
mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu. Informasi yang relevan memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
c. Tepat waktu
d. Lengkap
2. Andal (reliable)
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi yang andal memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Sah (valid)
b. Dapat diverifikasi dan berdaya uji
c. Netral
3. Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan dapat lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
4. Dapat Dipahami
Manfaat informasi akan bertambah apabila dapat dipahami oleh penggunanya. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta
istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
2.3.3 Peranan, Tujuan dan Fungsi
Laporan keuangan pemerintah daerah mempunyai peranan prediktif dan prospektif, yang dapat menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, serta resiko dan ketidakpastian yang terkait. Selain daripada itu, laporan keuangan pemerintah daerah juga berperan sebagai penyedia informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan antara realisasi pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Tujuan umum pembuatan laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat
bagi para pengguna informasi dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah. Untuk memenuhi tujuan yang dimaksud, laporan keuangan pemerintah daerah menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal:
1. Aset 2. Kewajiban 3. Ekuitas Dana 4. Pendapatan 5. Belanja 6. Transfer 7. Pembiayaan 8. Arus Kas
Selain mempunyai peranan dan tujuan, laporan keuangan pemerintah daerah juga mempunyai beberapa fungsi bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik, yaitu:
1. Penyedia informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan
2. Penyedia informasi mengenai cara memperoleh sumber dana ekonomis dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran,
3. Penyedia informasi mengenai jumlah sumber dana ekonomis yang
digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah serta hasil-hasil yang telah dicapai,
4. Penyedia informasi mengenai bagaimana pemerintah daerah
mendanai seluruh kegiatan dalam mencukupi kebutuhan kasnya,
5. Penyedia informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi
pemerintah daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan akibat pajak dan pinjaman,
6. Penyedia informasi mengenai perubahan posisi keuangan dan
kondisi pemerintah daerah apakah mengalami kenaikan ataupun penurunan sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
2.3.4 Komponen dan Format
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (2005:25) menyatakan bahwa ada empat komponen laporan keuangan, yaitu:
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas
Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Unit yang mempunyai perbendaharaan adalah unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara atau daerah, dan atau sebagai kuasa bendaharawan umum negara atau daerah. Laporan keuangan pemerintah daerah disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
1. Laporan Realisasi Anggaran
Menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingkan dengan anggaran dalam satu periode akuntansi. Tujuan standar laporan realisasi anggaran adalah untuk menetapkan dasar-dasar penyajian bagi pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas dan transparansi sebagaimana yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Sedangkan tujuan khusus pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Perbandingan antara anggaran dan realisasi menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut Ulum (2004:192) bahwa komponen yang dicakup secara langsung oleh laporan realisasi anggaran meliputi unsur pendapatan, belanja, dan
pembiayaan. Masing-masing unsur dapat didefinisikan sebagai berikut:
a. Pendapatan adalah semua penerimaan rekening kas umum yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, yang tidak perlu dibayarkan kembali.
b. Belanja adalah semua pengeluaran rekening kas umum yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayaran oleh pemerintah.
c. Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah,
baik penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar, atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit anggaran dan atau memanfaatkan surplus anggaran.
Berikut adalah format Laporan Realisasi Anggaran sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
Tabel 2.1
PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ……… LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DES 20X1
(dalam Rupiah) No Uraian Anggaran setelah Perubahan Realisasi Lebih (Kurang) 1 2 3 4 5 1 PENDAPATAN
2 Pendapatan Asli Daerah 3 Pendapatan Pajak Daerah
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
6 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 7 Jumlah (3 s/d 6)
8 Pendapatan Transfer
9 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
10 Dana Bagi Hasil Pajak
11 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 12 Dana Alokasi Umum
13 Dana Alokasi Khusus 14 Jumlah (10 s/d 13)
15 Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 16 Dana Otonomi Khusus
17 Dana Penyesuaian 18 Jumlah (16 s/d 17)
19 Transfer Pemerintah Provinsi 20 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 21 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 22 Jumlah (20 s/d 21)
23 Jumlah (14 + 18 + 22)
24 Lain-lain Pendapatan yang Sah 25 Pendapatan Hibah
26 Pendapatan Dana Darurat 27 Pendapatan Lainnya 28 Jumlah (25 s/d 27) 29 Jumlah (7 + 23 + 28) 30 BELANJA 31 Belanja Operasi 32 Belanja Pegawai 33 Belanja Barang 34 Belanja Bunga 35 Belanja Subsidi 36 Belanja Hibah 37 Belanja Bantuan Sosial 38 Belanja Bantuan Keuangan 39 Jumlah (31 s/d 37)
40 Belanja Modal 41 Belanja Tanah
42 Belanja Peralatan dan Mesin 43 Belanja Gedung dan Bangunan 44 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 45 Belanja Aset Tetap Lainnya 46 Belanja Aset Lainnya
47 Jumlah (41 s/d 46)
48 Belanja Tidak Terduga 49 Belanja Tidak Terduga 50 Jumlah
51 Transfer
52 Transfer Bagi Hasil 53 Bagi Hasil Pajak 54 Bagi Hasil Retribusi
55 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 56 Jumlah (53 s/d 55) 57 Jumlah (47 + 50 + 56) 58 SURPLUS / DEFISIT (29 - 57) 59 PEMBIAYAAN 60 Penerimaan Pembiayaan 61 Penggunaan SILPA 62 Pencairan Dana Cadangan 63 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah 64 Penerimaan Pinjaman
65 Penerimaan Kembali Pinjaman 66 Penerimaan Piutang
67 Jumlah (61 s/d 66)
68 Pengeluaran Pembiayaan 69 Pembentukan Dana Cadangan 70 Penyertaan Modal Investasi 71 Pembayaran Pokok Utang 72 Pemberian Pinjaman 73 Jumlah (69 s/d 72)
74 Pembiayaan Netto (67 - 73)
75 SILPA (58 + 74)
2. Neraca
Menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah sebagai suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur-unsur yang terkait dapat didefinisikan sebagai berikut:
a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan dimiliki
mana manfaat ekonomi atau sosial di masa depan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan untuk pemeliharaan sumber-sumber daya karena alasan budaya dan sejarah.
b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya diharpkan mengakibatkan aliran sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
c. Ekuitas dana adalah kekayaan bersih yang dimiliki pemerintah
yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban. Ekuitas dana diklasifikasikan menjadi ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas dana cadangan.
Berikut adalah format Neraca sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
Tabel 2.2
PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ……… NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(dalam Rupiah)
No Uraian 20X1 20X0
1 2 3 4
1 ASET
2 Aset Lancar 3 Kas di Kas Daerah
4 Kas di Bendahara Pengeluaran 5 Kas di Bendahara Penerimaan 6 Investasi Jangka Pendek
7 Piutang Pajak 8 Piutang Retribusi
9 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan Negara 10 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah 11 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Pemerintah Pusat 12 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah 13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan 15 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi 16 Piutang Lainnya
17 Persediaan
18 Jumlah (3 s/d 17)
19 Investasi Jangka Panjang 20 Investasi Non Permanen
21 Pinjaman Kepada Perusahaan Negara 22 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
23 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah Lainnya 24 Investasi dalam Surat Utang Negara
25 Investasi dalam Proyek Pembangunan 26 Investasi Non Permanen Lainnya 27 Jumlah (21 s/d 26)
28 Investasi Permanen
29 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 30 Investasi Permanen Lainnya
31 Jumlah (29 s/d 30)
32 Jumlah (27 + 31)
33 Aset Tetap 34 Tanah
35 Peralatan dan Mesin 36 Gedung dan Bangunan 37 Jalan, Irigasi dan Jaringan 38 Aset Tetap Lainnya
39 Konstruksi dalam Pengerjaan 40 Akumulasi Penyusutan 41 Jumlah (35 s/d 41) 42 Dana Cadangan 43 Dana Cadangan 44 Jumlah 45 Aset Lainnya
46 Tagihan Penjualan Angsuran 47 Tuntutan Perbendaharaan 48 Tuntutan Ganti Rugi
50 Aset Tak Berwujud 51 Aset Lain-lain 52 Jumlah (46 s/d 51)
53 Jumlah (18 + 32 + 41 + 44 + 52)
54 KEWAJIBAN
55 Kewajiban Jangka Pendek 56 Utang Perhitungan Pihak Ketiga 57 Utang Bunga
58 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
59 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya
60 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank
61 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank
62 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Obligasi 63 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya 64 Utang Jangka Pendek Lainnya
65 Jumlah (56 s/d 64)
66 Kewajiban Jangka Panjang
67 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
68 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya 69 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank 70 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan
Bank
71 Utang Dalam Negeri - Obligasi 72 Utang Jangka Panjang Lainnya 73 Jumlah (67 s/d 72)
74 Jumlah (65 + 73)
75 EKUITAS DANA
76 Ekuitas Dana Lancar
77 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 78 Pendapatan yang Ditangguhkan 79 Cadangan Piutang
80 Cadangan Persediaan
81 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek
82 Jumlah (77 s/d 81)
83 Ekuitas Dana Investasi
84 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 85 Diinvestasikan dalam Aset Tetap
86 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
87 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
88 Jumlah (84 s/d 87)
90 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 91 Jumlah
92 Jumlah (82 + 88 + 91)
93 Jumlah (74 + 92)
3. Laporan Arus Kas
Menyajikan informasi kas yang berhubungan dengan aktivitas operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan transaksi non anggaran yang menggambarkan saldo awal penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah selama satu periode tertentu. Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya.
Menurut Ulum (2004:228) unsur yang dicakup langsung dalam laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas.
a. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk dari
bendahara umum dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
b. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari
bendahara umum dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, aktivitas pembiayaan dan aktivitas non anggaran.
Berikut adalah format Laporan Arus Kas sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.
Tabel 2.3
PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ……… LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DES 20X1 DAN 20X0
(dalam Rupiah)
No Uraian 20X1 20X0
1 2 3 4
1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi
2 Arus Kas Masuk
3 Pendapatan Pajak Daerah 4 Pendapatan Retribusi Daerah
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 6 Lain-lain PAD yang Sah
7 Dana Bagi Hasil Pajak
8 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 9 Dana Alokasi Umum
10 Dana Alokasi Khusus 11 Dana Otonomi Khusus 12 Dana Penyesuaian
13 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 14 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 15 Pendapatan Hibah
16 Pendapatan Dana Darurat 17 Pendapatan Lainnya 18 Jumlah (3 s/d 17)
19 Arus Kas Keluar 20 Belanja Pegawai 21 Belanja Barang 22 Bunga 23 Subsidi 24 Hibah 25 Bantuan Sosial 26 Belanja Tidak Terduga 27 Bagi Hasil Pajak 28 Bagi Hasil Retribusi
29 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 30 Jumlah (20 s/d 29)
31 Arus Kas Bersih (18 - 30)
32 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan
34 Pendapatan Penjualan Atas Tanah
35 Pendapatan Penjualan Atas Peralatan dan Mesin 36 Pendapatan Penjualan Atas Gedung dan Bangunan 37 Pendapatan Penjualan Atas Jalan, Irigasi dan Jaringan 38 Pendapatan dari Aset Tetap Lainnya
39 Pendapatan dari Aset Lainnya 40 Jumlah (34 s/d 39)
41 Arus Kas Keluar 42 Belanja Tanah
43 Belanja Peralatan dan Mesin 44 Belanja Gedung dan Bangunan 45 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 46 Belanja Aset Tetap Lainnya 47 Belanja Aset Lainnya 48 Jumlah (42 s/d 47)
49 Arus Kas Bersih (40 - 48)
50 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan
51 Arus Kas Masuk
52 Pencairan Dana Cadangan
53 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 54 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
55 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya 56 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank 57 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Bukan Bank 58 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
59 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
60 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
61 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
62 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya
63 Jumlah (52 s/d 62)
64 Arus Kas Keluar
65 Pembentukan Dana Cadangan 66 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 67 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri -
Pemerintah Pusat
68 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Pemerintah Daerah Lainnya
69 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Lembaga Keuangan Bank
70 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Lembaga Keuangan Bukan Bank
71 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi 72 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya 73 Pemberian Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
74 Pemberian Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah 75 Pemberian Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah
Lainnya
76 Jumlah (65 s/d 75)
77 Arus Kas Bersih (63 - 76)
78 Arus Kas dari Aktivitas Non Anggaran
79 Arus Kas Masuk
80 Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 81 Jumlah
82 Arus Kas Keluar
83 Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 84 Jumlah
85 Arus Kas Bersih (81 - 84)
86 Kenaikan/Penurunan Kas (31 + 49 + 77 + 85)
87 Saldo Awal Kas di BUD
88 Saldo Akhir Kas di BUD (86 + 87)
89 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran
90 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan
91 Saldo Akhir Kas (88 + 89 + 90)
4. Catatan atas Laporan Keuangan
Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan catatan atas laporan keuangan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan pemerintah untuk tujuan umum. Catatan atas laporan keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pihak tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Hal ini disebabkan karena laporan keuangan pemerintah memiliki potensi memunculkan kesalahpahaman bagi pembacanya.
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan
oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah secara wajar. Catatan atas laporan keuangan juga menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, yaitu:
a. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal, ekonomi makro,
pencapaian target Undang-Undang APBN, Peraturan Daerah tentang APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target,
b. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun
pelaporan,
c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan
keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya,
d. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan,
e. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk
penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.