SKRIPSI
PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP
TRANSPARANSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN KOTA MEDAN
OLEH
ATIKA RIZKI 110503001
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh
Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan
Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan
Kota Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud
belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam
konteks penulisan skripsi untuk Program S-1 Reguler Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data
dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya,
dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan,
Yang Membuat Pernyataan,
( Atika Rizki )
ABSTRAK
PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP
TRANSPARANSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN KOTA MEDAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan daerah terhadap transparansi pengelolaan keuangan daerah pada pemerintahan kota Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal yang diuji menggunakan analisis regresi berganda. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 47 responden, dengan pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan penyajian dan aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi pengelolaan keuangan daerah. Secara parsial, aksesibilitas memiliki pengaruh positif dan signfikan terhadap transparansi pengelolaan keuangan daerah, sedangkan penyajian memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan.
ABSTRACT
THE EFFECTS OF REGIONAL FINANCIAL STATEMENTS DISPLAY AND REGIONAL FINANCIAL STATEMENT ACCESIBILITY TO
FINANCIAL STATEMENT TRANSPARENCY AT MEDAN GOVERNMENTS’ OFFICES
This reserach aim is to analyze how are the effects of regional financial statements display and regional financial statements accesibility to financial statement transparency at Medan Government’s Offices. This is a causal associative research with multiple regression analysis method used. Total number of samples of this research are 47 people, which their data collection are taken using questionnaires. Research shows that simultaneously display and acessibility of regional financial statement are affecting positively and significantly to financial statement transparency. Partially, only accesibility that affecting positively and significantly, however, display show positive but not significant effect to financial statement transparency.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah, kesehatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan
Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi
Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan,” guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan
serta dukungan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak.Terutama
penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis Bapak Ahmad Fuad, S.H dan Ibu Aida Tanjung, Amd. Terima kasih atas semua kasih sayang, do’a, dukungan, didikan, dan semangat yang sangat berarti. Semoga penulis dapat menjadi anak
yang dibanggakan. Kemudian kepada kakak dan Abang penulis, Ayu Andriany
dan Andy Hakim. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac,Ak,Ca, selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, selaku Ketua
Departemen dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. M.Zainul B.Torong, M.Si., Ak, selaku Dosen
Pembimbing.
5. Ibu Dra. Nurzaimah, M.M., Ak selaku Dosen Pembanding dan
Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak selaku Dosen Penguji.
6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen pengajar yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis selama kuliah.
7. Pemerintah Kota Medan yang telah bersedia membantu pengisian
kuesioner pada penulisan skripsi ini, semoga skripsi saya dapat
bermanfaat bagi Pemko Medan.
8. Sahabat penulis, Eryanti Anggreini dan teman-teman seperjuangan
akuntansi 011 atas waktu, bantuan, dan motivasi yang diberikan.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang akuntansi.
Medan, 22 Februari 2015
DAFTAR ISI Halaman
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ……… x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Daerah ... 9
2.2 Aksesibilitas Laporan Keuangan ... 12
2.3 Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah ... 14
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 15
2.5 Kerangka Konseptual ... 16
2.6 Hipotesis ... 18
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 20
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 20
3.2.1 Definisi Operasional ... 20
3.2.2 Pengukuran Variabel ... 26
3.3 Populasi dan Sampel penelitian ... 27
3.4 Jenis Data ... 28
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 29
3.6 Analisis Data... 29
3.6.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29
3.6.1.1 Uji Validitas ... 29
3.6.1.2 Uji Reliabilitas ... 31
3.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 32
3.6.2.1 Uji Normalitas ... 32
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 34
3.6.3 Pengujian Hipotesis ... 35
3.6.3.1 Uji Parsial (uji-t) ... 36
3.6.3.2 Uji Simultan (Uji-F) ... 36
3.6.3.3 Adjusted R Square ... 37
3.6.4 Tempat dan Waktu Penelitian... 38
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 40
4.1.1 Sejarah Singkat Kota Medan ... 40
4.1.2 Letak Geografis ... 41
4.2 Analisis Data ... 42
4.2.1 Analisis Deskriptif ... 42
4.2.1.1 Analisis Deskriptif Responden ... 43
4.2.1.2 Analisis Deskriptif Variabel ... 44
4.2.2 Analisis Statistik ... 50
4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 50
4.2.2.2 Uji Hipotesis ... 56
4.2.2.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 58
4.2.2.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 59
4.2.2.5 Uji Koefisien Determinan (R2) ... 61
4.2.3 Pembahasan ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 65
5.2 Saran ... 66
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ... 15
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 25
3.2 Data Populasi ... 27
3.3 Data Sampel ... 28
3.4 Uji Validitas ... 30
3.5 Uji Reliabilitas ... 32
3.6 Jadwal Penelitian ... 38
4.1 Karakteristik Responden Jenis Kelamin ... 43
4.2 Karakteristik Responden Usia ... 43
4.3 Karakteristik Responden Pendidikan Terakhir ... 44
4.4 Distribusi Jawaban Responden variabel Penyajian ... 45
4.5 Distribusi Jawaban Responden variabel Aksesibilitas ... 47
4.6 Distribusi Jawaban Responden variabel Transparansi ... 48
4.7 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov ... 52
4.8 Hasil Uji Glejser ... 55
4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 55
4.10 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda ... 56
4.11 Hasil Uji Parsial ... 58
4.12 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 61
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 18
4.1 Gambar Grafik Histogram ... 51
4.2 Normal Probability Plot ... 51
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner ... 70
2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 74
3 Distribusi Jawaban Responden ... 76
4 Identitas Responden ... 79
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Pada era reformasi dan desentralisasi sekarang ini, good governance,
khususnya transparansi dan akuntabilitas keuangan pemerintahan baik pusat
maupun daerah telah menjadi isu sentral yang menjadi sorotan dari berbagai
pihak. Kebebasan politik telah mendorong media massa dengan bebas
membeberkan berbagai kasus dan peristiwa yang menyangkut keuangan
pemerintah yang sebelumnya hampir tidak tersentuh oleh mata dan telinga publik.
Perhatian terhadap isu transparansi pengelolaan keuangan yang berujung pada
tingkat akuntabilitas pemerintah semakin meningkat seiring dengan peningkatan
sistem teknologi, informasi dan keterbukaan publik dekade terakhir ini.
Sejak disahkan dan diberlakukannya UU No.32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah telah mengalami
reformasi fundamental, baik secara politis, administratif, teknis maupun keuangan
dan ekonomi. Berdasarkan pasal 1 ayat 6 dari undang-undang tersebut
menyatakan bahwa daerah otonomi adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri pemerintah dan kepentingan
masyarakat sesuai dengan perundang-undangan. Dengan demikian pemerintah
daerah sebagai daerah otonom memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan
sendiri urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Dalam hal
pengelolaan keuangan yang sebelumnya menganut sistem sentralisasi kemudian
tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah. Dengan demikian pemerintah daerah baik pemerintah provinsi maupun
pemerintah kota/kabupaten harus melakukan pengelolaan keuangan yang menjadi
haknya berdasarkan perundang-undangan.
Sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya,
maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah No.24 tahun 2005 mengenai
Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Pemerintah No.58 tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Kementerian Dalam Negeri yang
membawahi pemerintah daerah kemudian melakukan tindak lanjut atas Peraturan
Pemerintah No.58 tahun 2005 dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No.13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan ini mengatur mengenai pedoman pengelolaan keuangan daerah sesuai
reformasi tata kelola keuangan negara atau daerah. Perubahan yang paling
mendasar pada peraturan ini adalah bergesernya fungsi bagian keuangan ke
masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan SKPD sebagai
accounting entity diwajibkan untuk membuat laporan keuangan. Disamping itu,
peraturan tersebut juga mengatur pengelolaan keuangan daerah mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pelaporan dimana pemerintah
daerah berkewajiban membuat laporan keuangan yang sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual, basis akuntansi di Indonesia
akrual. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi
yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah
(PP No.71/2010 Pasal 1 ayat 3). Dijelaskan lebih jauh SAP berbasis akrual adalah
SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang dan ekuitas dalam pelaporan
finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan
dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam
APBN/APBD (PP No.71/2010 Pasal 1 ayat 8). Pada pendahuluan tepatnya
mengenai peranan pelaporan keuangan pada PP No.71 tahun 2010, disebutkan
bahwa laporan keuangan disusun untuk menyajikan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan
untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk
melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan,
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu
menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Entitas
pelaporan itu sendiri adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyajikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang bertujuan
umum, yang terdiri dari :
a) Pemerintah pusat
b) Pemerintah daerah
c) Masing-masing Kementrian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah
d) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi
lainnya.
Setiap entitas pelaporan tanpa terkecuali pemerintah daerah baik pemerintah
provinsi maupun pemerintah kota/kabupaten mempunyai kewajiban untuk
melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam
pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode
pelaporan untuk kepentingan akuntabilitas, manajemen, transparansi dan
keseimbangan antargenerasi.
Sistem desentralisasi dan krisis kepercayaan publik terhadap pemerintah
dalam pengelolaan keuangan menimbulkan konsekuensi dimana pemerintah
daerah sebagai entitas pelaporan baik pemerintah provinsi maupun pemerintah
kabupaten/kota, harus dapat meningkatkan akuntabilitas melalui transparansi
pengelolaan keuangan yang mampu menyediakan semua informasi yang relevan
secara jujur dan terbuka kepada publik yang juga dapat diakses oleh publik dalam
rangka melaksanakan amanat rakyat. Reformasi pengelolaan keuangan daerah
telah lama dilaksanakan. Berbagai persoalan dan proses pembelajaran menuju
pengelolaan keuangan daerah yang baik memang belum mencapai kestabilan yang
sempurna. Namun, terlihat transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah
mengalami kemajuan yang sangat berarti. Membaiknya kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah dari tahun ke tahun, yang ditandai dengan kemajuan signifikan
membaiknya opini audit BPK selama ini, merupakan modal yang kuat untuk
membangun transparansi pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan
dalam mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan akuntabel. Sebagai
komitmen pemerintah dalam pengelolaan keuangan daerah, pada tahun 2005 terbit
Peraturan Pemerintah Nomor 58 (PP 58/2005) tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah. Dalam PP 58 / 2005 dinyatakan bahwa keuangan daerah harus dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
Transparansi menjadi salah satu asas umum pengelolaan keuangan daerah
sesuai dengan PP 58 / 2005, sekaligus dapat menjadi kunci penyelenggaraan
asas-asas lainnya. Pengertian lebih jauh tentang transparansi itu sendiri, terdapat
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (Permendagri 13 /
2006) tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Transparansi diartikan
sebagai prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui
dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah. Salah
satu bentuk tanggungjawab pengembangan keuangan daerah dapat diwujudkan
dengan menyediakan informasi keuangan yang komprehensif kepada masyarakat
luas. PP No. 56/2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah, sebagaimana
telah diubah dengan PP No. 65/2010 tentang Perubahan Atas PP No. 56/2005
tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah, telah menetapkan bahwa daerah
menyampaikan informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah kepada
pemerintah, dalam hal ini disampaikan kepada Menteri Keuangan dan Menteri
Dalam Negeri. Dengan kemajuan teknologi dan informasi (information
tersebut membuka peluang bagi berbagai pihak untuk mengakses, mengelola, dan
mendayagunakan informasi secara cepat dan akurat untuk lebih mendorong
terwujudnya pemerintahan yang bersih, transparan, dan tetap mampu menjawab
tuntutan perubahan secara efektif.
Namun, salah satu kelemahandalam Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD) terletak pada ketidakmampuan menyajikan data yang konsisten
dan terintegrasi mulai dari data aset, anggaran, gaji, serta proses penatausahaan,
sehingga menimbulkan banyak ketidakakuratan data dalam proses akuntansi yang
menghasilkan LKPD baik neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Arus Kas,
laporan operasional, laporan saldo anggaran lebih, maupun Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK). Kelemahan lain pada pengelolaan keuangan daerah adalah
tidak tersedianya unit arsip data pengelolaan keuangan yang baik sehingga banyak
data penting yang hilang. Disamping itu, saat ini laporan keuangan cenderung
masih dianggap sebagai dokumen rahasia sehingga publikasi atas laporan
keuangan melalui internet, surat kabar atau akses publik lainnya yang menjadi
sarana publik untuk menilai transparansi pemerintah, belum menjadi hal yang
umum untuk dilaksanakan.
Penelitian mengenai transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah yang dipengaruhi oleh penyajian laporan keuangan daerah pernah
dilakukan oleh peneliti terdahulu Hanim (2009). Hasil penelitian menyatakan
bahwa ada pengaruh positif antara penyajian laporan keuangan daerah terhadap
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Hasil yang sama juga
Samosir dengan penambahan variabel aksesibilitas laporan keuangan daerah
dimana ada pengaruh positif baik secara parsial maupun simultan antara
penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan daerah
terhadap transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan daerah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dan membuat skripsi dengan judul : “Pengaruh Penyajian
Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap
Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pemerintah Kota Medan.”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan apa yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh terhadap
transparansi pengelolaan keuangan daerah?
2. Apakah aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh terhadap
transparansi pengelolaan keuangan daerah?
3. Apakah penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan
keuangan daerah secara simultan berpengaruh terhadap transparansi
pengelolaan keuangan daerah?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyajian
laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan terhadap transparansi
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat:
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah
pengetahuan penulis di bidang akuntansi sektor publik dan mengenai
penyajian laporan keuangan, dan transparansi pengelolaan keuangan
daerah.
2. Bagi pemerintah kota Medan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi dalam rangka peningkatan transparansi dalam hal penyajian
dan aksesibilitas laporan keuangan.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan
masukan untuk melakukan penelitian berikutnya mengenai
akuntabilitas maupun transparansi pengelolaan keuangan daerah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Daerah
Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat
(Permendagri No.13/2006 pasal 4 ayat 1). Definisi keuangan daerah sendiri
disebutkan dalam Permendagri No.13 tahun 2006 pasal 1 ayat 6 yaitu semua hak
dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang
dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Tujuan penyajian laporan keuangan sektor publik menurut Governmental
Accounting Standard Board (GASB, 1998) adalah sebagai berikut:
a. Untuk membantu memenuhi kewajiban pemerintah untuk menjadi akuntabel
secara publik.
b. Untuk membantu memenuhi kebutuhan para pengguna laporan yang
mempunyai keterbatasan kewenangan, keterbatasan kemampuan atau sumber
daya untuk memperoleh informasi dan oleh sebab itu mereka menyandarkan
pada laporan sebagai sumber informasi penting. Untuk tujuan tersebut,
pelaporan keuangan harus mempertimbangkan kebutuhan para pengguna dan
keputusan yang mereka buat.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) berbasis
Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan
perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan
akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya,
dengan :
a. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan
ekuitas pemerintah
b. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas pemerintah
c. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber
daya ekonomi
d. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya
e. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya
dan memenuhi kebutuhan kasnya
f. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan
g. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas
Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan
pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran dan laporan finansial
sehingga seluruh komponen menjadi sebagai berikut (Pernyataan No.1 PP
No.71/2010 paragraph 14) :
a) Laporan realisasi anggaran
b) Laporan perubahan saldo anggaran lebih
c) Neraca
d) Laporan operasional
e) Laporan arus kas
f) Laporan perubahan ekuitas
g) Catatan atas laporan keuangan
Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap
entitas pelaporan dimana entitas pelaporan yang dimaksud adalah masing-masing
unit Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai accounting entity yang
bertanggung jawab dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2010 paragraph 25 dalam
kerangka konseptual akuntansi pemerintahan, laporan keuangan yang disusun
oleh entitas pelaporan digunakan sebagai alat untuk kepentingan :
a) Akuntabilitas,
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara periodik.
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
pelaksanaan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga
memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian atas seluruh
aset, kewajiban dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
c) Transparansi,
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya
kepada peraturan perundang-undangan.
d) Keseimbangan antargenerasi,
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan
pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang
dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut
menanggung beban pengeluaran tersebut.
e) Evaluasi kinerja,
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber
daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah untuk mencapai kinerja yang
direncanakan.
2.2 Aksesibilitas Laporan Keuangan
Berdasarkan Undang-Undang No.33 tahun 2004, tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, pasal 103
Daerah (SIKD) adalah data terbuka yang dapat diketahui, diakses, dan diperoleh
oleh masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah harus membuka
akses kepada stakeholder secara luas atas laporan keuangan yang dihasilkannya
melalui publikasi media surat kabar, internet dan media lainnya. Informasi yang
ditampilkan dalam SIKD tersebut dimana dinyatakan secara jelas pada pasal 102,
UU No.33 tahun 2004 meliputi :
a. APBD dan laporan realisasi APBD provinsi, kabupaten, dan kota
b. Neraca daerah
c. Laporan arus kas
d. Catatan atas laporan keuangan daerah
e. Dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan
f. Laporan keuangan Badan Usaha Milik Daerah
g. Data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah.
Akuntabilitas yang efektif tergantung kepada akses publik terhadap
laporan pertanggungjawaban maupun laporan temuan yang dapat dibaca dan
dipahami. Dalam demokrasi yang terbuka, akses ini diberikan oleh media, seperti
surat kabar, majalah, radio, stasiun televisi, dan website (internet); dan forum
yang memberikan perhatian langsung atau peranan yang mendorong akuntabilitas
pemerintah terhadap masyarakat (Shende dan Bennet, 2004).
Dalam Undang-Undang No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (pasal 1 ayat 2) disebutkan bahwa informasi publik adalah informasi yang
dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim dan/atau diterima oleh badan publik yang
penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang berkaitan dengan
kepentingan publik.
2.3 Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah
Transparansi publik mensyaratkan bahwa setiap pejabat publik
berkewajiban membuka ruang partisipasi kepada masyarakat dalam proses
pembuatan kebijakan publik dengan membuka akses dan memberikan informasi
yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif, baik diminta maupun tidak diminta oleh
masyarakat (Pandji, 2008 : 56).
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Artinya, informasi yang berkaitan dengan
kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang
membutuhkan (Mardiasmo, 2000).
“Pembuatan laporan keuangan adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi
yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas berupa keterbukaan
(openness) pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik
(Mardiasmo, 2006 : 3).”
Definisi transparansi menurut Krina P (2003 : 9) adalah “prinsip yang
menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi
tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
NO. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Mulyana
(2006)
Pengaruh Penyajian Neraca Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Penyajian neraca daerah (X1), aksesibilitas laporan keuangan daerah (X2), transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y) Secara terpisah dan atau bersama-sama penyajian laporan neraca daerah dan aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah 2. Hanim
(2009) Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Penyajian laporan keuangan daerah (X1), transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y) Penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
SKPD (Y) pengelolaan keuangan SKPD 4. Marjuki
Sagala (2011) Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pemkab Samosir Penyajian laporan keuangan daerah (X1), aksesibilitas laporan keuangan (X2), transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y) Secara terpisah dan atau bersama-sama penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah 5. Hani
Nurhayani (2013) Pengaruh Penyajian dan Aksesibilitas Laporan Keuangan terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pemko Bandung Penyajian laporan keuangan (X1), aksesibilitas laporan keuangan (X2), akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y) Secara terpisah dan atau bersama-sama penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
2.5 Kerangka Konseptual
Mardiasmo (2004:37) menyatakan bahwa penyajian laporan keuangan
oleh pemerintah daerah adalah :
a. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan
ekonomi, sosial, dan politik, serta sebagai bukti pertanggungjawaban
b. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja
manajerial dan organisasionalnya.
Aksesibilitas dalam laporan keuangan sebagai kemudahan seseorang untuk
memperoleh informasi laporan keuangan (Mulyana, 2006).
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam
peraturan menteri ini meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas
umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD,
penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD,
pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan
daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan
pengelolaan keuangan BLUD.
Dengan pemberian otonomi kepada daerah kabupaten dan kota,
pengelolaan keuangan sepenuhnya berada ditangan pemerintah daerah. Oleh
karena itu, diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah yang baik dalam
rangka mengelola desentralisasi secara transparan, ekonomi, efisien dan
akuntabel. Beberapa perbaikan dalam pengelolaan keuangan daerah penting
dilakukan, terutama dalam aspek anggaran, aspek akuntansi, dan aspek
pemeriksaan yang memerlukan prioritas utama, agar pengelolaan keuangan daerah
dilakukan berdasarkan konsep Value For Money (VFM). Pengelolaan keuangan
dikelolanya uang rakyat secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan
akuntabel agar pada akhirnya terwujud akuntabilitas publik (Soesastro 2005 :
553).
Hubungan antara Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas
Laporan Keuangan Daerah terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah
digambarkan dalam kerangka konseptual berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban ataupun dugaan sementara terhadap suatu
masalah yang dihadapi, yang masih akan diuji kebenarannya lebih lanjut melalui
analisa data yang relevan dengan masalah yang terjadi. Berdasarkan kerangka
konseptual di atas, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh terhadap
transparansi pengelolaan keuangan daerah. Penyajian Laporan
Keuangan Daerah (X1)
Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (X2)
Transparansi Pengelolaan Keuangan
H2 :Aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh terhadap
transparansi pengelolaan keuangan daerah.
H3 : Penyajian laporan keuangan daerah dan Aksesibilitas laporan
keuangan daerah secara simultan berpengaruh terhadap transparansi
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain asosiatif kausal. “Desain Kausal
berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna
untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”
(Umar, 2003 : 30). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan
hubungan penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan
daerah sebagai variabel independen terhadap transparansi pengelolaan keuangan
daerah sebagai variabel dependen. Berdasarkan latar belakang masalah,
perumusan masalah dan hipotesis yang ada maka penelitian ini termasuk
penelitian design cross sectional yaitu penelitian yang melibatkan perhitungan
sampel untuk digeneralisir populasinya, melalui inferensial dimana variabel
diteliti pada waktu yang bersamaan.
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.2.1 Definisi Operasional
Berdasarkan desain penelitian asosiatif kausal yang merupakan desain
penelitian yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel independen
terhadap variabel dependen, maka variabel-varibel yang digunakan dalam
A. Penyajian laporan keuangan daerah (X1)
Pada penelitian ini penyajian laporan keuangan daerah berperan sebagai
variabel independen (X1). Penyajian laporan keuangan daerah dalam penelitian ini
merupakan penyajian laporan terstruktur mengenai posisi keuangan dan
transaksi-transaksi yang dilakukan entitas pelaporan yang memenuhi kriteria karakteristik
laporan keuangan pemerintah yang berkualitas dan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Indikator yang digunakan dalam mengukur variabel ini diadopsi dari
Hanim (2009) yang berlandaskan pada PP No.71 tahun 2010 Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan bahwa karakteristik-karakteristik kualitatif
laporan keuangan pemerintah yang memenuhi kualitas yang dikehendaki yaitu :
a. Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang dimuat di
dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu
mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi masa depan
serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu. Informasi yang
relevan adalah :
• Memiliki manfaat umpan balik
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan alat mengoreksi
ekspektasi di masa lalu.
• Memiliki manfaat prediktif
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang
• Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan
berguna dalam pengambilan keputusan.
• Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin
yang mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan.
b. Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan
dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat
diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya
tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat
menyesatkan.
c. Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan
keuangan entitas pelaporan lainnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal
dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan
secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan
d. Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan
batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas
pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang
dimaksud.
B. Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (X2)
Pada penelitian ini aksesibilitas laporan keuangan daerah berperan sebagai
variabel independen (X2).Aksesibilitas laporan keuangan daerah dalam penelitian
ini adalah kemampuan untuk memberikan akses bagi stakeholder untuk
mengetahui atau memperoleh laporan keuangan sebagai bagian dari partisipasi
stakeholder.
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini diadopsi dari
Nasution (2010) yang berlandaskan pada Undang-Undang No.33 tahun 2004 pasal
103 dimana dinyatakan bahwa informasi yang dimuat dalam sistem informasi
keuangan daerah merupakan data yang terbuka yang dapat diketahui, diakses, dan
diperoleh masyarakat.
C. Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah (Y)
Pada penelitian ini transparansi pengelolaan keuangan daerah adalah
Transparansi pengelolaan keuangan daerah dalam penelitian ini adalah kebebasan
untuk mengakses informasi keuangan yang terbuka dan jujur secara menyeluruh
dari pemerintah kepada masyarakat untuk dapat menilai pertanggungjawaban
pemerintah.
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini diadopsi dari
Hanim (2009). Ada empat indikator yang digunakan untuk mengukur transparansi
pengelolaan keuangan daerah, yaitu :
a. Pengelolaan Keuangan diselenggarakan dengan sistem pengendalian internal
yang memadai.
b. Penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan, melalui media massa,
media nirmassa, maupun media komunikasi personal.
c. Adanya akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan
cara-cara mencapai sasaran suatu program.
d. Ketersediaan sistem informasi manajemen dan monitoring hasil yang telah
dicapai pemerintah.
e. Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi
Tabel 3.1
Variabel penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi Operasional Indikator Pengukuran Variabel Skala Penelitian Variabel Dependen Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Transparansi adalah kebebasan untuk mengakses informasi keuangan yang terbuka dan jujur secara menyeluruh dari pemerintah kepada masyarakat untuk dapat menilai pertanggungjawaban pemerintah. o Sistem pengendalian intern o Penyebarluasan informasi
o Akurasi dan
kelengkapan informasi o Ketersediaan sistem informasi manajemen dan monitoring hasil o Mekanisme pelaporan Penelitian ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (N=Netral), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1
(STS=sangat tidak setuju). Variabel Independen Penyajian Laporan Keuangan Daerah Penyajian laporan keuangan daerah adalah penyajian laporan terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan entitas pelaporan yang terdiri atas LRA, laporan perubahan saldo anggaran lebih, laporan arus kas, neraca, laporan operasional, laporan
o Relevan :
-manfaat umpan balik -manfaat prediktif -tepat waktu -lengkap o Andal o Dapat dibandingkan
o Dapat dipahami
perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan
dan skor 1
(STS=sangat tidak setuju). Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Aksesibilitas Laporan Keuangan adalah kemampuan untuk memberikan akses bagi
stakeholder untuk mengetahui atau memperoleh laporan keuangan sebagai bagian dari partisipasi stakeholder
o Pubikasi media
masa
o Akses laporan
keuangan
Penelitian ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (N=Netral), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1
(STS=sangat tidak setuju).
3.2.2 Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan 5 (lima) poin
skala Likert. Pengukuran variabel menggunakan Skala Likert yaitu dimana
responden menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju mengenai keberadaan
pernyataan mengenai perilaku, objek, atau kejadian (Kuncoro, 2003 : 157).
Jawaban responden akan diberi skor yaitu :
Skor 1 = Sangat tidak setuju
Skor 2 = Tidak setuju
Skor 3 = Netral atau ragu-ragu
Skor 5 = Tidak setuju
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2006 : 89) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Penelitian ini menggunakan instansi yaitu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
sebagai unit analisis. Jumlah SKPD yang menjadi populasi adalah sebanyak 41
[image:38.595.175.452.369.482.2]SKPD di Pemerintahan Kota Medan.
Tabel 3.2 Data Populasi
Data Pegawai
Eselon III (Kabid)
Eselon IV (Kasubag)
179 617
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2006 : 56). Sampel dalam penelitian ini diambil
secara random dari setiap stratum. Oleh karena populasi memiliki karakteristik
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) maka penentuan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik stratified random sampling. Dengan teknik stratified random
sampling diharapkan setiap anggota sub populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk menjadi sampel, sehingga sampel yang dipilih dapat mewakili seluruh sub
populasi yang ada dimana rincian responden dalam penelitian ini adalah sebagai
Tabel 3.3 Data Sampel
Data Pegawai
Eselon III (Sekretaris/Kabid)
Eselon IV (Kasubag/Kasubbid)
14 33
Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh penulis dalam pengambilan sampel
adalah :
1) Pegawai eselon III yang menjabat sebagai Sekretaris dan kepala bidang
dari masing-masing SKPD merupakan penanggung jawab langsung dalam
penyusunan laporan keuangan SKPD.
2) Pegawai eselon IV yang menjabat sebagai kepala sub bagian dan kepala
sub bidang dari masing-masing SKPD merupakan staf yang membantu
kepala bidang dalam penyusunan laporan keuangan SKPD.
3.4 Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan penulis dalam penelitian ini adalah :
a. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli. Dalam penelitian ini data primer berupa hasil kuosioner
yang telah diisi oleh responden, yaitu Kabid dan Kasubag dari masing-masing
SKPD yang menjadi sampel penelitian.
b. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung, yaitu catatan, ataupun laporan historis yang telah
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik
kuosioner yaitu memberi seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Instrumen dalam kuosioner merupakan replikasi dari
peneliti-peneliti terdahulu yaitu oleh Hanim (2009) dan Nasution (2010). Adapun
langkah-langkah pengumpulan data dan penyebaran kuosioner adalah sebagai
berikut :
1. Kuesioner dikirim ke seluruh sampel yang merupakan anggota populasi
yang menjadi responden.
2. Setelah satu minggu, peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi
oleh responden.
3. Setelah batas waktu yang ditentukan dan kuesioner telah dikembalikan
oleh responden, peneliti kemudian melakukan pengolahan data jika
jumlah kuesioner yang terkumpul sudah lebih dari 30, tetapi jika data
belum mencukupi maka dicoba lagi untuk mengirimkan kuosioner
kepada responden yang belum mengembalikan kuosioner.
3.6 Analisis Data
3.6.1 Uji Validitas dan reliabilitas 3.6.1.1Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
apabila mampu mengukur apa yang ingin diukurnya (Ancok, 1998 : 120).
Faktor-faktor yang mengurangi validitas data antara lain kepatuhan responden mengikuti
petunjuk pengisian kuosioner dan tidak tepatnya formulasi alat pengukur yaitu
bentuk dan isi kuosioner (Hakim : 1999 dalam widyastuti : 2000). Pengujian
validitas dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik, dengan
kriteria sebagai berikut :
1) Jika r hitung positif dan r hitung> r tabel, maka butir pertanyaan tersebut valid
2) Jika r hitung negatif atau r hitung< r tabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak
valid
3) r hitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item Total Corelation
Nilai r tabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n-k, dimana :
n = Jumlah responden
k = merupakan jumlah butir pertanyaan dalam suatu variabel
3.6.1.2Reliabilitas
Uji reliabilitas menurut Riyadi (2000) dilakukan untuk mengetahui
seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur
yang sama. Untuk melihat reliabilitas masing-masing instrumen yang digunakan,
peneliti menggunakan koefisien cronbach alpha. Suatu instrumen dikatakan
reliabel jika nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,5 (Nunnally, 1967 : 120).
Langkah-langkah melakukan uji reliabilitas terhadap suatu konstruk variabel sama
dengan melakukan uji validitas. Output SPSS untuk uji reliabilitas akan dihasilkan
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis
regresi, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian : (a)
normalitas, (b) multikolinearitas, dan (c) heterokedastisitas.
3.6.2.1Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi
suatu data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data
dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data yang dikatakan baik adalah data yang
mempunyai pola seperti distribusi normal.
Pedoman pengambilan keputusan dengan uji Kolmogorov-Smirnov
tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal dapat dilihat
dari :
a. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah
tidak normal
b. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah
normal
3.6.2.2Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel
independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kita sebut
sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas,
maka konsekuensinya adalah :
1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir
2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan terdapat problem multikolinieritas. Ada dua cara yang dapat dilakukan
jika terjadi multikolinieritas, yaitu :
1. Mengeluarkan salah satu variabel, misalnya variabel independen A dan B saling berkolerasi dengan kuat, maka bisa dipilih A atau B yang dikeluarkan
dari model regresi
2. Menggunakan metode lanjut seperti Regresi Bayesian atau Regresi Ridge Pengujian multikolinieritas dpat dilakukan dengan melakukan korelasi
antara variabel bebas (independent variabel). Jika nilai korelasi antara variabel
bebas tersebut lebih besar dari 0,7 (Nunnally, 1967), maka dapat dikatakan bahwa
adanya gejala multikolinieritas. Disamping dengan melakukan uji korelasi
tersebut, pengujian ini juga dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance
Inflation Factor) dari model penelitian, jika nilai VIF diatas 2 (Hair, 2003), maka
dapat dikatakan bahwa telah terjadi gejala multikolinieritas dalam model
3.6.2.3Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual atas suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan
jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot di sekitar nilai
X1, X2, X3, dan Y. Jika ada pola tertentu, maka telah terjadi gejala
heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik yang digunakan hanya terbatas pada ketiga
uji di atas, sedangkan uji autokorelasi tidak digunakan. Hal ini dikarenakan uji
autokorelasi yang bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 atau sebelumnya muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya, maka uji autokorelasi
ini sering ditemukan pada time series, sedangkan data yang dikumpulkan oleh
penulis ada data crossection, maka masalah autokorelasi relatif tidak terjadi.
3.6.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan analisis
regresi linier berganda. Menurut Kuncoro (2003 : 216), sebagai alat statistik,
seberapa jauh variasi perubahan variabel dependen mampu dijelaskan oleh seluruh
variabel independen yang dimasukkan dalam model; (2) manakah di antara
variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen; (3) apakah dengan
dimasukkannya tambahan satu variabel independen dapat memperbaiki prediksi
terhadap variabel dependen; (4) apakah prediksi terhadap variabel dependen dari
sejumlah variabel independen lebih baik dibandingkan dengan kombinasi variabel
independen yang lain; dan (5) apakah penambahan sampel/observasi akan
meningkatkan daya prediksi model.
Pada penelitian ini pendekatan analisis yang dilakukan dengan
menggunakan metode analisis linear berganda. Metode analisis linear berganda
digunakan untuk melihat secara langsung pengaruh beberapa variabel dependen
tersebut. Model analisis regresi linear berganda adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan :
Y = Transparansi pengelolaan keuangan daerah (variabel dependen)
X1 = Penyajian laporan keuangan daerah (variabel independen)
X2 = Aksesibilitas laporan keuangan daerah (variabel independen)
a = Konstanta
b1 = koefisien regresi X1 (arah garis regresi yang menyatakan perubahan
nilai Y, akibat perubahan X1)
b2 = koefisien regresi X2 (arah garis regresi yang menyatakan perubahan
nilai Y, akibat perubahan X2)
3.6.3.1Uji Parsial (Uji-t)
Uji statistik t dikenal juga sebagai uji signifikasi individual. Uji
ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial
terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah :
H0 : b1 = 0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen
Ha : b1 ≠ 0, artinya suatu variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap
variabel dependen
Kriteria pengambilan keputusan :
Apabila probabilitas <� = 5%, maka Ha diterima
Apabila probabilitas >� = 5%, maka Ha ditolak
3.6.3.2Uji Simultan (Uji-F)
Uji-F digunakan untuk melihat apakah variabel independen
secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen. Melalui uji statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut :
H0 : b1=b2=b3=0, artinya secara bersama-sama (simultan) variabel independen
tidak terdapat pengaruh terhadap variabel dependen
Ha : b1≠b2≠b3≠0, artinya secara bersama-sama (simultan) variabel independen
terdapat pengaruh terhadap variabel dependen, dengan kriteria :
H0 diterima, apabila Fhitung< Ftabel pada � = 5%
Ha diterima, apabila Fhitung> Ftabel pada � = 5%
Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan analisa regresi
dari variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen.
Pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji F atau yang biasa disebut dengan
Analysis of Varian (ANOVA). Pengujian ANOVA atau Uji F bisa dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan melihat tingkat signifikansi atau dengan
membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Pengujian dengan tingkat signifikansi
dilakukan dengan ketentuan yaitu apabila hasil signifikansi pada tabel ANOVA
<� 0,05 , maka H0 ditolak (berpengaruh), sementara sebaliknya apabila tingkat
signifikansi pada tabel ANOVA >� 0,05, maka H0 diterima (tidak berpengaruh).
Pengujian dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel dilakukan
dengan ketentuan yaitu apabila Fhitung > Ftabel (� 0,05) maka H0 ditolak
(berpengaruh), sementara sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel (� 0,05) maka H0
diterima (tidak berpengaruh). Adapun Ftabel dicari dengan memperhatikan tingkat
kepercayaan (�) dan derajat bebas (degree of freedom).
3.6.3.3Adjusted R2
Pengujian adjusted R2 digunakan untuk mengukur proporsi atau
presentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik
turunnya variabel dependen. adjusted R2 berkisar antara nol sampai dengan 1 (0 ≤
adjusted R2 ≤ 1). Hal ini berarti apabila adjusted R2 = 0 menunjukkan tidak
adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila
adjusted R2 semakin besar mendekati 1, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen dan bila adjusted R2 semakin
kecil mendekati 0, maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel
3.6.4 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Pemerintah Kota Medan yang
beralamat di Jalan Kapten Maulana Lubis No.2 Medan Sumatera Utara.
Tabel 3.6 Jadwal penelitian
Tahapan Penelitian Oktober November Desember Januari Februari
Penyelesaian
proposal
Pencarian data awal
Pengajuan proposal
Penyerahan proposal
pada dosen
pembimbing
Bimbingan dan
perbaikan proposal
Seminar proposal
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisis data
Bimbingan skripsi
BAB IV
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Kota Medan
Pada zaman dahulu kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli
dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa
sungai melintasi kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka.
Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei
Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.
Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru
Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang
selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan-Deli). Setelah zaman
kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur
lenyap sehingga akhirnya kurang popular. Dahulu orang menamakan Tanah
Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke sungai Wampu di
Langkat sedangkan kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah
kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut.
Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah
liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah cokelat dan tanah merah.
Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1990 yang dilanjutkan
oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada
lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu
Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata yang berkualitas tinggi dan
salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.
Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam
yakni : Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada
bulan- bulan Oktober s/d bulan Desember sedang Maksima Tambahan antara
bulan Januari s/d September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000
pertahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam. Menurut Volker pada tahun
1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama di muara-
muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari
Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai
membuka kebun tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah
Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi kota
pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.
4.1.2 Letak Geografis
Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah
administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada tahun
1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September
1951, yang menetapkan luas kota Medan menjadi 1.130 Ha, meliputi empat
kecamatan dengan 59 kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan
menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU
tanggal 21 September 1951, agar daerah kota Medan diperluas menjadi tiga kali
kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang
terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 Kelurahan.
Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat
Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986,
kota Medan melakukan pemekaran kelurahan menjadi 144 kelurahan.
Perkembangan terakhir berdasarkan surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I
Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang
pendefitipan 7 kelurahan di kotamadya daerah tingkat II Medan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang
pembentukan beberapa kecamatan di kotamadya daerah tingkat II Medan, secara
administrasi kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 kecamatan yang
mencakup 151 kelurahan. Berdasarkan perkembangan administrasi ini kota
Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.
4.2 Analisis Data
4.2.1 Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan jumlah sampel sebanyak 50 orang,
dimana peneliti telah membagikan limapuluh (50) buah kuesioner kepada
responden di Kantor Walikota Medan yang terletak di jalan Kapten Maulana
Lubis No. 2 Kota Medan, Sumatera Utara. Namun, kuesioner yang kembali hanya
sebanyak 47 buah kuesioner, atau dengan kata lain 47 responden. Sehingga
Tabel 4.1 Pengumpulan Data
Keterangan Jumlah Persentase
Kuesioner yang disebar 50 100%
Kuesioner yang tidak kembali 3 6%
Kuesioner yang kembali 47 94%
Kuesioner yang dijadikan sampel 47 94%
4.2.2 Analisis Deskriptif
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar
kuesioner. Jumlah pernyataan seluruhnya adalah limabelas (15) butir pernyataan,
yakni tujuh (7) butir pernyataan untuk variabel Penyajian Laporan Keuangan
Daerah (X1), tiga (3) butir pernyataan untuk variabel Aksesibilitas Laporan
keuangan (X2), dan lima (5) butir pernyataan untuk variabel Transparansi
Pengelolaan Keuangan Daerah (Y).
4.2.2.1Analisis Deskriptif Responden
Berdasarkan data pada kuesioner yang telah disebar oleh
peneliti kepada empatpuluh tujuh (47) orang responden, telah diperolah data
mengenai gambaran umum responden.
Tabel 4.2
Karakteristik Responden
Karakteristik Frekuensi
(Orang)
%
Jenis Kelamin Laki-laki 35 74.5
Perempuan 12 25.5
Usia 31-40 Tahun 11 23.4
41-50 Tahun 16 34.0
>50 Tahun 20 42.6
Pendidikan Terakhir SLTA 2 4.3
S1 35 74.5
S2 10 21.3
[image:52.595.110.496.542.711.2]Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 35 orang (74.5%) dan 12 orang
(25.5%) responden berjenis kelamin perempuan. Kemudian diketahui bahwa
mayoritas responden berusia diatas 50 tahun sebanyak 20 orang (42.6%), disusul
responden yang berusia 41-50 tahun sebanyak 16 orang (34.0%), kemudian
responden yang berusia 31-40 tahun sebanyak 11 orang (23.4%). Kemudian
sebagian besar responden berlatar belakang pendidikan Strata 1 (S1) sebanyak 35
orang (74.5%), kemudian disusul oleh responden yang berlatar belakang
pendidikan Magister (S2) sebanyak 10 orang (21.3%), dan responden yang
berlatar belakang pendidikan SLTA/Sederajat sebanyak 2 orang (4.3%).
4.2.2.2Analisis Deskriptif Variabel
Setelah mengetahui karakteristik dari responden, maka
selanjutnya akan menampilkan hasil olahan data primer yang merupakan
gambaran dari hasil penelitian berdasarkan jawaban responden mengenai Laporan
Keuangan Daerah pada Pemerintah Kota Medan dengan variabel penyajian
Laporan Keuangan Daerah, Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah, dan
Transparansi Laporan Keuangan Daerah.
Berikut distribusi jawaban responden atas variabel X dan Y:
[image:53.595.138.489.651.746.2]a. Variabel Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1)
Tabel 4.3
Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1)
No Item
STS TS RR S SS
F % F % F % F % F %
3 1 2.1 1 2.1 3 6.4 33 70.2 9 19.1 4 1 2.1 0 0 4 8.5 28 59.6 14 29.8 5 1 2.1 1 2.1 6 12.8 31 66.0 8 17.0 6 0 0 1 2.1 5 10.6 35 74.5 6 12.8 7 0 0 0 0 1 2.1 40 85.1 6 12.8
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (Februari 2015)
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa:
1. Pada butir pernyataan satu dari kuesioner yang disebar dan dianalisis,
diketahui bahwa terdapat 34 orang (72.3%) setuju bahwa Laporan
Keuangan Pemko Medan memungkinkan pengguna mengoreksi
eskpektasi mereka dimasa lalu, kemudian 6 orang (12.8%) sangat
setuju, 3 orang (6.4%) tidak setuju, 2 orang (4.3%) ragu-ragu, dan 2
orang (4.3%) sangat tidak setuju.
2. Pada butir pernyataan dua dari kuesioner yang disebar dan dianalisis,
diketahui bahwa terdapat 36 orang (76.6%) setuju bahwa Laporan
Keuangan Pemko Medan dapat membantu pengguna memprediksi
masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa
kini, kemudian 11 orang (23.4%) sangat setuju.
3. Pada butir pernyataan tiga dari kuesioner yang disebar dan dianalisis,
diketahui bahwa terdapat 33 orang (70.2%) setuju bahwa Laporan
Keuangan Pemko Medan selalu disajikan tepat waktu sehingga dapat
berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan., kemudian 9
orang (19.1%) sangat setuju, 1 orang (2.1%) tidak setuju, 3 orang
(6.4%) ragu-ragu, dan 1 orang (2.1%) sangat tidak setuju.
4. Pada butir pernyataan empat dari kuesioner yang disebar dan
Laporan Keuangan Pemko Medan disajikan selengkap mungkin yaitu
mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan, kemudian 14 orang (29.8%) sangat setuju, 4
orang (8.5%) ragu-ragu, dan 1 orang (2.1%) sangat tidak setuju.
5. Pada butir pernyataan lima dari kuesioner yang disebar dan dianalisis,
diketahui bahwa terdapat 31 orang (66.0%) setuju bahwa Laporan
Keuangan Pemko Medan menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
dapat diharapkan untuk disajikan, kemudian 8 orang (17.0%) sangat
setuju, 1 orang (2.1%) tidak setuju, 6 orang (12.8%) ragu-ragu, dan 1
orang (2.1%) sangat tidak setuju.
6. Pada butir pernyataan enam dari kuesioner yang disebar dan
dianalisis, diketahui bahwa terdapat 35 orang (74.5%) setuju bahwa
Informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan Pemko Medan
dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh
yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak
berbeda jauh, kemudian 6 orang (12.8%) sangat setuju, 1 orang (2.1%)
tidak setuju, dan 5 orang (10.6%) ragu-ragu.
7. Pada butir pernyataan tujuh dari kuesioner yang disebar dan dianalisis,
diketahui bahwa terdapat 40 orang (85.1%) setuju bahwa Informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan Pemko Medan dapat dipahami
disesuaikan dengan batas kemampuan pengguna, kemudian 6 orang
(12.8%) sangat setuju, dan 1 orang (2.1%) ragu-ragu.
[image:56.595.138.489.203.329.2]b. Variabel Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah (X2)
Tabel 4.4
Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel penyajian Laporan Keuangan Daerah (X1)
No Item
STS TS RR S SS
F % F % F % F % F %
1 3 6.4 13 27.7 7 14.9 22 46.8 2 4.3 2 7 14.9 3 6.4 7 14.9 25 53.2 5 10.6 3 3 6.4 13 27.7 15 31.9 12 25.5 4 8.5
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (Februari 2015)
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa:
1. Pada butir pernyataan satu dari kuesioner yang disebar dan dianalisis,
diketahui bahwa terdapat 22 orang (46.8%) setuju bahwa Laporan
Keuangan Pemko Medan dipublikasikan secara terbuka melalui media
massa, kemudian 2 orang (4.3%) sangat setuju, 13 orang (27.7%)
tidak setuju, 7 orang (14.9%) ragu-ragu, dan 3 orang (6.4%) sangat
tidak setuju.
2. Pada butir pernyataan dua dari kuesioner yang disebar dan dianalisis,
diketahui bahwa terdapat 25 orang (53.2%) setuju bahwa Pemerintah
kota Medan memberikan kemudahan dalam memperoleh informasi
tentang laporan keuangan, kemudian