• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-Nilai Pendidikan Akidah Akhlak Yang Terkandung Dalam QS. Al-Ankabut Ayat 8-11

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai-Nilai Pendidikan Akidah Akhlak Yang Terkandung Dalam QS. Al-Ankabut Ayat 8-11"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Abqori Hisan

1112011000010

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

akan pentingnya pendidikan akidah akhlak. Pendidikan akidah akhlak merupakan dasar bagi semua orang dalam beragama terutama agama Islam. akidah mengajarkan ketauhidan dan keyakinan seorang muslim kepada Allah swt. sedangkan akhlak mengajarkan untuk selalu memiliki budi pekerti dan perilaku yang baik dalam hubungan kepada Allah atau dalam kehidupan bermasyarakat. Maka penulis terdorong untuk melakukan sebuah penelitian tentang hal tersebut dan penulis menggunakan ayat al-Qur’an yaitu QS. al-Ankabut ayat 8-11 ini untuk diteliti dan diambil nilai-nilai penidikan akidah akhlak yang terkandung didalamnya.

Penelitian skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif melalui penelusuran data-data atau library reseach. Library reseach yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini dalam membahas ayat adalah metode tahlili yaitu metode tafsir yang digunakan oleh para ahli tafsir, peneliti menggunakan sumber utama kitab tafsir yaitu tafsir al-Misbah, tafsir al-Qurthubi dan Tafsir at-Thabari dalam menjelaskan kandungan ayat al-Qur’an dari berbagai seginya dengan memperhatikan ayat-ayat al-Qur’an sebagaimana yang tercantum dalam mushaf. Dimulai dengan menyebutkan ayat-ayat yang akan ditafsirkan, menjelaskan makna lafazh yang terkandung di dalamnya, menjelaskan munasabah ayat dan menjelaskan isi kandungan ayat. Sedangkan metode pembahasannya menggunakan metode deskriptif-analisis dengan cara mengumpulkan data, analisis data kemudian menarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini, penulis memperoleh nilai-nilai pendidikan akidah akhlak yang meliputi:pertama larangan berbuat syririk terhadap Allah swt. kedua berbuat baik kepada kedua orang tua, ketiga larangan berbuat nifak.

(6)

ii

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah swt Dzat Yang Maha Luhur, Dzat Yang Maha Kuasa yang dengan kudrat dan iradat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana program strata satu (S1), jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta tahun 2016.

Shalawat dan salam selalu tercurahkan bagi junjungan kita baginda Nabi Muhammad saw. yang menjadi panutan kita semua, yang telah membawa dan berjuang untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang utusan Allah untuk menyampaikan risalah-Nya dan mengajarkan serta mendidik umatnya agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia dan bertaqwa.

Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, motivasi, serta dukungannya dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis hanturkan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Majdi Khon, M.Ag Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam 3. Hj. Marhamah Saleh, LC. MA Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam.

4. Drs. Abdul Haris, M.Ag pembimbing skripsi yang senantiasa membimbing, mengarahkan, dan memberikan motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Tanenji, MA Dosen pembimbing akademik yang telah membantu dan memberikan saran kepada penulis.

(7)

iii

8. Kakak-kakaku Ro’fah, Nabilah, Najwa, Suhailah, Sundusiyyah, serta adik -adikku Haninah dan M.sulton yang telah memberikan masukan atas pengalaman yang dimiliki dan keceriaan yang diberikan

9. Pamanku Dawam yang senantiasa meluangkan waktunya untuk mengantar penulis ketika masih kuliah, sehinnga penulis bisa hadir tepat waktu dalam melaksanakan kuliah.

10.Sahabat-sahabatku seperjuangan Yudi, Asep, Bowo, Iwan, Mahmud, Ijaz,

Rifa’i, Anshor, Jajang, Mukhtar, Irfan, fadhli, Ilmi, dan yang lainnya, yang

tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, tapi tidak mengurangi rasa hormat penulis, yang senantiasa mendoakan dan selalu memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Keluarga besar jurusan Pendidikan Agama Islam kelas A angkatan 2012 yang selama ini bersama-sama menyelesaikan studi S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan dan pahala dari Allah swt. semoga apa yang ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat

untuk semua pihak. Amin Ya Rabbal „alamin.

Jakarta, 24 November 2016

(8)

iv SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...9

C. Pembatasan Masalah ...9

D. Rumusan Masalah ...9

E. Tujuan Penelitian ...9

BAB II KAJIAN TEORI A. Acuan Teori ...11

1. Pengertian Nilai-Nilai ...11

2. Pengertian Pendidikan ...12

3. Akidah Akhlak ...14

B. Penelitian Relevan ...31

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Objek dan Waktu Penelitian...33

B. Metode Penelitian...33

C. Fokus Penelitian ...34

D. Prosedur Penelitian...34

BAB IV HASIL ANALISIS A. Tafsir Surah Al-Ankabut Ayat 8-11 ...37

1. Teks dan Terjemahan Ayat ...37

2. Tafsir Mufradat Ayat...38

3. Tafsir Surah Al-Ankabut Ayat 8-11 ...39

(9)

v

A. Kesimpulan ...65 B. Saran ...66

DAFTAR PUSTAKA ...67

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah swt menurunkan al-Qur’an kepada baginda nabi Muhammad saw sekitar 1400 tahun yang lalu. Al-Qur’an diturunkan sebagai pedoman umat manusia melalui perantara nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah dan yang mengajarkan langsung kepada para umatnya, al-Qur’an satu-satunya kitab samawi yang sampai sekarang hingga akhir zaman akan terus ada dan tidak akan pernah punah, berbeda dengan kitab-kitab samawi yang sebelumnya. Al-Qur’an mempunyai kelebihan bahwa keaslian al-Qur’an akan selalu terjaga sampai kapanpun karena Allah sendiri yang akan menjaganya. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Hijr ayat 9:





















“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”1

Al-Qur’an dan Hadis merupaka sumber utama dalam ajaran agama Islam dan menjadi landasan pokok atau yang terpenting di dalam ajaran Islam. Sebagaimana yang disampaikan oleh nabi Muhammad saw, “ telah aku tinggalkan untuk kamu (umat manusia) dua perkara yang apabila kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat (dalam kehidupan) selama-lamanya yaitu kalamullah dan sunnah rasul-Nya.

Berkaitan dengan Hadis di atas bahwa kalamullah dan sunnah rasul-Nya dijadikan pedoman dalam kehidupan terutama untuk umat Islam yang apabila berpegang teguh dengan keduanya dengan penuh kepercayaan dan kesungguhan untuk mengamalkannya tidak akan tersesat dalam hidupnya. Dengan kata lain ini juga mencakup dalam hal segala perbuatan setiap

1

(11)

individu dalam menjalankan kehidupannya yang mana di dalam Al-Qur’an pasti terdapat nilai-nilai yang terpendam dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam beragama dengan baik dan juga untuk menjalani kehidupan dengan baik serta menuntut umat manusia kejalan kebanaran yang hakiki yang sesuai

dengan syari’at agama Islam.

Al-Qur’an sendiri mempunyai pengertian secara etimolgis al-Qur’an adalah mashdar (infinitif) dari qara-a---yaqra-u—qira-atanqura-nan yang berarti bacaan. Secara terminologis al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad saw, yang dibaca dengan mutawatir dan bernilai ibadah dengan membacanya.2

Muhammad „Ali ash-Shabuni mendefinisikan al-Qur’an dengan lengkap yaitu:

“Al-Qur’an adalah firman Allah yang bersifat mukjizat, yang ditrunkan kepada penutup para nabi dan rasul, dengan perantara al-Amin

Jibril „alaihi as-salam, yang ditulis di mushaf-mushaf, diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir, yang bernilai ibadah dengan membacanya, dimulai dengan surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat an-Nas”.

Dengan demikian al-Qur’an mempunyai pengertian yaitu berupa firman-firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat jibril untuk semua umat manusia yang dengan membacanya dapat bernilai ibadah. Al-Qur’an juga banyak di dalamnya

2

Yuhanar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013), h. 16.

3Muhammad „Ali ash

(12)

berisi surat-surat yang di awali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas. Al-Qur’an sendriri diturunkan secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun dengan surat yang pertama kali diturunkan yaitu surat al-„Alaq ayat 1-5 dan surat yang terakhir yaitu surat al-Maidah ayat 3.

Adapun untuk penamaan al-Qur’an sendiri banyak ulama yang berpendapat salah satunya imam asy-Syafi’i yang menagatakan, bahwa lafadz al-Qur’an yang terkenal itu bukan musytaq (bukan pecahan dari akar kata apa pun) dan buka pula ber-hamzah (tanpa tambahan huruf hamzah di tengahnya, jadi dibaca al-Quran). Lafadz tersebut sudah lazim digunakan dalam penegertiannya kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Jadi menurut asy-Syafi’i, lafadz tersebut buakn berasal dari kata qa-ra-a (membaca), sebab kalau akar katanya qa-ra-a, maka tentu setiap sesuatu yang dibaca dapat dinamai al-Qur’an. Lafadz tersebut memang nama khusus bagi al-Qur’an, sama halnya dengan nama Taurat dan Injil.4

Di dalam al-Qur’an juga banyak pelajaran-pelajaran yang terkandung yaitu; mengenai hukum-hukum Islam, cerita-cerita umat terdahulu, akidah (tauhid), akhlak, janji-janji dan ancaman.

Belakangan pada zaman sekarang banyak orang yang membaca

al-Qur’an dan menghafal al-Qur’an tetapi sangat sedikit orang-orang yang mampun mengamalkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Sebagai contoh kita sering melihat di televisi banyak orang yang tidak bermoral melakukan hal-hal keji seperti membunuh, korupsi, protitusi dan banyak lagi yang lain, hal ini di karenakan sudah terdegradasinya akidah (keyakinan) dan akhlak manusia. Padahal akidah (keyakinan) dan akhlak merupakan hal yang penting yang harus tertanam di dalam diri seseorang dengan kuat, tanpa adanya akidah seseorang akan menjadi sesat dan tanpa adanya akhlak seseorang akan melakukan hal-hal yang menyeleweng baik itu untuk dirinya maupun bagi orang lain.

4

(13)

Persoalan akhlak sering kali dianggap sepele dan tidak menentukan, meskipun kenyataan fakta moralitas saat ini sangat mengharukan. Segala jenis keburukan silih berganti dipertontonkan dalam berbagai media yang begitu mudah diakses. Persoalan akhlak menjadi persoalan krusial yang tidak mudah untuk ditemukan solusinya. Dunia pendidikan sebagai kawah candradimuka penggodok akhlak, tampak kehilangan jawaban ketika menyaksikan siswa-siswa yang baru saja dididik dan masih berpakaian seragam sekolah ternyata telah terlibat tawuran, geng kekerasan dan penyimpangan seksual. Lantas bagaimana seharusnya kita menangani persoalan ini? Apa saja yang harus diperhatikan jika kita ingin memperbaiki akhlak seseorang dengan benar? Inilah persoalan-persoalan serius yang membutuhkan jawaban segara mungkin.5

Nabi Muhammad saw pada dasarnya diutus ke muka bumi untuk menjunjung tinggi akhlak, terutama pada orang-orang Quraisy yang pada saat sebelum nabi Muhammad diutus ke bumi mereka tidak mempunyai akhlak dan akidah yang lemah. Oleh sebab itu pada dasarnya islam mengajak seluruh umat manusia untuk menjunjung tinggi akhlak, memiliki budi pekerti yang baik serta menghormati segala perbedaan yang ada.

Begitupun dalam dunia pendidikan, akhlak merupakan komponen yang menjadi tujuan utama dalam proses pembelajaran, bahkan sekarang kurikulum di Indonesia mengedepankan pembelajaran sikap atau dalam kata lain kurikulum di negara ini mengedepankan akhlak seabagai tujuan dalam pendidikan. Ini selaras dengan tujuan pendidikan Islam yang diklasifikasikan

menjadi tiga tujuan, “yaitu keagamaan, keduniaan,dan ilmu untuk ilmu. Tiga

tujuan tersebut terintegrasi dalam satu tujuan yang disebut tujuan tertinggi

pendidikan Islam, yaitu tercapainya kesempurnaan insani”.6

5Akhmad Shodiq, “Problematika Pengembangan Pemebelajaran PAI”,

TAHDZIB Jurnal Pendidikan Agama Islam, vol. 3, 2009, h. 29

6

(14)

Ibnu Miskawaih salah seorang konseptor pendidikan agama islam menjelaskan dalam bukunya Tahzdib al-Akhlak bahwa nilai terpenting dalam pendidikan agama Islam yaitu akhlak. Yang dapat mewujudkan sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan sejati dan sempurna.

Demikian juga akidah yang merupakan hal terpenting dalam pendidikan Islam, karena akidah merupakan pondasi utama seseorang untuk beragama terutama dalam agama Islam. Bentuk akidah dalam Islam adalah mengimani akan adanya Allah swt dan meyakini akan utusan-Nya yaitu nabi Muhammad saw dan nabi-nabi yang lain. Mempercayai akan keEsaan Allah dan tidak meneyekutukan-Nya merupakan hal terpeneting dalam akidah Islam.

Akidah adalah tauqifiyah (berdasarkan wahyu semata). Ia tidak bisa

ditetapkan kecuali dengan dalil syar’i serta tidak ada medan ijtihad dan

berpendapat di dalamnya. Karena itulah sumber-sumbernya terbatas pada apa yang terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Sebab tidak seorang pun yang lebih mengetahui tentang Allah, tentang apa yang wajib bagi-Nya dan apa yang harus disucikan dari-Nya melainkan Allah sendiri. Dan tidak seorang pun sesudah Allah yang lebih mengetahui tentang Allah selain Rasulullah saw.7

Pendidikan akidah atau pendidikan keimanan merupakan salah satu isi dari ajaran pendidikan Islam diberbagai tempat, pendidikan akidah ini menjelaskan dan mengajarkan cara manusia untuk menciptakan hubungan antara hamba kepada al-khaliq. Meskipun demikian pendidikan akidah ini dalam pendidikan Islam seringkali menimbulkan perdebatan sehingga timbul penyelewengan-penyelewengan baik dalam ranah pembahasan materi dan

7

(15)

aplikasinya karena kurangnya pemahaman secara menyeluruh dan lemahnya seseorang tentang mempelajari akidah.

Di era sekarang ini banyak permasalahan yang berkaitan dengan lemahnya akidah seseorang. Sebagai contoh radikalisme yang menjadi sorortan uatama dalam permasalahan yang berkaitan dengan penyelewengan akidah, belum lagi timbulnya aliran-aliran sesat dan nabi palsu yang banyak terjadi di negeri ini.

Salah satu contoh, belum lama diberitakan di berbagai media masa tentang aliran Gerakan Fajara Nusantara (Gafatar), sebelumnya aliran ini dikenal dengan nama komunitas Millah Abraham (Komar). Gerakan ini merupakan bentuk transformasi dari aliran al-Qiyadah, yang didirikan oleh Ahmad Musadeq pada tahun 2006. Gafatar dikatakan sesat karena menganggap orang lain yang belum disumpah oleh kelompok mereka adalah kafir. Dalam ajarannya, para pengikut Gafatar hanya melakukan shalat malam, tanpa perlu melaksanakan shalat lima waktu. Mereka juga tidak mewajibkan puasa Ramadhan dan adanya perbedaan syahadat yang mereka sebutkan dalam pembaiatan dan mereka mengakui Ahmad Musadeq sebagai nabi.8 hal seperti ini sangat tidak dibenarkan. Padahal dalam Islam telah diajarkan bahwa tidak ada lagi nabi setelah nabi Muhammad saw, dan itu wajib kita yakini sebagai umat Islam yang beriman. Sebagaimana dijelaskan dalam QS al-Ahzab ayat 40:













































8"Daftar aliran sesat (Islam) yang berkembang saat ini”, diakses pada hari kamis tanggal

(16)

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”9

Di atas hanya salah satu contoh realitas penyelewengan akidah Islam yang terjadi dimasyarakat Indonesia karena lemahnya akidah dan keimanan seorang Muslim dalam menjalankan agamanya. Banyak hal yang menyebabkan penyelewengan akidah Islam, mulai dari kurangnya pengetahuan tentang agama, tingginya angan-angan terhadap kehidupan dunia, serta tidak percaya akan firman-firman Allah swt. Semua ini harus ditanggulangi dan tidak bisa dibiarkan berkembang dan menjamur di negeri kita.

Dalam hal ini tentunya dunia pendidikan terutama pendidikan Agama Islam harus berperan aktif dalam menghadapi masalah akidah ini, yang mana akidah Islam harus mulai ditanam pada setiap Muslim sejak dini. Peran orang tua, guru PAI di sekolah dan bahkan guru ngaji pun harus memberikan pembekalan dan pembelajaran tentang akidah Islam dengan baik, supaya hal-hal seperti radikalisme dan lain sebagainya dapat ditanggulangi dan bahkan dihilangkan.

Sebagai seorang Muslim yang beriman kita harus memiliki keimanan yang kuat, percaya akan keesaan Allah swt tidak menyekutukannya, patuh pada perintahnya dan menajuhi segala larangannya serta percaya kepada para rasul-Nya, percaya kepada kitab-kitab yang Ia turunkan dan percaya kepada hari kiamat. Dan kita harus terus memperkuat keimanan kita jangan sampai kita terpadaya kepada sesuatu yang dapat menghancurkan keimanan yang ada dalam diri kita sehingga dapat menjadikan kita hamba yang tersesat sebagaimana dijelakan dalam QS. An-Nisa ayat 136

9

(17)



















































































“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”10

Di dalam al-Qur’an ada ayat yang menerangkan tentang pentingnya akidah dalam Islam serta akhlak, salah satunya pada surah al-Ankabut ayat 8-11 yang sebagaimana telah dijelaskan oleh ahli tafsir yang telah wawancarai bahwasanya pada ayat tersebut terkandung nilai-nilai pendidikan akidah dan akhlak di dalamnya. Dalam hal ini saya kira patut untuk dijadikan sebuah penelitian terpadu menggunakan penafsiran para ulama dan para pakar ahli tafsir tentang ayat ini karena banyak terkandung dan sarat akan nilai-nilai akidah dan akhlak dari surat al-Ankabut ayat 8-11 ini.

Oleh karena itu saya sebagai peneliti mengambil judul untuk skripsi yang akan saya lakukan tentang masalah tersebut. Meskipun sudah banyak yang melakukan penelitian seperti hal macam ini tapi saya kira dan saya juga belum mendapatkan atau menemukan penelitian yang mengambil objek tentang surat al-Ankabut ayat 8-11.

Dengan demikian berdasarkan paparan di atas, penelitian ini dilatar belakangi dengan menggunakan kajian dan untuk mencari nilai-nilai pendidikan akidah akhlak, penelitian ini berjudul NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKIDAH AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM

SURAT AL-ANKABUT AYAT 8-11.

10

(18)

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berkurangnya nilai-nilai pendidikan akidah akhlak zaman sekarang ini. 2. Sedikit masyarakat yang mengetahui tentang pentingnya memiliki

akidah yang kuat serta akhlak yang baik.

3. Maraknya ajaran-ajaran sesat sekarang ini dan diperlukan akidah yang kuat untuk mentamengi diri dari ajaran sesat.

C. Pembatasan masalah

Untuk lebih terarahnya pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis membatasi masalah yaitu:

1. Nilai-nilai pendidikan akidah akhlak yang terkandung dalam suart al-Ankabut ayat 8-11

2. Memaparkan pendapat para ulama ahli tafsir dan para pakar mengenai isi kandungan dari surat al-Ankabut ayat 8-11

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang penulis ajukan adalah:

1. Nilai-nilai pendidikan akidah akhlak apa saja yang terkandung di dalam surat al-Ankabut ayat 8-11?

2. Bagaimana pendapat para ulama tafsir dan para pakar mengenai isi kandungan dari surat al-Ankabut ayat 8-11?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah:

(19)

b. Untuk mengungkap pendapat para ahli tafsir dan para pakar mengenai isi kandungan yang terdapat dalam al-Qur’an surat al -Ankabut ayat 8-11.

2. Manfaat penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan menarik minat peneliti lain, khususnya para mahasiswa untuk mengembangkan penelitian lanjutan tentang masalah yang sama.

b. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan

c. Menambah pengetahuan masyarakat akan pentingnya akidah dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari

(20)

11

1. Pengertian Nilai-Nilai

“Menurut Kamus Poerwadaminto nilai berarti sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi manusia.”1 Menurut Hanry Pratt yang dikutip oleh Kaelan nilai adalah (The believed capacity of any object to statisfy a human desire) kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu

benda untuk memuaskan manusia atau sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok.2

Jadi nilai adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan berarti sifat objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai artinya terdapat sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Misalnya, bunga itu indah, perbuatan itu susila. Indah, susila merupakan sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan perbuatan tersebut.

Terdapat dua macam nilai: moral dan nonmoral. Nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan yang mengandung kewajiban. Kita merasa diwajibkan untuk memenuhi janji, membayar tagihan, mengurus anak-anak, dan adil dalam berurusan dengan orang lain. Sedangkan nilai nonmoral tidak mengandung semacam itu. Nilai non moral menunjukakan apa yang ingin atau suka kita lakukan.3

Niali-nilai moral (bersifat wajib) dapat dibagi lagi ke dalam dua kategori: universal dan nonuniversal. Nilai-nilai universal, seperti memperlakukan orang dengan adil dan menghormati kehidupan, kebebasan, dan kesetaraan orang lain, sifatnya mengikat semua orang

1

Kabul Budiyono, pendidikan pancMasila Untuk Perguruan Tinggi, (Bandung: Alfabeta, 2010) cet.II, h. 139.

2

Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2008) Cet. IX, h. 87.

3

(21)

dimana saja mereka berada karena nilai-nilai ini menegaskan kemanusiaan dan harga diri fundamental manusia. Sedangkan nilai-nilai moral yang nonuniversal sebaliknya, tidak mengandung kewjiban moral yang universal. Nilai-nilai ini, seperti kewajiban bagi pemeluk agama tertentu (misalnya, berdoa, berpuasa, mempertingati hari besar kegamaan) adalah nilai yang secara individual saya merasa wajib mentaatinya. Namun saya tidak bisa membebankan perasaan pribadi ini pada orang lain.4

2. Penegertian Pendidikan

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, yang mengandung arti “perbuatan” (hal,

cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogi, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.5 Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah

“proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.6 “Dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (medidik) artinya memberi peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to develop)”.7 Menurut M.J. Langeveld yang dikutip oleh Hasan Basri pendidikan adalah “uapaya manusia dewasa dalam membimbing mereka yang belum dewasa”.8

Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional no. 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,

4

Ibid.

5

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kalam Mulia, 2008), cet. VIII, h. 13

6

DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997) cet. IX, h. 232.

7

Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 10.

8

(22)

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.9

Dari pengertian di atas dapat digaris bawahi bahwa pendidikan merupakan suatu proses untuk memanusiakan manusia atau menjadikan seseorang dari tidak bisa menjadi bisa dengan tujuan untuk menjadikan seseorang memiliki kekuatan spritual, akhlak mulia, serta kecerdasan yang berguna baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat luas.

Dalam pandangan Islam, pendidikan merupakan upaya untuk mewujudkan manusia yang berakhlak (ta’dib) dalam diri manusia, mencakup upaya penigkatan pengajaran (ta’lim) dan pembinaan (tarbiyah). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mewujudkan manusia yang seutuhnya (paripurna).10 Sedangkan agama Islam yaitu suatu ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw kepada umat manusia sebagai agama yang diridhai Allah swt untuk dapat tunduk dan taat serta beribadah kepada-Nya.

Dengan demikian pedidikan agama Islam yaitu suatu proses perubahan dan pengembangkan pemahaman tentang ajaran yang disamapaikan oleh nabi Muhammad saw untuk dapat tunduk dan taat serta beribadah kepada-Nya melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Al-Qur’an dan Hadis manjadi sumber utama ajaran dalam agama Islam, sebagaimana yang telah diterangkan pada bab pendahuluan bahwasanya banyak nilai-nilai yang terkandug didalamnya. Menurut Prof, H. Muhamad Daud Ali, S.H. dalam bukunya yang berjudul Pedidikan Agama Islam, bahwa ada nilai-nilai penting dalam pendidikan agama Islam yaitu:

9

Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2008) cet.I, h. 3

10Jejen Musfah, ”Membumikan Pendidikan Holistik”,

(23)

a. Akidah. b. Syari’ah c. Akhlak d. Tauhid

e. Ilmu pengetahuan

Sedangkan nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam

al-Qur’an dan hadis yaitu iman, ilmu, amal, akhlak, dan sosial. Semua nilai tersebut terhimpun dalam firman Allah ketika menyifati keraguan manusia yang menyimpang dari jalan pedidikan Islam, baik manusia sebagai generasi, maupun umat manusia secara keseluruhan 11

Dilihat dari asal datangnya nilai, dalam perspektif Islam terdapat dua sumber nilai, yaitu Tuhan dan manusia. Nilai yang datang dari Tuhan adalah ajaran-ajaran tentang kebaikan yang terdapat dalam kitab suci. Nilai ini bersifat mutlak, tetapi implementasinya dalam bentuk perilaku bersifat relatif.12 Sedangkan nilai yang bersumber dari manusia adalah nilai yang bersifat sosial yang sesuai dengan norma masyarakat dan budaya.

3. Akidah Akhlak

Akidah akhlak merupakan salah satu materi pembelajaran dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah-sekolah atau di madrasah. Pembelajaran ini mengajarakan tentang akidah-akidah dalam beragama Islam dan akhlak atau sikap-sikap yang baik, berperilaku yang baik dan Islami dalam kehidupan sehari-hari dan dalam bermasyarakat.

Sebenarnya akidah akhlak merupakan berasal dari dua suku kata yaitu akidah dan akhlak yang masing-masing mempunyai pengertian tersendiri,

11

Abudin Nata, dan Fauzan, Pendidikan Dalam perspektif Hadis, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) h. 107

12

(24)

a. Akidah

Secara etimologis atau bahasa, akidah berakar dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqan-‘aqidatan.aqdan berarti simpul, ikatan,

perjanjian dan kokoh. Setelah berbentuk menjadi „aqidah berarti

keyakinan. Relevansi antara kata „aqdan dan ‘aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati. Secara terminologis atau istilah, terdapat beberapa devinisi yang dikutip oleh Yunahar Ilyas antara lain:13

1) Menurut Hasan al-Banna

„Aqa’id (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa

perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati(mu), mendatangkan ketenteraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan.

2) Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy

Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umu (axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. (kebenaran) itu dipatrikan (oleh manusia) di dalam hati (serta) diyakini kesahihan dan keberadaannya (secara pasti) dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

Dari pengertian dan paparan dari para ahli tentang akidah maka dapat dijelaskan dengan bahasa yang lebih sederhana bahwa akidah merupaka keyakinan atau keimanan terhadap sesuatu (dalam hal ini Allah swt) berdasarkan wahyu dan akal yang tertanam di dalam hati yang diyakini kebenarannya dan menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

Akidah dalam Islam yaitu meyakini akan Allah swt, meyakini akan adanya para malaikat-Nya, meyakini akan utusan ( nabi dan rasul), meyakini akan kitab-kitab yang yang diturunkan-Nya, meyakini akan adanya hari kiamat dan yang terakhir meyakini akan

13

(25)

qadha dan qadar. Ini yang sering kita sebut sebagai rukun iman. Penulis akan menjelaskan dengan singkat satu persatu tentang rukun iman ini :

a) Iman Kepada Allah swt

Esensi iman kepada Allah swt adalah tauhid yaitu mengEsakan-Nya, baik dalam zat, asma was-shiffat, maupun af’al (perbuatan-Nya).14 Dengan kata lain iman kepada Allah SWT berarti meyakini bahwa hanya Allah lah satu-satunya tuhan yang ada dan tidak ada tuhan lain selain Ia.

Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah ayat 73.

















“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.”15

Dari penegrtian di atas penulis akan menjelaskan makna Allah Maha Esa dalam zat, asma was-shiffat, dan af’al.

(1) Allah Maha Esa dalam zat. Kemaha Esaan Allah dalam zatnya dapat dirumuskan dengan kata-kata bahwa zat Allah tidak sama dan tidak sama dan tidak dapat dibandingkan dengan apapun juga. Dia unique (unik: lain dari semuanya), berbeda dalam

14

Ibid., h. 18

15

(26)

segala-galanya. Zat Tuhan yang unik atau yang Maha Esa itu bukanlah materi yang terdiri dari beberapa unsur bersusun.16 (2) Allah Maha Esa dalam asma was-shiffat. Artinya bahwa

sifat-sifat Allah penuh kesempurnaan dan keutamaan, tidak ada yang menyamainya. Sifat-sifat Allah itu banyak dan tidak dapat diperkirakan.17 Namun dalam al-Qur’an dapat diketahui sembilan puluh sembilan (99) nama sifat Allah yang biasanya kita sebut dengan asmaul husna.

(3) Allah Maha Esa dalam af’al-Nya. Artinya bahwa kita meyakini Allah yang Maha Esa tiada tara dalam melakukan sesuatu, sehingga hanya Dialah yang dapat berbuat menciptakan alam semesta ini. Perbuatan-Nya itu unik, lain dari yang lain.18

b) Iman Kepada Para Malaikat.

Secara etimologis kata malaikah (dalam bahasa Indonesia disebut malaikat) adalah bentuk jamak dari malak, berasal dari mashdar al-alukah artinya ar-risalah (missi atau pesan). Yang membawa misi atau pesan disebut ar-rasul (utusan). Dalam beberapa ayat al-Qur’an malaikat juga disebut dengn rusul (utusan-utusan), misalnya dalam surat Hud ayat 69. Bentuk jamak lain dari malak adalah mala-ik. Dalam bahasa Indonesia kata malaikat dipakai untuk bentuk tunggal. Bentuk jamaknya menjadi para malaikat. Secara terminologis Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah swt dari cahaya dengan wujud dan sifat tertentu.19

Allah swt berfirman dalam QS. At-Tahrim ayat 6:

16

Muhammad Daud Ali, pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 202

17

Ibid., h. 203

18

Ibid., h. 205

19

(27)























“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”20

c) Iman Kepada Nabi dan Rasul.

Yakin kepada para nabi dan rasul merupakan rukun iman yang ketiga. Di dalam buku-buku ilmu tauhid disebutkan bahwa antara nabi dan rasul ada perbedaan tugas utama. Para nabi menerima tuntunan berupa wahyu,akan tetapi tidak mempunyai kewajiban menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia. Rasul adalah utusan (Allah) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada umat manusia. Oleh karena itu, seorang rasul adalah nabi, tetapi seorang nabi belum tentu rasul. Di dalam al-Qur’an disebut nama 25 orang nabi, beberapa diantaranya

berfungsi sebagai rasuul (Daud, Musa, „Isa, dan Muhammad)

yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada manusia dan menunjukkan cara-cara pelaksanaannya dalam kehidupan manusia sehari-hari.21

Allah swt berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 258:

20

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, op. cit., h. 560

21

(28)













“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."”22

Ayat di atas menjelaskan bahwasanya Allah mengutus para rasul-Nya ke bumi mulai dari nabi Adam as. Sampai kepada nabi yang terakhir yaitu nabi Muhammad saw. Dan menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan anatara sesama nabi karena mereka semua adalah utusan Allah swt yang mempunyai satu misi yang sama yaitu memperkenal Allah swt kepada umat manusia. Oleh karena beriman para rusal Allah merupakan suatu hal yang mutlak tanpa ada membeda-bedakan mereka (nabi-nabi)

d) Iman Kepada Kitab-Kitab

Yaitu kita harus meyakini akan kita-kitab yang Allah turunkan kepada para rasul-Nya. Kitab-kitab Allah yang wajib kita percayai ada 4.23 :

(1) Kitab Taurat: diturunkan kepada Nabi Musa as. Berisi

hukum-hukum syari’at dan kepercayaan yang benar.

22

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., op. cit., h. 49

23

(29)

(2) Kitab Zabur: diturunkan kepada Nabi Daud as. Berisi doa, zikir, nasehat dan hikmah. Tidak ada hukum syari’at masih

mengikuti syari’at Nabi Musa as.

(3) Kitab Injil: diturunkan kepada Nabi „Isa as. Berisi seruan tauhid kepada Allah, menghapus sebagian hukum pada kitab Taurat yang sudah tidak relevan.

(4) Kitab al-Qur’an: diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

Berisi syari’at yang menghapus sebagian isi kitab terdahulu,

yang sudah tidak relevan dan juga melengkapinya yang sesuai dengan zamannya.

Allah berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 136:



...

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.”24

Sama halnya pada beriman kepada nabi-nabi Allah, beriman kepada kitab-kitab Allah juga merupakan hal yang mutlak dan tidak boleh kita tidak mempercayai kitab-kitab yang lain, misalnya kita sebagai seorang yang Muslim kita percaya

al-Qur’an adalah kalamullah sedangkan kitab-kitab Allah yang lain yaitu Injil, Taurat dan Zabur kita tidak mempercayainya, hal ini sunnguh tidak dibenarkan. Sebagai karena Allah sendiri yang menjelaskan pada ayat yang diatas bahwa al-Qur’an, Injil, Taurat dan Zabur semua itu kitab-kitab samawi yang merupakan kalamullah dan semua itu harus diimani dan yakini seutuhnya.

e) Iman Kepada Hari Akhir

24

(30)

Umat Islam mempercayai bahwa hari akhir akan ada.

Dalam bahasa Arab dinamai “yaumul Akhir. Hari akhir bermula, setelah kita sudah meninggal sampai ummat manusia masuk surga atau masuk neraka, sesuai dengan amal mereka masing-masing. Surga dan neraka dan sekalian isinya dikekalkan Tuhan, sehingga penduduk keduanya kekal dalam syurga atau kekal dalam neraka buat selama-selamanya.25

Allah swt menjelaskan bagaimana dahsyatnya ketika hari akhir datang, bagaimana bumi dan alam semesta ini hancur dalam QS. Al-Qariah ayat 1-5.



























“Hari kiamat. Apakah hari kiamat itu? Tahukah kamu Apakah hari kiamat itu?Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran,Dan

gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.”26

f) Iman Kepada Takdir Allah

Yaitu mempercayai akan qada dan qadar Allah swt. Qada adalah segala keputusan Allah terhadap makhluk sejak zaman azali (zaman sebelum menciptakan alam). Sedangkan qadar adalah ketentuan sesuatu makhluk sesuai dengan qada.27 Sebagai umat Islam kita harus percayai akan takdir yang Allah beriman keapada kita, baik atau buruk yang Allah tetapkan, kita harus tetap mempercayai bahwa semuanya telah diatur oleh-Nya.

25

Sirajuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunah Wal Jamaah, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah Baru, 2010) cet; XI, h. 70

26

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., op. cit., h. 600

27

(31)

Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Rum ayat 30

































Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”28

Ayat ini menegaskan kepada kita bahwa Tuhan telah membekali manusia sejak lahirnya dengan fitrah, walaupun para ulama berbeda pendapat tentang pengertian fitrah dalam ayat ini, namun pendapat yang terbanyak dianut para ulama adalah bahwa fitrah di sini merupakan naluri manusia untuk mengimani Allah dan beragama Islam.(al-Raghib al- Isfihani: tt, 382). al-Maraghi

menafsirkan ayat ini dengan mengatakan: “sesungguhnya Allah telah

menciptakan manusia dengan fitrahnya itu cenderung kepada mentauhidkan-Nya dan mengakui eksistensi-Nya (al-Maraghi, juz 21, VII, 45) fitrah yang dikemukakan di atas, yakni yang condong kepada gama tauhid atau fitrah beragama.29

b. Akhlak.

Dalam menjelaskan penegertian akhlak terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu pendekatan secara etimologis (kebahasaan) dan pendekatan secara terminologis (peristilahan). Dari sudut pandang etimologis kata akhlak berasal dari bahasa Arab

28

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, op. cit., h. 407

29Erwati Aziz, “Keberhasilan Pendidikan Perspektif Al

(32)

akhlak, bentuk jamak dari kata khuluq atau al-Khulq, yang antara lain

berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at.30

Sedangkan secara terminologis kita dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini.

1) Menurut Ibnu Miskawaih

Sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.31

2) Menurut Imam al-Ghazali

Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.32

3) Menurut Ibrahim Anis

Sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiw, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuata, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.33

Dari pendapat para ahli di atas, secara keseluruhan definisi akhlak yang mereka sampaikan tampak tidak ada yang bertentangan, bahwa hampir memiliki kesamaan antara yang satu dan yang lainnya. Penulis sendiri akan menjelaskan tentang definisi akhlak berdasarkan pemaparan dari para pakar di atas. Akhlak adalah sifat manusia yang telah tertanam di dalam jiwanya yang akan dapat menimbulkan

30

Ali, op. cit,. h. 346

31

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996) cet; I, h. 3

32

Imam al-Ghazali, Ihya ‘Ulum al-Din, (tt.p.: Dar al-Ihya, t.t) jilid III, h.52

33

(33)

berbagai macam perbuatan, sikap dan kepribadian seseorang, yang dilakukannya secara spontan tanpa memerlukan pertimbangan sesuatu yang mana hasilnya akan menjadi baik atau buruk.

Dalam agama Islam akhlak merupakan salah satu pondasi kuat

dalam menopang agamas Islam setelah iman dan syari’at. Akhlak

merupakan hal yang penting yang harus dimiliki oleh seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan ketika bermasyarakat, karena dengan akhlak ini akan terlihat bagaimana kepribadian yang dimiliki oleh seseorang, apabila seseorang memiliki akhlak yang baik maka ia akan disenangi oleh banyak orang dan sebaliknya apabila seseorang memiliki akhlak yang buruk maka ia akan dibenci oleh banyak orang karena akhlaknya yang buruk.

1) Penegertian Baik dan Buruk

Kata baik dalam bahasa Arab berarti khair dan dalam bahasa Inggris berari good. Pengertian baik sendiri berarti sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang memberikan kepuasan.34 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa baik merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan rasa kepuasan yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

Sedangkan buruk dalam bahasa Arab yaitu syarr dan dalam bahasa Inggris yaitu bad. Penegrtian buruk sendiri yaitu segala yang tercela, lawan baik, pantas, bagus, dan sebgainya. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakatyang berlaku.35

Dalam pendidikan Islam, akhlak yang baik disebut dengan akhlak mahmudah dan akhlak yang buruk disebut dengan akhlak

34

Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994) cet. II h. 25

35

(34)

mazmumah. Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT (al-Qur’an yang dalam penjabarannya dilakukan oleh hadis Nabi Muhammad SAW.

Dalam Islam perbuatan baik adalah perbuatan yang sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan Sunnah, dan perbuatan yang buruk adalah perbuatan yang bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah itu. Taat kepada Allah dan Rsaul-Nya, berbakti kepada kedua orang tua, saling menolong dan mendoakan kebaikan, menepati janji, menyayangi anak yatim, jujur, amanah, sabar, ridla, ikhlas adalah merupakan perbuatan yang baik karena sesuai dengan petunjuk al-Qur’an. Sebaliknya bersikap membangkang terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya, durhaka kepada ibu bapak, saling bertengkar dan dendam, mengingkari janji, tidak peduli pada nasib anak yatim, curang, khianat, riya, putus asa dan tidak menerima keputusan Tuhan adalah perbuatan buruk, karena bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah.36

2) Macam-Macam Akhkak

Akhlak merupakan suatu perbuatan manusia dan tingkah laku manusia. sebgaimana manusia mempunyai relasi yaitu hablu min Allah (hubungan manusia terhadap Allah) dan hablu min an-nas (hubungan manusia dengan manusia) diantara hubungan manusia dengan manusia ada akhlak terhadap sesama makhluk, terhadap keluarga, dan kepada lingkungan. Oleh karena itu di sini akan dijelaskan secara rinci bagaimana akhlak manusia terhadap Allah dan terhadap sesama manusia.

a) Akhlak Manusia Terhadap Allah

36

(35)

Akhlak kepada Allah merupakan sikap perbuatan manusia terhadap Allah swt. Akhlak kepada Allah merupakan manifestasi dalam bentuk kepatuhan dalam menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Selain itu, bentuk akhlak kepada Allah juga merupakan manifestasi yang ditujukan dengan komitmen yang kuat untuk memperbaiki kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. Intinya, seseorang yang dianggap memiliki akhlak yang baik kepada Allah pasti memiliki keinginan yang kuat tanpa paksaan untuk terus berupaya menjadi seorang hamba yang patuh dan taat kepada Allah swt. Sebaliknya seorang yang dianggap memiliki akhlak yang yang buruk kepada Allah jika ia tidak memiliki keinginan dan kemauan yang kuat untuk melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.37

Menurut Abudin Nata sekurang-kurangnya ada empat alasan mengpa manusia perlu berakhlak kepada Allah swt. Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan ke luar dari antara tulang punggung dan tulang punggung. Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indra berupa penglihatan, pendengaran, akal pikiran dan hati sanubari, di samping anggota badan yang kokoh dan sempurna yang Allah berikan kepada manusia. ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana sebagai pedompang hidup manusia berupa makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air dan udara serta binatang ternak dan sebagainya. Keempat, karena Allah telah menjadikan

37

(36)

manusia sebagai khalifah di muka bumi ini dan memberikan manusia kemampuan untuk menguasai daratan dan lautan.38

Sebagai contoh akhlak yang baik terhadap Allah adalah sebagai berikut:

(1) Ikhlas keapada Allah swt dalam beramal

(2) Waspada agar tidak terjatuh ke dalam perbuatan syirik terhadap Allah swt. Allah swt berfirman dalam QS. al-An’am ayat 88.









Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.39

(3) Beribadah kepada-Nya dan menegakkan apa-apa yang difardhukan-Nya sebagaimana yang Dia perintahkan

(4) Takut kepada Allah dan takut dari azabnya serta penuh harap pada-Nya

(5) Bersabar menghadapi segala ketetapan takdir-Nya dan membenarkan kabar yang diberitakanNya serta melaksanakan apa-apa yang diwajibkan oleh-Nya

(6) Senantiaa berdzikir (mengingat dan menyebut-Nya)

(7) Bertaubat dan inabah (kembali) kepada-Nya serta memohon ampunan dari-Nya.

(8) Berserah diri dan tunduk serta paruh kepada-Nya

(9) Mengagungkan dan menghormati-Nya serta mengagungkan syiar-syiar-Nya.

38

Abudin Nata, op. cit,. h.149-150

39

(37)

(10) Mensyukuri segala nikmat yang telah Ia berikan.40

b) Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Akhalak terhadap sesama manusia merupakan sikap seseorang dalam bermasyarakat, dalam bersosialisasi dan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari secara bersama-sama. Karena manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri di dunia ini dan perlu adanya dukungan atau bantuan dari orang lain untuk menopang kehidupannya. Oleh karena itu kita sesama manusia harus memiliki relasi yang baik antara satu sama lain bertingkah laku yang baik antara sesama manusia.

Dalam konteks hubungan sesama Muslim, Rasulullah mengumpamakan bahwa hubungan anatara sesama Muslim diumpamakan sebagai anggota tubuh yang saling terkait dan merasakan penderitaan jika salah satu organ tubuh tersebut mengalami sakit. Akhlak terhadap sesama manusia juga harus ditunjukkan kepada orang yang bukan Islam di mana mereka ini tetap dipandang sebagai makhluk Allah yang harus disayangi.41

c) Akhlak Terhadap Kedua Orang Tua

Akhlak terhadap kedua orang tua adalah akhlak yang sangat-sangat penting setelah akhlak terhadap Allah dan akhlak terhadap diri sendiri. Karena kedua orang tua merupakan orang yang sangat berjasa dan berperan penting dalam kehidupan setiap manusia dalam kehidupannya. Setiap

40Majid Sa’ud al

-Ausyan, Panduan Lengkap dan Praktis Adab dan Akhlak Islami Berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, Terj. dari Muntaqa al-Adab asy-Syar’iyyah, oleh Abdurrahman Nuryaman, (Jakarta: Darul Haq, 2015) cet. II, h. 7

41

(38)

manusia di dunia ini pasti memiliki orang tua yang telah melahirkan, mendidik, dan menjaga anaknya dari segala apapun yang dapat mengancam kehidupan anaknya.

Dalam Islam akhlak terhadap kedua orang tua sangat di junjung tinggi sampai-sampai keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua terhadap perilaku seorang anak terhadap dirinya. Oleh sebab itu, Islam mengajarkan untuk selalu berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua, selalu menjaga perasaan kedua orang tua jangan sampai membuat hatinya terluka. Sebagai Allah berfirman dalam QS. al-Isra ayat 23:









Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.42

d) Akhlak Terhadap Lingkungan

Akhalak terhadap lingkungan adalah sikap seseorang terhadap lingkungan (alam) di sekelilingnya. Sebagai mana diketahui bahwa Allah menciptakan lingkungan yang terdiri

42

(39)

dari hewan, tumbuh-tumbuhan, air, uadara, tanah, dan benda-benda lain yang terdapat di muka bumi ini. Semuanya Allah ciptakan untuk manusia.43

Pada dasarnya yang akhlak yang diajarkan oleh

al-Qur’an terhdapa lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam. Makna khalifah di sini mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk hidup mencapai tujuan penciptaannya.44

Dalam pandangan Islam, seorang Muslim harus menajaga lingkungannya dari segala hal yang dapat merusak lingkungan, baik sesuatu yang timbul dari manusia sendiri atau dari hal yang lain. Islam mengajarkan bahwa menjaga linkungan itu penting, sampai-sampai Rasulullah bersabda yang artinya bahwa sesungguhnya kebersihan itu merupakan sebagian dari iman.

Selain itu Allah juga melarang umat manusia untuk melakukan kerusakan di muka bumi ini karena Allah tidak menyukai perbuatan tersebut dan merupakan perilaku yang jelek. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. al-Qashash ayat 77.

43

M.Jamil op. cit,. h. 6

44

(40)











Gambar

Grafika, 2008) cet.I,

Referensi

Dokumen terkait

Selain karena letak geografis yang sangat strategis, para pedagang besar jaman dahulu memilih singgah di Indonesia dikarenakan kearifan lokal masyarakatnya yang

Without making this cell reference absolute using the dollar signs, when we apply the conditional formatting rule to other cells in the worksheet, this cell reference will be

Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah status perusahaan, kepemilikan institusional, leverage, profitabilitas dan tipe industri.. Data yang digunakan dalam

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

pertambangan. Mereka yang membiayai hal ini terdorong oleh keuntungan yang dat diperoleh dari tiap ons akstraksi logam mulia dan harga tinggi pasar emas selama ini

Dari hasil perencanaan RTH (Ruang Terbuka Hijau) Perumahan Galmas Residence yang telah diuraikan pada bab – bab tersebut, maka diperoleh hasil sebagai berikut : (1) RTH I, dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh dari iradiasi sinar gamma terhadap variasi genetik tanaman krisan dalam kultur in vitro , untuk mengetahui dosis sinar gamma

[r]