• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pengembangan Model Pemantauan Distribusi, Harga dan Cadangan Pangan

Berdasarkan hasil Pengukuran Kinerja yang ditargetkan 3 Laporan telah terealisasi 100 persen, yaitu: (1) Panduan Teknis Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah, (2) Laporan Hasil Pertemuan Evaluasi Pengembangan Cadangan Pangan , dan (3) Laporan Hasil Pemantauan Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah.

B.5. Laporan Pengembangan Model Pemantauan Distribusi, Harga dan Cadangan Pangan

Kegiatan model pemantauan distribusi, harga dan cadangan pangan pada tahun 2012 berupa kajian pengembangan model analisis jaringan distribusi pangan. Kegiatan tersebut dalam rangka menyediakan data dan informasi tentang pemasukan (pasokan) dan pengeluaran (distribusi) komoditas pangan dari dan ke suatu wilayah. Kegiatan Pengembangan Model Analisis Jaringan Distribusi dilaksanakan di 13 provinsi. Berdasarkan pengukuran capaian kinerja, realisasi kegiatan ini mencapai 100 persen, dengan rincian capaian setiap indikator sebagai berikut:

 Jumlah paket panduan teknis jaringan distribusi pangan sebanyak 1 paket (100 %);

 Jumlah laporan hasil pengembangan model analisis jaringan distribusi pangan sebanyak 1 laporan (100 %).

Kegiatan pengembangan model analisis jaringan distribusi dimulai dengan melakukan pengumpulan data dasar dengan tahapan sebagai berikut :

 Identifikasi/inventarisasi pasar-pasar yang ada di provinsi/kabupaten/kota;  Identifikasi/invetarisasi pelaku-pelaku distribusi dan pemasok/produsen  Pemilihan Sampel Pasar

 Pemilihan Sampel Pedagang Besar/Grosir  Pemilihan Sampel Distributor/Agen/Sub agen  Pemilihan Sampel Pemasok/Produsen

Data mingguan yang dikirim provinsi ke pusat dimasukkan kedalam aplikasi/ soft ware yang disebut Web SIG. Aplikasi Web SIG pada dasarnya berguna dalam memberikan informasi bagi pengambilan keputusan berdasarkan daerah tertentu yang tergolong dalam cabang Bussiness Intelligent (BI). Web SIG Jaringan Distribusi Pangan merupakan aplikasi yang menampilkan info-info dari berbagai sumber yang menyangkut total pasokan komoditas pangan, terkait harga. BI terbagi dalam 4 jenis fitur utama, antara lain:

1. Query, pencarian data/filtering data dengan cara merangkai parameter-paramater masukan dan menghasilkan perintah dalam bentuk permintaan data. 2. Aggregate, nilai hasil perhitungan statistic dari mining data-data yang tersedia

dalam rangka memproleh indikasi untuk memahami data secara keseluruhan. 3. Report, penyajian data secara terstruktur, report biasanya hadir dalam bentuk

tabel-tabel yang berisi informasi rinci maupun nilai-nilai agregasi .

4. Chart, merupakan presentasi terhadap nilai-nilai setelah dilakukan pengolahan data. Presentasi bias berupa data primer, sekunder ataupun data-data agregasi. Struktur data masing-masing tabel bisa dilihat dengan menggunakan aplikasi phpmyadmin, atau aplikasi mysql manager lainnya seperti navicate atau sql yo manager. Dengan SQL yog manager ditampilkan sebagai berikut:

Gambar 4. Tampilan Pada Website

Aplikasi Weg SIG, sebagai aplikasi berbasis web bertujuan utama sebagai pembaca data online dan menyajikannya dalam presentation layer berupa grafik, table dan peta tematik. Untuk tujuan ini terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian utama, selain aplikasi dashboard itu sendiri yang menuntut presentasi yang baik dan mudah dibaca, tetapi juga issue mengenai mekanisme penarikan data terkait dengan request-nya secara online dan juga menterjemahkannya menjadi unirversal format agar mudah diolah disisi client.

Kendala yang dihadapi oleh provinsi dan kabupaten umumnya adalah data yang harus diperoleh dari level distributor. Kondisi ini dapat diatasi dengan kerjasama antara lintas sector yang berkaitan dengan aktifitas distributor, misalnya apabila perijinan dikeluarkan oleh Dinas perdagangan maka sebaiknya berkoordinasi dengan instansi tersebut.

Untuk lebih efektifnya pelaksanaan pemantauan jaringan distribusi didukung oleh kegiatan model pemantauan distribusi pangan untuk komoditas bawang merah dan cabai merah yang dilaksanakan di 6 kabupaten/kota yang ada di 3 provinsi. Kegiatan tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan data tentang pola distribusi perdagangan untuk komoditas terpilih dan sekaligus dapat digunakan sebagai masukan untuk penyempurnaan survei ini pada masa yang akan datang. Berdasarkan pengukuran capaian kinerja, realisasi kegiatan ini mencapai 100 persen, dengan rincian capaian setiap indikator sebagai berikut:

 Jumlah paket pedoman pelaksanaan lapangan 1 paket (100 %);

Pelaksanaan kegiatan pemantauan distribusi pangan dilakukan bersama dengan BPS (Badan Pusat Statistik). Penelitian Bawang Merah dan Cabai Merah2012 dilaksanakan di 3 provinsi, mencakup 6 kabupaten/kota potensi komoditas terpilih. Komoditas yang dicakup pada survei ini adalah sebanyak 2 jenis komoditas, yaitu cabai merah dan bawang merah. Rincian banyaknya sampel untuk setiap provinsi adalah sebagai berikut:

Tabel 16. Kabupaten/kota Studi dan Banyaknya Sampel per Provinsi

No Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah Sampel

(1) (2) (3) (4)

1. (31) DKI Jakarta (3171) Jakarta Selatan, (3172) Jakarta Timur 40

2. (32) Jawa Barat (3204) Bandung, (3210) Majalengka 55

3. (33) Jawa Tengah (3329) Brebes, (3308) Magelang 55

Jumlah 150

Pengumpulan data dari perusahaan/usaha/pengusaha terpilih dilakukan melalui wawancara tatap muka antara pencacah dengan responden. Untuk perusahaan-perusahaan yang relatif besar, pengumpulan data kemungkinan akan dilakukan lebih dari satu kali kunjungan.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap indikator-indikator yang dihasilkan dalam kegiatan studi bawang merah dan cabai merah tahun 2012 dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Laju inflasi komoditas bawang merah dan cabai merah selama tahun 2012 tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laju inflasi umum. Hal ini memberi indikasi bahwa gejolak harga yang terjadi pada komoditas bawang merah dan cabai merah selama tahun 2012 masih terkendali dan dalam batas kewajaran.

2. Selama periode penelitian mengindikasikan bahwa harga pembelian maupun harga penjualan untuk komoditas bawang merah dan cabai merah relative stabil. Demikian pula halnya dengan margin perdagangan yang tercipta antar kelembagaan masih dalam tingkat kewajaran.

3. Pola penjualan hasil produksi komoditas cabai merah rangkaian yang dilalui adalah produksi dari petani pada umumnya dijual ke pedagang pengumpul, distributor, pedagang grosir dan pedagang eceran. Proporsi terbesar penerima langsung dari petani

4. Pola penjualan hasil produksi komoditas bawang merah rangkaian yang dilalui adalah produksi dari petani umumnya dijual langsung ke pedagang pengumpul dan pedagang eceran. Proporsi terbesar penerima langsung dari petani adalah pedagang pengumpul dimana pasokan yang diperoleh pedagang pengumpul dari petani hingga mencapai lebih dari 90 persen.

5. Pola Distribusi perdagangan antara fungsi kelembagaan pada daerah wilayah penelitian secara umum memiliki pola yang sama. Fungsi kelembagaan yang telibat dalam proses distribusi perdagangan komoditas bawang merah dan cabai merah meliputi : petani, pedagang pengumpul, distributor, pedagang grosir, dan pedagang eceran. Kecuali untuk wilayah DKI Jakarta yang bukan merupakan wilayah produsen sehingga tidak memiliki kelembagaan petani dan pedagang pengumpul.

Dokumen terkait