• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam surah al-Ankabut ayat 10-11 menceritakan tentang sikap orang-orang munafik. Mereka tidak sepenuhnya beriman kepada Allah tapi mereka hanya mempermainkan agama Islam, mereka masih menjadikan ancaman atau siksaan dari orang-orang musyrik sebagai azab yang datang dari Allah dan mereka kembali kepada orang-orang musyrik tersebut. Orang tersebut dinamankan sebagai orang munafik.

Secara bahasa, kata nifak berasal dari kata nafaqa-yunafiqu-munafaqatan-wa nifaqan, yang diambil dari kata an-nafiqau (ء قف نلا), yang artinya lobang tempat keluarnya hewan jenis tikus (yarbu’) dari sarangnya, jika hendak ditangkap dari satu lobang ia akan keluar lewat lobang yang lainnya. Sedangkan secara istilah nifak adalah menyatakan keIslaman dari satu jalan dan keluar dari Islam dari jalan yang lain.53 Sedangkan orang yang berbuat nifak disebut Munafik. Orang yang munafik adalah orang menyembunyikan kekafiran yang berasal di dalam hatinya dan menyatakan keimanan dengan lisannya.54

Dengan kata lain orang munafik adalah orang yang menyatakan dirinya beriman kepada Allah dan rsaul-Nya dengan lisannya tetapi di dalam hatinya ia tidak beriman dan menyembunyikannya apabila sedang bersama orang-orang muslim.

Sifat munafik ini terbagi kepada dua macam:

a. Nifak I‟tikadi

Disebut juga dengan nifak besar. Yaitu, menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran. Nifak jenis ini

53

Ibnu Manzdur, Lisan Al-‘Arab, (Beirut: Dar al-Hadist, 2003), jilid. VIII, h. 658

54

dapat menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam secara total dan menempatkannya di dalam neraka yang paling bawah.55Adapun nifak i‟tikad ini meliputi:

1. Mendustakan rasul atau mendustakan sebagaian ajaran yang beliau bawa

2. Membenci rasul atau membenci sebagian ajaran yang beliau bawa

3. Senang melihat agama Islam mengalami kemunduran

4. Tidak senang melihat Islam berjaya.56 b. Nifak Amali

Nifak amali adalah melakuakn suatu amalan orang-orang munafik dengan masih menyisakan iman di dalam hati. Nifak jenis ini tidak samapai menyebabkan pelakunya keluar dari Islam.57 Hanya saja hal ini dapat menghantarkan pelakunya menjadi seorang yang munafik tulen apabila ia senantiasa mengerjakan perbuatan-perbuatan (nifak) ini.

Adapun ciri-ciri orang munafik atau orang yang memiliki sifat nifak telah dijelaskan oleh rasulullah saw dalam hadist yang di riwayatkan oleh Imam bukhari dari Abu Hurairah, yaitu

“tanda-tanda orang munafik ada tiga: apabila berkata ia berdusta, dan apabila berjanji ia ingkar, dan apabila ia diberiamanah ia khianat. (HR. Imam Bukhari).58

55

Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, op, cit.,h. 338

56

Ibid., h. 344 57

Ibid. 58

Muhammad bin „Ismail al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, (Dar al-Hadist, 2004), jilid. I, h. 17

Dari hadis di atas bahwa terdapat tiga ciri-ciri orang munafik yaitu dusta, ingkar janji, dan khianat. Semua itu merupakan ciri-ciri orang munafik yang apabila terdapat salah satu saja dalam diri seseorang dari ketiga ciri ini maka bisa dikatakan bahwa ia telah berlaku nifak.

Pada surah al-Ankabut ayat 10-11 memberikan kita suatu pelajaran bagaimana orang-orang Islam di zaman rasulullah terdapat beberapa orang yang berlaku nifak atau (munafik) dengan tidak berpegang teguh dengan agama Islam dan mereka kembali ke agama mereka yang sebelumnya hanya karena mereka mendapatkan siksaan dari orang-orang musyrik.

Memiliki sifat jujur, tidak ingkar janji, dan amanah merupakan nilai-nilai yang terkadung pada ayat ini, karena sifat tersebut meliputi segala kebaikan:

1. Jujur dalam perkataan, di dalamnya termasuk pula kalimat tauhid dan yang lainnya. Bila tidak ada tuhan selain Allah, maka ia akan jujur tidak akan berdusta baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain.

2. Menepati janji, baik kepada Allah maupun janji kepada sesama manusia. janji antara dirinya sendiri dengan Allah yaitu janji untuk selalu berada dalam keadaan iman sampai ia meninggal dunia, sedangkan janji kepada sesama manusia adalah dengan menepati janji segala apa yang ia janjikan. 3. Bersifat amanah juga mempunyai dua pengertian, yaitu

amanah antara dirinya dengan Allah dan amanah dirinya dengan sesama manusia. Menunaikan amanah Allah adalah dengan melaksanakan segala apa yang diwajibkan oleh-Nya kepada seorang hamba. Sedangkan amanah kepada sesama manusia adalah dengan menjaga apa yang dipercayakan

seseorang kepadanya, baik berupa harta benda, ucapan, maupun yang lainnya.59

Pada ayat 10-11 ini terdapat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Yaitu, merupakan pendidikan akidah yang mana seseorang dilarang untuk melakukan perbuatan nifak, karena hal tersebut merupakan perbuatan yang dapat menyebabkan seseorang murtad atau keuar dari agama Islam. pada pendidikan akidah percaya kepada Allah dan rasul-Nya harus diyakini dengan sepenuh hati dan tidak boleh hanya diucapkan di bibir saja. Dan juga pada ayat ini terkandung nilai-nilai pendidikan akhlak, sebagaimana pada hadis yang telah dipaparkan di atas bahwa tanda orang munafik ada tiga yaitu; suka berbohong, tidak menepati janji, dan tidak amanah. Tentunya apabila seseorang berbuat suatau kebohongan maka ia telah melakukan suatu perbuatan akhlak yang tidak baik.

59

65

Al-Qur‟an merupakan pedoman dan landasan hidup bagi umat

Islam. Banyak hal-hal yang penting di dalamnya termasuk dengan pendidikan, di dalam al-Qur‟an banyak terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang pendidikan. Diantaranya yaitu yang terdapat pada QS. al-Ankabut ayat 8-11 mengenai pendidikan akidah dan akhlak.

Berdasarkan penjelasan ahli tafsir yang telah penulis uraikan sebelumnya bahwa pada QS. al-Ankabut ayat 8-11 menceritakan tentang kisah seorang anak yang tetap berpegang teguh pada agama Islam meskipun oleh ibunya ditentang dan juga menjelaskan tentang keadaan sifat orang-orang munafik yang menjadikan siksaan orang-orang musyrik sebagai azab dari Allah swt. sehingga mereka berpaling dari Islam.

Adapun nilai-nilai pendidikan akidah akhlak yang terdapat pada QS. al-Ankabut ayat 8-11 adalah sebagai berikut:

1. Larang Berbuat Syririk Terhadap Allah.

Pada QS. al-Ankabut ayat 8-9 dijelaskan tentang larangan untuk berbuat syirik kepada Allah swt. meskipun hal tersebut diperintahkan oleh orang tua sendiri. Nilai pendidikan yang terkandung didalamnya adalah tentang pendidikan akidah bahwa tidak ada tuhan selain Allah swt. dan tidak ada sekutu baginya sesuatu pun.

2. Berbuat Baik Terhadap Kedua Orang Tua

Dalam QS. al-Ankabut ayat 8-9 menceritakan akan anjuran untuk selalu berbuat baik atau berbakti kepada kedua orang tua. Karena orang tua merupakan orang yang telah merawat dan mendidik kita sejak kecil. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan sebuah nilai pendidikan yang diajarkan

pada ayat ini dengan selalu berbakti kepada kedua orang tua kecuali apabila mereka memerintahkan untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.

3. Larangan Berbuat Nifak

QS. al-Ankabut ayat 10-11 juga menceritakan tentang sikap orang-orang munafik. Mereka tidak sepenuhnya beriman kepada Allah tapi mereka hanya mempermainkan agama Islam. nilai pendidikan yang terkandung yaitu pendidikan akidah, bahwa orang-orang munafik mereka tidak sepenuhnya percaya akan Allah swt. serta pendidikan akhlak bahwa dengan selalu berakhlak baik, yaitu dengan berkata jujur, amanah dan menepati janji, untuk menghindari dari sifat-sifat yang dapat menjadikan seseorang menjadi munafik.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi salah satu upaya dalam mengembangkan konsep pendidikan di Indonesia khususnya pada Pendidikan Agama Islam.

Pertama, al-Qur‟an merupakan pedoman hidup bagi umat Islam.

Begitu juga di dalam dunia pendidikan, al-Qur‟an sebagai sumber

pengetahuan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pendidikan khususnya dalam pendidikan Islam agar tidak terlepas dari al-Qur‟an terutama pada

QS. al-Ankabut ayat 8-11 untuk dapat menjalankan apa yang diperintahkan di dalamnya.

Kedua, sebagai seorang pendidik guru harus menerapkan akan dasar-dasar akidah dan akhlak kepada peserta didik, karena akidah merupakan fondasi dari agama Islam. Seorang pendidik tidak hanya harus mengajarkan akidah dan akhlak kepada peseta didik namun pendidik juga harus baik dalam berakidah dan berakhlak karena pendidik akan menjadi cerminan atau panutan bagi peserta didiknya.

67

Hafiz, Abdul dkk, Risalah Aqidah, ciputat: Aulia Press, cet: 1, 2007

Abbas, Sirajuddin, I’tiqad Ahlussunah Wal Jamaah, Jakarta: Pustaka Tarbiyah Baru, Cet: XI, 2010

Abu Ubaidah, Darwis, Panduan Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008, cet. I

Mustafa Al-Maraghi, Ahmad, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Terj. dari Tafsir Al-Maraghi, oleh. Bahrun Abubakar dkk., Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993, cet. II,

AS, Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. II 1994

Shodiq, Akhmad, “Problematika Pengembangan Pemebelajaran PAI”, TAHDZIB Jurnal Pendidikan Agama Islam, vol. 3, 2009

Al-Hafidz, Ahsin W, Kamus Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: AMZAH, 2006 cet. II,

„Ali Ash-Shobuni, Muhammad, at-Tibyan Fi ‘Ulum al-Qur’an, Jakarta: Daar al- Kutub al-Islamiyah, 2003 a

---, Shafwatut Tafasir Tafsir-Tafsir Pilihan, Terj. dari Shafwatut Tafasir, oleh, yasin, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011, cet. I b

As-Samarqandi, Al-Faqih Abul Laits, Tanbihul Ghafilin Nasihat Bagi Yang lalai, Terj. dari Tanbihul Ghafilin oleh Abu Juhaidah, Jakarta: Pustaka Amani, 1999, cet. I,

„Ali Al-Humaidi, Muhammad, Adabul Insan Fil Islam, Surabaya: Maktabah Ahmad Nabhan, t.t.

Basri, Hasan. Kapita Selekta pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012

Budiyono, Kabul, pendidikan pancasila Untuk Perguruan Tinggi, Bandung: Alfabeta, cet.II, 2010

Daud Ali, Muhammad, pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2008

DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997, cet. IX.

Ali, Hery Nur dan Munzier, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani, 2006, cet: I

Aziz, Erwati, “Keberhasilan Pendidikan Perspektif Al-Qur‟an”, Jurnal AT-TARBAWI Kajian Kependidkan Islam, vol. 1, 2004

Dahlan, H.A.A. dan M. Zaka Alfarisi, Asbanun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an, Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2009, cet. X

Mandzur, Ibnu, Lisan Al-‘Arab, (Beirut: Dar al-Hadist, 2003), jilid. VIII, h. 658 Ilyas, Yuhanar. Kuliah Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013a ---, Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta: LPPI, 2013b

Al-Ghazali, Imam, Ihya ‘Ulum al-Din, (tt.p.: Dar al-Ihya, t.t) jilid III, h.52 Jamil, Muhammad, Akhlak Tasawuf, Ciputat: Referensi, 2013, cet. I

Musfah, Jejen, ”Membumikan Pendidikan Holistik”, DIDAKTIKA ISLAMIKA Jurnal Kependidikan dan Keguruan, vol. XI, 2011

Khon, Abdul Majid, Hadis Tarbawi, Jakarta: Prenada Media Group, cet: I, 2012

Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, cet. IX, 2008

Lickona, Thomas Pendidikan Karakter, Terj. dari Educating For Character oleh Lita S, Bandung: Nusa Media, cet. I, 2003

Bin „Ismail Al-Bukhari, Muhammad, Shahih Al-Bukhari, Dar al-Hadist, 2004, jilid. IV,

Mustofa, Ahmad, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2014, cet. IV Bin Hajjaj An-Naisaburi, Muslim, Shahih Muslim, (tt.p:Dar al-Ihya, t.t) jilid. II

Bin „Isa At-Tirmizi, Muhammad, Sunan at-Tirmizi, Beirut: Dar Kutub Al-Ilmiyah, 2013, cet. IV, jilid. II,

Muhammad, Abu Ja‟far bin Jarir ath-Thabari, Tafsir At-Thabari, Terj. dari Jami’

Al-Bayan an Ta’wil ayi Al-Qur’an, oleh Ahsan Askan dkk, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009, cet.I

Nata, Abudin dan Fauzan, Pendidikan Dalam perspektif Hadis, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005

Nawawi, Muhammad Al-Jawi, Tafsir Munir, tt.p.: Dar Ihya Kutub

Al-„Arabiyyah, t.t.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008, cet. VIII.

Bin Fauzan Al-Fauzan, Shalih, Aqidatut Tauhid Kitab Tauhid lis-Shaff Al-Awwal - ats-Tsalis – Al-Aly, penerjemah: Syahirul Alim Al-Adib, Jakarta: Ummul Qura, 2014, cet: VI

Ash-Shalih, Subhi, Mabahits Fi ‘Ulumil Qur’an, penerjemah: Tim Pustaka Firdaus Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011

Syah, Muhibbin. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2013

Sugiyono, Metode Penelitian Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, cet. IV, 2008

Shihab, M. Quraish Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, cet. I, vol.10

--- dkk, Ensiklopedia Al-Quran; Kajian Kosakata, jilid. I, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), cet. I,

As-Sayyid Mahmud Al-Alusi al-Bagdadi, Syihabuddin, Ruhul Ma’ani, Beirut: Dar al-Fikr.

Al-Qurthubi, Syaikh Imam, Tafsir Al-Qurthubi, Terj. dari Al-Jami’ Li Ahkaam

AL-Qur’an, oleh Muhyiddin Mas Rida dan Muhammad Rana Mengala,

Jakarta: Pustaka Azzam, 2009, cet. I

Az-Zarnuji, Burhanuddin, TerjemahTa’limul Muta’allim, Terj. dari Ta’limul Muta’allim, oleh Aliy As‟ad, (Kudus: Menara Kudus, 2007), h. 36

Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2008) cet.I,

Tempat : Kediaman Narasumber

Waktu : Jumat, 6 Januari 2017

Peneliti Narasumber

Apakah ada nilai-nilai pendidikan akidah akhlak pada QS. al-Ankabut ayat 8-11 ?

Hheeemm... bagaimana bunyi ayatnya..

(peneliti membacakan ayat 8) Dalam ayat itu anak diminta untuk berbuat baik kepada orang tua, karena adanya hubungan yang tidak bisa dipisahkan seperti hubungan darah, berarti dia berhutang kepada kedua orang tuanya, dengan demikian seorang anak harus membalasnya dengan berbuat baik di dunia dan mendoakannya ketika orang tua sudah meninggal. Jadi perlu adanya pendidikan untuk berbuat baik kepada orang tua, itu termasuk pendidikan akhlak. Dan semua perintah orang tua harus ditaati, orang tua harus didahulukan bukan kepentingan diri sendiri. Kecuali satu saja yang tak boleh kita patuhi yaitu kalau kita disuruh menyekutukan tuhan (berbuat syirik) berpindah keagama lain, atau menyatakan mempercayai ada kekuatan yang bisa menyelamatkan

kecil sama saja tidak boleh, ini juga termasuk pendidikan akidah karena kita dilarang untuk berbuat syirik kepada Allah.

Apakah ada kaitannya pak dengan surah Luqman ?

Ya ada kaitannya, dalam surah Luqman yang pertama disebutkan Tuhan dulu baru orang tua, dan kalau dalam surah ini disebutkan orang tua dulu baru tuhan, ini menandakan bahwa bakti kepada kedua orang tua itu sangat dianjurkan .

(Peneliti membcakan ayat 9) Pendidikan orang shaleh, nah itu pendidikan akhlak orang perlu beriman mendidik anak menjadi baik, baik akhlaknya baik perbuatannya. Berarti itu pendidikan akhlak juga.

(Peneliti membacakan ayat 10) Akhlak kepada Allah, orang muslim harus berjuang diagama Allah harus tegar tidak boleh lemah. Pendidikan akhlaknya tidak boleh menyerah harus berjuang di agama Allah dalam menjalankan kebenaran. Dan tidak boleh enaknya saja kalau ada kesulitan mereka menghindar dan kalau ada keuntungan mereka senang.

Apakah ada kaitannya dengan sifat munafik ?

Iya, ini ada orang munafik juga begitu kalau mereka dapat kesulitan mereka

(Peneliti membacakan ayat 11) Ada dua golongan orang yang tegar dalam berjuang dan orang munafikn yang mau enaknya aja. Itu kan pendidikan akhlak juga, tidak terombang ambing tidak mudah disogok tidak mudah dirayu, memiliki iman yang kuat dan integritas yang kuat.

Berarti pak intinya pada QS. al-Ankabut ayat 8-11 ini terdapat nilai-nilai pendidikan akidah akhlak ?

Iya, kan sumber itu ada dua bisa mencari dari buku atau pendapat ahli, keduanya sama kuat, kalau buku tidak ada, ya pendapat ahli, atau ada kedua-duanya.

Dokumen terkait