UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EXTENSI MEDAN
PROPOSAL /OUTLINE SKRIPSI
TINJAUAN ATAS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KEUANGAN DAERAH UNTUK TAHUN ANGGARAN 2007
PADA PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN BERDASARKAN PP NOMOR 24 TAHUN 2005
Diajukan Oleh
NAMA : DINA ERIKA MANURUNG
NIM : 050522075
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
RENCANA DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Perumusan Masalah B. Tinjauan Pustaka
C. Tu juan dan Manfaat Penelitian D. Kerangka Konseptual dan Hipotesa E. Metode Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Otonomi Daerah B. Akuntansi Keuangan Daerah
C. Konsep Dasar dan Karekteristik Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah 1. Konsep Dasar Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
2. Karekteristik Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah D. Bentuk dan Unsur-unsur Laporan Kuangan Daerah
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
B. Jenis dan Sumber DataTeknik Pengumpulan Data C. Populasi dan Sampel
D. Metode Analisis Data E. Jadwal dan Lokasi Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Umum Pemerintah Kabupaten Asahan 1. Sejarah Singkat Kabupaten Asahan 2. Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan B. Dasar Hukum Laporan Keuangan Daerah
D. Analisis Hasil Penelitia
1. Laporan Realisasi Anggaran 2. Laporan Arus Kas
3. Neraca
4. Catatan Atas Laporan Keuangan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan B. Saran
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
“Tinjauan Atas Penyajian Laporan Keuangan Pemerintahan Kabupaten Asahan
Berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2005.”
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program
S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumtera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar
apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi yang ditetapkan oleh pihak universitas.
Medan, 5 Juli 2008
Yang Membuat Pernyataan
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah diucapkan selalu kepada Alla SWT, yang telah memberikan
rahmat, hidayat serta kekuatan kepada saya sehinnga dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “ Tinjauan Atas Penyajian Laporan Keuangan Pemerintahan
Kabupaten Asahan Berdasarkan PP No.24 Tahun 2005”, guna memenuhi syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumtera
Utara.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, yang
disebabkan adanya keterbatasan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan penulis baik
mengenai materi, teknik penyusunan, maupun analisisnya. Oleh karenanya, dengan hati
terbuka penulis menerima setiap saran dan kritik drai pembaca untuk penyempurnaan
pada masa yang akan datang.
Adapun skripsi ini dapat diselesaikan hanya dengan bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis
juga ingin megucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua yang sangat
saya cintai dan sanyangi Ayahanda Yahya Manurung dan Ibunda Asnah Panjaitan atas
dukungan dan kasih saying serta cinta, memberi nasehat dan pesan-pesan serta
doa-doanya. Semoga Ayah dan Momy selalu diberi kesehatan dan perlindungan oleh Allah
SWT.
Yang teristimewa penulis juga ucapkan kepada abangku Halim atas dukungannya,
kakakku Irma yang nggak pernah bertanya kapan selesai skripsi dan juga yang paling aku
sayangin adekku Andri, yang selalu mau dengarin cerita dan keluh kesahku. Kalian
Penulis juga ingin menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Ahkmad, M.Si,Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Univesrsitas Sumatera Utara.
3. Bapak Fahmi Natigor Nasution,SE, M.Acc,Ak selaku Sekteraris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. M. Zainal Bahri Torong M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan memberikan masukan dan sumbangan pemikirannya
dalam mengarahkan dan membimbing penulis serta dengan penuh kesabaran
membimbing penulis sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Rasdianto, M.Si selaku Dosen Pembanding dan Penguji 1 yang
bersedia memberikan sumbangan saran dan pemikirannya dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Bapak Iskandar Muda, SE, MSi, Ak selaku Dosen Pembanding dan Penguji 2
yang bersedia memberikan sumbangan saran dan pemikirannya dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Htmal Ja’far,MM selaku Dosen Wali selama penulis belajar di
Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Sumatera Utara.
8. Seluruh pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Asahan yang
telah bersedia meluangkan waktunya dan banyak memberikan bantuan kepada
9. Seluruh Dosen, Staff Administrasi serta seluruh civitas akademika Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
10.Teman-temanku Nita, Imel, Wlly, Dewi, Minda, Ruth , Irma, Lina, Ita, Fatimah,
Mega dan masih banyak lagi yang tidak mungkin penulis sebutkan, buat penulis
kalian semua itu adalah yang terbaik, motivasi kalian membuat aku bisa bangkit.
Thanks to you all……
11.Buat Riri temanku, makasih ya uda ngasih aku kata-kata yang buat aku sadar
bahwa sesuatu itu harus diselesaikan dengan baik, dan ingat pengorbanan
orang-orang disekitar kita. Thankyu ya uda selalu ingatin aku buat nyelesain skripsi.
Best Friend Forever deh pokoknya…………..
Semoga penulisan skripsi ini akan berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak terkira kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
Medan, 5 Juli 2008 Penulis
Dina Erika Manurung
ABSTRAK
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisa kesuaian penyajian laporan keuangan daerah Pemerintahan Kabupaten Asahan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu PP No.24 Tahun 2005 dan apakah laporan keuangan yang dibuat dapat menciptakan transaparansi, akuntabilitas dan partisipasi dalam pengelolaan keuangan daerah.
Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriftif yaitu mengumpulkan, menyusun, menginterpretasikan dan menganalisa data dari perumusan masalah dan kemudian melakukan perbandingan terhadap teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas kemudian membuat kesimpulan dan saran-saran yang dianggap penting. Penulis mengambil data berupa laporan keuangan Pemerintahan Kabupaten Asahan untuk mengetrahui bagaimana penyajian laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan PP No.24 Tahun 2005. Jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari Pemerintahan Kabupaten Asahan melalui wawancara kepada pihak-pihak terkait dalam hal ini Badan Pengelola Keuangan Daerah dan data sekunder seperti sejarah Kabupaten Asahan dan struktur organisasi Badan Pengelola Keuangan Daerah.
Setelah dianalis dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan Pemerintabhan Kabupaten Asahan walaupun penyajiannya sudah berpedoman pada PP No.24 Tahun 2005, tetapi masih banyak kesalahan dan perbedaan. Dan Transparansi, akuntabilitas dan partisipasi dalam pengelolaan keuangan daerah tidak tercapai.
ABSTRACT
The goal of paper is to analyze suitability of financial report preparation of District Asahan Government with the law applies transparancy, accountability and participated in management of the local financial.
The analyze method used is descriptive, that is to collect, arrange, interprete and analyze the data for giving description and clear answer and accurate from formulation of problem, and then to draw conclusion and suggestions considered to be important. The writer takes data such as financial report of District Asahan to know how is the presentation of financial report whether is it is suitable with PP No.24/2005. The type of data used is primary data, namely data gained directly from District of Asahan by interview to parties related in this case Board of Financial Management and secoundary data such as history of District of Asahan an structure of organization of the Financial Management Board of Region.
After analysis, it is concluded that financial report of the District of Asahan although presentation is made on PP No.24/2005, but still many erros and difference and so that transparency in the accountability of financial management, that is not achieved.
DAFTAR ISI SKRIPSI
Halaman
PERNYATAAN...i
KATA PENGANTAR...ii
ABSTRAK...v
ABSTRACT……….. vi
DAFTAR ISI SKRIPSI……….vii
DAFTAR LAMPIRAN……….. xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..1
B. Perumusan Masalah ………3
C. Tujuan Penelitian ………4
D. Manfaat Penelitian ………..4
E. Kerangka Konseptual ………..6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemerintahan Daerah sebagai Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi ………. 7
B. Komponen Laporan Keuangan dan Unsur Laporan Keuangan 1. Komponen Laporan Keuangan………8
a. Laporan Realisasi Anggaran……….8
b. Neraca………...8
c. Laporan Arus Kas ………9
2. Unsur Laporan Keuangan ………9
a. Laporan Realisasi Anggaran ……….9
b. Neraca………...10
c. Laporan Arus Kas………..11
d. Catatan atas Laporan Keuangan...……….11
C. Dasar Hukum dan Asumsi Dasar Laporan Keuangan………...12
1. Dasar Hukum Laporan Keuangan………12
2. Asumsi Dasar Laporan Keuangan………12
D. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ……….13
E. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan……….15
F. Peranan dan Tujuan Laporan Keuangan………17
1. Peranan Laporan Keuangan……….17
2. Tujuan Laporan Keuangan………..19
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……….20
B. Jenis dan Sumber Data……….20
C. Teknik Pengumpulan Data………...21
D. Metode Analisis Data………...21
E. Jadwal dan Lokasi Penelitian………...22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………..23
1. Sejarah Singkat Kabupaten Asahan ………..23
a. Struktur Organisasi Pemerintahan Kabupaten Asahan………..25
b. Uraian Jabatan Badan Pengelola Keuangan Daerah………..27
3. Pemerintahan Kabupaten Asahan sebagai Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi………..48
4. Dasar Hukum Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Daerah………49
5. Komponen dan Unsur-unsur Laporan Keuangan ………..50
a. Laporan Realisasi Anggaran……….50
b. Neraca…………..……….52
c. Laporan Arus Kas………...53
B. Pembahasan………..55
1. Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2006………....55
a. Laporan Realisasi Anggaran………55
b. Neraca ……….57
c. Laporan Arus Kas………58
d. Catatan Atas Laporan Keuangan……….60
2. Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2007………61
a. Laporan Realisasi Anggaran………61
b. Neraca ………62
c. Laporan Arus Kas………63
d. Catatan Atas Laporan Keuangan……….65
B. Saran………..68
DAFTAR PUSTAKA ………70
DAFTAR LAMPIRAN
NO JUDUL LAMPIRAN HALAMAN
Lampiran 1 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2006………. 71
Lampiran 2 Neraca Tahun 2006………. 74
Lampiran 3 Laporan Arus Kas Tahun 2006……….. 77
Lampiran 4 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2007……….. 80
Lampiran 5 Neraca Tahun 2007……… 83
Lampiran 6 Laporan Arus Kas Tahun 2007………. 85
Lampiran 7 Format IVC Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah…….. 88
Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten/Kota Lampiran 8 Format IIIB Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah…….. 93
Neraca Provinsi/Kabupaten/Kota Lampiran 9 Format Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah………….. 98
ABSTRAK
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisa kesuaian penyajian laporan keuangan daerah Pemerintahan Kabupaten Asahan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu PP No.24 Tahun 2005 dan apakah laporan keuangan yang dibuat dapat menciptakan transaparansi, akuntabilitas dan partisipasi dalam pengelolaan keuangan daerah.
Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriftif yaitu mengumpulkan, menyusun, menginterpretasikan dan menganalisa data dari perumusan masalah dan kemudian melakukan perbandingan terhadap teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas kemudian membuat kesimpulan dan saran-saran yang dianggap penting. Penulis mengambil data berupa laporan keuangan Pemerintahan Kabupaten Asahan untuk mengetrahui bagaimana penyajian laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan PP No.24 Tahun 2005. Jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari Pemerintahan Kabupaten Asahan melalui wawancara kepada pihak-pihak terkait dalam hal ini Badan Pengelola Keuangan Daerah dan data sekunder seperti sejarah Kabupaten Asahan dan struktur organisasi Badan Pengelola Keuangan Daerah.
Setelah dianalis dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan Pemerintabhan Kabupaten Asahan walaupun penyajiannya sudah berpedoman pada PP No.24 Tahun 2005, tetapi masih banyak kesalahan dan perbedaan. Dan Transparansi, akuntabilitas dan partisipasi dalam pengelolaan keuangan daerah tidak tercapai.
ABSTRACT
The goal of paper is to analyze suitability of financial report preparation of District Asahan Government with the law applies transparancy, accountability and participated in management of the local financial.
The analyze method used is descriptive, that is to collect, arrange, interprete and analyze the data for giving description and clear answer and accurate from formulation of problem, and then to draw conclusion and suggestions considered to be important. The writer takes data such as financial report of District Asahan to know how is the presentation of financial report whether is it is suitable with PP No.24/2005. The type of data used is primary data, namely data gained directly from District of Asahan by interview to parties related in this case Board of Financial Management and secoundary data such as history of District of Asahan an structure of organization of the Financial Management Board of Region.
After analysis, it is concluded that financial report of the District of Asahan although presentation is made on PP No.24/2005, but still many erros and difference and so that transparency in the accountability of financial management, that is not achieved.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi saat ini merupakan sesuatu yang tidak dapat kita hindari oleh
seluruh masyarakat dunia. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia
memiliki kewajiban untuk secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan
pemerintahan yang baik (good governance). World Bank dalam Mardiasmo
(2004:18) mendefinisikan Good goverenance sebagai suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang sejalan dengan prinsif demokrasi, penghindaran
salah alokasi dana investasi, pencegahan korupsi baik secara politik dan
administratif. Kepemerintahan yang baik setidaknya ditandai dengan tiga elemen
yaitu transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. Tranparansi dibangun atas dasar
kebebasan memperoleh informasi. Partisipasi maksudnya mengikutsertakan
keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan
aspirasinya. Sedangkan akuntabilitas adalah pertanggungjawaban kepada public
atas setiap aktivitas yang dilakukan.
Seiring dengan reformasi di bidang keuangan negara, maka perlu dilakukan
perubahan-perubahan di berbagai bidang untuk mendukung agar reformasi di
bidang keuangan negara dapat berjalan dengan baik. Salah satu perubahan yang
signifikan adalah perubahan di bidang akuntansi pemerintahan karena melalui
proses akuntansi dihasilkan informasi keuangan yang tersedia bagi berbagai pihak
akuntansi pemerintahan yang paling diinginkan adalah adanya standar akuntansi
pemerintah. Penyusunan laporan keuangan yang berpedoman pada standar
akuntansi pemerintah sesungguhnya adalah dalam rangka peningkatan kualitas
laporan keuangan, sehingga laporan keuangan yang dimaksud dapat
meningkatkan kredibilitasnya dan pada gilirannya akan dapat mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah.
Sehingga, good governance dapat tercapai.
Penyusunan laporan keuangan yang berpedoman pada standar akuntansi
pemerintah sesungguhnya dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
mewujudkan good governance. Alasannya adalah terpenuhinya tiga elemen good
governance
Pada tahun 2005 Komite Standar Akuntansi Pemerintah mengeluarkan
sebuah pedoman dan acuan bagi pemerintah pusat dan daerah dalam penyusunan
Laporan Keuangan yaitu Standar Akuntansi Pemerintah. Standar Akuntansi yaitu akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi.. Pertama,
akuntabilitas karena dengan adanya standar, pengungkapan efektivitas dan
efisiensi APBN/APBD menjadi bersifat kredibel dan dapat
dipertanggungjawabkan. Kedua, transparansi karena dengan adanya standar, BPK
menjadi mudah menyingkat tempat-tempat sembunyi korupsi karena mempunyai
basis baku, mantap dan komprehensif dalam tugas pemeriksaan keuangan dan
audit atas laporan keuangan. Ketiga, partisipasi karena dengan adanya standar,
rakyat pada tiap daerah melalui DPRD makin mampu mengendalikan keuangan
daerahnya karena pemerintah tidak bisa mencatat pemakaian sumber daya sesuai
Pemerintah secara hukum telah disahkan menjadi acuan atas perlakuan akuntansi
bagi pemerintah yaitu melalui Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005. Standar
ini adalah tindak lanjut dari Kepmendagri No 29 Tahun 2002. Yang mana dalam
Kepmendagri tersebut belum secara rinci menjelaskan tentang standar-standar
yang dapat dijadikan acuan atau pedoman bagi akuntansi pemerintahan. Dengan
adanya Standar Akuntansi Pemerintah ini diharapkan dapat memberikan angin
segar dalam proses perkembangan akuntansi pemerintahan.
Mengacu pada permasalahan yang kemungkinan muncul sehubungan
dengan diterbitkannya PP No.24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan dan dengan melihat bahwa peranan Laporan Keuangan Daerah
dalam penilaian kinerja keuangan selama satu periode sangat penting. Karena
pentingnya peranan Laporan Keuangan Daerah tersebut maka penulis tertarik
untuk menganalisa sejauh mana Pemerintah Daerah dalam memenuhi
ketentuan-ketentuan pokok dalam penyusunan laporan keuangan, oleh karena itu penulis
menyusun skripsi dengan judul “Tinjauan Atas Penyajian Laporan Keuangan
Pemerintahan Kabupaten Asahan Berdasarkan PP No 24 Tahun 2005”.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dalam proses penelitian ini penulis memberi batasan dan lingkup
pembahasan yang dibahas dalam penyusunan skripsi ini. Pembahasan yang
dilakukan penulis diambil berdasarkan data-data dan informasi yang diperoleh
1. Apakah laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Asahan telah disajikan
berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2005.
2. Apakah laporan keuangan yang dibuat dapat memenuhi kebutuhan dan
dapat menciptakan transparansi, akuntabilitasi dan partisipasi dalam
pengeloloaan Keuangan Daerah.
C. Tujuan Penelitian
Adapun menjadikan tujuan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisa kesesuaian penyajian laporan keuangan daerah dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu PP Nomor 24 Tahun
2005.
2. Untuk mengetahui manfaat yang diberikan oleh laporan keuangan
Pemerintah Kabupaten Asahan bagi semua kelompok pengguna, dengan
terciptanya transparansi, akuntabilitas dan partisipasi dalam pengelolaan
keuangan daerah
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis dapat menjadi pengetahuan yang bermanfaat dalam
memahami akuntansi pemerintah yang berkaitan dengan penyusunan
Laporan Keuangan Daerah yang disusun berdasarkan PP Nomor 24 Tahun
2. Bagi Pemerintah Kabupaten Asahan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan dalam menyajikan laporan keuangan untuk
mencapai terciptanya transparansi, akuntabilitas dan partisipasi.
3. Bagi pihak-pihak lain, penelitian ini menjadi bahan referensi dan sumber
E. Kerangka Konseptual
Pemerintah Kabupaten Asahan sebagai entitas pelaporan wajib
menyampaikan pertanggungjawaban keuangan daerahnya. Hal ini mengacu pada
PP No.24 Tahun 2005. Pelaporan ini terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Hasil dari
pelaporan ini kemudian disajikan menjadi Laporan Keuangan yang merupakan
pedoman dalam mempertanggungjawabkan keuangan daerahnya. Kemudian
Laporan Keuangan tersebut dibandingkan dengan Standar Akuntansi Pemerintah.
Karena dalam penyusunan laporan keuangan harus sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintah.
Gambar 1
KERANGKA KONSEPTUAL
Neraca Catatan Atas
Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Paemkab Asahan
Realisasi Anggaran Lap. Arus Kas
Penyajian
Pemerintah Kabupaten Asahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemerintah Daerah Sebagai Entitas Pelaporan Dan Entitas Akuntansi
Dalam pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (2005:19) menyatakan
bahwa:
“entitas pelaporan keuangan adalah unit pemerintah yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang terdiri dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Satuan organisasi dilingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan keuangannya.”
Penetapan entitas pelaporan ini perlu pertimbangan syarat pengelolaan,
pengendalian dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap asset, yuridiksi,
tugas dan misi tertentu, dengan bentuk pertanggungjawaban dan wewenang yang
terpisah dari entitas pelaporan lainnya.
Menurut Karim (2006:21) ada pun yang menjadi ciri-ciri entitas pelaporan
adalah:
a. dibiayai oleh APBN/APBD atau mendapat pemisahan kekeyaan
dari anggaran.
b. dibentuk dengan peraturan perundang-undangan.
c. pimpinan entitas akuntansi adalah pejabat pemerintah yang
diangkat atau yang dipilih oleh rakyat dan
d. entitas akuntansi tersebut menyampaikan pertanggungjawaban
baik langsung maupun tidak langsung kepada wakil rakyat sebagai pihak yang menyetujui anggaran.
Menurut Halim (2002:40) menyatakan, bahwa yang termasuk dalam
“entitas akuntansi dalam pemerintahan daerah adalah semua unit pemerintahan
menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan
pada entitas pelaporan”.
B. Komponen Laporan Keuangan dan Unsur Laporan Keuangan
1. Komponen Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (2005:25) menyatakan bahwa ada
empat komponen laporan keuangan yaitu: a) Laporan Realisasi Anggaran, b)
Neraca, c) Laporan Arus Kas dan d) Catatan atas Laporan Keuangan.
a. Laporan Realisasi Anggaran
Yaitu menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya
ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode akuntansi.
Format laporan realisasi anggaran dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 88.
b. Neraca
Yaitu menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
1. Aset terbagi atas Aset Lancar dan Aset Non Lancar. Aset Non Lancar
terklasifikasi menjadi Inverstasi Jangka Panjang, Aset Tetap, Dana
Cadangan dan Aset Lainnya.
2. Kewajiban, diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka pendek dan
kewajiban jangka panjang.
3. Ekuitas Dana, diklasifikasikan menjadi ekuitas dana lancar, ekuitas dana
Format neraca dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 93.
c. Laporan Arus Kas
Yaitu menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasional,
investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan transaksi non anggaran yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas
pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu.
Format laporan arus kas dapat dilihat pada lampiran 9 hal 98.
d. Catatan Atas Laporan Keuangan
Yaitu meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Laporan Arus Kas. Catatan Atas
Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi
yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan
dan dianjurkan untuk diungkapkan didalam Standar Akuntansi Pemerintahan
serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian
laporan keuangan secara wajar.
2. Unsur Laporan Keuangan
a. Laporan Realisasi Anggaran
Menurut Ulum (2004:192) bahwa unsur yang dicakup dalam Laporan
Realisasi Anggaran adalah:
1. Pendapatan (basis kas) adalah penerimaan oleh Bendahara
Umum Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
2. Pendapatan (basis akrual) adalah hak pemerintah yang diakui
3. Belanja (basis kas) adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
4. Belanja (basis akrual) adalah kewajiban pemerintah yang diakui
sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih.
5. Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
6. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
7. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman
dan hasil divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain dan penyertaan modal oleh pemerintah.
b. Neraca
Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas
dana:
1. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan /atau dimiliki
oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari
mana manfaat ekonomi dan / atau sosial dimasa depan diharapkan
dapat diperoleh, baik pemerintah maupun masyarakat serta dapat
diukur dengan satuan uang.
2. Kewajiaban adalah hutang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
3. Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan
selisih antara aset dan kewajiban pemerintah.
c. Laporan Arus Kas
Unsur yang dicakup secara langsung dalam laporan arus kas terdiri dari
penerimaan, pengeluaran kas yang masing-masing didefinisikan oleh Ulum
(2004:228) sebagai berikut:
1. Penerimaan adalah semua penerimaan kas umum negara/kas daerah
yang dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
2. Pengeluaran adalah semua pengeluaran kas umum negara/kas daerah
yang dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
d. Catatan atas Laporan Keuangan.
Unsur yang dicakup dalam catatan atas laporan keuangan terdiri dari:
1. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan ekonomi
makro, pencapaian target Undang-undang APBN/ Perda APBD
berikut kendala yang dihapadi dalam pencapaian target.
2. Menyajikan ikhtisar pencapaian kenerja keuangan selama tahun
pelaporan
3. Menyajikan dasar-dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas
transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.
4. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Standar Akuntansi
Pemerintah yang belum disajikan pada lembar muka (on the face)
5. Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang
timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan
dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas dan
6. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian
wajar, yang tidak disajikan pada lembar (on the face) laporan
keuangan.
C. Dasar Hukum dan Asumsi Dasar Laporan Keuangan
1. Dasar Hukum Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (2005:27)
yang menjadi dasar hukum dalam pelaporan keuangan adalah:
1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, khususnya bagian
yang mengatur keuangan negara;
2. Undang-undang dibidang keuangan negara;
3. Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
4. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah, khususnya yang mengatur keuangan daerah; 5. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
perimbangan keuangan pusat dan daerah;
6. Ketentuan perundang-undangan tentang pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah;
7. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang
keuangan pusat dan daerah.
2. Asumsi Dasar Pelaporan Keuangan
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan dilingkungan pemerintah adalah
standar akuntansi dapat diterapkan. Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah
(2005:28) asumsi dasar dalam pelaporan keuangan terdiri dari:
1. Asumsi Kemandirian Entitas
Asumsi kemandirian entitas, baik entitas pelaporan dan entitas akuntansi, berarti bahwa setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggungjawab penuh. Entitas bertanggungjawab atas pengelolaan aset dan sumber daya diluar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya yang dimaksud, utang piutang yang terjadi akibat putusan entitas, serta terlaksana tidaknya program yang telah ditetapkan.
2. Asumsi Kesinambungan Entitas
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian pemerintah diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidisi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.
3. Asumsi Keterukuran dalam Satuan Uang
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan mata uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analis dan pengukuran dalam akuntansi.
D. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Menurut Halim (2004:15) dan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintah (2005:32), bahwa karakteristik laporan keuangan daerah merupakan
persyaratan normative yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat
memenuhi kualitas yang dikehendaki. Persyaratan tersebut adalah:
1. Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang terdapat didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa dimasa lalu., masa kini, atau masa depan. Informasi masih yang relevan harus:
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka dimasa lalu.
b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
c. Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.
d. Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan diselengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam pengguna informasi tersebut dapat dicegah.
2. Andal
Informasi didalam laporan keuangan harus bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material kecil, menyajikan setiap kenyataan secara jujur serta dapat diverifikasi.
Informasi yang andal memenuhi karakteristik: a. Penyajian jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
b. Dapat diverifikasi (verifiability)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
c. Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.
3. Dapat Diperbandingkan
Informasi yang tersebut dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pemerintah lainnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi sama.
4. Dapat Dipahami
pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
E. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Akuntansi
Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan
yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar
akuntansi, oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam
melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan keuangan dalam memahami
laporan keuangan yang disajikan. Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah
(2005:38) ada delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan
keuangan pemerintah:
1. Basis akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggara, dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.
a. Basis kas untuk laporan realisasi anggaran
Yaitu pendapatan diakui pada saat kas diterima direkening kas umum negara/daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari rekening kas umum negara/daerah atau entitas pelaporan. Entitas pelaporan tidak menggunakan istilah laba. Penentuan sisa pembiayaan anggaran lebih ataupun kurang untuk setiap periode tergantung pada selisih realisasi penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan dan belanja bukan tunai serperti bantuan pihak luar asing dalam bentuk barang dan jasa disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran.
b. Basis akrual untuk Neraca
Yaitu aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. 2. Nilai Historis (Historical cost)
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar
atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dimasa akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah.
3. Realisasi (Realization)
Bagi pemerintah, pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah selama suatu tahun fiskal akan digunakan untuk membayar hutang dan belanja dalam periode tertentu. Prinsip layak temu biaya pendapatan dalam akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktekkan dalam akuntansi komersial.
4. Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form)
Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
5. Periodisitas (Periodicity)
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan peerlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan. Namun periode bulanan. triwulanan, dan semesteran juga dianjurkan.
6. Konsistensi (consistency)
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
7. Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure)
Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan.
8. Penyajian Wajar ( Fair Presentation)
dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti ini diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu rendah.
F. Peranan dan Tujuan Laporan Keuangan
1. Peranan Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (2005:21),”Laporan keuangan
disusun dengan untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi
keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan
selama satu periode pelaporan”. Laporan keuangan terutama digunakan untuk
membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan
anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan
upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan
secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
a. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai
b. Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan
fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
c. Transparansi
Memberikan informasi keuangan terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban
pemerintah dalam penelolaan sumber daya yang dipercayakan
kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
d. Keseimbangan antargenerasi (intergeneration equity)
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan
pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh
pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang
diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
2. Tujuan Laporan Keuangan
Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan
ekonomi, sosial maupun politik sebagaiman menurut Nordiawan (2006:36) bahwa
tujuan dari pelaporan keuangan daerah adalah:
a. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan
b. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggara yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan.
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya. e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi
entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penrunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dana cadangan, pembiayaan,
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Menurut Sugiono (2004:6) menyatakan bahwa,” jensi penelitian itu
bermacam-macam jenisnya dan dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan metode,
tingkat eksplanasi dan analaisis dan jenis data.”
Penelitian yang dilakukan berupa studi deskriptif, yaitu penulis mengumpulkan
data-data penelitian yang diperoleh dari objek penelitian dan literatur-literatur
lainnya, kemudian diuraikan secara rinci untuk mengetahui permasalahan penelitian
dan mencari penyelesaiannya.
B. Jenis Data
a. Data Primer
Merupakan data yang didapat dari sumber pertama yang masih memerlukan
pengolahan lebih lanjut dan dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis.
Data ini diperoleh melalui hasil wawancara maupun observasi.
b. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, baik berupa
publikasi maupun data Pemerintahan Kabupaten Asahan sendiri antara lain data
mengenai sejarah ringkas kabupaten asahan, struktur organisasi,dan data pendukung
C. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Wawancara
Sugiono (2004:130) menyatakan bahwa,wawancara digunakan sebagai teknis
pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan masalah yang akan diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau
kecil.”
Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan
pihak-pihak yang terkait dan berkompeten dengan permasalahan, yaitu dalam penyusunan
Laporan Keuangan Daerah. Yaitu pihak Badan Pengelola Keuangan Daerah
Kabupaten Asahan.
b. Teknik Observasi
Yaitu melakukan pengamatan langsung pada Kantor Pemerintah Kabupaten
Asahan, khususnya pada Badan Pengelola Keuangan Daerah mengenai penyusunan
laporan keuangan daerah.
c . Teknik Dokumentasi
Yaitu dengan mengumpulkan data-data dari Pemerintahan Kabupaten Asahan
dalam bentuk yang sudah jadi misalnya struktur organisasi dan uraian jabatan,
laporan keuangan dan data pendukung lainnya.
D. Metode Analisa Data
Analisa dilakukan dengan metode deskriptif, menurut Sugiono (200:11) metode
mandiri, baik satu varaibel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan
atau menghubungkan dengan variable lain”.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggnakan metode deskriftif yaitu metode
dengan megumpulkan, menyusun, menginterpretasikan dan menganalisa data
sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan masalah.
E. Jadwal dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung dari Bulan Mei sampai dengan 5 Juni. Objek
penelitian Badan Pengelola Keuangan Daerah. Lokasi Penelitian adalah Kantor
Pemerintah Kabupaten Asahan yang beralamat Jalan Ahmad Yani No.27 Kisaran,
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Sejarah Singkat Kabupaten Asahan
Kabupaten Asahan terbentuk pada tanggal 15 Maret 1946. Kemudian
berdasarkan keputusan DPRD-GR TK II Asahan No.3/DPR-GR/1963 tanggal 16
Februari 1963 diusulkan ibukota Asahan dipindahkan dari kotamadya Tanjung Balai
kekota Kisaran dengan alasan supaya Kotamadya Tanjung Balai lebih dapat
mengembangkan diri dan juga letak kota Kisaran lebih strategis untuk Asahan. Dan
hal ini baru terealisasi pada tanggal 20 Mei 1968 yang diperkuat dengan peraturan
pemerintah Nomor 19 Tahun 1980 No.28, Tambahan Negara Nomor 3166. Pada
tahun 1982, Kota Kisaran ditetapkan menjadi Kota Administratif berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1982, Lembaran Negara Nomor 26 Tahun
1982.
Asahan merupakan salah satu kabupaten yang berada dikawasan Pantai Timur
Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Asahan berada pada 2º03”00”-
3º26”00” – LU, 99º1 - 100º00 BT dengan ketinggian 0 – 1.000 m diatas permukaan
air laut. Kabupaten Asahan menempati areal seluas 462.411 Ha yang terdiri dari 20
Kecamatan, 276 Desa/Kelurahan defenitif. Adapun wilayah Asahan berbatasan
dengan:
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu dan
Toba Samosir
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Simalungun
Sebelah Timur : berbatasan dengan Selat Malaka
Pada pertengahan tahun 2007 berdasarkan Undang-undang RI Nomor 5 tahun
2007 tanggal 5 Juni 2007 tentang pembentukan Kabupaten Batu Bara, maka
Kabupaten Asahan dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Asahan dan Batu Bara.
Yang mana Kabupaten Asahan terdiri atas 13 kecamatan sedangkan Batu Bara terdiri
atas 7 kecamatan. Tanggal 15 Juni 2007 juga dikeluarkan keputusan Bupati Asahan
Nomor 196-Pem/2007 mengenai penetapan Desa Air Putih, Suka Makmur dan Desa
Gaja masuk dalam wilayah Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan. Sebelumnya
ketiga desa tersebut masuk dalam wilayah Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu
Bara, namun mereka memilih bergabung dengan Kabupaten Asahan. Adapun
Struktur Pemerintahan Kabupaten Asahan pada saat ini adalah terdiri dari:
Sekretariat Daerah Kab.Asahan Sekretariat DPRD Kab. Asahan 1 Inspektorat
13 Dinas Daerah
7 Lembaga Teknis Daerah berbentuk Badan dan 3 berbentuk Kantor 13 Kecamatan
2. Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan
A. Struktur Organisasi Pemerintahan Kabupaten Asahan
Bagan struktur Pemerintah Kabupaten Asahan berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 3, 4, 5 Tahun 2003 adalah sebagai berikut:
a. Bupati
b. Wakil Buapti
c. Sekretaris Daerah Kabupaten Asahan
1. Asisten I Pemerintahan
2. Asisten II Sosial, Ekonomi dan Pembangunan
3. Asisten III Umum Administrasi
d. Badan-badan
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPEDA)
2. Badan Pengawas Daerah (BAWASDA)
3. Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
4. Badan Pengelola Perizinan (BPP)
5. Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD)
e. Dinas-dinas
1. Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil)
2. Dinas Kesehatan
3. Dinas Pendidikan dan Pengajaran
4. Dinas Petarnian dan Peternakan
6. Dinas Perhubungan
7. Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal
8. Dinas Tenaga Kerja
9. Dinas Pembangunan Keluarga Sejahtera
10. Dinas Perikanan dan Kelautan
11. Dinas Pertambangan dan Energi
12. Dinas Perkotaan
f. Kantor-kantor
1. Kantor Pemberdayaan Masyarakat
2. Kantor Lingkungan Hidup, Pariwisata, dan Pertamanan
3. Kantor Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat dan Polisi Pamong
Praja
4. Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian
g. UPT/Cabang Dinas
1. 20 Dinas Cabang Pedidikan
2. 24 Puskesmas
3. 20 UPT Pemukiman dan Prasarana Wilayah
4. 4 UPT Pertanian dan Peternakan
5. 3 UPT Perikanan dan Kelautan
6. 1 UPT Dinas Tenaga Kerja
7. 2 UPT Dinas Perhubungan
9. 1 Sanggar Karya Belajar
h. Sekretaris DPRD
1. Bagian Perencanaan dan Perundangan
2. Bagian Persidangan
3. Bagian Umum
B. Uraian Jabatan Badan Pengelola Keuangan Daerah
Badan Pengelola Keuangan Daerah adalah instansi yang berwenang atau
bertugas dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintahan Kabupaten Asahan.
Yang memiliki sifat untuk merumuskan kebijakan dalam bidang keuangan dan
melaksanakan pemungutan, pendapatan daerah, pengadaan dan pengurusan aset
Daerah Kabupaten Asahan. Adapun kegitan pokok dari Badan Pengelola Keuangan
Daerah yaitu:
1. Mengkoordinasikan penyusunan dan melaksanakan kebijakan dalam
pengelolaan keuangan daerah.
2. Mengkoordinasikan penyusunan rancangan APBD dan RPADBD.
3. Mengkoordinasikan tentang tata cara pemungutan pendapatan daerah
yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah.
4. Melaksanakan Fungsi BUD.
5. Mengkoordinasikan penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka
pertanggungjwaban pelaksanaan APBD.
6. Mengkoordinasikan tentang tata cara pelaksanaan dan pengurusan aset
7. Mengkoordinasikan pengurusan dan pelaksanaan yang berkaitan dengan
kegiatan investasi daerah.
Ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan operasional
yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Asahan Nomor 6 Tahun 2007 tentang
pembentukan dan susunan organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Asahan dan
Peraturan Bupati Asahan Nomor 25 Tahun 2007 tentang uraian tugas jabatan
struktural pada BPKD Kabupaten Asahan.
Selama tahun pelaporan yang berjalan terjadi penggantian manajemen dan
perubahan struktur baik secara nomenklatur maupun struktur badannya yang berupa
BPKKD berubah menjadi BPKD hal ini disebabkan penyesuaian peraturan yang
berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan
keuangan daerah yang mengharuskan SKPD bertanggung jawab penuh atas kegiatan
yang dilaksanakan dan membuat entitas akuntansi masing-masing, dan melaksanakan
pengadaan secara masing-masing. Uraian jabatan dan tugas pokok Badan Pengelola
Keuangan adalah:
1. Kepala Badan
Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah mempunyai tugas merumuskan
kebijakan dalam Bidang Keuangan dan melaksanakan pemungutan pendapatan
daerah, pengadaan dan pengurusan aset daerah Kabupaten Asahan.
Untuk melaksanakan tugas, Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah mempunyai
a. Mengkoordinasikan penyusunan dan melaksanakan kebijakan dalam
pengelolaan keuangan daerah
b. Mengkoordinasikan penyusunan Rancangan APBD dan Rancangan
Perubahan APBD
c. Mengkoordinasikan tentang tata cara pemungutan pendapatan daerah yang
telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah
d. Mengkoordinasikan pelaksanaan Fungsi Bendaharawan Umum Daerah
(BUD)
e. Mengkoordinasikan penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
f. Mengkoordinasikan tentang tata cara pelaksanaan dan pengurusan aset milik
daerah
g. Mengkoordinasikan tentang tata cara pengurusan dan pelaksanaan yang
berkaitan dengan kegiatan investasi daerah
h. Mengkoordinasikan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh
Kepala Daerah
2. Sekretaris
Sekretaris mempunyai tugas pokok sebagai unsur pembantu sebahagian tugas
Badan Pengelola Keuangan Daerah yang berkaitan dengan ketatausahaan,
ketatalaksanaan dan hukum, kerumahtanggaan, hubungan masyarakat, perlengkapan,
kepegawaian, pengumpulan data statistik bahan perumusan rencana dan program,
Untuk melaksanakan tugasnya, Sekretaris mempunyai fungsi:
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dalam bidang umum meliputi:
pembinaan ketatausahaan, ketatalaksanaan dan hukum, kerumahtanggan
hubungan masyarakat, perlengkapan, dan kepegawaian di lingkungan Badan
Pengelolaan Keuangan Daerah
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dalam bidang keuangan yang
meliputi penyusunan anggaran, pembukuan keuangan baik masukan
maupun pengeluaran dan mempersiapkan laporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban keuangan
c. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dalam bidang perencanaan yang
meliputi: pengumpulan data statistik bahan perumusan rencana dan
program
d. Menyusun Renstra Badan Pengelola Keuangan Daerah
e. Menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BPKD setiap
akhir tahun
e. Mengkoordinasikan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan
3. Kepala Sub Bagian Umum dan Penyusunan Program
Kepala Sub Bagian Umum dan Penyusunan Program mempunyai tugas
melaksanakan sebahagian tugas Sekretaris yang berkaitan dengan urusan
ketatausahaan dan hukum, kerumahtanggaan, hubungan masyarakat, perlengkapan,
Untuk melaksanakan tugasnya, Kepala Sub Bagian Umum dan Penyusunan Program
mempunyai fungsi:
a. Melaksanakan urusan rumah tangga Badan Pengelola Keuangan Daerah
b. Menerima, membaca, meneliti, mengagendakan, mendistribusikan surat
masuk sesuai dengan tujuan surat
c. Mengarsipkan surat masuk sesuai dengan penataan kearsipan
d. Mempersiapkan administrasi perjalanan dinas pada Badan pengelolaan
Keuangan Daerah (BPKD)
e. Menerima dan menyesuaikan konsep surat sesuai dengan tata naskah yang
berlaku
f. Mempersiapkan bahan penyusunan anggaran rutin untuk kebutuhan
barang-barang serta alat tulis kantor Sekretariat Badan Pengelolaan Keuangan
Daerah (BPKD)
g. Mempersiapkan pelayanan angkutan dan perawatan kendaraan dinas serta
pemeliharaan kebersihan kantor dan lapangan Badan Pengelola Keuangan
Daerah. (BPKD)
h. Mempersiapkan dan menyusun pelaksanaan kegiatan acara-acara pada
BPKD
i. Menyusun dan mempersiapkan rencana kebutuhan barang dan perbekalan
serta alat tulis kantor Sekretariat Badan Pengelola Keuangan Daerah
j. Melaksanakan penyusunan rencana program kerja tahunan Badan Pengelola
Keuangan Daerah
k. Melaksanakan pembuatan laporan dan mengevaluasi kegiatan kerja tahunan
Badan Pengelola Keuangan Daerah
l. Melaksanakan penyiapan bahan kerja Badan Pengelola Keuangan Daerah.
m. Melaksanakan penyusunan rencana dan program kerja tahunan dengan
bidang-bidang lain dilingkungan Badan Pengelola Keuangan Daerah
n. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan atasan
4. Kepala Sub Bagian Keuangan
Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan sebahagian
tugas yang berkaitan dengan melaksanakan anggaran yang dimuat dalam
DPA-SKPD. Untuk melaksanakan tugasnya, Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai
fungsi:
a. Melaksanakan dan meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan
jasa yang disampaikan oleh Bendahara dan diketahui/disetujui oleh PPTK
b. Melaksanakan penyiapan dan melakukan pengelolaan admimistrasi
keuangan
c. Meneliti kelengkapan SPP-UP,SPP-GU,SPP-TU dan SPP-LS gaji dan
tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran
d. Melakukan verifikasi SPP
f. Melakukan verifikasi harian atas permintaan
g. Melaksanakan Akuntansi SKPD
h. Menyiapkan Laporan Keuangan SKPD
i. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan
5. Kepala Bidang Pendapatan
Kepala Bidang Pendapatan mempunyai tugas sebagai unsur pelaksana
sebahagian tugas dan fungsi Badan Pengelola Keuangan Daerah yang berkaitan
dengan pendataan, pendaftaran/penetapan, penelitian dan pengembangan serta
legalisasi surat-surat berharga, pajak, dan retribusi daerah, dana perimbangan/bagi
hasil dan penerimaan lainnya serta menangani keberatan pajak dan retribusi.
Untuk melaksanakan tugasnya, Kepala Bidang Pendapatan mempunyai fungsi:
a. Mengkoordinasikan pengumpulan bahan penyusunan rencana strategis
dibidang pendataan dan penetapan
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan survey dan penelitian dalam rangka
pengembangan pendapatan
c. Mengkoordinasikan pelaksanaan pendataan, pendaftran pajak daerah dan
retribusi daerah
d. Mengkoordinasikan pelaksanaan pengolahan data dan informasi di Bidang
Pendapatan
e. Mengkoordinasikan pelaksanaan penetapan objek pajak dan objek retribusi
f. Mengkoordinasikan pelaksanaan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD), Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) dan Surat Ketetapan
Lainnya
g. Mengkoordinasikan pengumpulan bahan penyusunan rencana strategis
dibidang penagihan
h. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan administrasi di
bidang penagihan daerah, retribusi daerah dan pendapatan lain-lain
i. Mengkoordinasikan penyusunan rencana penagihan pajak daerah dan
retribusi daerah
j. Mengkoordinasikan pemberian pelayanan pertimbangan keberatan dan
pengembalian retribusi jumlah/besaran pajak
k. Mengkoordinasikan penyusunan rencana pemungutan bagi hasil pajak dan
non pajak
l. Mengkoordinasikan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan
6. Kepala Sub Bidang Penetapan
Kepala Sub Bidang Penetapan mempunyai tugas melaksanakan sebahagian
tugas Bidang Penetapan yang berkaitan dengan pendataan dan pelaksanaan
penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Surat Ketetapan Retribusi Daerah
(SKRD), surat-surat berharga dan pengembangan pendapatan.
Untuk melaksanakan tugasnya, Kepala Sub Bidang Penetapan, mempunyai
a. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran wajib pajak dan wajib retribusi
dengan menggunakan formulir pendaftaran
b. Memproses penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Surat
Ketetapan Retribusi (SKRD), serta Surat Ketetapan lainnya
c. Melaksanakan perhitungan dan menetapkan jumlah Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
d. Melaksanakan pendistribusian Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD),
Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD), serta Surat Ketetapan lainnya
kepada Wajib Pajak dan Wajib Retribusi Daerah
e. Melaksanakan penetapan terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi Daerah
dan penetapan Wajib Pajak lainnya
f. Menetapkan dan memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah
(NPWPD) dan Nomor Pokok Wajib Retribusi Daerah (NPWRD)
g. Memeriksa kembali data objek pajak, objek retribusi dan menyesuaikannya
dengan data yang diterima dari Wajib Pajak dan Wajib Retribusi Daerah
h. Melaksanakan penyampaian dan menerima kembali Surat Pemberitahuan
Pajak Terhutang (SPT), Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), kepada
dan dari Wajib Pajak
i. Melakukan pemeriksaan ulang terhadap Objek Pajak Daerah, Retribusi
Daerah dilapangan
j. Mengolah data dan menyusun kebutuhan perbekalan dan materil Perangkat
k. Melakukan penelitian dan pembinaan teknis administrasi pemungutan dan
penyetoran Pajak Bumi dan Bangunan
l. Melaksanakan survey dan penelitian dalam rangka pengembangan
pendapatan
m. Melaksanakan pengumpulan dan mengelola data yang berhubungan dengan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
n. Melaksanakan peningkatan Sumber-sumber Pendapatan Daerah
o. Melaksanakan perumusan Rancangan Naskah Peraturan Daerah, Keputusan
Bupati sebagai dasar hukum pungutan
p. Melaksanakan pertukaran informasi tentang Pendapatan Daerah dengan
Kabupaten/Kota seIndonesia sebagai bahan untuk menggali sumber
penerimaan yang baru
q. Melaksanakan sosialisasi dasar hukum pungutan melalui penerangan dan
penyuluhan
r. Melaksanakan perhimpunan seluruh dasar hukum pungutan yang
berhubungan dengan Sistem Perpajakan Daerah, Retribusi Daerah dan
Penerimaan Pendapatan Lain-lain
s. Menghitung dan menginventarisasi jumlah kebutuhan surat-surat berharga
dari masing-masing unit pengelola PAD
t. Melegalisir/memporporasi surat-surat berharga sesuai dengan jumlah
permintaan dari unit pengelola PAD
v. Menghimpun/mengumpul kembali potongan surat-surat berharga yang
telah digunakan oleh unit pengelola PAD
w. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan
7. Kepala Sub Bidang Penagihan
Kepala Sub Bidang Penagihan mempunyai tugas melaksanakan sebahagian
tugas Bidang Pendapatan yang berkaitan dengan penyusunan rencana Penagihan
Pajak dan Retribusi Daerah, dana perimbangan bagi hasil pajak, non pajak,
penerimaan lainnya yang sah, menangani keberatan pajak dan retribusi daerah.
Untuk melaksanakan tugasnya, Kepala Sub Bidang Penagihan mempunyai fungsi:
a. Membuat Daftar Potensi Wajib Pajak Daerah dan Wajib Retribusi Daerah
b. Menyusun rencana penerimaan/target atas potensi yang ada
c. Membuat dan menyampaikan rencana penerimaan/target yang bersumber
dari sektor pajak daerah dan penerimaan pendapatan lain-lain kepada
masing-masing pengelola PAD
d. Melaksanakan penagihan atas pajak daerah
e. Membuat daftar realisasi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah
pada setiap bulan persektor penerimaan dan perkecamatan untuk bahan
evaluasi
f. Membuat daftar tunggakan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
h. Melaksanakan dan mengadiministrasikan Dana Perimbangan dan Subsidi
Daerah Otonomi
i. Melaksanakan pengumpulan data potensi penerimaan bagi hasil pajak dan
non pajak
j. Melaksanakan penelitian SPT, PBB, yang diterima dari KP-PBB dan
menyampaikannya kepada Unit Pengelola
k. Melaksanakan pencatatan jumlah SPT, PBB yang telah disampaikan
kepada wajib pajak dan mencatat jumlah pembayaran dari wajib pajak
kedalam DHKP
l. Melaksanakan penagihan dana perimbangan/bagi hasil pajak dan non pajak
m. Melakukan konfirmasi Surat Tanda Terima Setoran (STTS) Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) dengan Bank Persepsi
n. Membuat daftar tunggakan Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)
o. Menerima dan melayani surat keberatan dan surat permohonan banding atas
materi penetapan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
p. Menginventarisasi, menganalisa surat keberatan dari Wajib Pajak dan
Retribusi, melakukan peninjauan langsung kelapangan
q. Melakukan peninjauan langsung kelapangan atas keberatan penetapan pajak
daerah dan retribusi daerah
r. Menyiapkan keputusan menerima atau menolak keberatan yang diajukan
s. Memberikan pelayanan permohonan keberatan, banding berdasarkan
pertimbangan dan restitusi
t. Melaksanakan perhitungan besarnya jumlah pemungutan/setoran secara
angsuran atas Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sesuai dengan
permohonan Wajib Pajak/Wajib Retribusi Daerah
u. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan
8. Kepala Bidang Anggaran
Kepala Bidang Anggaran mempunyai tugas melaksanakan sebahagian tugas
dan fungsi Bidang Pengelola Keuangan Daerah di bidang Anggaran yang berkaitan
dengan penyusunan RAPBD/RPAPBD, mengendalikan anggaran, penatausahaan
administrasi keuangan, Pengelolaan Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS), serta
penyelenggaraan dan pembinaan verifikasi.
Untuk melaksanakan tugasnya, Kepala Bidang Anggaran mempunyai fungsi:
a. Mengkoordinasikan penyusunan, perubahan dan perhitungan anggaran
pendapatan dan belanja daerah
b. Mengkoordinasikan pengelolaan administrasi keuangan daerah
c. Mengkoordinasikan pengumpulan bahan penyusunan pedoman dan
petunjuk teknis pembinaan administrasi keuangan
d. Mengkoordinasikan pengujian kebenaran penagihan dan penerbitan Surat
Perintah Pencairan Dana (SPPD), mengadakan pemeriksaan keuangan serta
membina perbendaharaan dan kas daerah
f. Mengkoordinasikan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan
9. Kepala Sub Bidang Penyusunan Anggaran
Kepala Sub Bidang Penyusunan Anggaran mempunyai tugas melaksanakan
sebahagian tugas Bidang Anggaran yang berkaitan dengan pengumpulan bahan
penyusunan rencana dan perubahan APBD, petunjuk teknis pelaksanaan APBD serta
menyiapkan dan menyusun nota keuangan yang akan disampaikan kepada DPRD.
Untuk melaksankan tugasnya, Kepala Sub Bidang Anggaran mempunyai
fungsi:
a. Membuat intruksi anggaran penyusunan RAPBD/RPAPBD kepada Satuan
Kerja Unit Daerah (SKPD)
b. Mengumpulkan RKA dari perangkat daerah
c. Meneliti RKA bersama panitia anggaran untuk dituangkan kedalam Draf
RAPBD dan RPAPBD
d. Menyiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan konsep Nota
Keuangan RAPBD dan RPAPBD
e. Memperbanyak buku APBD dan PAPBD selanjutnya didistribusikan
kepada Satuan Unit Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
f. Membuat intruksi anggaran penyusunan DPA berdasarkan APBD dan
RAPBD kepada Satuan Unit Kerja Perangkat Daerah
g. Meneliti DPA dari masing-masing satuan kerja pengguna anggaran untuk