SKRIPSI
ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET
PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT
oleh:
NANSHA RAMADHANA YATUHIDIKA NIM. 080522137
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Penyajian Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah
Kabupaten Langkat adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun
sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari tempat penelitian, atau
yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan telah
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah serta etika
penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan unsur plagiat
dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Medan, … Mei 2012
KATA PENGANTAR
Maha Suci Engkau ya Allah. Penulis kerap lalai mensyukuri segala nikmat
yang telah Engkau berikan kepada penulis dan belum sempat penulis memuji-Mu,
sebagaimana layaknya Engkau dipuji, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji. Atas
segala karunia, rahmat, hidayah dan kekuatan yang telah Engkau berikan kepada
penulis selama ini ya Allah, penulis dapat merangkai dan menguraikan kata demi
kata sehingga menjadi sebuah skripsi. Tiada tempat penulis bersyukur kecuali
kepada-Mu ya Allah.
Rangkaian penulisan skripsi yang diberi judul Analisis Penyajian Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Pemerintah Kabupaten Langkat merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan
jenjang pendidikan Strata 1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Keterbatasan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan serta kelengkapan
referensi yang penulis miliki terkadang menjadi kendala dalam penulisan skripsi
ini. Namun berkat bantuan, dorongan dan bimbingan yang diberikan kepada
penulis, kesemuanya itu dapat diatasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya seperti yang diharapkan.
Tidak terlepas dari semua itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada keluarga besar penulis atas dukungan, nasehat dan bantuan finansial yang
Dengan hati yang tulus dan ikhlas, pada kesempatan ini penulis juga
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah
banyak membantu dan membimbing dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, SE, MAFIS, Ak, selaku Ketua
Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Firman Syarif, SE, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen
Pembaca Penilai.
5. Bapak Drs. H. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing.
6. Segenap pegawai Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten
Langkat.
Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari segala salah dan khilaf, dengan
segala kerendahan hati penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang selama ini sangat dekat dengan penulis.
Layaknya peribahasa yang mengatakan Tak Ada Gading Yang Tak Retak,
begitu pula dengan skripsi ini. Dengan segala keterbatasan ilmu pengetahuan yang
dimiliki, penulis menyadari bahwa rangkaian penulisan skripsi ini belum
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat penulis
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya dan
bagi dunia akuntansi pemerintahan pada khususnya.
Medan, … Mei 2012
ABSTRAK
ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET
PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kesesuaian penyajian laporan keuangan daerah pemerintah kabupaten Langkat dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, menyusun, menginterpretasikan dan menganalisis data dari perumusan masalah dan kemudian melakukan perbandingan terhadap teori-teori yang memiliki hubungan terhadap masalah yang sedang dibahas dan kemudian membuat kesimpulan dan saran yang dianggap penting. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui wawancara terhadap pegawai yang terkait pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat, sedangkan data sekunder diperoleh dari publikasi pemerintah kabupaten Langkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencatatan dan penyajian laporan keuangan daerah pemerintah kabupaten Langkat telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, walaupun masih terdapat kekurangan dan keterlambatan dalam penyajian laporan keuangan tersebut.
ABSTRACT
ANALYSIS OF REGIONAL FINANCIAL STATEMENT PRESENTATION ON FINANCE AND ASSET MANAGEMENT AGENCY
LANGKAT DISTRICT GOVERNMENT
This study and research aims to determine and analyze the suitability of the Government Regulation Number 24 of 2005 regarding Government Accounting Standards.
This research used descriptive analytical method, by collecting, collating, interpreting and analyzing data from the formulation of the problems and the do a comparison of the theories that have a relationship to the issues being discussed and then make conclusions and recommendations are considered important. Types and sources of data used ini this study is composed of primary and secondary data. Primary data was obtained directly through interviews with the Finance and Asset Management Agency, and secondary data obtained from the publication by District Government of Langkat.
The result of research showed that the presentation of regional financial statement by Langkat District Government in accordance with legislation in force, altough there are still shortcomings and delays in the presentation of these financial statements.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ……… i
KATA PENGANTAR ……… ii
ABSTRAK ……… v
ABSTRACT ……… vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ……… vii
DAFTAR ISI ……… viii
DAFTAR GAMBAR ……… x
DAFTAR TABEL ……… xi
LEMBAR PENILAIAN PEMBIMBING ……… xii
LEMBAR PENILAIAN PEMBACA ……… xiii
LEMBAR PERSETUJUAN ……… xiv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ……… 1
1.2 Perumusan Masalah ……… 5
1.3 Tujuan Penelitian ……… 6
1.4 Manfaat Penelitian ……… 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah ……… 8
2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 ……… 8
2.3 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ……… 12
2.3.1 Definisi ……… 12
2.3.2 Karakteristik ……… 13
2.3.3 Peranan, Tujuan dan Fungsi ……… 15
3.3.4 Komponen dan Format ……… 17
2.4 Penelitian Terdahulu ……… 30
2.5 Kerangka Konseptual ……… 31
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ……… 32
3.2 Jenis dan Sumber Data ……… 32
3.3 Teknik Pengumpulan Data ……… 32
3.4 Teknik Analisis Data ……… 33
3.5 Jadwal dan Lokasi Penelitian ……… 33
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Data Penelitian ……… 34
4.1.1 Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Langkat …… 34
4.1.1.1 Sejarah Singkat ……… 34
4.1.1.3 Visi dan Misi ……… 38
4.1.1.4 Struktur Organisasi ……… 40
4.1.1.5 Uraian Jabatan BPKAD ……… 43
4.1.2 Faktor Pendukung Penyajian Laporan Keuangan ……… 44
4.1.3 Perubahan terhadap Penyajian Laporan Keuangan …… 46
4.1.4 Penyajian Laporan Keuangan ……… 48
4.2 Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ……… 54
4.2.1 Analisis Penyajian Laporan Keuangan ……… 54
4.2.2 Analisis Strategi dan Faktor Pendukung ……… 61
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 67
5.2 Saran ……… 68
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Format Laporan Realisasi Anggaran ……… 19
Tabel 2.2 Format Neraca ……… 22
Tabel 2.3 Format Laporan Arus Kas ……… 26
Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Langkat ……… 48
Tabel 4.2 Neraca Kabupaten Langkat ……… 49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
Sebagai dosen pembimbing saya telah memberikan bimbingan dan perbaikan
seperlunya atas skripsi:
Nama : Nansha Ramadhana Yatuhidika
N I M : 080522137
Program Studi : Akuntansi
Konsentrasi : Akuntansi Sektor Publik
Judul : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Pemerintah Kabupaten Langkat
Setelah memperhatikan proposal, proses penulisan, substansi dan teknik penulisan
saya memberikan nilai 82 untuk skripsi tersebut di atas.
Medan, … April 2012
Dosen Pembimbing,
NIP. 19600110 198603 1 003
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
Sebagai pembaca penilai saya telah memberikan koreksi dan perbaikan seperlunya
atas skripsi:
Nama : Nansha Ramadhana Yatuhidika
N I M : 080522137
Program Studi : Akuntansi
Konsentrasi : Akuntansi Sektor Publik
Judul : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Pemerintah Kabupaten Langkat
Setelah memperhatikan substansi dan teknik penulisan saya memberikan nilai 85
untuk skripsi tersebut di atas.
Medan, … Juni 2012
Pembaca Penilai,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
PERSETUJUAN PENCETAKAN
Nama : Nansha Ramadhana Yatuhidika
N I M : 080522137
Program Studi : Akuntansi
Konsentrasi : Akuntansi Sektor Publik
Judul : Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Pemerintah Kabupaten Langkat
Tanggal: …… Juni 2012 Ketua Program Studi Akuntansi
NIP. 19670904 199403 1 004 Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak.
Tanggal: …… Juni 2012 Ketua Departemen Akuntansi
NIP. 19580222 198203 1 003
ABSTRAK
ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET
PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kesesuaian penyajian laporan keuangan daerah pemerintah kabupaten Langkat dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, menyusun, menginterpretasikan dan menganalisis data dari perumusan masalah dan kemudian melakukan perbandingan terhadap teori-teori yang memiliki hubungan terhadap masalah yang sedang dibahas dan kemudian membuat kesimpulan dan saran yang dianggap penting. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui wawancara terhadap pegawai yang terkait pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat, sedangkan data sekunder diperoleh dari publikasi pemerintah kabupaten Langkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencatatan dan penyajian laporan keuangan daerah pemerintah kabupaten Langkat telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, walaupun masih terdapat kekurangan dan keterlambatan dalam penyajian laporan keuangan tersebut.
ABSTRACT
ANALYSIS OF REGIONAL FINANCIAL STATEMENT PRESENTATION ON FINANCE AND ASSET MANAGEMENT AGENCY
LANGKAT DISTRICT GOVERNMENT
This study and research aims to determine and analyze the suitability of the Government Regulation Number 24 of 2005 regarding Government Accounting Standards.
This research used descriptive analytical method, by collecting, collating, interpreting and analyzing data from the formulation of the problems and the do a comparison of the theories that have a relationship to the issues being discussed and then make conclusions and recommendations are considered important. Types and sources of data used ini this study is composed of primary and secondary data. Primary data was obtained directly through interviews with the Finance and Asset Management Agency, and secondary data obtained from the publication by District Government of Langkat.
The result of research showed that the presentation of regional financial statement by Langkat District Government in accordance with legislation in force, altough there are still shortcomings and delays in the presentation of these financial statements.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Reformasi pada sistem keuangan daerah terjadi ditandai dengan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Hal ini merupakan bentuk
respon positif atas krisis ekonomi dan krisis kepercayaan yang terjadi.
Undang-Undang tersebut pada dasarnya merupakan upaya untuk memperluas
otonomi daerah, sehingga arus desentralisasi dan dekonsentrasi dapat
berjalan baik sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, diharapkan
selain dapat menciptakan demokratisasi ekonomi, khususnya dalam hal
persamaan menggali dan memanfaatkan potensi daerah, otonomi daerah juga
diharpkan mampu mewujudkan liberalisasi ekonomi. Liberalisasi yang
dimaksud dapat terealisasi apabila pemerintah daerah mampu
mengembangkan dan mendayagunakan potensi daerahnya secara optimal.
Artinya, pemerintah daerah dengan segala daya dan upayanya harus terus
menggali dan mengembangkan potensi daerah dengan sungguh-sungguh,
baik dalam bidang sumber daya alam maupun sumber daya manusia.
Ketika dimulainya otonomi daerah, harapan yang muncul adalah
pemerintah daerah semakin mandiri dalam pelaksanaan kegiatan
masing-masing, karena setiap daerah diberikan kebebasan mutlak oleh
pemerintah pusat untuk mengelola daerahnya. Oleh karena itu daerah juga
diberi kebebasan dalam hal penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan
daerah selain mampu memberikan penilaian prestasi kerja pemerintah, juga
mampu menyediakan informasi sebagai dasar penyusunan anggaran pada
periode berikutnya.
Seiring dengan berjalannya reformasi dibidang keuangan daerah, maka
perlu dilakukan perubahan-perubahan diberbagai bidang untuk mendukung
agar reformasi tersebut dapat berjalan dengan baik. Salah satu perubahan
yang signifikan perubahan adalah dalam bidang akuntansi pemerintahan.
Karena melalui proses akuntansi inilah dihasilkan informasi yang tersedia
bagi berbagai pihak untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Perubahan dibidang akuntansi
pemerintahan adalah adanya Standar Akuntansi Pemerintahan. Penyusunan
laporan keuangan yang berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan
sesungguhnya adalah upaya dalam rangka meningkatkan kualitas laporan
keuangan daerah, sehingga laporan keuangan yang dimaksud mampu
meningkatkan kredibilitasnya dan pada akhirnya akan mampu mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah.
Sehingga sistem pemerintahan yang baik atau Good Governance dapat
tercapai. Maka daripada itu, ditetapkanlah peraturan sebagai pedoman yang
mampu mengatur dan mengelola penyajian laporan keuangan pemerintah
Akuntansi Pemerintahan. Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 tersebut, selain untuk mewujudkan good governance
juga merupakan jawaban atas penantian adanya pedoman penyusunan dan
penyajian laporan keuangan pemerintah daerah yang dapat berterima umum
yang telah diamanatkan oleh beberapa peraturan perundang-undangan
sebelumnya.
Penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah yang berpedoman
pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan sesungguhnya dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
mewujudkan good governance. Karena mampu memenuhi tiga elemen yang
disyaratkan, yaitu akuntabilitas, transparansi dan partisipasi. Akuntanbilitas
karena adanya standar, pengungkapan efektivitas dan efisiensi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara maupun Daerah (APBN/APBD) menjadi
kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan. Transparansi memberikan Badan
Pemeriksa Keuangan selaku pengawas keuangan pemerintah untuk lebih
mudah mencari dan mengungkap tindakan penyelewengan terhadap pos-pos
tertentu karena mempunyai basis baku dan komprehensif dalam menjalankan
tugas pemeriksaan keuangan dan audit atas laporan keuangan pemerintah
daerah. Partisipatif karena segenap masyarakat pada setiap daerah melalui
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah semakin mampu mengendalikan keuangan
di daerahnya.
Standar Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
Dengan demikian Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan persyaratan
mutlak yang memiliki kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualaitas
laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Standar Akuntansi Pemerintahan
ini menjadi acuan bagi semua entitas pelaporan dalam menyajikan laporan
keuangan pemerintah sebagai pertanggungjawaban kepada pihak-pihak di
luar eksekutif. Standar Akuntansi Pemerintahan berguna bagi penyusun
laporan keuangan dalam menentukan informasi yang harus disajikan.
Sedangkan bagi Badan Pemeriksa Keuangan selaku auditor, Standar
Akuntansi Pemerintahan digunakan sebagai kriteria dalam penilaian dan
pemberian pendapat atas informasi keuangan yang disajikan. Dengan
demikian Standar Akuntansi Pemerintahan mampu menjadi pedoman untuk
menyatukan persepsi dan sudut pandang antara penyusun, pengguna dan
pemerikasa laporan keuangan pemerintah daerah.
Standar Akuntansi Pemerintahan juga digunakan untuk menghasilkan
laporan keuangan yang andal dan dapat dijadikan pedoman dalam
pengambilan keputusan. Tanpa adanya standar yang baku, dapat
menimbulkan perbedaan laporan keuangan yang disajikan tiap daerah yang
kemudian akan memunculkan persoalan-persoalan baru pada level nasional.
Oleh karena pentingnya Standar Akuntansi Pemerintahan, maka setiap
panyajian laporan keuangan daerah harus selalu mempedomani standar ini,
meskipun setiap pemerintah daerah belum mampu sepenuhnya menerapkan
standar ini. Dalam penyajian laporan keuangan tidak terlepas dari faktor
untuk membantu dalam penyajian laporan keuangan. Namun dalam
penyajian laporan keuangan daerah yang sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan, Pemerintah Kabupaten Langkat belum sepenuhnya mampu
sehingga masih mengalami kendala-kendala yang menyebabkan penyajian
laporan keuangan tidak berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Salah
satu bentuk kendala yang dihadapi adalah keterbatasan sumber daya manusia
untuk mampu mengikuti peraturan yang menjadi pedoman, keterbatasan
jumlah dan kualitas perangkat yang tersedia untuk dapat digunakan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik dan termotivasi untuk
melakukan penelitian dalam bentuk karya ilmiah yang memiliki judul
“Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat”
1.2 Perumusan Masalah
Dalam membahas objek penelitian tertentu, diperlukan perumusan
masalah sebagai bahan untuk dilakukan analisis sehingga dapat diberikan
saran-saran yang bersifat korektif dan konstruktif. Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut
1. Apakah penyajian laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten
2. Apakah strategi dan faktor-faktor pendukung yang harus dimiliki oleh
pemerintah kabupaten Langkat dalam menyajikan laporan keuangan
daerah agar sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui kesesuaian dalam hal penyusunan dan penyajian laporan
keuangan pemerintah daerah dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang berlaku.
2. Mengetahui berbagai strategi dan faktor pendukung yang harus dimiliki
oleh pemerintah kabupaten Langkat dalam menyajikan laporan keuangan
pemerintah daerah yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada berbagai
pihak, yaitu:
1. Penulis
Memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai pencatatan dan
penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
2. Pemerintah Kabupaten Langkat
Memberikan masukan dan sumbangsih pemikiran sebagai pertimbangan
dalam pencatatan dan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah agar
dapat sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan bagi Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten Langkat.
3. Pihak lain
Menjadi bahan referensi bagi penelitian yang sejenis demi kesempurnaan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah
daerah yang dimaksud adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat
daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.
Dalam pelaksanaannya, pemerintah daerah yang dalam istilah lain
dikenal dengan local government, mempunyai tugas utama yaitu
menyelenggarakan segala kegiatan pemerintahan di daerah sesuai dengan
sistem pemerintahan yang dianut oleh negara. Dan secara spesifik, tuntutan
adanya pelaksanaan pemerintahan daerah dengan semangat reformasi yang
intinya adalah sebagai pelayan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah
daerah diadakan guna memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance), pemerintah terus melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan
reformasi keuangan negara mencakup bidang peraturan perundang-undangan,
kelembagaan, sistem dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk
dapat mencapai good governance tersebut, diharapkan penyusunan dan
penyajian laporan keuangan dapat berpedoman pada sebuah standar
akuntansi dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan.
Harapan tersebut pun terwujud. Standar Akuntansi Pemerintahan telah
ditetapkan dengan sebuah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 pada
tanggal 13 Juni 2005. Inilah untuk kali pertama Indonesia memiliki sebuah
standar dan pedoman baku tentang akuntansi pemerintahan sejak merdeka.
Terbitnya Standar Akuntansi Pemerintahan ini juga mengukuhkan peran
penting akuntansi dalam pelaporan keuangan di pemerintahan. Jadi dapat
dikatakan Indonesia memasuki babak baru dalam pelaporan keuangan
kegiatan pemerintahan.
Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, maka pemerintah pusat dan
pemerintah daerah telah memiliki suatu pedoman dalam melakukan
penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip yang berlaku secara universal. Hal ini menandai dimulainya suatu era
baru dalam melakukan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) dalam rangka memenuhi prinsip transparansi dan
akuntanbilitas. Kelak diharapkan seluruh instansi pemerintah pusat maupun
Pemerintahan dengan maksimal sehingga laporan keuangan pemerintah dapat
memberikan informasi yang lengkap dan andal kepada berbagai pihak
pengguna informasi.
Standar Akuntansi Pemerintahan yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 terdiri dari Kerangka
Konseptual dan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan. Kerangka
Konseptual sejatinya bukan merupakan standar, yang dalam artiannya tidak
harus diikuti secara kaku. Sebagaimana dijelaskan dalam Kerangka
Konseptual itu sendiri, bahwa fungsi Kerangka Konseptual adalah acuan bagi
penyusun standar dalam melakukan penyusunan Standar Akuntansi
Pemerintahan dan juga acuan bagi pengguna untuk menyajikan transaksi
yang tidak diatur dalam pernyataan standar. Standar Akuntansi Pemerintahan
menganut azas lex specialis derogate lex generalis, artinya hal yang diatur
secara spesifik dalam pernyataan standar mengalahkan hal yang diatur secara
umum dalam Kerangka Konseptual.
Pernyataan Sistem Akuntansi Pemerintahan (PSAP) terdiri dari 11
(sebelas) pernyataan, yaitu:
1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas
4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan Atas Laporan Keuangan
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aktiva Tetap
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi dan Peristiwa Luar Biasa
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan merupakan acuan wajib dalam penyajian laporan
keuangan entitas pemerintah. Pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah
wajib menyajikan laporan keuangan seusai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan. Pengguna laporan keuangan termasuk legislatif akan
menggunakan Standar Akuntansi Pemerintahan untuk memahami informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan dan eksternal auditor yakni Badan
Pemeriksa Keuangan akan menggunakannya sebagai kriteria dalam
pelaksanaan audit. Dengan demikian, Standar Akuntansi Pemerintahan
menjadi pedoman untuk menyatukan persepsi dan sudut pandang antara
penyusun, pengguna dan auditor.
Oleh karena Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan pedoman
yang harus diikuti dalam penyajian laporan keuangan instansi pemerintah
maka sistem akuntansi pemerintah harus dapat menyajikan informasi yang
dibutuhkan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan. Kewenangan untuk
menetapkan atau mengatur sistem akuntansi berada pada Menteri Keuangan
2.3 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah 2.3.1 Definisi
Standar Akuntansi Pemerintahan diterapkan di lingkungan
pemerintah, baik pemerintah pusat beserta departemen, maupun
pemerintah daerah berserta dinas yang dibawahi. Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan diyakini mampu memberi dampak positif
berupa adanya peningkatan kualitas dalam hal penyajian dan pelaporan
keuangan di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hal ini
berarti informasi keuangan pemerintah akan mampu menjadi dasar
pengambilan keputusan dan terwujudnya transparansi dan
akuntabilitas.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, menjelaskan
bahwa laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur
mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh
suatu entitas pelaporan. Sedangkan menurut Halim (2007:245), laporan
keuangan daerah merupakan informasi yang memuat berbagai elemen
struktur kekayaan dan struktur finansial yang merupakan pencerminan
hasil aktivitas ekonomi suatu organisasi pemerintah daerah pada suatu
saat dan atau periode tertentu. Istilah laporan keuangan daerah meliputi
semua laporan, informasi dan berbagai penjelasan yang mengikuti
laporan tersebut dan diakui sebagai bahagian dari laporan keuangan.
Dari kedua pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
kekayaan dan posisi keuangan yang merupakan pencerminan dari hasil
aktivitas ekonomi pemerintah daerah pada suatu periode tertentu.
Laporan keuangan pun merupakan representasi daripada posisi
transaksi-transaksi akuntansi yang dilakukan oleh pemerintah daerah
yang dinyatakan dalam satuan uang.
2.3.2 Karakteristik
Agar dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan,
informasi akuntansi harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu.
Setelah konsep dan tujuan akuntansi ditetapkan, karakteristik kualitatif
yang harus melekat pada informasi akuntansi merupakan dasar dalam
pemilihan alternatif prinsip akuntansi.
Menurut Soemarsono (2005:362), bahwa karakteristik laporan
keuangan daerah merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar
laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki. Karakteristik kualitatif juga merupakan ukuran-ukuran
normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga
dapat memenuhi tujuan. Karakteristik yang dimaksud terdiri dari:
1. Relevan
Laporan keuangan dapat dikatakan relevan apabila informasi yang
termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna
dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa
mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu. Informasi yang relevan
memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
c. Tepat waktu
d. Lengkap
2. Andal (reliable)
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta
secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi yang andal memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Sah (valid)
b. Dapat diverifikasi dan berdaya uji
c. Netral
3. Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan dapat lebih
berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal maupun
eksternal.
4. Dapat Dipahami
Manfaat informasi akan bertambah apabila dapat dipahami oleh
penggunanya. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.
Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan,
serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang
dimaksud.
2.3.3 Peranan, Tujuan dan Fungsi
Laporan keuangan pemerintah daerah mempunyai peranan
prediktif dan prospektif, yang dapat menyediakan informasi yang
berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan
untuk operasi yang berkelanjutan, serta resiko dan ketidakpastian yang
terkait. Selain daripada itu, laporan keuangan pemerintah daerah juga
berperan sebagai penyedia informasi yang relevan mengenai posisi
keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama
digunakan untuk membandingkan antara realisasi pendapatan, belanja,
transfer dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan,
menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu
entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap
peraturan perundang-undangan.
Tujuan umum pembuatan laporan keuangan adalah untuk
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran,
bagi para pengguna informasi dalam membuat dan mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan
pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk menyajikan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk
menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya
ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah. Untuk memenuhi
tujuan yang dimaksud, laporan keuangan pemerintah daerah
menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal:
1. Aset
2. Kewajiban
3. Ekuitas Dana
4. Pendapatan
5. Belanja
6. Transfer
7. Pembiayaan
8. Arus Kas
Selain mempunyai peranan dan tujuan, laporan keuangan
pemerintah daerah juga mempunyai beberapa fungsi bagi para
pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat
keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik, yaitu:
1. Penyedia informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan
2. Penyedia informasi mengenai cara memperoleh sumber dana
ekonomis dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran,
3. Penyedia informasi mengenai jumlah sumber dana ekonomis yang
digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah serta hasil-hasil yang
telah dicapai,
4. Penyedia informasi mengenai bagaimana pemerintah daerah
mendanai seluruh kegiatan dalam mencukupi kebutuhan kasnya,
5. Penyedia informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi
pemerintah daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan,
baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal
dari pungutan akibat pajak dan pinjaman,
6. Penyedia informasi mengenai perubahan posisi keuangan dan
kondisi pemerintah daerah apakah mengalami kenaikan ataupun
penurunan sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode
pelaporan.
2.3.4 Komponen dan Format
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (2005:25) menyatakan
bahwa ada empat komponen laporan keuangan, yaitu:
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas
Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh
setiap entitas pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas yang hanya
disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Unit yang
mempunyai perbendaharaan adalah unit yang ditetapkan sebagai
bendaharawan umum negara atau daerah, dan atau sebagai kuasa
bendaharawan umum negara atau daerah. Laporan keuangan
pemerintah daerah disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
1. Laporan Realisasi Anggaran
Menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya
ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah
daerah, yang menggambarkan perbandingkan dengan anggaran
dalam satu periode akuntansi. Tujuan standar laporan realisasi
anggaran adalah untuk menetapkan dasar-dasar penyajian bagi
pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas dan
transparansi sebagaimana yang telah ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan. Sedangkan tujuan khusus pelaporan realisasi
anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan
anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Perbandingan antara
anggaran dan realisasi menunjukkan tingkat ketercapaian
target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Menurut Ulum (2004:192)
bahwa komponen yang dicakup secara langsung oleh laporan
pembiayaan. Masing-masing unsur dapat didefinisikan sebagai
berikut:
a. Pendapatan adalah semua penerimaan rekening kas umum yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, yang tidak perlu
dibayarkan kembali.
b. Belanja adalah semua pengeluaran rekening kas umum yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayaran
oleh pemerintah.
c. Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah,
baik penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar, atau
akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah
terutama dimaksudkan untuk menutup defisit anggaran dan atau
memanfaatkan surplus anggaran.
Berikut adalah format Laporan Realisasi Anggaran sesuai dengan
[image:36.595.161.516.583.758.2]Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
Tabel 2.1
PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ……… LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DES 20X1
(dalam Rupiah)
No Uraian
Anggaran setelah Perubahan
Realisasi Lebih (Kurang)
1 2 3 4 5
1 PENDAPATAN
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
6 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 7 Jumlah (3 s/d 6)
8 Pendapatan Transfer
9 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
10 Dana Bagi Hasil Pajak
11 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 12 Dana Alokasi Umum
13 Dana Alokasi Khusus 14 Jumlah (10 s/d 13)
15 Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 16 Dana Otonomi Khusus
17 Dana Penyesuaian 18 Jumlah (16 s/d 17)
19 Transfer Pemerintah Provinsi 20 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 21 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 22 Jumlah (20 s/d 21)
23 Jumlah (14 + 18 + 22)
24 Lain-lain Pendapatan yang Sah 25 Pendapatan Hibah
26 Pendapatan Dana Darurat 27 Pendapatan Lainnya 28 Jumlah (25 s/d 27)
29 Jumlah (7 + 23 + 28)
30 BELANJA
31 Belanja Operasi 32 Belanja Pegawai 33 Belanja Barang 34 Belanja Bunga 35 Belanja Subsidi 36 Belanja Hibah 37 Belanja Bantuan Sosial 38 Belanja Bantuan Keuangan 39 Jumlah (31 s/d 37)
40 Belanja Modal 41 Belanja Tanah
47 Jumlah (41 s/d 46)
48 Belanja Tidak Terduga 49 Belanja Tidak Terduga 50 Jumlah
51 Transfer
52 Transfer Bagi Hasil 53 Bagi Hasil Pajak 54 Bagi Hasil Retribusi
55 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 56 Jumlah (53 s/d 55)
57 Jumlah (47 + 50 + 56)
58 SURPLUS / DEFISIT (29 - 57)
59 PEMBIAYAAN
60 Penerimaan Pembiayaan 61 Penggunaan SILPA 62 Pencairan Dana Cadangan 63 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah 64 Penerimaan Pinjaman
65 Penerimaan Kembali Pinjaman 66 Penerimaan Piutang
67 Jumlah (61 s/d 66)
68 Pengeluaran Pembiayaan 69 Pembentukan Dana Cadangan 70 Penyertaan Modal Investasi 71 Pembayaran Pokok Utang 72 Pemberian Pinjaman 73 Jumlah (69 s/d 72)
74 Pembiayaan Netto (67 - 73)
75 SILPA (58 + 74)
2. Neraca
Menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah sebagai suatu
entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada
tanggal tertentu. Unsur-unsur yang terkait dapat didefinisikan
sebagai berikut:
a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan dimiliki
mana manfaat ekonomi atau sosial di masa depan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta
dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non
keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan untuk pemeliharaan sumber-sumber
daya karena alasan budaya dan sejarah.
b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya diharpkan mengakibatkan aliran sumber
daya ekonomi pemerintah. Kewajiban diklasifikasikan menjadi
kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
c. Ekuitas dana adalah kekayaan bersih yang dimiliki pemerintah
yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban. Ekuitas dana
diklasifikasikan menjadi ekuitas dana lancar, ekuitas dana
investasi dan ekuitas dana cadangan.
Berikut adalah format Neraca sesuai dengan Peraturan Pemerintah
[image:39.595.163.512.555.745.2]Nomor 24 Tahun 2005
Tabel 2.2
PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ……… NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(dalam Rupiah)
No Uraian 20X1 20X0
1 2 3 4
1 ASET
2 Aset Lancar 3 Kas di Kas Daerah
7 Piutang Pajak 8 Piutang Retribusi
9 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan Negara 10 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah 11 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Pemerintah Pusat 12 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah 13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan 15 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi 16 Piutang Lainnya
17 Persediaan
18 Jumlah (3 s/d 17)
19 Investasi Jangka Panjang 20 Investasi Non Permanen
21 Pinjaman Kepada Perusahaan Negara 22 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
23 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah Lainnya 24 Investasi dalam Surat Utang Negara
25 Investasi dalam Proyek Pembangunan 26 Investasi Non Permanen Lainnya 27 Jumlah (21 s/d 26)
28 Investasi Permanen
29 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 30 Investasi Permanen Lainnya
31 Jumlah (29 s/d 30)
32 Jumlah (27 + 31)
33 Aset Tetap 34 Tanah
35 Peralatan dan Mesin 36 Gedung dan Bangunan 37 Jalan, Irigasi dan Jaringan 38 Aset Tetap Lainnya
39 Konstruksi dalam Pengerjaan 40 Akumulasi Penyusutan 41 Jumlah (35 s/d 41)
42 Dana Cadangan 43 Dana Cadangan 44 Jumlah
45 Aset Lainnya
46 Tagihan Penjualan Angsuran 47 Tuntutan Perbendaharaan 48 Tuntutan Ganti Rugi
50 Aset Tak Berwujud 51 Aset Lain-lain 52 Jumlah (46 s/d 51)
53 Jumlah (18 + 32 + 41 + 44 + 52)
54 KEWAJIBAN
55 Kewajiban Jangka Pendek 56 Utang Perhitungan Pihak Ketiga 57 Utang Bunga
58 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
59 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya
60 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank
61 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank
62 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Obligasi 63 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya 64 Utang Jangka Pendek Lainnya
65 Jumlah (56 s/d 64)
66 Kewajiban Jangka Panjang
67 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
68 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya 69 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank 70 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan
Bank
71 Utang Dalam Negeri - Obligasi 72 Utang Jangka Panjang Lainnya 73 Jumlah (67 s/d 72)
74 Jumlah (65 + 73)
75 EKUITAS DANA
76 Ekuitas Dana Lancar
77 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 78 Pendapatan yang Ditangguhkan 79 Cadangan Piutang
80 Cadangan Persediaan
81 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek
82 Jumlah (77 s/d 81)
83 Ekuitas Dana Investasi
84 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 85 Diinvestasikan dalam Aset Tetap
86 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
87 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
88 Jumlah (84 s/d 87)
90 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 91 Jumlah
92 Jumlah (82 + 88 + 91)
93 Jumlah (74 + 92)
3. Laporan Arus Kas
Menyajikan informasi kas yang berhubungan dengan aktivitas
operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan transaksi
non anggaran yang menggambarkan saldo awal penerimaan,
pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah selama satu periode
tertentu. Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus
kas di masa akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan
atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya.
Menurut Ulum (2004:228) unsur yang dicakup langsung dalam
laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas.
a. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk dari
bendahara umum dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
b. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari
bendahara umum dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi,
investasi aset non keuangan, aktivitas pembiayaan dan aktivitas
Berikut adalah format Laporan Arus Kas sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.
Tabel 2.3
PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ……… LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DES 20X1 DAN 20X0
(dalam Rupiah)
No Uraian 20X1 20X0
1 2 3 4
1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi
2 Arus Kas Masuk
3 Pendapatan Pajak Daerah 4 Pendapatan Retribusi Daerah
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 6 Lain-lain PAD yang Sah
7 Dana Bagi Hasil Pajak
8 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 9 Dana Alokasi Umum
10 Dana Alokasi Khusus 11 Dana Otonomi Khusus 12 Dana Penyesuaian
13 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 14 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 15 Pendapatan Hibah
16 Pendapatan Dana Darurat 17 Pendapatan Lainnya 18 Jumlah (3 s/d 17)
19 Arus Kas Keluar 20 Belanja Pegawai 21 Belanja Barang 22 Bunga 23 Subsidi 24 Hibah 25 Bantuan Sosial 26 Belanja Tidak Terduga 27 Bagi Hasil Pajak 28 Bagi Hasil Retribusi
29 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 30 Jumlah (20 s/d 29)
31 Arus Kas Bersih (18 - 30)
32 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan
34 Pendapatan Penjualan Atas Tanah
35 Pendapatan Penjualan Atas Peralatan dan Mesin 36 Pendapatan Penjualan Atas Gedung dan Bangunan 37 Pendapatan Penjualan Atas Jalan, Irigasi dan Jaringan 38 Pendapatan dari Aset Tetap Lainnya
39 Pendapatan dari Aset Lainnya 40 Jumlah (34 s/d 39)
41 Arus Kas Keluar 42 Belanja Tanah
43 Belanja Peralatan dan Mesin 44 Belanja Gedung dan Bangunan 45 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 46 Belanja Aset Tetap Lainnya 47 Belanja Aset Lainnya 48 Jumlah (42 s/d 47)
49 Arus Kas Bersih (40 - 48)
50 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan
51 Arus Kas Masuk
52 Pencairan Dana Cadangan
53 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 54 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
55 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya 56 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank 57 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Bukan Bank 58 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
59 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
60 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Perusahaan Negara
61 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah
62 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya
63 Jumlah (52 s/d 62)
64 Arus Kas Keluar
65 Pembentukan Dana Cadangan 66 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 67 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri -
Pemerintah Pusat
68 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Pemerintah Daerah Lainnya
69 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Lembaga Keuangan Bank
70 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Lembaga Keuangan Bukan Bank
74 Pemberian Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah 75 Pemberian Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah
Lainnya
76 Jumlah (65 s/d 75)
77 Arus Kas Bersih (63 - 76)
78 Arus Kas dari Aktivitas Non Anggaran
79 Arus Kas Masuk
80 Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 81 Jumlah
82 Arus Kas Keluar
83 Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 84 Jumlah
85 Arus Kas Bersih (81 - 84)
86 Kenaikan/Penurunan Kas (31 + 49 + 77 + 85)
87 Saldo Awal Kas di BUD
88 Saldo Akhir Kas di BUD (86 + 87)
89 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran
90 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan
91 Saldo Akhir Kas (88 + 89 + 90)
4. Catatan atas Laporan Keuangan
Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan catatan atas
laporan keuangan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
laporan keuangan pemerintah untuk tujuan umum. Catatan atas
laporan keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat
dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk
pihak tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Hal ini
disebabkan karena laporan keuangan pemerintah memiliki potensi
memunculkan kesalahpahaman bagi pembacanya.
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau
rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran,
neraca dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan juga
oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan
dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk
menghasilkan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah
secara wajar. Catatan atas laporan keuangan juga menyajikan
informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam
rangka pengungkapan yang memadai, yaitu:
a. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal, ekonomi makro,
pencapaian target Undang-Undang APBN, Peraturan Daerah
tentang APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi
dalam pencapaian target,
b. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun
pelaporan,
c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan
keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk
diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian
penting lainnya,
d. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam
lembar muka laporan keuangan,
e. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk
penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka
2.4 Penelitian Terdahulu
1. Nama (NIM) : Musythari B. Panggabean (050522112)
Judul : Analisis Penyajian Laporan Keuangan di SKPD
Dinas Pendapatan Pemkab. Aceh Tamiang
Rumusan Masalah : Apakah laporan keuangan SKPD Dinas Pendapatan
pada Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang telah
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
yang berlaku?
Hasil Penelitian : Penyajian laporan keuangan tahun 2007 telah sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2005. Namun masih terdapat kesalahan dalam
penyajian format dan pos pada laporan keuangan.
2. Nama (NIM) : Riodinar Harianja (050522007)
Judul : Penerapan SAP pada Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah (SKPKD) pada Pemerintahan
Kabupaten TOBASA
Rumusan Masalah : Apakah penerapan SAP pada SKPKD Pemkab.
TOBASA telah disusun berdasarkan Permendagri
No. 13 Tahun 2006 dan PP No. 24 Tahun 2005?
Hasil Penelitian : Pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Toba
Samosir pada saat ini diatur dengan Peraturan
Bupati Toba Samosir No. 27 Tahun 2007, tentang
transparansi yang sesuai dengan PP No. 24 Tahun
2005 sehingga tuntutan SAP dan transparansi dapat
dipenuhi.
2.5 Kerangka Konseptual
Berdasarkan judul penelitian, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran jelas dan transparansi penyajian laporan keuangan
daerah pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kabupaten
Langkat serta kesesuaiannya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dengan demikian, kerangka
[image:48.595.150.497.426.753.2]konseptual dapat penulis sajikan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Pemerintah Kabupaten Langkat
Penatausahaan
Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
Sistem Akuntansi Pemerintahan
Sumber Daya Manusia Perangkat Pendukung
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian
yang dilakukan penulis dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh dari
objek penelitian dan literatur dan kemudian menguraikannya secara rinci
untuk mengetahui keadaan dan permasalahan yang sebenarnya dari objek
penelitian untuk dicari penyelesaiannya.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian,
melalui proses wawancara maupun dokumentasi terhadap bagian yang
memiliki keterkaitan, dan data ini memerlukan pengolahan lebih lanjut.
2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi yang
tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut, berupa publikasi pemerintah
kabupaten Langkat yang relevan dengan masalah yang dibahas.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa teknik, yaitu:
1. Wawancara, adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
dengan pokok permasalahan dan pembahasan untuk mendapatkan
keterangan dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
2. Dokumentasi, adalah teknik pengumpulan data yang bersifat teoretis yang
diperoleh dari beberapa buku, undang-undang dan peraturan yang berlaku
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3. Observasi, adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
melakukan studi langsung terhadap objek penelitian.
3.4 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis terhadap data yang
diperoleh dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan cara
mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasi, dan menganalisis data-data
yang diperoleh yang kemudian diperbandingkan dengan teori dan
peraturan-peraturan yang berlaku serta dijelaskan dengan kata-kata sistematis sehingga
penelitian dapat ini terungkap secara objektif.
3.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pemerintah Kabupaten Langkat,
yang berlokasi di Jalan Tengku Amir Hamzah No. 1 Stabat, yang dimulai
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Data Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Langkat 4.1.1.1 Sejarah Singkat
Kesultanan Langkat adalah salah satu Kesultanan
Melayu yang ada di Sumatera. Pada masa pemerintahan
kolonial Belanda, kabupaten Langkat masih berstatus
keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan
pemerintahan yang disebut residen bernama Morry Agesten
yang berkedudukan di Binjai. Residen mempunyai wewenang
mendampingi Sultan Langkat di bidang orang-orang asing
saja, sedangkan bagi orang-orang pribumi berada ditangan
pemerintahan kesultanan Langkat. Kesultanan Langkat secara
berturut-turut dijabat oleh:
1. 1865-1892 Sultan Haji Musa Almahadamsyah
2. 1893-1927 Sultan Tengku Abdul Aziz Rakhmatsyah
3. 1927-1946 Sultan Mahmud
Di bawah pemerintahan kesultanan dan asisten residen,
struktur pemerintahan disebut dengan luhak. Di bawah luhak
disebut dengan kejuruan dan distrik, secara berjenjang disebut
dipimpin oleh seorang pangeran, pemerintahan kejuruan
dipimpin oleh seorang datuk, pemerintahan distrik dipimpin
oleh seorang kepala distrik. Pemerintahan kesultanan di
Langkat dibagi atas tiga luhak, yaitu:
1. Luhak Langkat Hulu, yang berkedudukan di Binjai dan
dipimpin oleh Tengku Pangeran Adil. Wilayah ini terdiri
dari tiga kejuruan dan dua distrik, yaitu:
a. Kejuruan Selesai
b. Kejuruan Bahorok
c. Kejuruan Sei Bingai
d. Distrik Kwala
e. Distrik Salapian
2. Luhak Langkat Hilir, yang berkedudukan di Tanjung Pura
dan dipimpin oleh Tengku Pangeran Ahmad. Wilayah ini
terdiri dari dua kejuruan dan empat distrik, yaitu:
a. Kejuruan Stabat
b. Kejuruan Bingei
c. Distrik Secanggang
d. Distrik Padang Tualang
e. Distrik Cempa
3. Luhak Teluk Haru, yang berkedudukan di Pangkalan
Berandan dan dipimpin oleh Tengku Djakfar. Wilayah ini
terdiri dari satu kejuruan dan dua distrik, yaitu:
a. Kejuruan Besitang
b. Distrik Pulau Kampai
c. Distrik Sei Lepan
Awal tahun 1942, kekuasaan pemerintah kolonial
Belanda beralih kepada pemerintahan Jepang. Namun sistem
pemerintahan tidak mengalami perubahan. Hanya sebutan
untuk keresidenan diubah menjadi syu, yang dipimpin oleh
syukocan. Sedangkan afdeling diganti menjadi bunsyu, yang
dipimpin oleh bunsyuco. Pemerintahan Jepang ini berakhir
pada saat kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Pada awal kemerdekaan Indonesia, Sumatera dipimpin
oleh seorang gubernur yaitu Mr. Tengku Muhammad Hasan.
Sedangkan kabupaten Langkat tetap dengan status
keresidenan yang dipimpin oleh Tengku Amir Hamzah, yang
kemudian digantikan oleh Adnan Nur Lubis dengan sebutan
Bupati.
Pada tahun 1947-1949, terjadi agresi militer Belanda I
dan II, sehingga kabupaten Langkat tebelah menjadi dua
berkedudukan di Binjai yang dipimpin oleh Wan Umaruddin
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedudukan
di Pangkalan Berandan yang dipimpin Tengku Ubaidullah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun
1956, secara administratif kabupaten Langkat menjadi daerah
otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri yang
dipimpin oleh seorang Bupati bernama Netap Bukit.
Kemudian secara berturut-turut bupati Langkat dijabat oleh:
1. 1967-1974 Tengku Ismail Aswhin
2. 1974-1979 H. M. Iscad Idris
3. 1979-1984 R. Mulyadi
4. 1984-1989 H. Marzuki Erman
5. 1989-1994 H. Zulfirman Siregar
6. 1994-1998 Drs. H. Zulkifli Harahap
7. 1998-1999 H. Abdul Wahab Dalimunthe, S.H
8. 1999-2009 H. Syamsul Arifin, S.E
9. 2009-sekarang Ngogesa Sitepu
Awalnya kabupaten Langkat beribukota di Binjai.
Namun, setelah Binjai berubah menjadi kotamadya, maka
ibukota dipindahkan ke kecamatan Stabat yang memiliki luas
sekitar 626.329 Ha. Kabupaten Langkat terbagi atas 23
kecamatan, 226 desa dan 34 kelurahan yang terbagi atas tiga
4.1.1.2 Letak Geografis
Kabupaten Langkat terletak pada 3º14'-4º13' Lintang
Utara dan 93º51'-98º45' Bujur Timur dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatas dengan Selat Malaka
2. Sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Tanah Karo
3. Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Deli Serdang
4. Sebelah Barat berbatas dengan Nanggroe Aceh Darusalam
4.1.1.3 Visi dan Misi
Visi pemerintah kabupaten Langkat yang telah
ditetapkan dan dirumuskan adalah Terwujudnya Kabupaten
Langkat yang Maju, Dinamis, Sejahtera dan Mandiri. Visi ini memiliki pengertian sebagai berikut:
1. Masyarakat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
serta beriman dan bertaqwa.
2. Memiliki rasa kebersamaan.
3. Masyarakat bermoral, beretika dan berbudaya.
4. Masyarakat menghormati norma hukum dan penegakan
hak azasi manusia.
5. Masyarakat demokratis, yang mengerti hak dan kewajiban
serta bertanggung jawab.
7. Terpenuhi kebutuhan hidup normatif (sandang, pangan,
pendidikan dan kesehatan).
8. Masyarakat hidup di lingkungan yang aman bebas dari
rasa takut dan ancaman.
9. Masyarakat yang mampu mengatasi permasalahan dan
tantangan yang mendasar dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Sedangkan misi yang diemban pemerintah kabupaten
Langkat diuraikan sebagai berikut:
1. Menyuguhkan kehidupan beragama yang rukun, toleran
dan penuh kesejukan, memelihara serta mengembangkan
budaya dan kearifan.
2. Melaksanakan reformasi secara sungguh-sungguh melalui
penyelenggaraan pemerintahan dengan aparatur yang
bersih, berorientasi kepada pelayanan publik serta
penggunaan anggaran yang pro publik.
3. Memfokuskan kepada pembangunan nyata perekonomian
masyarakat berbasis agro industri pertanian dan bahari
serta industri strategis lain yang berwawasan lingkungan.
4. Memecah stagnansi pembangunan dengan mengakselerasi
secara cerdas pencapaian kesejahteraan masyarakat di
5. Menumbuhkan investasi yang mampu secara langsung
mengangkat perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
6. Memperkuat pemberdayaan perempuan dalam
pembangunan sosial politik, kesejahteraan sosial dan
perlindungan terhadap anak.
7. Memperkokoh kualitas demokrasi dengan edukasi politik
dan menyertakan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan politik.
4.1.1.4 Struktur Organisasi
Penyusunan struktur dalam suatu organisasi sangat
mutlak untuk dilakukan, guna mempermudah pelaksanaan
tugas yang dibebankan. Struktur organisasi menunjukkan tata
hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, posisi-posisi
maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas,
wewenang dan tanggung jawab yang berbeda. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, struktur organisasi
pemerintah kabupaten Langkat terdiri dari:
1. Bupati
2. Wakil Bupati
3. Sekretariat Daerah Kabupaten
a. Sekretaris Daerah
c. Asisten II Administrasi Ekonomi Pembangunan Sosial
d. Asisten III Administrasi Umum
4. Staf Ahli Bupati
a. Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan SDM
b. Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan
c. Staf Ahli Bupati Ekonomi Keuangan
d. Staf Ahli Bupati Hukum dan Politik
e. Staf Ahli Bupati Bidang Pembangunan
5. Kepala Badan
a. Badan Kepegawaian Daerah
b. Badan Kesbangpol dan Linmas
c. Badan PMDK
d. Badan Pengelola Keuangan dan Aset
e. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
f. Badan Koordinasi KB dan Pemberdayaan Perempuan
g. Badan Lingkungan Hidup
h. Badan Pertanahan Nasional
i. Badan Penanggulangan Bencana
6. Kepala Dinas
a. Dinas Pendapatan Daerah
b. Dinas Perikanan dan Kelautan
c. Dinas Kesehatan
e. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
f. Dinas Koperasi, UKM dan PMD
g. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
h. Dinas Perhubungan
i. Dinas Kebersihan dan Pertamanan
j. Dinas Pekerjaan Umum
k. Dinas Kehutanan dan Perkebunan
l. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
m. Dinas Pemuda dan Olahraga
n. Dinas Peternakan
o. Dinas Pertambangan dan Energi
7. Kepala Kantor
a. Kantor Pelayanan Terpadu
b. Kantor Kementrian Agama
c. Kantor Budaya dan Pariwisata
d. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
e. Kantor Sosial
f. Kantor Rumah Sakit Umum
g. Kantor Statistik
h. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
i. Kantor Camat di 23 Kecamatan
8. Inspektorat Daerah
4.1.1.5 Uraian Jabatan Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada
setiap pemerintah daerah mempunyai tugas pokok dan fungsi
atau yang sering disebut dengan istilah tupoksi. Ditinjau dari
tugas pokok, maka Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah Pemerintah Kabupaten Langkat mempunyai tugas
pokok sebagai berikut:
1. Menyusun program di bidang pengelolaan keuangan dan
kekayaan daerah sesuai dengan rencana strategis yang
telah ditetapkan pemerintah daerah,
2. Merumuskan kebijakan teknis di bidang pengelolaan
keuangan dan kekayaan daerah,
3. Melaksanakan pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah
4. Melaksanakan pelayanan penunjang terhadap pelaksanaan
keuangan dan kekayaan daerah oleh instansi di lingkungan
pemerintah daerah,
5. Memfasilitasi penyelenggaraan keuangan dan aset daerah
pemerintah,
6. Memberdayakan aparatur dan menjalin hubungan kerja
dengan mitra kerja di bidang pengelolaan keuangan dan
aset serta menyelenggarakan kegiatan ketatausahaan.
Ditinjau menurut fungsinya maka Badan Pengelola
adalah sebagai pelaksana pengelola keuangan, belanja,
kekayaan dan pemegang kas daerah. Badan Pengelola
Keuangan dan Aset terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1. Bagian Pendapatan
2. Bagian Perbendaharaan dan Gaji
3. Bagian Anggaran
4. Bagian Pengelolaan Aset
5. Bagian Pembukuan
4.1.2 Faktor Pendukung dalam Penyajian Laporan Keuangan
Perangkat pendukung dalam rangka penyusunan dan penyajian
laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten Langkat terdiri dari
sumber daya manusia atau pegawai yang bekerja menyajikan laporan
keuangan dan perangkat pendukung yang akan digunakan sehingga
penyajian laporan keuangan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Termasuk di dalamnya adalah komputer, software, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Untuk mengoperasikan komputer dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan daerah pemerintah kabupaten Langkat
dibutuhkan beberapa pegawai dengan kualifikasi dan latar belakang
pendidikan khusus yang dapat mengoperasikan dan menjalankan
sistem akuntansi pemerintah daerah yang disebut dengan aplikasi
Jumlah pegawai yang terdapat pada Badan Pengelola Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Langkat sebanyak 47 orang. Berdasarkan
atas tingkat pendidikan terakhir, maka pegawai terdiri dari 3 orang
SMP, 9 orang SMA, 4 orang Diploma dan 31 orang Sarjana. Dari
pegawai yang ada, tidak lebih dari 50% yang mengerti tentang sistem
akuntansi pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan
sosialisasi tentang sistem dan peraturan yang digunakan menemui
berbagai hambatan dan membutuhkan waktu yang relatif lama. Salah
satu penyebab adalah bahwa setiap pegawai yang telah mengikuti
pelatihan dan sosialisasi tidak menjamin bahwa mereka telah paham
dalam mengoperasikan sistem akuntansi pemerintah daerah dan
mampu membaca laporan keuangan. Selain itu, faktor individu atau
keinginan untuk mempelajari