• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lasykar Persekutuan Melarikan Dir

Tetapi rencana berbahaya itu telah digagalkan oleh Tuhan dengan cara yang sangat menakjubkan. Beginilah terjadinya. Seorang bernama Nu'aim, yang termasuk suku Ghafatan, tertarik hatinya oleh Islam. Ia datang dengan bala tentara kaum kufar, tapi terus mencari kesempatan membantu orang-orang Muslim. Seorang diri ia tak dapat berbuat banyak. Tetapi, ketika dilihatnya kaum Yahudi telah bekerja sama dengan kaum musyrikin Arab dan orang-orang Muslim agaknya menghadapi kematian yang pasti dan kebinasaan, Nu'aim mengambil keputusan untuk berusaha sedapat-dapatnya menyelamatkan kaum Muslimin. Ia pergi ke Banu Quraiza dan berbicara dengan para pemimpin mereka. Andaikata lasykar musyrikin Arab melarikan diri, apa yang dapat mereka harapkan dari kaum Muslimin? Kaum Yahudi ada dalam perserikatan dengan kaum Muslim. Adakah mereka tidak merasa khawatir akan menerima hukuman terhadap diri mereka karena ternyata curang dalam perjanjian mereka?

Pertanyaan itu mengejutkan pemimpin-pemimpin Yahudi. Mereka menanyakan apa yang harus mereka perbuat. Nu'aim menasihatkan mereka untuk meminta tujuh puluh orang musyrik sebagai sandera. Jika orang-orang musyrik itu sungguh jujur tentang serangan terpadu, mereka tidak akan menolak permintaan tersebut. Mereka harus

mengatakan bahwa tujuh puluh orang itu akan menjaga tempat-tempat strategis mereka, sedangkan mereka sendiri akan menyerang kaum Muslimin dari samping. Sehabis pembicaraan dengan orang-orang Yahudi, Nu'aim menemui pemimpin-pemimpin kaum musyrik. Ia bertanya, apa yang akan mereka perbuat, andai kata kaum Yahudi menarik kembali perjanjiannya; andaikata, untuk memperbaiki kembali hubungan dengan kaum Muslim, mereka (kaum Yahudi) menuntut sandera (orang-orang musyrik) dan kemudian mereka itu diserahkan kepada kaum Muslim? Apakah tidak penting bagi mereka untuk menguji kesetiaan orang-orang Yahudi dan meminta mereka segera ikut dalam serangan umum? Pemimpin-pemimpin musyrik sangat terkesan oleh nasihat itu. Sesuai dengan itu mereka mengirim pesan kepada kaum Yahudi, apakah tidak lebih baik segera menyerang kota dari samping, karena mereka (persekutuan Arab) siap untuk melancarkan serangan yang telah direncanakan. Kaum Yahudi menjawab bahwa hari esok adalah hari Sabbath dan mereka tidak boleh berperang pada hari itu. Kedua, kata mereka, mereka masih tergolong orang-orang Medinah dan semua sekutu Arab itu orang-orang dari luar. Seandainya kaum sekutu Arab melarikan diri dari pertempuran, apakah yang harus diperbuat oleh orang-orang Yahudi? Maka kaum sekutu Arab hendaknya memberi tujuh puluh orang sebagai sandera. Kemudian, orang-orang Yahudi akan siap melancarkan serangan bagian mereka. Kecurigaan mulai bekerja. Kaum sekutu Arab menolak melaksanakan permintaan kaum Yahudi. Jika kaum Yahudi setia dalam perjanjian mereka dengan kaum sekutu Arab, tak perlu usul syarat semacam itu. Karena kecurigaan merusak keberanian, kaum sekutu Arab hilang semangat, dan ketika waktu malam tiba, mereka pergi beristirahat dengan beban rasa was-was dan kesulitan. Para perwira dan para prajurit menuju ke kemah dengan perasaan cemas. Lalu terjadilah suatu keajaiban. Pertolongan datang dari langit kepada kaum Muslimin. Angin kencang mulai bertiup. Dinding-dinding tenda diterbangkan. Panci-panci masakan tumpah ke atas api. Beberapa api unggun padam. Kaum musyrik mempunyai kepercayaan yang mengharuskan menghidupkan api sepanjang malam. Api unggun yang berkobar adalah pertanda baik, api yang padam pertanda buruk. Jika api dihadapan sebuah kemah padam, penghuninya memandang hal itu sebagai pertanda buruk. Mereka akan mengundurkan diri dari pertempuran pada hari itu, dan akan ikut lagi kemudian. Pemimpin- pemimpin musyrik telah sarat dengan perasaan was-was. Ketika sebagian

telah mengemasi barang-barang, yang lain menyangka bahwa kaum Muslimin akan mengadakan serangan-malam. Persangkaan itu menular. Mereka semuanya mulai mengemasi barang mereka dan meninggalkan medan pertempuran. Diriwayatkan bahwa pada saat itu Abu Sufyan tidur dalam kemahnya. Berita penarikan pasukan-pasukan secara tiba-tiba itu sampai ditelinganya. Ia bangkit dengan pikiran kacau dan perasaan galau, dinaiki untanya yang masih tertambat. Dipacunya untanya itu, tetapi binatang itu tak mau bergerak. Sahabat-sahabatnya menunjukkan kesalahan yang diperbuatnya. Binatang itu lalu dilepaskan talinya dan Abu Sufyan dengan kawan-kawannya meninggalkan medan pertempuran itu.

Dua per tiga malam telah lewat. Medan pertempuran telah kosong melompong. Suatu bala tentara antara dua puluh dan dua puluh lima ribu prajurit ikut lenyap, meninggalkan padang yang lenggang sunyi. Pada saat itu Rasulullah s.a.w. menerima wahyu bahwa musuh telah melarikan diri berkat bantuan tangan Tuhan. Untuk menyelidiki apa yang telah terjadi, Rasulullah s.a.w. ingin menyuruh salah seorang Sahabat memeriksa keadaan medan pertempuran dan memberi laporan. Udara sangat dingin. Tidak mengherankan bahwa kaum Muslimin yang tak cukup perlengkapan pakaian itu laksana membeku kedinginan. Ada beberapa orang yang mendengar suara Rasulullah s.a.w., ketika beliau berseru di malam buta. Mereka ingin menyahut, tetapi tak mampu. Dinginnya bukan alang kepalang. Hanya Hudzaifa yang dapat menyahut dengan suara keras, "Ya Rasulullah, apa yang hendak anda perintahkan?" Rasulullah s.a.w. berseru lagi. Kali ini juga tak seorang pun yang dapat menyahut karena kedinginan. Hanya Hudzaifa pergi memeriksa medan pertempuran, sebab Tuhan telah mengabarkan bahwa musuh telah melarikan diri. Hudzaifa mendekati parit dan dari sana dilihatnya musuh telah mengosongkan medan pertempuran. Tak nampak seorang prajurit pun dan tak ada seorang manusia pun. Hudzaifa kembali menghadap Rasulullah s.a.w., dibacanya Kalimah Syahadat, dan mengatakan bahwa musuh telah melarikan diri. Keesokan harinya, pagi-pagi kaum Muslim membongkar kemah dan berkemas untuk pulang ke kota. Suatu percobaan yang sangat berat dan berlangsung selama dua puluh hari sekarang sudah berakhir.