• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. mendekati kesempurnaan, kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. mendekati kesempurnaan, kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Sesuai dengan arah kebijakan, program dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan. Kegiatan ini dilakukan untuk mencapai keberhasilan Peningkatan Program Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat. Sementara itu, pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan pada tahun 2012, merupakan bagian dari pelaksanaan kegatan untuk mencapai sasaran yang telah disepakati dalam pernyataan kinerja/perjanjian antara Kepala Badan Ketahanan Pangan dengan Menteri Pertanian.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran dari kegiatan utama yang dibebankan kepada Pusat distribusi dan Cadangan Pangan, ditempuh melalui pelaksanaan 5 kegiatan prioritas serta kegiatan pendukungnya. Tiga kegiatan prioritas tersebut adalah: (1) Penguatan Lembaga Distribusi PanganMasyarakat (LDPM); (2) Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat; (3) Panel Harga Pangan Pokok, (4) Pemantauan/pengumpulan Data Distribusi, Harga dan Cadangan Pangan, dan (5) Pengembangan Model Pemantauan Distribusi, Harga dan Cadangan Pangan.

Laporan kinerja ini merupakan laporan hasil kinerja pelaksanaan kegiatan yang ditugaskan kepada Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan pada tahun 2012. Selain didasarkan pada Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2010 – 2014, juga didasarkan pada Rencana Kerja dan Anggaran Kelembagaan Lembaga (RKAKL) Badan Ketahanan Pangan tahun 2012. Sedangkan cara penyusunan, penilaian dan evaluasi kinerja yang dilakukan dalam penyusunan laporan ini bersifat self assessment.

Kami telah berusaha menyusun laporan kinerja ini seoptimal mungkin, namun demikian kemungkinan masih ada kekurangan. Untuk itu agar Laporan Akuntabilitas Kinerja ini mendekati kesempurnaan, kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak.

Jakarta, Februari 2013 Kepala Pusat

Distribusi dan Cadangan Pangan

(3)

RINGKASAN

Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan (PDCP) sebagai unit eselon II dari Badan Ketahanan Pangan (BKP), mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan distribusi pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan menyelenggarakan fungsi: a) Pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan dan evaluasi distribusi pangan; b) Pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan dan evaluasi harga pangan; dan c) Pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan dan evaluasi cadangan pangan.

Visi Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan yaitu Menjadi institusi yang handal, inovatif dan aspiratif dalam menangani masalah distribusi, harga dan akses pangan. Tujuan strategis Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan yaitu memantapkan sistem distribusi, stabilitas harga dan cadangan pangan, dengan sasaran strategis meningkatnya pemantapan distribusi pangan, stabilitas harga pangan dan cadangan pangan. Pencapaian sasaran tersebut, direncanakan diukur dengan mnggunakan 5 (lima) indikator kinerja utama (IKU) yaitu 1.265 gapoktan yang diberdayakan dalam penguatan kelembagaan distribusi pangan, 1.040 lumbung pangan masyarakat yang diberdayakan, 16 provinsi yang menghimpun data panel harga pangan pokok, 33 provinsi yang menghimpun pemantauan/pengumpulan data distribusi, harga dan cadangan pangan, dan 12 provinsi yang mengembangakan model pemantauan distribusi, harga, dan cadangan pangan.

Sesuai dengan IKU diatas, realisasi capaian kinerja pada tahun 2012, mencapai 100 persen, untuk semua komponen kegiatan, yaitu: (1) Penguatan Lembaga Distribusi PanganMasyarakat (LDPM); (2) Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat; (3) Panel Harga Pangan Pokok, (4) Pemantauan/pengumpulan Data Distribusi, Harga dan Cadangan Pangan, dan (5) Pengembangan Model Pemantauan Distribusi, Harga dan Cadangan Pangan.

Sampai dengan Desember 2012, akuntabilitas keuangan yaitu Alokasi anggaran untuk melaksanakan Rencana Kerja Tahun 2012 Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan bersumber dari dana APBN sebesar Rp 8.270.500.000,- setelah mengalami pemotongan maka anggaran yang dapat dikelola adalah sebesar Rp. 6.530.460.000,- Dari anggaran tersebut terealisasi sebesar Rp.5.620.340.000,- atau 86,06 % dari pagu setelah pemotongan, sehingga terdapat sisa dana sebesar Rp 910.120.000,- atau 13,94 % seperti dapat dilihat pada tabel 17. Sisa dana tersebut sudah dikembalikan ke kas negara.

(4)

Beberapa keberhasilan yang menonjol dari pencapaian sasaran ini adalah: (1) Dipergunakannya informasi hasil analisis harga pangan dalam perumusan kebijakan nasional, seperti kebijakan HPP, kebijakan Impor beras, kedele dan gula, kebijakan percepatan penyaluran raskin, dan percepatan pengadaan cadangan beras nasional; (2) Berkembangnya 1.237 gapoktan sebagai lembaga distribusi pangan masyarakat yang dapat mendorong stabilitas harga gabah/beras/jagung di wilayah kerja Gapoktan; (3) Diberdayakannya 1.037 kelompok lumbungpangan masyarakat yang menyebar di berbagai kabupaten; serta (4) Telah dikembangkannya model pemantauan data harga dan pasokan pangan di 16 provinsi yang mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan data dan informasi harga pangan.

Selain, beberapa masalah dan hambatan dalam pencapaian sasaran antara lain adalah sebagai berikut: (1) Hasilnya kegiatan sulit diukur secara kuantitatif; (2) Belum tersedianya data dasar dan angka konversi yang akurat; dan (3) Belum terdapat cara pengumpulan data dan pemantauan pasokan bahan pangan antar wilayah yang memenuhi kriteria tepat, cepat dan akurat; (4) Beberapa tahapan kegiatan terpaksa harus di tiadakan atau di revisi karena adanya pemotongan/penghematan anggaran; dan (5) Tidak semua kegiatan tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana, karena tergantung pada kebijakan yang harus dilaksanakan pada saat itu.

(5)

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ... i RINGKASAN ... ii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GRAFIK ... vi I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1

B. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi ... 2

II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA ... 3

A. Rencana Strategis Tahun 2010 - 2014 ... 3

1. Visi ... 3

2. Misi ... 3

3. Tujuan Strategis ... 3

4. Sasaran Strategis ... 4

5. Cara Mencapai Tujuan dan Sasaran ... 4

B. Perjanjian Kinerja ... 5

1. Penetapan Kinerja ... 5

2. Rencana Kinerja Tahuan ... 6

III. AKUNTABILITAS KINERJA ... 8

A. Hasil Pengukuran Kinerja ... 8

B. Hasil Pengukuran Capaian KinerjaTahun 2012 ... 8

B.1. Jumlah Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM) ... 9

B.2. Jumlah Kelembagaan Cadangan Pangan ... 12

B.3. Laporan Hasil Panel Harga Pangan ... 16

B.4. Laporan Hasil Pemantauan/pengumpulan Data Distribusi, Harga dan Cadangan Pangan ... 19

B.5. Laporan Pengembangan Model Distribusi, Harga dan Cadangan Pangan ... 27

B.6. Capaian Kinerja Lainnya ... 31

C. Akuntabilitas Keuangan ... 32

IV. PENUTUP ... 35

A. Tinjauan Umum ... 35

B. Hambatan dan Kendala ... 36

C. Upaya dan Tindak Lanjut ... 37

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pusat Distribusi dan Cadangan

Pangan 5

Tabel 2. Penetapan Kinerja Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun

2012 6

Tabel 3. Kegiatan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun 2012 7

Tabel 4. Hasil Pengukuran Kinerja Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan

Tahun 2012 8

Tabel 5. Perkembangan Pelaksanaan Penguatan-LDPM periode 2009-2012 10

Tabel 6. Realiasis Pencairan Dana Bansos Pengembangan Cadangan Pangan

Tahun 2012 13

Tabel 7. Relokasi Dana Bansos TA. 2012 Dari Tahap Kemandirian ke Tahap

Pengembangan 14

Tabel 8. Capaian Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Tahun

2009-2012 15

Tabel 9. Realisasi pelaksanaan pengiriman laporan informasi dan data harga

dan pasokan panel harga 16

Tabel 10. Kabupaten Pelaksana Panel Harga Pangan Tahun 2011- 2012 17

Tabel 11. Perkembangan Realisasi Pengiriman Data SMS Tahun 2011 - 2012 18

Tabel 12. Rata-rata Harga Beras Medium dan Beras Termurah di Tk.

Pedagang Eceran Tahun 2012 19

Tabel 13. Kondisi Cadangan Pangan Masyarakat per September 2012 24

Tabel 14. Kondisi Cadangan Pangan Masyarakat per Desember 2012 25

Tabel 15. Pengadaan, Penyaluran dan Stok Akhir Cadangan Pangan

Pemerintah Provinsi per provinsi 27

Tabel 16. Kabupaten/kota Studi dan Banyaknya Sampel per Provinsi 30

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Hasil Pemantauan dan Pengumpulan Distribusi Pangan di

tingkat Grosir 20

Gambar 2. Hasil Pemantauan dan Pengumpulan Distribusi Pangan di

tingkat Pengecer 20

Gambar 3. Total Pengadaan, Penyaluran dan Iron Stock pada Bulan

September dan Desember 26

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara, setiap instansi pemerintah harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumberdaya dan kebijaksanaan yang dipercayakan kepadanya berdasarkan perencanaan strategis yang dirumuskan sebelumnya (Inpres Nomor 7 Tahun 1999). Pertanggungjawaban dimaksud harus: (1) Disampaikan kepada atasan masing-masing, kepada lembaga-lembaga pengawasan dan penilaian akuntabilitas yang berkewenangan dan akhirnya kepada Presiden selaku kepala pemerintahan, serta (2) Dilakukan melalui sistem akuntabilitas dan media pertanggungjawaban yang harus dilaksanakan secara periodik dan melembaga. Sebagai salah satu unit eselon II Badan Ketahanan Pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan perlu menyampaikan pertanggungjawaban tersebut kepada Kepala Badan ketahanan Pangan, kepada lembaga-lembaga pengawasan dan penilaian akuntabilitas yang berkewenangan.

Kebijakan pembangunan pertanian yang menjadi dasar pelaksanaan program dan kegiatan pada periode 2010 – 2014 adalah: (1) Revitalisasi Pembangunan Pertanian dan Kehutanan, (2) Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Menengah, dan (3) Rencana Strategik (Renstra) Departemen Pertanian 2010 – 2014. Program dan kebijakan Kementerian Pertanian tersebut diterjemahkan lebih lanjut pada tingkatan yang lebih bawah yaitu Badan Ketahanan Pangan dalam Rencana Strategik (Renstra) Badan Ketahanan Pangan 2010 – 2014. Berdasarkan kebijakan-kebijakan tersebut, selanjutnya khusu untuk program dan kegiatan yang terkait dengan aspek distribusi dijabarkan dalam Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun 2010 – 2014.

Laporan kinerja ini merupakan laporan pelaksanaan kinerja Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan tahun 2011. Selain didasarkan pada Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2010 – 2014, kegiatan yang dilaksanakan dan dilaporkan dalam laporan kinerja ini juga didasarkan pada Rencana Kerja dan Anggaran Kelembagaan Lembaga (RKAKL) Badan Ketahanan Pangan tahun 2011.

B. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Pusat Distribusi dan Cadangan mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan distribusi pangan. Dalam melaksanakan

(9)

a. Pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan dan evaluasi distribusi pangan;

b. Pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan dan

evaluasi harga pangan;

c. Pengkajian, penyusunan kebijakan, pengembangan, pemantapan, pemantauan dan

evaluasi cadangan pangan.

Pusat Distribusi Pangan dan Cadangan Pangan terdiri dari 3 Bidang yang terdiri dari 6 Sub Bidang yaitu :

a. Bidang Distribusi Pangan

Sub. Bidang Analisis Distribusi Pangan Sub. Bidang Kelembagaan Distribusi Pangan

b. Bidang Harga Pangan

Sub. Bidang Analisis Harga Pangan Tingkat Produsen Sub. Bidang Analisis Harga Pangan Tingkat Konsumen

c. Bidang Cadangan Pangan

Sub. Bidang Cadangan Pangan Masyarakat Sub. Bidang Cadangan Pangan Pemerintah

(10)

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. Rencana Strategis Tahun 2010-2014

1. Visi

Mengacu visi, arah dan kebijakan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan maka Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, tahun 2010-2014 mempunyai visi: sebagai

“Institusi yang handal, inovatif dan aspiraif dalam memantapkan sistem distribusi, stabilisasi harga dan cadangan pangan”.

2. Misi

Untuk melaksanakan visi tersebut, misi yang diemban oleh Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan model pemberdayaan masyarakat dalam rangka mewujudkan

stabilitas harga dan pasokan, dan pemupukan cadangan pangan;

b. Peningkatan kualitas hasil pengkajian, pemantauan dan evaluasi sistem distribusi,

stabilisasi harga dan cadangan pangan;

c. Pengembangan model pengkajian, pemantauan dan evaluasi sistem distribusi,

stabilisasi harga dan cadangan pangan;

d. Peningkatan koordinasi dengan instansi terkait dalam merumuskan dan

mengimplementasikan kebijakan distribusi, stabilisasi harga dan cadangan pangan;

e. Peningkatan kemampuan aparatur daerah dalam melakukan pengkajian, pemantauan

dan evaluasi sistem distribusi, stabilisasi harga dan cadangan pangan serta pengembangan model pemberdayaan masyarakat dalam rangka mewujudkan stabilitasi harga dan pasokan, dan pemupukan cadangan pangan.

3. Tujuan Strategis

Memantapkan sistem distribusi, stabilitas harga dan cadangan pangan dengan:

a. Memperkuat kelembagaan Distribusi Pangan Masyarakat untuk menjaga stabilitas

harga dan pasokan pangan;

b. Mengembangkan kelembagaan cadangan pangan dalam pemupukan cadangan

(11)

d. Mengembangkan model pengkajian, pemantauan dan evaluasi distribusi, harga dan cadangan pangan.

4. Sasaran strategis

Berdasarkan visi, misi, dan tujuan strategis Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan tahun 2012, maka sasaran strategis yang hendak dicapai adalah meningkatnya pemantapan distribusi pangan, stabilitas harga pangan dan cadangan pangan.

5. Cara Mencapai Tujuan Dan Sasaran

Sesuai dengan arah kebijakan, program dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan, maka program yang akan dilaksanakan oleh Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan pada tahun 2010 – 2014 yaitu Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat. Sedangkan kegiatan utamanya adalah Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran dari kegiatan utama yang dibebankan kepada Pusat distribusi dan Cadangan Pangan, akan ditempuh melalui pelaksanaan 5 kegiatan prioritas serta kegiatan pendukungnya.

Rincian kebijakan, program, kegiatan Utama dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan pada periode 2010 – 2014 adalah seperti disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan

Kebijakan/Program Kegiatan Utama Kegiatan

Kebijakan: Pembangunan Ketahanan Pangan Program: Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan

1. Penguatan Lembaga Distribusi

Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM)

2. Pengembangan Cadangan

Pangan

3. Panel harga pangan

4. Pemantauan/pengumpulan

data distribusi, harga dan cadangan pangan

5. Pengembangan model

pemantauan distribusi, harga dan cadangan pangan

(12)

B. Perjanjian Kinerja

1. Penetapan Kinerja

Penetapan Kinerja Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan merupakan bagian dari pernyataan kinerja/perjanjian antara Kepala Badan Ketahanan Pangan dengan Menteri Pertanian. Berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Ketahanan Pangan, penetapan kinerja kegiatan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan yang menjadi acuan atau tolak ukur evaluasi akuntabilitas kinerja yang akan dicapai pada tahun 2012 sebagai berikut:

Tabel 2. Penetapan Kinerja Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun 2012

Unit Organisasi Eselon II : Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan

Tahun Anggaran : 2012

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

(1) (2) (3)

1. Meningkatnya

pemantapan

distribusi dan harga pangan

1. Jumlah Lembaga Distribusi

Pangan Masyarakat (LDPM)

2. Jumlah kelembagaan cadangan

pangan

3. Laporan hasil panel harga

pangan

4. Laporan hasil

pemantauan/pengumpulan data distribusi, harga, dan cadangan pangan

5. Laporan pengembangan model

pemantauan distribusi, harga, dan cadangan pangan

1.265 Gapoktan 1.040 lumbung 1 pusat, 16 provinsi 1 pusat, 33 provinsi 1 pusat, 12 provinsi Jumlah Anggaran :

Kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan : Rp. 8.270.500.000,-

(13)

2. Rencana Kinerja Tahunan

Rencana kinerja tahunan yang dirancang pada tahun 2012 merupakan implementasi dari Penetapan Kinerja diatas. Dalam rencana kinerja tahunan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan menggunakan indikator kinerja sebagai berikut:

a. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM) sebesar 1.265

gapoktan

b. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat sebesar 1.040 lumbung

c. Panel Harga Pangan dengan capaian kinerja berupa laporan hasil panel harga pangan

sebesar 1 laporan pusat dan 16 laporan provinsi

d. Pemantauan/pengumpulan data distribusi, harga dan cadangan pangan dengan hasil

capaian kinerja berupa laporan hasil kegiatan sebanyak 1 laporan pusat dan 33 laporan provinsi

e. Pengembangan model pemantauan distribusi, harga dan cadangan pangan dengan

dengan hasil capaian kinerja berupa laporan hasil kegiatan sebanyak 1 laporan pusat dan 33 laporan provinsi

Untuk mendapatkan kinerja tersebut maka, Sesuai dengan Rencana Kegiatan dan Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKAKL) tahun 2012, pelaksanaan operasional kegiatan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan terangkum dalam 1 (satu) kegiatan utama yaitu Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan. Selanjutnya dalam melaksanakan kegiatan utama tersebut dilakukan melalui pelaksanaan 5 Kegiatan dengan rincian sebagai berikut:

(14)

Tabel 3. Kegiatan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun 2012

Rencana Kinerja Tahunan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan tahun 2012 disajikan pada Formulir Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2012

Kegiatan Indikator Kinerja Target

a. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM) Jumlah Lembaga Distribusi Pangan 1265 Gapoktan

Tahap Penumbuhan Masyarakat (LDPM)

Tahap Pengembangan Tahan Kemandirian Tahap Pasca kemandirian

b. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Jumlah kelembagaan cadangan pangan 1.040 lumbung Tahap penumbuhan

Tahap pengembangan, Tahap kemandirian.

c. Panel Harga Pangan Laporan hasil panel harga pangan pokok 1 pusat, 16 provinsi Penyusunan panduan teknis

Pengembangan software panel

Pelaksanaan kegiatan (Sosialisasi dan Koordinasi, Pemantauan dan Pengendalian, Pengumpulan dan Validasi Data)

d. Pemantauan/pengumpulan Data Distribusi, Harga dan Cadangan Pangan Laporan hasil pemantauan/pengumpulan data 1 pusat, 33 provinsi Pemantauan/pengumpulan data distribusi pangan distribusi, arga dan cadangan pangan

Pemantauan/Pengumpulan data harga pangan Analisis Harga Pangan Tingkat Produsen Analisis Harga Pangan Tingkat Konsumen

Pemantauan/pengumpulan data stabilisasi harga pangan Pemantauan hari-hari besar keagamaan dan nasional

Pemantauan/pengumpulan data cadangan pangan masyarakat dan pemerintah Pemantauan /pengumpulan data cadangan pangan masyarakat

Pemantauan/pengumpulan data cadangan pangan pemerintah

e. Kajian Pengembangan Model Analisis Jaringan Distribusi Laporan pengembangan model pemantauan 1 pusat, 12 provinsi Analisis Jaringan Distribusi Pangan distribusi, harga dan cadangan pangan

Model Pemantauan Distribusi Pangan f. Kegiatan Lainnya

Pengembangan institusi ketahanan pangan

(15)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Hasil Pengukuran Kinerja

Kinerja Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan pada tahun anggaran 2012, diuraikan berdasarkan sasaran kegiatan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan yaitu meningkatnya pemantapan distribusi, stabilitas harga dan cadangan pangan. Sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan 5 (tiga) indikator kinerja utama yaitu 1) Jumlah Lembaga Distribustri Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM) yang diberdayakan dalam penguatan kelembagaan distribusi

pangan; 2) Jumlah kelembagaan cadangan pangan; 3) laporan hasil panel harga pangan; 4)

laporan hasil pemantauan/pengumpulan data distribusi, harga dan cadangan pangan dan 5) laporan pengembangan model pemantauan distribusi, harga dan cadangan pangan. Tingkat capaian kinerja Pusat distribusi dan Cadangan Pangan tahun 2012 dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4. Hasil Pengukuran Kinerja Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun 2012

Sasaran Uraian Target Realisasi Persentase

(%) Meningkatnya pemantapan distribusi pangan, stabilitas harga pangan dan cadangan pangan 1. Jumlah Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) 1.265 Gap 1.237 Gap 97,79 2. Jumlah kelembagaan cadangan pangan 1.040 LP 1.037 LP 99,71

3. Laporan hasil panel harga

pangan pokok 1 pusat, 16 provinsi 1 pusat, 16 provinsi 100

4. Laporan hasil

pemantauan/pengumpula n data distribusi, harga, dan cadangan pangan

1 pusat,

33 provinsi 1 pusat, 33 provinsi 100

5. Laporan pengembangan

model pemantauan distribusi, harga, dan cadangan pangan

1 pusat,

12 provinsi 1 pusat, 13 provinsi 107,70

B. Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2012

Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja kegiatan yang mendukung tercapainya sasaran. Beberapa sasaran dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang saling terkait untuk mencapai sasaran tersebut. Hasil analisis dan evaluasi

(16)

capaian kinerja Pusat Distribusi dan Cadanga Pangan tahun 2012 dapat dijelaskan sebagai berikut :

B.1. Jumlah Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM)

Kegiatan Penguatan LDPM dilaksanakan dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani/kelopoktani/Gapoktan padi dan jagung terhadap jatuhnya harga di saat panen raya dan masalah aksesibilitas pangan di saat paceklik. Melalui kegiatan Penguatan-LDPM yang dilaksanakan sejak tahun 2009, pemerintah menyalurkan dana Bantuan Sosial dari APBN kepada Gapoktan untuk memberdayakan kelembagaan Gapoktan agar mampu mendistribusikan hasil produksi pangan dari anggotanya sehingga harga yang diterima di tingkat petani maupun di wilayah stabil, serta menyediakan cadangan pangan dalam rangka penyediaan aksesibilitas pangan bagi anggotanya. Melalui penguatan modal usaha, diharapkan Gapoktan bersama-sama dengan anggotanya mampu secara swadaya membangun sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha di bidang distribusi pangan, dan menyediakan pangan minimal bagi anggotanya yang kurang memiliki akses terhadap pangan disaat paceklik.

Dukungan dana Bansos yang bersumber dari APBN pada kegiatan Penguatan-LDPM hanya diberikan kepada Gapoktan Tahap Penumbuhan dan Pengembangan, yaitu pada tahun pertama dan tahun kedua. Sementara itu pada tahun ketiga, Gapoktan hanya menerima pembinaan dan/atau bimbingan dari pendamping, Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Tim

Pembina Provinsi. Sasaran Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) pada

periode 2009 -2014 adalah sebanyak 1.750 gapoktan. Sementara itu sampai tahun 2012 ditargetkan sebanyak 1.265 gapoktan. tetapi gapoktan yang sudah melaksanakan sebanyak 1.237 gapoktan atau sebesar 98.66 %.

Keberhasilan yang telah dicapai pada periode 2009 – 2012 pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM sebagai berikut:

(17)

Tabel 5. Perkembangan Pelaksanaan Penguatan-LDPM periode 2009-2012 Tahapan Jumlah Gapoktan Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Penumbuhan 546 204 235 281 Pengembangan 545 237 224 Kemandirian 512 220 Pasca kemandirian 512 Total di Tahun 546 749 984 1.237 Keterangan :

*) 1 Gapoktan tahun 2009 kembalikan dana bansos Tahap Penumbuhan **) 33 Gapoktan tahun 2010 kembalikan dana Bansos Tahap Pengembangan ***) 17 Gapoktan tahun 2011 kembalikan dana Bansos Tahap Pengembangan ****) 11 Gapoktan tahun 2012 kembalikan dana Bansos Tahap Pengembangan

*****) Tidak lagi didukung pendanaan APBN untuk pembinaan tahap Pasca Kemandirian, selanjutnya dibina oleh provinsi dan kabupatan/kota melalui APBD

 Pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM dimulai pada tahun 2009, dimana pada tahun

pertama tersebut ditumbuhkan sebanyak 546 Gapoktan. Seleksi calon Gapoktan yang akan ikut kegiatan Penguatan-LDPM dilakukan secara berjenjang mulai dari kabupaten/kota yang melakukan inventarisasi dan identifikasi calon Gapoktan, Setelah kabupaten/kota melakukan identifikasi kemudian diusulkan ke provinsi untuk selanjutnya dilakukan verifikasi. Hasil verifikasi provinsi kemudian ditetapkan oleh Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit ketahanan pangan sebagai Gapoktan pelaksana kegiatan Penguatan-LDPM yang layak menerima dana bansos tahap pertama sebesar Rp. 150 juta. Pada akhir tahun 2009, 1 Gapoktan dari provinsi Gorontalo bermasalah dikarena adanya ketidak-harmonisan diantara pengurus Gapoktan yang tidak dapat lagi diselesaikan secara musyarawarah sehingga penanggung jawab pelaksana kegiatan Penguatan-LDPM menarik dana bansos yang ada di Gapoktan dan mengembalikannya ke kantor Kas Negara.

 Tahun 2010 merupakan tahun kedua pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM, Pada

tahun kedua ditumbuhkan sebanyak 204 Gapoktan yang akan menerima dana Bansos sebesar Rp 150 juta pada tahap pertama dan 545 Gapoktan yang masuk ke Tahap Pengembangan dan akan menerima dana bansos tahap kedua sebesar Rp 75 juta. Sebelum dana bansos tahap kedua disalurkan ke Gapoktan, tim Pembina provinsi dan tim teknis kabupaten/kota melakukan evaluasi terhadap kinerja dari masing-masing Gapoktan yang dinyatakan benar-benar layak untuk masuk ke Tahap Pengembangan.

(18)

Hingga akhir tahun 2010 Gapoktan yang memenuhi persyaratan sebagaimana yang ada dalam Pedum Pelaksanaan Penguatan-LDPM 2010, dari 204 gapoktan yang ditumbuhkan semuanya menerima dana bansos 150 juta setelah dilakukan evaluasi dan pembinaan sedangkan dari 545 gapoktan yang masuk ke tahap pengembangan hanya 512 Gapoktan yang layak mendapatkan tambahan dan penguatan modal usaha sebesar Rp 75 juta sedangkan 33 Gapoktan lainnya tidak layak untuk mendapatkan tambahan dana bansos sehingga dana bansos tersebut dikembalikan ke kas negara. Namun demikian daerah masih diberikan kesempatan untuk melakukan pembinaan dan dapat diusul kembali di tahun berikutnya untuk mendapat tambahan modal usaha.

 Tahun 2011 merupakan tahun ketiga pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM, dimana

pada tahun ketiga ditumbuhkan sebanyak 235 Gapoktan, 237 Gapoktan yang memasuki tahap Pengembangan (204 gapoktan yang ditumbuhkan tahun 2010 dan 33 Gapoktan merupakan luncuran dari Gapoktan yang ditumbuhkan tahun 2009), dan 512 Gapoktan yang masuk tahap Kemandirian. Gapoktan yang masuk pada Tahap Penumbuhan akan menerima dana bansos sebesar Rp 150 juta, tahap Pengembangan akan menerima dana bansos sebesar Rp 75 juta, dan tahap Kemandirian tidak lagi menerima dana bansos namun provinsi dan kabupaten/kota tetap melakukan pembinaan agar dana bansos tetap dikelola dengan baik oleh Gapoktan sebagai modal usaha yang berkembang secara berkelanjutan. Pada akhir tahun 2011 dari 235 gapoktan yang ditumbuhkan semuanya menerima dana bansos 150 juta setelah dilakukan evaluasi dan pembinaan sedangkan dari 237 Gapoktan hanya 220 Gapoktan yang layak untuk masuk tahap Pengembangan dan dapat menerima dana Bansos sebesar Rp 75 juta, dan selanjutnya dana bansos yang telah dialokasi bagi 17 Gapoktan dikembalikan ke kantor Kas Negara.

 Tahun 2012 merupakan tahun keempat pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM. Pada

tahun 2012 penguatan LDPM dilaksankan terhadap 1.265 gapoktan yang terdiri dari: (1) penguatan LDPM tahap penumbuhan 281 Gapoktan, (2) penguatan LDPM tahap pengembangan 235 Gapoktan, (3) penguatan LDPM tahap kemandirian 220 Gapoktan dan (4) tahap pasca kemandirian 512 Gapoktan. Gapoktan yang masuk pada Tahap Penumbuhan akan menerima dana bansos sebesar Rp 150 juta, tahap Pengembangan menerima dana bansos sebesar Rp 75 juta, dan tahap Kemandirian dan Pasca Kemandirian tidak lagi menerima dana bansos namun provinsi dan kabupaten/kota tetap melakukan pembinaan.

Dari 281 gapoktan yang diusulkan oleh kabupaten/kota ke provinsi, setelah dilakukan evaluasi sesuai persyartan pedoman umum (pedum) semua gapoktan memnuhi persyartan untuk mendapatkan dana bansos penguatan modal sebesar 150 juta. Sementara itu dari 235 gapoktan yang ditumbuhkan pada tahun 2011 setelah dilakukan evaluasi dan pembinaan, hanya 224 gapoktan yang layak untuk masuk tahap

(19)

yaitu sebanyak 1265 gapoktan yang terealisasi sebanyak 1.237 gapoktan atau 97,79 persen.

Kegiatan Penguatan-LDPM dilaksanakan melalui beberapa komponen kegiatan yaitu: Pemantauan, pengawalan, pengumpulan data Penguatan-LDPM; Pembinaan, Sosialisasi, Advokasi Penguatan-LDPM dan Apresiasi, Evaluasi Kegiatan Penguatan-LDPM. Untuk mencapai indikator kinerja utama LDPM yang dikembangkan juga diperoleh output pendukung sebagai berikut:

a) Jumlah paket pedoman umum Penguatan-LDPM sebanyak 1 paket (100%); b) Jumlah satu paket pedoman teknis Penguatan-LDPM sebanyak 1 paket (100%); c) Jumlah paket modul pendamping Penguatan-LDPM sebanyak 1 paket (100%); d) Jumlah paket modul gapoktan Penguatan-LDPM sebanyak 1 paket (100%); e) Jumlah laporan hasil kegitan Penguatan-LDPM sebanyak 3 laporan (100%); dan f) Jumlah laporan hasil apresiasi dan evaluasi Penguatan-LDPM sebanyak 2 laporan

(100%).

B.2. Jumlah Kelembagaan Cadangan Pangan

Kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat dilaksanakan di 32 provinsi pelaksana kegiatan pengembangan cadangan pangan masyarakat. Kegiatan tersebut dilakukan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu tahap penumbuhan, tahap pengembangan, dan tahap kemandirian. Tahap penumbuhan mencakup identifikasi lokasi dan pembangunan fisik lumbung melalui DAK Bidang Pertanian Tahun 2010 dan 2011, tahap pengembangan mencakup identifikasi kelompok lumbung pangan dan pengisian cadangan pangan melalui dana Bansos, sedangkan tahap kemandirian mencakup penguatan modal untuk pengembangan usaha kelompok melalui dana Bansos.

Pada tahun 2012, kegiatan Pengembagan Cadangan Pangan Masyarakat hanya mencakup tahap pengembangan dan tahap kemandirian, sedangkan untuk tahap penumbuhan hanya dilakukan di provinsi Papua dan Papua Barat melalui dana dekonsentrasi. Tahap penumbuhan melalui DAK tahun 2012 sementara tidak dilakukan, mengingat masih banyak lumbung yang belum diisi cadangan pangan, selain itu DAK tahun 2012 difokuskan untuk pembangunan fisik gudang cadangan pangan pemerintah kabupaten.

Sasaran Pengembagan Cadangan Pangan Masyarakat adalah 1.040 kelompok lumbung pangan masyarakat yang terdiri dari 9 kelompok (tahap penumbuhan) 613 kelompok baru (tahap pengembangan) dan 418 kelompok lama (tahap kemandirian). Untuk tahap penumbuhan mendapatkan alokasi Bansos sebesar Rp. 40 juta untuk pembangunan fisik lumbung dan tahap pengembangan dan tahap kemandirian masing-masing mendapatkan alokasi bansos sebesar Rp. 20 juta.

Sampai dengan 31 Desember 2012, dana bansos kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat sebesar 20,98 milyar telah direalisasikan 20,92 milyar atau 99,71 persen kepada

(20)

1.037 kelompok lumbung pangan, yang terdiri dari Tahap Penumbuhan sebesar 360 juta atau 9 kelompok (100%), Tahap Pengembangan sebesar 12,40 milyar atau 620 kelompok (101,14%), dan Tahap Kemandirian sebesar 8,14 milyar atau 408 kelompok( 97,61%). Rincian Realisasi kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat dapat di lihat pada table berikut ini.

Tabel 6. Realiasis Pencairan Dana Bansos Pengembangan Cadangan Pangan

Tahun 2012

Realisasi dana bansos yang mencapai 100 persen terdapat 30 provinsi, sedang provinsi yang realisasi dana bansosnya tidak mencapai 100 persen adalah Kalimantan Timur 80 persen (1 Kelompok tidak teralisasi), dan Maluku 85,71 persen (2 Kelompok tidak teralisasi). Di provinsi Kalimantan Timur tidak mencapai 100 persen disebabkan lumbung DAK tahun 2011

No Provinsi Penumbuhan Pengembangan Kemandirian Jumlah Presentase

1 DKI Jakarta 0 0 0 2 Banten 12 5 17 100.00 3 Jawa Barat 25 27 52 100.00 4 Jawa Tengah 71 30 101 100.00 5 DIY 10 12 22 100.00 6 Jawa Timur 62 24 86 100.00 7 Aceh 13 12 25 100.00 8 Sumatera Utara 14 23 37 100.00 9 Sumatera Barat 22 12 34 100.00 10 Riau 1 8 9 100.00 11 Jambi 8 12 20 100.00 12 Sumatera Selatan 37 22 59 100.00 13 Bengkulu 6 10 16 100.00 14 Lampung 53 21 74 100.00 15 Bangka Belitung 0 5 5 100.00 16 Kepulauan Riau 1 1 100.00 17 Kalimantan Barat 15 14 29 100.00 18 Kalimantan Tengah 22 5 27 100.00 19 Kalimantan Selatan 25 16 41 100.00 20 Kalimantan Timur 3 1 4 80.00 21 Sulawesi Utara 24 21 45 100.00 22 Sulawei Tengah 20 18 38 100.00 23 Sulawesi Selatan 25 22 47 100.00 24 Sulawesi Tenggara 18 16 34 100.00 25 Gorontalo 11 9 20 100.00 26 Sulawesi Barat 2 5 7 100.00 27 Bali 13 2 15 100.00 28 N T B 42 10 52 100.00 29 N T T 52 18 70 100.00 30 Maluku 4 8 12 85.71 31 Maluku Utara 5 8 13 100.00 32 Papua Barat 2 1 4 7 100.00 33 Papua 7 3 8 18 100.00 9 620 408 1,037 99.71 Total

(21)

sehingga menyebabkan kelompok kesulitan dalam membuka rekening bank, sedangkan untuk kelompok tahap kemandirian yang berada di kabupaten Seram Bagian Barat mengalami permasalahan dengan perbankan.

Hasil evaluasi Tahap Kemandirian di 3 provinsi terdapat 11 kelompok yang dinilai tidak layak masuk tahap kemandiirian yaitu Kalimantan Barat (2 Kelompok), Sulawesi Tenggara (2 Kelompok) dan Bali (7 Kelompok). Alokasi dana Bansos Tahap Kemandirian tersebut dialihkan pada kelompok tahap pengembangan yang telah mendapatkan alokasi pembangunan lumbung melalui DAk tahun 2011, sehingga realisasi Tahap Pengembangan mencapai 620 kelompok dari target 613 kelompok (101, 14 %).

Tabel 7. Relokasi Dana Bansos TA. 2012 Dari Tahap Kemandirian ke Tahap Pengembangan

No Provinsi

Tahap Kemandirian Tahap

Pengembangan

Semula Menjadi Semula Menjadi

1. Kalimantan Barat 16 14 13 15

2. Sulawesi Tenggara 18 16 16 18

3. Bali 9 2 6 13

Total 43 32 35 46

Keberhasilan yang telah dicapai pada periode 2009 – 2012 pelaksanaan kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat sebagai berikut:

Tabel 8. Capaian Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Tahun 2009-2012

Tahapan TAHUN (Jumlah Kelompok)

2009 2010 2011 2012

Penumbuhan 275 690 *) 681**) 9

Pengembangan 275 425 620

Kemandirian 275 408

Total 275 275 700 1.037

 Pada tahun 2009 telah dibangun lumbung pangan melalui dana dekonsentrasi dengan

memberikan dana bantuan sosial sebesar Rp. 30 juta per kelompok kepada 275 kelompok di 31 provinsi.

(22)

 Pada tahun 2010 dialokasikan dana dekonsentrasi untuk pengisian cadangan pangan dan penguatan modal kelompok masing-masing kelompok sebesar Rp. 20 Juta kepada 275 kelompok yang masuk tahap pengembangan. Untuk tahap penumbuhan di alokasikan Dana Alokasi Khusus Bidang Pertanian untuk pembangunan fisik lumbung sebanyak 690 unit.

 Pada tahun 2011 merupakan tahun ke 3 pelaksanaan kegiatan pengembangan lumbung

pangan masyarakat, untuk 275 kelompok yang ditumbuhkan pada tahun 2009 masuk pada tahap kemandirian dan mendapatkan bansos 20 juta untuk penguatan modal kelompok dalam rangka pengembangan usaha kelompok untuk keberlanjutan kelembagaan lumbung pangan. Dari 690 unit lumbung yang dibangun melaui DAK 2010, dialokasikan dana bansos untuk pengisian cadangan pangan sebanyak 425 kelompok. Pembangunan fisik lumbung masih dilakukan melalui DAK tahun 2011 sebanyak 681 unit.

 Pada tahun 2012, kegiatan Pengembagan Cadangan Pangan Masyarakat hanya

mencakup tahap pengembangan dan tahap kemandirian, sedangkan untuk tahap penumbuhan hanya dilakukan di provinsi Papua dan Papua Barat melalui dana dekonsentrasi. Tahap penumbuhan melalui DAK tahun 2012 sementara tidak dilakukan, mengingat masih banyak lumbung yang belum diisi cadangan pangan, selain itu DAK tahun 2012 difokuskan untuk pembangunan fisik gudang cadangan pangan pemerintah kabupaten. Pada tahun ini dialokasikan dana dekonsentrasi untuk tahap penumbuhan 9 kelompok khusus Provinsi Papua dan Papua Barat, tahap pengembangan 620 kelompok dan tahap kemandirian setelah dilakukan seleksi terhadap kelompok maka yang dinyatakan dapat masuk tahap kemandirian hanya 408 kelompok.

 Dari 1.656 lumbung yang telah dibangun baik melalui dana APBN (284 unit) dan DAK

Bidang Pertanian ( Tahun 2010 sebanyak 690 unit dan tahun 2011 682 unit) telah dilakukan pengisian cadangan pangan melalui dan APBN dekonsentrasi sampai tahun 2012 sebanyak 1.320 kelompok dan melalui APBD I dan II sebanyak 72 kelompok, sedangakan 253 kelompok direncanakan pada tahun 2013 ini.

B.3. Laporan Hasil Panel Harga Pangan

Panel harga pangan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi harga dan pasokan pangan secara cepat, tepat dan akurat sebagai bahan deteksi dini terjadinya gangguan harga dan pasokan pangan. Kegiatan panel harga pangan telah dilaksanakan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan sejak tahun 2010 melalui kegiatan pengembangan model panel harga, pasokan, dan akses pangan di 12 provinsi yang mencakup 60 kabupaten/kota. Pada tahun

(23)

Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, NTB, NTT dan Maluku.

Tabel 9. Realisasi pelaksanaan pengiriman laporan informasi dan data harga dan pasokan panel harga sebagai berikut:

Tahun Jml Provinsi Pelaksana Capaian realisasi

Target Realisasi

2010 12 11 91,7%

2011 16 16 100%

2012 16 16 100%

Kabupaten yang menjadi lokasi panel pada tahun 2011 sebanyak 103 kabupaten/kota yang tersebar di 16 provinsi tersebut dan jumlah enumerator sebanyak 261 orang. Pada Tahun 2012, kegiatan ini masih dilaksanakan di 16 provinsi yang sama dengan judul Panel Harga Pangan. Beberapa perubahan pada Tahun 2012, antara lain: pengembangan kabupaten sebagai lokasi panel menjadi 140 kabupaten dengan 302 enumerator.

Tabel 10. Kabupaten Pelaksana Panel Harga Pangan Tahun 2011- 2012

No Provinsi 2011 2012 %Perb. 5 thp 3 6 thp 4 %Perb

Kab. Enum. Kab. Enum.

1 2 3 4 5 6 7 8 1 Banten 5 14 6 15 20 7 2 Jawa Barat 8 20 12 27 50 35 3 Jawa Tengah 8 21 12 27 50 29 4 Di. Yogyakarta 5 11 4 13 -20 18 5 Jawa Timur 9 24 12 27 33 13 6 Sumatera Utara 7 19 10 23 43 21 7 Sumatera Barat 6 18 8 21 33 17 8 Riau 5 10 9 10 80 0 9 Lampung 6 13 9 24 50 85 10 Kalimantan Barat 6 16 6 13 0 -19 11 Kalimantan Selatan 8 20 10 25 25 25 12 Sulawesi Utara 5 13 6 13 20 0 13 Sulawesi Selatan 8 26 12 27 50 4 14 NTB 6 13 10 21 67 62 15 NTT 5 13 7 8 40 -38 16 Maluku 4 10 7 8 75 -20 Total 101 261 140 302 39 16

(24)

Berdasarkan pengalaman dalam pelaksanaan panel pada tahun 2010, maka untuk tahun 2011 dilakukan beberapa penyempurnaan, yaitu (1) Pemantauan harga beberapa komoditas pangan tingkat produsen di wilayah sentra produksi (PANEL-HP) yang semula pengumpulan data dilakukan mingguan diubah menjadi harian dengan komoditas hanya untuk gabah dan beras, (2) Pemantauan pasokan pangan di tingkat grosir dan eceran (PANEL-PP) yang semula mencakup 10 komoditas disederhanakan menjadi 6 komoditas, dan (3) Pemantauan akses pangan (PANEL-AP) diubah menjadi pemantauan daya beli pangan. Sedangkan pada tahun 2012, penyempurnaan dilakukan atas dasar salah satunya yaitu mengutamakan data dan informasi yang lebih utama diperlukan, sehingga pada tahun 2012 pemantauan daya beli pangan kita hilangkan dan hanya menjadi pemantauan harga dan pasokan pangan. Sedangkan untuk komoditas menjadi yaitu untuk komoditas beras ditambahkan beras premium dan termurah, serta komoditas cabe ditambahkan cabe merah keriting.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode panel, yaitu cara pengumpulan data melalui pengamatan secara periodik (time series) terhadap sekumpulan objek (panel). Metode pemantauan menggunakan panel data merupakan salah satu cara terbaik untuk mengamati ”dinamika distribusi pangan antar-waktu dan antar wilayah” secara cepat dan akurat. Pengumpulan data dilakukan oleh enumerator di kabupaten yang telah ditunjuk oleh Kepala Badan/Dinas/Instansi/Unit Kerja yang menangani ketahanan pangan provinsi. Pengiriman data panel dilakukan oleh enumerator secara rutin melalui SMS Center.

Berdasarkan hasil pengukuran indicator kinerjanya, kegiatan panel harga ini mencapai 100 persen. Hasil kinerja tersebut terdiru dari jumlah laporan hasil kegiatan panel harga pangan dari pusat sebanyak 1 paket laporan (terdiri dari laporan semester I dan laporan semester 2 ) dan 16 laporan hasil kegiatan panel harga pangan provinsi. Selain keluaran yang yang termasuk dalam indikator kinerja utama, masih terdapat output lain yeng dihasilkan dalan kegiatan ini yaitu:

 Panduan teknis panel harga pangan sebayak 1 paket

 Database dengan website http://aplikasi.deptan.go.id/smspanel/ yang menampilkan

data/ informasi harga dan pasokan dari 16 provinsi sebanyai 1 paket

Selain pencapaian indicator kinerja utama yang mencapai 100 %, pada tahun 2012 juga terdajadi peningkatan dalam pengiriman data. Rata-rata realisasi pengiriman data melalui SMS center oleh enumerator pada tahun 2012 mengalami peningkatan dari tahun 2010 dan 2011. Berdasarkan pelaporan SMS Center Panel Harga Pangan, pengiriman SMS oleh enumerator pada tahun 2012 meningkat 76% dari tahun 2010 dan 34,69% dari tahun 2011.

(25)

Tabel 11. Perkembangan Realisasi Pengiriman SMS Tahun 2011 - 2012

Provinsi % Realisasi Pengiriman SMS Perubahan

2011 2012 2012 thp 2011 Sumut 55 74 34.24 Sumbar 52 84 62.14 Riau 35 59 67.54 Jabar 51 82 61.20 Jateng 61 65 7.27 DIY 100 100 0.15 Jatim 89 78 (12.13) Kalbar 37 64 75.85 Kalsel 71 80 13.31 Sulsel 36 86 137.07 Sulut 67 57 (14.06) Maluku 57 69 20.44 NTB 29 91 213.14 NTT 40 93 133.33 Lampung 63 65 3.87 Banten 61 68 10.88 Rata-rata 56 76 34.69

Kendala yang dialami selama tahun 2012: (a) Pengiriman SMS oleh enumerator tidak tepat waktu dan banyak yang pengirimannya dirapel; (b) terjadi pergantian enumerator sehingga mempengaruhi pelaporan data; (c) Penanggungjawab provinsi belum melakukan pembinaan dan monitoring secara optimal.

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, secara umum harga beras medium dan termurah disebagian besar provinsi panel cenderug stabil yaitu dengan CV 1,0%-5,0%, kecuali di provinsi Lampung, Jawa Tengah dan Banten cendrung fluktuasi dengan CV berkisar 6,5%-13,5% untuk beras medium, untuk beras termurah CV 6,0% di provinsi Banten.

Tabel 12. Rata-rata Harga Beras Medium dan Beras Termurah di Tk. Pedagang Eceran Tahun 2012

No Provinsi Beras Medium Beras Termurah

Harga CV Harga CV 1 Sumut 8.621 2,9 7.265 3,2 2 Sumbar 8.434 4,1 7.385 2,4 3 Riau 9.413 1,8 8.025 3,3 4 Lampung 8.684 13,5 7.380 4,3 5 Banten 7.683 6,5 6.905 6,0

(26)

6 Jabar 7.689 2,6 7.050 3,0 7 Jateng 8.112 13,2 6.876 1,2 8 DIY 7.561 1,3 6.832 1,1 9 Jatim 7.640 1,7 7.028 1,5 10 Kalbar 9.569 5,1 8.204 4,6 11 Kalsel 8.027 1,1 6.699 3,0 12 NTB 7.631 2,6 6.971 2,4 13 NTT 8.281 5,7 7.492 2,5 14 Sulut 8.814 1,5 7.999 4,1 15 Sulsel 7.343 1,8 6.519 2,1 16 Maluku 9.848 2,5 8.345 2,6 Rata-rata 8.334 4,2 7.311 3,0

B.4. Laporan Hasil Pemantauan/pengumpulan Data Distribusi, Harga dan Cadangan Pangan

Laporan hasil pemantauan/pengumpulan data distribusi, harga dan cadangan pangan merupakan indikator kinerja utama dari kegiatan-kegiatan berkut :

a. Pemantauan/Pengumpulan Data Distribusi Pangan

Kegiatan pemantauan dan pengumpulan data terdiri dari komponen kegiatan: sosialisasi, koordinasi, dan advokasi distribusi serta pengendalian dan validasi data, dengan target output kegiatan adalah 3 laporan (Awal, Kemajuan dan Akhir). Output tersebut semuanya dapat dicapai, sehingga pengukuran capaian kinerja kegiatan ini mencapai 100 persen.

Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan pengumpulan data distribusi didukung dengan pemantauan kepasar tradisional untuk pasokan komoditi beras, minyak goreng, telur ayam, daging ayam. Pemantauan di tingkat pedagang grosir dan pedagang pengecer untuk melihat kondisi pasokan pangan (jumlah pembelian/ kulakan) apakah dalam kondisi cukup atau kurang; harga pangan (harga saat pembelian/ kulakan) apakah naik atau stabil dan ketersediaan actual pangan (stok komoditas pangan untuk 1 minggu atau 2 minggu kedepan) apakah cukup atau kurang. Pengumpulan data dilakukan oleh petugas di provinsi/kabupaten/kota secara rutin (mingguan) maupun bulanan. Selanjutnya data hasil pemantauan ditabulasi berdasarkan komoditas, kemudian diolah dan dianalisis secara tabulasi dan grafik seperti Gambar 1,2.

(27)

Gambar 2. Hasil Pemantauan dan Pengumpulan Distribusi Pangan di tingkat Pengecer

Kendala yang ditemui didaerah adalah kurang signifikannya data apabila dipantau setiap minggu untuk daerah yang sarana prasarananya sudah baik. Namun untuk daerah kepulauan atau daerah-daerah remote memang ada perbedaan yang siknifikan. Kondisi ini menyebabkan responden biasa menjawab dengan mengatakan sama dengan minggu lalu kondisi pasokan, harga dan stok.

b. Pemantauan/Pengumpulan Data Harga Pangan

Kegiatan pemantauan/pengumpulan data harga pangan dilakukan di pusat dan provinsi yang bertujuan untuk melihat perkembangan dan kondisi harga pangan pokok di tingkat produsen maupun konsumen, untuk menyediakan data dan informasi dalam merumuskan kebijakan harga pangan. Kegiatan ini mencakup 4 komponen kegiatan, yaitu analisis harga pangan tingkat produsen, analisis harga pangan tingkat konsumen, pemantauan/pengumpulan data stabilisasi harga pangan, dan pemantauan Hari-hari besar Keagamaan dan Nasional (HBKN).

c. Secara garis besar tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan kegitan ini adalah:

penyusunan panduan teknis, sosialisasi kegiatan, pengendalian dan koordinasi, Bengk

ulu Kaltim Sulsel Sultra Sulut NAD Riau Goront

alo Sumba

r Banten Kalsel Kalten

g NTT Bali Sulbar NTB DIY normal 250 150 13,3 101 800 450,00 750,00 200,00 500,00 30,00 108,33 2066,00 100,00 200,00 100,00 200,00 100,00 pemantauan 256,6 150 13,3 101 800 450,00 750,00 166,00 500,00 28,00 108,33 2454,00 100,00 200,00 100,00 200,00 83,00 10 110 210 310 410 510 610 710 810 910 1010 1110 1210 1310 1410 1510 1610 1710 1810 1910 2010 2110 2210 2310 2410 2510 Jumlah Kulakan (Ku)

Kondisi Jumlah Kulakan Beras di Tingkat Pedagang Grosir tahun 2012

Bengk

ulu Kaltim Sulsel Sultra Sulut NAD Riau Goront

alo Sumba

r Banten Kalsel Kalten

g NTT Bali Sulbar NTB DIY Series1 5,4 2,5 3,0 7,9 5 15 5 80 3 3 3 186 20 1 10 1 8 Series2 5,4 2,5 3,0 7,9 6 15 5 73 3 2 3 215 20 1 10 1 7,5 0 50 100 150 200 250

Jumlah Kulakan (Ku)

Kondisi Jumlah Kulakan Beras di Tingkat Pedagang Pengecer Tahun 2012

(28)

pemantauan dan pengumpulan data, pengolahan dan analisis dan penyusunan laporan. Output utama dari kegiatan ini adalah berupa 1 paket laporan yang berisi informasi tentang kondisi harga pangan tahun 2012. Oleh karena itu dengan sesuai dengan target pencapaian kinerja yang diharapkan, dengan tercapainya output ini maka capaian kinerjanya mencapai 100 persen. Secara rinci hasil kinerja kinerja Pemantauan/Pengumpulan Data Harga Pangan adalah sebagai berikut:

 Analisis harga pangan tingkat produsen

Pemantaun dan pengumpulan data dilakukan terutama di provinsi sentra produksi untuk mengetahui perkembangan harga ditingkat petani/peternak dan harga pokok produksi (analisa usahatani/usaha ternak). Pengumpulan data dilakukan oleh oleh petugas dari pusat dan petugas yang ditunjuk oleh provinsi/kab/kota. Pada tahun 2012 pemantauan harga difokuskan terhadap 7 komoditas yaitu padi (gabah/beras), kedelai, cabe merah, bawang merah, daging sapi, daging ayam ras dan telur ayam ras. Sedangkan untuk usahatani/usahaternak difokuskan untuk komoditas gabah/beras, daging ayam ras dan telur ayam ras. Informasi hasil kegiatan ini disajikan dalam 2 laporan analisis harga pangan tingkat produsen tahun 2012. Disamping output laporan, output lain yang di hasilkan dan direncanakan dari kegiatan ini adalah: Panduan Teknis Analisis Harga Pangan Tingkat Produsen (1 paket) dan Kompilasi data/ informasi harga pangan tingkat produsen (1 paket). Output yang dicapai tersebut sesuai dengan target output yang diharapkan, sehingga pencapaian kinerja untuk komponen kegiatan ini mencapai 100 %.

 Analisis/pemantauan Harga Pangan Tingkat Konsumen

Analsiis/pemantauan harga pangan tingkat konsumen difokuskan untuk mengetahui perkembangan harga pangan di tingkat konsumen melalui pemantauan/pengumpulan data di pedagang (eceran dan grosir) dan harga internasional. Komoditas yang dipantau dipantau meliputi: beras, gula, minyak goreng, jagung, kedelai, bawang merah, cabe merah besar, cabe merah keriting, daging sapi, daging ayam ras dan telur ayam ras. Data yang dikumpulkan meliputi data primer (wawancara) dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan oleh petugas pusat dan enumerator yang ditunjuk. hasil utama dari kegiatan ini berupa data dan informasi perkembangan harga pangan tingkat konsumen selama tahun 2012, sebagai bahan untuk perumusan kebijakan stabilisasi harga pangan. Sementara output yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah: Panduan Teknis Analisis Harga Pangan Tingkat Konsumen (1 paket); kompilasi data dan informasi harga pangan tingkat konsumen (1 paket) dan laporan hasil kegiatan pemantauan/pengumpulan data harga pangan tingkat konsumen (2 laporan). Berdasarkan hasil pengukuran dengan membandingkan antara output yang

(29)

 Pemantauan/pengumpulan data stabilisasi harga pangan,

Kegiatan pemantauan /pengumpulan data stabilisasi harga pangan dirancang terutama untuk menyediakan informasi bagi pimpinan dalam merumuskan kebijakan stabilisasi harga pangan. Tahapan kegiatan yang dilakukan meliputi: a) pengembangan database stabilisasi harga pangan dilakukan guna meyempurnakan tampilan database harga pangan yang telah terbentuk dari tahun sebelumnya, b) analisis dan pengkajian, c) sinkronisasi dan koordinasi, serta d) penyusunan laporan. Sesuai dengan isu stabilitas harga pangan yang terjadi pada tahun 2012, serta arahan dari pimpinan Badan Ketahanan Pangan, analisis dan kajian yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan komponen kegiatan ini adalah: (1) Analisis Gejolak Harga Daging Sapi, (2) Analisis Gejolak Harga Kedelai, (3) Kajian Harga Pembelian Kedelai ( HP Beli) oleh Pemerintah. Output yang dihasilkan dari komponen kegiatan ini adalah laporan

hasil analisis/kajian sebanyak 3 laporan, dan software database stabilisasi harga

pangan (1 paket) dan bahan koordinasi stabilisasi harga pangan (1paket).

 Pemantauan Hari-hari besar keagamaan dan nasional

Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pemantauan hari-hari besar keagamaam dan nasional pada tahun 2012 hampir sama dengan tahun sebelumnya yaitu penyusunan panduan teknis, penyusunan prognosa, pemantaun/pengumpulan data, koordinasi, kunjuangan kerja, sosialisasi, dan dilakukan penyusunan laporan yang akan menjadi output dari kegiatan ini.

Koordinasi dilakukan dalam bentuk Rapat-rapat pleno, rapat teknis dan rapat terbatas baik di lingkup BKP, Kementan dan nasioal. Rapat –rapat tersebut dilakukan untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan harga, stok pangan dan gangguan-gangguan pasokan pangan, serta dalam rangka penyusunan prognosa kebutuhan dan ketersediaan pangan. Selain itu juga untuk mendapatkan bahan masukan dalam perencanaan, langkah-langkah operasional pelaksanaan, evaluasi kegiatan dan tindak lanjut pemecahan masalah khususnya dalam menghadapi HBKN terutama pada periode menjelang puasa, hari raya idul fitri, idul adha, natal dan tahun baru

Pemantaun dilakukan dalam bentuk pemantauan reguler dan pemantauan dalam rangka kunjungan kerja Pejabat Tinggi Negara (Menteri dan DPR). Pemantauan reguler merupakan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara reguler selama periode HBKN oleh pejabat/staf Badan Ketahanan Pangan. Pemantauan ini dilakukan untuk menyusun bahan koordinasi, bahan sosialisasi serta bahan informasi lain dalam rangka kegiatan HBKN. Pemantaun dalam rangaka Kunjungan kerja pejabat Tinngi negara dilakukan untuk memastikan kondisi ketersedian distribusi dan harga pada periode HBKN, untuk memberikan rasa aman kapada masyarakat, memberikan sock therapy kepada oknum pelaku usaha yang bertidak diluar batas kewajaran dan

(30)

melanggar aturan, mencegah masyarakat untuk melakukan phanic buying. Sementara itu kegiatan sosialisasi dilakukan melalui media elektronik (televisi dan radio), serta media cetak, yaitu berupa acara talk show, wawancara atau konferensi pers oleh Menteri Pertanian, Kepala Badan Ketahanan Pangan Pusat, atau pejabat lainnya yang ditugaskan, serta pertemuan-pertemuan koordinasi. Output yang dihasilkan adalah laporan kegiatan 1 laporan, panduan teknis (1 paket) dan prognosa kebutuhan dan ketersediaan pangan pokok sebanyak 1 paket. Berdasarkan hasil pengukuran capaian kinerja dengan membandingkan antara target dan realisasi output yang dihasilkan, capaian kinerja komponen kegiatan ini mencapai 100 %.

d. Pemantauan/Pengumpulan Data Cadangan Pangan

1) Pemantauan/Pengumpulan Data Cadangan Pangan Masyarakat

Kegiatan pemantauan dan pengumpulan data cadangan pangan masyarakat dilakukan melalui pengembangan lumbung pangan masyarakat. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dalam bebrapa tahapan yaitu Penyusunan Pedoman Pelaksanaaan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat dan Pertemuan Sosialisasi.

Hasil pemantauan cadangan pangan masyarakat, dapat dilihat pada table berikut ini

(31)

Sementara itu hasil pemantauan cadangan pangan masyarakat pada posisi Desember 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 14. Kondisi Cadangan Pangan Masyarakat per Desember 2012

Sementara itu gambaran Pengadaan, Penyaluran dan Iron Stock pada Bulan September dan Desember dapat dilihat pada grafik (gambar 3).

Dari grafik Gambar 3, dapat dilihat bahwa peningkatan pengadaan gabah, beras dan pangan pokok spesifik lainnya sejalan dengan peningkatan penyaluran dan peningkatan Iron stock namun persentase peningkatan pengadaan tidak sama dengan persentase penyaluran dan iron stock. Pengadaan gabah meningkat sebesar 56,27 persen, beras sebesar 22,57 persen dan pangan pokok spesifik lainnya 144,15 persen, sedangkan peningkatan iron stock gabah hanya 26,01 persen, beras 5,64 persen dan pangan pokok spesifik lainnya 175,89 persen. Peningkatan pengadaan baik gabah

(32)

beras maupun pangan spesifik lainnya sejalan dengan peningkatan persentase percairan dana bansos di bulan desember yang mencapai 99,71 persen.

Gambar 3. : Grafik Total Pengadaan, Penyaluran dan Iron Stock pada Bulan September dan Desember

Output yang diperoleh dari komponen kegiatan Pemantauan/Pengumpulan Data Cadangan Pangan Masyarakat adalah terdiri dari: (1) Pedoman Teknis Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat, (2) Laporan Hasil Pertemuan Sosialisasi Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat, dan (3) Laporan Hasil Pemantauan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dengan membandingkan antara output yang dihasilkan dengan output yang diperoleh, capaian kinerja output komponen kegiatan ini mencapai 100%.

a. Pemantauan/Pengumpulan Data Cadangan Pangan Pemerintah

Kegiatan pemantauan dan pengumpulan data cadangan pangan pemerintah melalui beberapa komponen kegiatan, yaitu Penyusunan Panduan Teknis Pengembangan Cadangan Pangan Pemeintah, Pelaksanaan Pertemuan Evaluasi Cadangan Pangan dan Pemantauan Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah.

Berdasarkan hasil pemantauan terdapat 11 provinsi yang telah melakukan Pengembangan cadangan pangan pemerintah provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat, DIY, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Pengadaan cadangan pangan pemerintah provinsi didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) provinsi.

- 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 7,000,000 Gabah Beras Lainnya Gabah Beras Lainnya Gabah Beras Lainnya Pe ng ad aa n Pe ny alu ra n Ir on S to ck Volume (KG)

Pengadaan Penyaluran Iron Stock

Gabah Beras Lainnya Gabah Beras Lainnya Gabah Beras Lainnya Desember 5,939,092 954,242 129,533 2,324,428 564,742 58,543 3,618,864 417,127 70,990 September 3,800,648 778,521 53,055 928,772 383,667 27,324 2,871,877 394,855 25,731

(33)

terjadi peningkatan 22,2 persen. Pengadaan, penyaluran dan stok cadangan pangan pemerintah provinsi tahun 2011 dan 2012 seperti terlihat pada berikut ini.

Tabel 15. Pengadaan, Penyaluran dan Stok Akhir Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi per provinsi

No Provinsi Pengadaan (Ton) Penyaluran

(Ton) Sisa (ton) 2011 2012 Jumlah 1 Aceh - 66,60 66,60 - 66,60 2 Sumut - 100,00 100,00 - 100,00 3 Sumbar 59,00 20,80 79,80 25,00 54,80 4 Lampung 94,24 71,33 165,57 - 165,57 5 Banten 104,00 68,30 172,30 2,00 170,30 6 Jabar 545,45 257,98 803,43 318,61 484,82 7 Jateng 73,92 89,38 163,30 106,66 56,64 8 DIY 29,75 40,00 69,75 - 69,75 9 Sulut 30,00 13,33 43,33 23,78 19,55 10 Sulsel 75,00 25,00 100,00 - 100,00 11 NTB 26,79 140,23 167,02 - 167,02 Total 1.038,15 892,95 1.931,10 476,05 1.455,0 5 Rata-rata 94,38 81,18 175,55 43,28 132,28

Berdasarkan hasil Pengukuran Kinerja yang ditargetkan 3 Laporan telah terealisasi 100 persen, yaitu: (1) Panduan Teknis Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah, (2) Laporan Hasil Pertemuan Evaluasi Pengembangan Cadangan Pangan , dan (3) Laporan Hasil Pemantauan Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah.

B.5. Laporan Pengembangan Model Pemantauan Distribusi, Harga dan Cadangan Pangan

Kegiatan model pemantauan distribusi, harga dan cadangan pangan pada tahun 2012 berupa kajian pengembangan model analisis jaringan distribusi pangan. Kegiatan tersebut dalam rangka menyediakan data dan informasi tentang pemasukan (pasokan) dan pengeluaran (distribusi) komoditas pangan dari dan ke suatu wilayah. Kegiatan Pengembangan Model Analisis Jaringan Distribusi dilaksanakan di 13 provinsi. Berdasarkan pengukuran capaian kinerja, realisasi kegiatan ini mencapai 100 persen, dengan rincian capaian setiap indikator sebagai berikut:

 Jumlah paket panduan teknis jaringan distribusi pangan sebanyak 1 paket (100 %);

 Jumlah laporan hasil pengembangan model analisis jaringan distribusi pangan sebanyak 1

(34)

Kegiatan pengembangan model analisis jaringan distribusi dimulai dengan melakukan pengumpulan data dasar dengan tahapan sebagai berikut :

 Identifikasi/inventarisasi pasar-pasar yang ada di provinsi/kabupaten/kota;

 Identifikasi/invetarisasi pelaku-pelaku distribusi dan pemasok/produsen

 Pemilihan Sampel Pasar

 Pemilihan Sampel Pedagang Besar/Grosir

 Pemilihan Sampel Distributor/Agen/Sub agen

 Pemilihan Sampel Pemasok/Produsen

Data mingguan yang dikirim provinsi ke pusat dimasukkan kedalam aplikasi/ soft ware yang disebut Web SIG. Aplikasi Web SIG pada dasarnya berguna dalam memberikan informasi bagi pengambilan keputusan berdasarkan daerah tertentu yang tergolong dalam cabang Bussiness Intelligent (BI). Web SIG Jaringan Distribusi Pangan merupakan aplikasi yang menampilkan info-info dari berbagai sumber yang menyangkut total pasokan komoditas pangan, terkait harga. BI terbagi dalam 4 jenis fitur utama, antara lain:

1. Query, pencarian data/filtering data dengan cara merangkai

parameter-paramater masukan dan menghasilkan perintah dalam bentuk permintaan data.

2. Aggregate, nilai hasil perhitungan statistic dari mining data-data yang tersedia

dalam rangka memproleh indikasi untuk memahami data secara keseluruhan.

3. Report, penyajian data secara terstruktur, report biasanya hadir dalam bentuk

tabel-tabel yang berisi informasi rinci maupun nilai-nilai agregasi .

4. Chart, merupakan presentasi terhadap nilai-nilai setelah dilakukan pengolahan

data. Presentasi bias berupa data primer, sekunder ataupun data-data agregasi. Struktur data masing-masing tabel bisa dilihat dengan menggunakan aplikasi phpmyadmin, atau aplikasi mysql manager lainnya seperti navicate atau sql yo manager. Dengan SQL yog manager ditampilkan sebagai berikut:

(35)

Gambar 4. Tampilan Pada Website

Aplikasi Weg SIG, sebagai aplikasi berbasis web bertujuan utama sebagai pembaca data

online dan menyajikannya dalam presentation layer berupa grafik, table dan peta

tematik. Untuk tujuan ini terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian utama, selain aplikasi dashboard itu sendiri yang menuntut presentasi yang baik dan mudah dibaca, tetapi juga issue mengenai mekanisme penarikan data terkait dengan request-nya secara online dan juga menterjemahkannya menjadi unirversal format agar mudah diolah disisi client.

Kendala yang dihadapi oleh provinsi dan kabupaten umumnya adalah data yang harus diperoleh dari level distributor. Kondisi ini dapat diatasi dengan kerjasama antara lintas sector yang berkaitan dengan aktifitas distributor, misalnya apabila perijinan dikeluarkan oleh Dinas perdagangan maka sebaiknya berkoordinasi dengan instansi tersebut.

Untuk lebih efektifnya pelaksanaan pemantauan jaringan distribusi didukung oleh kegiatan model pemantauan distribusi pangan untuk komoditas bawang merah dan cabai merah yang dilaksanakan di 6 kabupaten/kota yang ada di 3 provinsi. Kegiatan tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan data tentang pola distribusi perdagangan untuk komoditas terpilih dan sekaligus dapat digunakan sebagai masukan untuk penyempurnaan survei ini pada masa yang akan datang. Berdasarkan pengukuran capaian kinerja, realisasi kegiatan ini mencapai 100 persen, dengan rincian capaian setiap indikator sebagai berikut:

 Jumlah paket pedoman pelaksanaan lapangan 1 paket (100 %);

(36)

Pelaksanaan kegiatan pemantauan distribusi pangan dilakukan bersama dengan BPS (Badan Pusat Statistik). Penelitian Bawang Merah dan Cabai Merah2012 dilaksanakan di 3 provinsi, mencakup 6 kabupaten/kota potensi komoditas terpilih. Komoditas yang dicakup pada survei ini adalah sebanyak 2 jenis komoditas, yaitu cabai merah dan bawang merah. Rincian banyaknya sampel untuk setiap provinsi adalah sebagai berikut:

Tabel 16. Kabupaten/kota Studi dan Banyaknya Sampel per Provinsi

No Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah Sampel

(1) (2) (3) (4)

1. (31) DKI Jakarta (3171) Jakarta Selatan, (3172) Jakarta Timur 40

2. (32) Jawa Barat (3204) Bandung, (3210) Majalengka 55

3. (33) Jawa Tengah (3329) Brebes, (3308) Magelang 55

Jumlah 150

Pengumpulan data dari perusahaan/usaha/pengusaha terpilih dilakukan melalui wawancara tatap muka antara pencacah dengan responden. Untuk perusahaan-perusahaan yang relatif besar, pengumpulan data kemungkinan akan dilakukan lebih dari satu kali kunjungan.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap indikator-indikator yang dihasilkan dalam kegiatan studi bawang merah dan cabai merah tahun 2012 dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Laju inflasi komoditas bawang merah dan cabai merah selama tahun 2012 tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap laju inflasi umum. Hal ini memberi indikasi bahwa gejolak harga yang terjadi pada komoditas bawang merah dan cabai merah selama tahun 2012 masih terkendali dan dalam batas kewajaran.

2. Selama periode penelitian mengindikasikan bahwa harga pembelian maupun harga

penjualan untuk komoditas bawang merah dan cabai merah relative stabil. Demikian pula halnya dengan margin perdagangan yang tercipta antar kelembagaan masih dalam tingkat kewajaran.

3. Pola penjualan hasil produksi komoditas cabai merah rangkaian yang dilalui adalah

produksi dari petani pada umumnya dijual ke pedagang pengumpul, distributor, pedagang grosir dan pedagang eceran. Proporsi terbesar penerima langsung dari petani

(37)

4. Pola penjualan hasil produksi komoditas bawang merah rangkaian yang dilalui adalah produksi dari petani umumnya dijual langsung ke pedagang pengumpul dan pedagang eceran. Proporsi terbesar penerima langsung dari petani adalah pedagang pengumpul dimana pasokan yang diperoleh pedagang pengumpul dari petani hingga mencapai lebih dari 90 persen.

5. Pola Distribusi perdagangan antara fungsi kelembagaan pada daerah wilayah penelitian

secara umum memiliki pola yang sama. Fungsi kelembagaan yang telibat dalam proses distribusi perdagangan komoditas bawang merah dan cabai merah meliputi : petani, pedagang pengumpul, distributor, pedagang grosir, dan pedagang eceran. Kecuali untuk wilayah DKI Jakarta yang bukan merupakan wilayah produsen sehingga tidak memiliki kelembagaan petani dan pedagang pengumpul.

B.6. Capaian Kinerja Lainnya

Dalam rangka mewujudkan peningkatan pemantapan distribusi dan harga pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan melaksanakan tugas lain. Kegiatan tersebut lebih banyak bersifat koordinasi atau dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan intansi terkait baik di dalam maupun luar Kementerian Pertanian; serta di tingkat Internasional maupun forum lainnya. Beberapa prestasi kinerja Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan serta apresiasi dari masyarakat, pemerintah daerah, dan tingkat internasional kepada Badan Ketahanan Pangan di Pusat dan Daerah, seperti :

a. Sosialisasi, Koordinasi operasional cadangan Pangan (APTERR)

Kegiatan Sosialisasi, Koordinasi operasional cadangan Pangan (APTERR) dilaksanakan dalam rangka penyerahan beras bantuan hibah dari ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR) yang diberikan kepada Pemerintah Indonesia melalui Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian sebanyak 200,01 ton. Berdasarkan Memorandum of Agreement (MoA) antara Badan Ketahanan Pangan dengan Sekretariat APTERR bahwa beras akan disalurkan untuk membantu rumah tangga korban bencana yang terjadi Pulau Jawa. Jika dalam 3 (tiga) bulan sejak kedatangan beras di Indonesia tidak terjadi bencana di Pulau Jawa maka beras dapat disalurkan untuk kegiatan kemanusian.

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja yang ditargetkan penyerahan dilaksanakan di 4 lokasi telah terealisasi 100 persen yaitu 1) Laporan penyerahan di beras APTERR di DIY; 2) Laporan penyerahan di beras APTERR di Banten; 3) Laporan penyerahan di beras APTERR di Jawa Tengah dan 4) Laporan penyerahan di beras APTERR di Jawa Timur.

b. Penguatan Institusi Ketahanan Pangan

Kegiatan penguatan Institusi Ketahanan Pangan terdiri dari: (a) Sinkronisasi, koordinasi kegiatan distribusi, harga dan cadangan pangan, (b) Apresiasi kegiatan distribusi dan harga pangan; dan (c) Evaluasi kegiatan distribusi dan harga pangan; (d) Koordinasi pengembangan distribusi, harga dan cadangan pangan; dan (e) Penyusunan program

Gambar

Tabel 1. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pusat Distribusi dan Cadangan  Pangan
Tabel 2. Penetapan Kinerja Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun  2012
Tabel 3. Kegiatan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun 2012
Tabel 4. Hasil Pengukuran Kinerja Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan  Tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil observasi yang dilakukan pada siswa kelas XI AK SMK Negeri 7 Yogyakarta, sekitar 23% siswa kelas XI AK SMK Negeri 7 Yogyakarta yang mempunyai

Pada susunan kode di atas, dibuat dulu sebuah variabel yang bertipe PARAMLIST untuk menampung semua parameter (beserta nilai) yang akan dimasukkan ke parameter

Berhasil dan gagalnya suatu pembelajaran tergantung dari metode yang digunakan oleh seorang guru. Metode memiliki peranan yang sangat penting dalam

Dari Gambar 5.1 sampai 5.4 dapat disimpulkan penelitian air cooler menggunakan cooling pad honey comb dan variasi sponge cooling pad, dengan variasi

Konstruksi tangga ikan yang dibangun pada bendung dan bangunan melintang sungai lainnya sangatlah penting untuk memberikan kesempatan pada ikan dan juga fauna

Dengan penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran kebutuhan berprestasi seorang dosen akuntansi dipengaruhi oleh tiga teori kebutuhan profesionalisme yang disampaikan

Data Assay dan COG: Data assay adalah hasil analisis kadar bijih dan Data Assay dan COG: Data assay adalah hasil analisis kadar bijih dan mengetahui jumlah

Untuk mengubah energi potensial uap menjadi energi mekanis dalam bentuk putaran poros dilakukan dengan berbagai cara, sehingga secara umum turbin uap dibagi menjadi tiga jenis