• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN

Dalam dokumen LP JIWA 7 Diagnosa (Halaman 33-40)

I. KASUS (MASALAH UTAMA) A. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan Sundeen, 1995).

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz dalam Harnawati, 1993).

Sementara, menurut (Towsend, 1998) perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalamai perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Suatu keadaan di mana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang – barang (Maramis, 1998).

Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995).

B. Tanda dan Gejala

1. Fisik : Muka merah, Pandangan tajam/mata melotot, tangan mengepal, otot tegang, rahang mengatup, serta postur tubuh kaku.

2. Verbal : Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar dan ketus. 3. Perilaku : Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain,

merusak lingkungan, amuk/agresif

4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa

terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, ngamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.

5. Intelektual : Mendominasi, cerewet, cenderung suka meremehkan, berdebat, kasar, dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme

6. Spiritual : Merasa diri kuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tak bermoral, kreativitas terhambat

7. Sosial : Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran, memperlihatkan permusuhan, mendekati orang lain dengan ancaman, memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai, menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan, mempunyai rencana untuk melukai

C. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan Keterangan :

1. Asertif : Individu dapat mengungkapkan marah tanpa

menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan 2. Frustasi : Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan

tidak dapat menemukan alternative

3. Pasif : Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya

4. Agresif : Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih terkontrol

5. Kekerasan : Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control

Perbandingan antara perilaku Asertif, Pasif dan Agresif/Kekerasan

Pasif Asertif Agresif

Isi Pembicaraan Negatif dan merendahkan diri, contohnya perkataan : “Dapatkah saya?” “Dapatkah kamu?” Positif dan menawarkan diri, contohnya perkataan : “Saya dapat…” “Saya akan….” Menyombongkan diri. Merendahkan orang lain, contohnya perkataan : “Kamu selalu…” “Kamu tidak

pernah…” Tekanan

suara

Cepat lambat, mengeluh

Sedang Keras dan ngotot

Posisi badan Menundukan kepala Tegap dan santai Kaku, condong kedepan Jarak Menjaga jarak dengan

sikap acuh/ mengabaikan

Mempertahankan jarak yang nyaman

Siap dengan jarak akan menyerang orang lain

Penampilan Loyo, tidak dapat tenang

Sikap tenang Mengancam, posisi menyerang

Kontak mata Sedikit/sama sekali tidak

Mempertahankan kontak mata sesuai dengan hubungan

Mata melotot dan dipertahankan

Sumber : Keliat (1999) dalam Fitria (2009)

D. Faktor Predisposisi

Menurut Townsend (1996) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang factor predisposisi perilaku kekerasan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Teori Biologik

Berdasarkan teori biologic, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut :

a. Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen system neurologis mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbic sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respons agresif

b. Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996) menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin, dopamine, asetil kolin dan serotinin) sangat berperan dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormone androgen dan norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan

serebrospinal merupakan factor predisposisi penting yang menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.

c. Pengaruh genetic, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya dengan genetic termasuk genetic tipe kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki oleh penghuni penjara pelaku tindak criminal (narapidana)

d. Gangguan otak, sindrom otak organic berhubungan dengan berbagai gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbic dan lobus temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

2. Teori Psikologik

a. Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secra terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.

b. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologic terhadap perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa factor predisposisi biologic.

3. Teori Sosiokultural

Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat ,erupakan factor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan

E. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi factor internal dan eksternal : 1. Internal adalah semua factor yang dapat menimbulkan kelemahan,

menurunya percaya diri, rasa takut sakit, hilang kontrol dan lain-lain. 2. Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang yang dicintai,

krisis dan lain-lain.

Menurut Shives (1998) hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut :

1. Kesulitan kondisi social ekonomi

2. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu

3. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa

4. Pelaku mungkin mempuanyai riwayat anti sosial seperti penyalahgunaan obat dan alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi

5. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

F. Mekanisme Koping

Mekanisme yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represif, denial, dan reaksi formasi.

Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari seseorang karena ditinggal oleh orang yang dianggap sangat berpengaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang rendah diri (Harga diri rendah), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul dengan orang lain ini tidak diatasi akan memunculkan halusinasi berupa suara-suara atau bayangan yang meminta klien untuk melakukan tindak kekerasan. Hal tersebut dapat berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain (resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan).

Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang baik dalam menghadapi kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif). Hal ini tentunya menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen teurapeutik inefektif).

G. Faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara lain sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah 2. Stimulus lingkungan

3. Konflik interpersonal 4. Status mental 5. Putus obat

6. Penyalahgunaan narkoba/alcohol

II. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA FOKUS PENGKAJIAN A. Perilaku kekerasan

Data Mayor :

DS : Mengancam, mengumpat, bicara keras dan kasar

DO : Agitasi, meninju, membanting dan melempar Data Minor :

DS : mengatakan ada yang mengejek dan mengancam, mendengar suara yang menjelekkan, merasa orang lain mengancam dirinya

DO : menjau dari orang lain, katatonia III. DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk, 2003 ,Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo,

Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor

Keliat Budi Ana, 1999, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,

Stuart GW, Sundeen, 1995, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book,

 Townsend C. Mary , 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran,EGC;Jakarta.

LAPORAN PENDAHULUAN

Dalam dokumen LP JIWA 7 Diagnosa (Halaman 33-40)

Dokumen terkait