• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Latar Belakang Awal Berdirinya Kerajinan Tenun Ikat

Tenun Bukan Mesin) Bapak Sudarto

Usaha kerajinan tenun ikat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) atau biasa yang disebut dengan tenun ikat tradisional milik bapak Sudarto ini merupakan industri rumah tangga yang membuat kerajinan sarung goyor. Dimana kerajinan ini menjadi ciri khas dari Desa Pojok, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Tradisi

commit to user

tenun ikat ini sudah berkembang sejak tahun 1950 an yang diwarisi secara turun temurun hingga sekarang.

Sejarah adanya kerajinan tenun ikat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) di Dukuh Kenteng ini ialah bermula dari kampung sebelah, dimana kerajinan tenun ikat ini sudah ada sejak jaman nenek moyang mereka. Para buruh pengrajin tenun ikat yang berasal dari Dukuh Kenteng mereka bekerja di tempat usaha kerajinan tenun ikat di dukuh sebelah dan mereka selalu menyelesaikan pekerjaannya di rumah. Maka dari itu kerajinan tenun ikat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) berkembang ke Dukuh Kenteng.

Awal mula berdirinya kerajinan tenun ikat milik bapak Sudarto atau yang biasa dipanggil dengan nama pak Darto ini ialah berawal dari usianya yang masih sangat muda yaitu 18 tahun yaitu sekitar tahun 1972. Maka usaha kerajinan tenun ikat ini sudah berjalan selama kurang lebih 40 tahun. Beliau lahir pada tahun 1953. Dimana pada mulanya pak Darto di usia tersebut pak Darto hidup sebagai seorang pedagang es cendol.

Kampung Arab merupakan salah satu daerah di kota Solo yang di jadikan sebagai tempat berjualan es cendol. Penghasilannya dari berjualan es cendol tersebut dikumpulkannya dan dibelikan 12 ekor kambing. Bapak Sudarto sempat berfikir untuk membuka usaha lain yaitu dibidang pertenunan. Keahliannya di bidang tenun ini di dadapatnya sewaktu beliau masih bekerja di tempat kerajinan tenun ikat milik orang lain. Dari pengalamannya tersebutlah bapak Sudarto memberanikan diri membuka usaha kerajinan tenun ikat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Namun niat beliau itu sempat tertunda karena terkendalanya masalah biaya. Namun pada akhirnya bapak Sudarto nekat menjual 12 ekor kambing tersebut sebagai modal usahanya dalam mendirikan usaha tenun ikat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) dan bapak Sudarto pun memiliki satu buah mesin tenun tradisional. Pada waktu itu bapak Sudarto belum memiliki seorang istri. Seiring dengan berjalannya waktu bapak Sudarto memiliki tambahan mesin tenun sebanyak 24 buah mesin dan memiliki 67 orang karyawan.

commit to user

Bapak Sudarto yang berpendidikan terakhir SR (Sekolah Rakyat) ini pada akhirnya menikah dan memiliki tiga orang anak. Namun dalam perjalanan usahanya tidak selancar dengan apa yang beliau pikirkan. Sekitar tahun 1975 usaha kerajinan tenun ikat bapak Sudarto mengalami masa-masa kebangkrutan total. Kerajinan tenun ikatnya berupa sarung goyor yang diperjual belikan di pasar lokal yaitu pasar Klewer mengalami kendala yaitu, sarung goyor milik bapak sudarto tidak laku dipasaran khususnya pasar lokal karena kurang berminatnya masyarakat lokal sekitar pada sarung goyor. Bapak Sudarto sempat putus asa dan pada akhirnya menghentikan total usahanya selama kurang lebih 5 tahun yaitu, sekitar tahun 1981. Rumah yang sempat dijadikan sebagai tempat usahanya kerajinan tenun ikat tradisional tersebut pada akhirnya harus di segel bank. Karena pada masa itu pak Darto sempat meminjam uang kepada bank sebagai tambahan modal usahanya.

Bapak Sudarto pun sempat berganti-ganti profesi diantaranya yaitu, beliau pernah menjadi seorang kernet bus, lalu beliau juga merantau ke Jakarta untuk berjualan es potong beliau berjualan di sekitar jembatan besi (salah satu nama tempat di daerah Jakarta) selama kurang lebih 6 bulan. Dan beliau juga sempat berganti profesi lagi sebagai penjual bakso di Surabaya selama 5 bulan dan kembali pergi merantau ke Medan untuk berjualan sebagai pedagang es cendol kurang lebih 1 tahun 2 bulan. Yang pada akhirnya uang hasil berdagang tersebut beliau gunakan untuk membayar angsuran kepada bank. Maka dari itu putra pertama bapak Sudarto di beri nama Selamet Prihatin karena kehidupan bapak Sudarto saat menjalani usaha tenun ikatnya mengalami berbagai macam cobaan yang membuat kehidupan bapak menjadi sangat prihatin.

Pada akhirnya bapak Sudarto kembali memiliki keyakinan untuk mendirikan kembali usahanya di bidang kerajinan tenun ikat tersebut. Dan berkat dorongan sang istri dan tekad bapak Sudarto yang begitu yakin, beliau berusaha mendirikan kembali usaha kerajinan tenun ikatnya yang sempat bangkrut. Dengan modal perhiasan milik sang istri seberat 3,5 gr emas atau seharga Rp. 16.700 Bapak Sudarto membelanjakan uang tersebut untuk membelikan bahan baku pembuatan tenun ikat yaitu benang

commit to user

lungsi sebanyak seperempat pack dan setengah pack benang pakan, sisanya dibelikan pewarna naptol sebanyak 25 gr.

Selama kurun waktu 7 bulan kerja menjalani usahanya tersebut bapak Sudarto tidak tinggal diam beliau juga menjalani sebuah ritual. Ritual itu bapak Sudarto lakukan untuk berdoa kepada Allah SWT memohon agar usahanya diberikan kelancaran. Seperti yang diutarakan Bapak Sudarto pemilik kerajinan tenun ikat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin):

“Aku mbak selama waktu tujuh bulan penuh, bapak ini menjalani sebuah ritual. Ritual ini hampir setiap hari bapak jalani dan hampir setiap malam juga tidak tidur. Yang pada akhirnya mata bapak ini sakit dan mengalami pembengkakan selama satu minggu. Karena sakit mata tersebut akhirnya bapak menyelesaikan ritual ini.”

Maka hasil dari menjalani ritual dan berkat tekatnya yang kuat tersebut usaha beliau semakin hari mengalami kemajuan pesat. Dari mulai beliau hanya memiliki satu buah mesin tenun sekarang beliau sudah memiliki 32 buah mesin tenun dan yang tadinya hanya memiliki 63 karyawan sekarang bertambah menjadi 74 karyawan tetap. Bapak Sudarto juga tidak pernah ketinggalan mengikuti berbagai macam pameran industri. Maka Dari situlah bapak Sudarto dapat memasarkan dan memamerkan kembali hasil kerajinan tenun ikat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) nya kepada masyarakat luas. Hingga pada akhirnya tenun ikat yang berupa sarung goyor tersebut sampai pada pasar internasional yaitu Pakistan, Libia, dan Hongkong.

Hingga pada suatu saat bapak Sudarto mengikuti sebuah pelatihan yang dibina oleh bapak Tiyoso yang sewaktu itu masih menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah. Pelatihan ini diberikan kepada para pengusaha industri kecil untuk membantu para pengrajin dalam memperdalam ilmunya di bidang kewirausahaan. Dari sanalah usaha kerajinan bapak Sudarto diberi nama PERUSAHAAN MAJU oleh bapak Tiyoso, karena pada waktu mengikuti pelatihan pak Darto belum mempunyai nama usaha kerajinannya. Usaha beliau dapat berkembang dan bertahan hingga sekarang.

commit to user

Gambar 4.3 Tempat Produksi Tenun Ikat Perusahaan Maju (Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

Berkat keuletannya sekarang bapak Sudarto sudah memiliki cabang di sekitar daerah sukoharjo yaitu diantaranya Tawangsari, Weru dan Klaten. Cabang-cabang ini beliau modali dan beliau bimbing sendiri. Dan cabang-cabang tersebut dijadikan sebagai tempat proses menenun kain sarung goyor karena untuk dirumah hanya dilakukan proses pencelupan warna. Kegiatan ini dilakaukan dikarenakan pesanan bapak Sudarto yang semakin hari semakin bertambah. Cabang-cabang tersebut diantaranya;

1. Desa Malangan terdapat lima usaha kerajinan tenun ikat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang masing-masing dipimpin oleh bapak Tarno, Samsuri, pak Bayan Sumanto, dan Bapak Widnyo.

2. Desa Gemethuk terdapat satu usaha kerajinan di pimpin oleh Pa Ji.

3. Desa Grogolan yaitu daerah Weru terdapat satu usaha kerajinan tenun yang dipimpin oleh ibu Murtini.

4. Desa Tegal Rejo terdapat dua usaha kerajinan tenun yang di pimpin oleh bapak Lurah Triyono dan ibu Sri (Klaten).

commit to user 5. Desa Gunung Gajah di pimpin oleh ibu Sari (Klaten). 6. Desa Gajal Rejo di pimpin oleh ibu Poniem (Klaten). 7. Desa Trucuk di pimpin oleh pak Sugimin (Klaten).

8. Desa Kalioso terdapat dua cabang kerajinan tenun yang di pimpin oleh Mas Bambang dan pak Budi (Klaten).

9. Desa Cawas di pimpin oleh ibu Parini (Klaten).

Sedangkan untuk daerah Desa Tawangsari sendiri yaitu, dipimpin oleh ibu Marni, ibu Jadi, ibu Hasri, dan mbak Ririn yang tidak lain ialah keponakan dari pak Darto.

C. Proses Pembuatan Tenun Ikat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) Sarung

Goyor Milik Bapak Sudarto

Dalam pembuatan sebuah kain tenun ikat diperlukan keterampilan tangan manusia. Untuk proses benang pakan dan lungsi membutuhkan waktu yang cukup lama. Dibawah ini merupakan tahap-tahap proses pembuatan tenun ikat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin):

1. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat tenun ikat ATBM (Alat

Tenun Bukan Mesin) sarung goyor: a. Benang

Benang merupakan salah satu bahan utama yang digunakan dalam pembuatan tenun ikat. Biasanya bapak Sudarto selalu membeli benang di PT. Agung Sejahtera yaitu yang terletak di daerah Palur, Karanganyar, Jawa tengah. Dan tiap pembelian satu karung berisi 12 cones.

commit to user

Gambar 4.4 Benang dalam Hitungan Cones (Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

Gambar 4.5 Benang dalam Hitungan Streng (Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

Dalam pembuatan tenun ikat untuk membedakan kain atau sarung goyor itu lembut atau kasarnya dapat di lihat dari benangnya, apakah benang tersebut dobel atau tidak. Seperti 20/ S, S yang menandakan bahwa benang tersebut singel atau tidak dobel mak kain atau sarung goyor tersebut akan terasa kasar dan tipis. Sedangkan 20/ 40 menandakan bahwa benang tersebut dobel. Semakin besar ukuran benang berarti menandakan bahwa kain itu semakin halus dan sebaliknya apabila ukuran benang semakin kecil maka kain semakin kasar tipis.

commit to user b. Pewarna (Naptol)

Untuk bahan pewarnaan yang digunakan oleh Perusahaan Maju milik bapak Sudarto ialah pewarna kimia yang disebut dengan Naptol. Naptol tergolong kedalam zat pewarna reaktif yang banyak kita jumpai di pasaran. Menurut bapak Sudarto menggunakan warna kimia lebih mudah dibandingkan dengan pewarna alami. Selain itu juga daya tahan zat pewarna inipun cukup kuat. Bahan pewarna ini juga menggunakan pembangkit warna garam.

Karena sarung goyor milik bapak Sudarto ini merupakan pesanan dari luar negeri maka warna sarung yang diminta haruslah serupa atau sama, apabila menggunakan bahan pewarna alami warna sarung satu dengan yang lain akan berbeda dan pemesanpun akan mengembalikan sarung goyor tersebut kepada bapak Sudarto. Maka dari itu bapak Sudarto menggunakan bahan pewarna kimia. Biasanya bapak Sudarto selalu membeli bahan pewarna tersebut di toko Jaya Agung yaitu di pasar klewer, Solo.

Untuk membuat warna yang di inginkan pada benang adapun bahan campuran seperti:

1.) Kostik Toletan: a. Merah: - AS 1/2 Ons

Gambar 4.6 Bahan AS

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

commit to user

Gambar 4.7 Bahan BS

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

- Kostik 25 gr

Kostik merupakan bahan kristal campuran pewarna naptol.

Gambar 4.8 Kostik

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

b. Kuning:

commit to user

Gambar 4.9 Bahan ASG

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

- BS 1/2 Ons - Kostik 25 gr 2.) Garam Plangkan: a. Satu Plangkan: - AS 25 gr Gambar 4.10 Bahan AS

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

- BO 25 gr - Kostik 15 gr

commit to user 3.) Naptol Plangkan:

a. Satu Plangkan Merah: - Mr B 25 g

Gambar 4.11 Bahan Mr B

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

- Gp 25 gr

Gambar 4.12 Bahan GP

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

b. Satu Plangkan Biru: - Br B 50 gr

commit to user

Gambar 4.13 Bahan Br B

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

4.) Garam Benang Lungsi: a. Satu Pres:

- AS 1 Ons - BO 3 Ons - Kostik 1,5 Ons

5.) Naptol Benang Lungsi: a. Satu Pres:

- Gp 3 Ons - Mr B 3 Ons

6.) Naptol Plangkan Hijau: a. Satu Plangkan: - Kostik 40 gr - Hidro 150 gr

commit to user

Gambar 4.14 Bahan Hidro

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

- Hijau green B 50 gr

Gambar 4.15 Hijau Green B

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

- Coloan RSN 5 gr (satu pucuk sendok)

7.) Naptol Lungsi Hitam: a. SN 1/2 Kg

commit to user

Gambar 4.16 Bahan SN

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

b. Sliper 1/ 2 Kg

Gambar 4.17 Bahan Sliper

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012

c. Hakol

Hakol adalah bahan yang di gunakan untuk memutihkan benang. Pada kain tenun ikat yang memiliki kualitas kain yang baik biasanya benang diputihkan dengan menggunakan bahan yang disebut dengan Hakol. Dan ukuran bahan Hakol yang di gunakan untuk memutihkan benang yaitu sebanyak satu pres 1/2 ons.

commit to user Gambar 4.18 Hacol

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

d. Ramasit

Ramasit merupakan bahan khusus yang digunakan oleh bapak Sudarto untuk melembutkan kain tenun ikat setelah mengalami proses penenunan atau setelah tenunan menjadi sarung goyor, agar kain tidak terasa kasar.

Gambar 4.19 Ramasit

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

e. Tinta

Tinta digunakan untuk membuat gambar atau mendesain motif tenun ikat. Tinta yang digunakan berbeda dengan tinta pada umumnya. Tinta ini dubuat sendiri oleh bapak Sudarto dan berasal dari bahan bekas yaitu arang yang berasal dari batu baterai bekas yang dicampur dengan sedikit air.

commit to user Gambar 4.20 Tinta

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

f. Tepung Kanji

Tepung kanji merupakan bahan yang diperoleh dari umbi akar ketela pohon atau dalam bahasa indonesia yaitu singkong. Tepung ini sering digunakan untuk membuat makanan dan bahan perekat. Maka dari itu dalam proses tenun ikat bahan tepung kanji ini digunakan sebagai perekat kain tenun agar warnanya tidak mudah luntur.

g. Tawas

Garam rangkap sulfat dan aluminium sulfat, dipakai untuk menjernihkan air atau campuran bahan celup. Tawas ini juga digunakan oleh bapak Sudarto sebagai bahan campuran tenun ikat.

Gambar 4.21 Tawas

commit to user h. Minyak Goreng

Gambar 4.22Minyak Goreng

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

i. Minyak Tanah

Minyak tanah adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan merupakan bahan yang mudah terbakar. Bahan-bahan tersebut seperti minyak sayur, minyak tanah, tawas dan tepung kanji digunakan oleh bapak Sudarto biasanya digunakan untuk bahan campuran dalam proses pencelupan warna benang lungsi, agar warna tidak mudah luntur dan warna menjadi tahan lama.

Gambar 4.23 Minyak Tanah

commit to user

2. Alat-alat yang digunakan untuk untuk membuat membuat tenun ikat ATBM

(Alat Tenun Bukan Mesin) sarung goyor: a. Mesin Hang

Mesin hang merupakan mesin yang digunakan untuk memintal benang sebelum benang menjadi gulungan-gulungan yang siap dicelup ke dalam pewarna. Mesin hang ini terdiri dari beberapa gulungan-gulungan benang yang dimana benang-benang tersebut biasa disebut dengan streng. Dan dalam setiap 5 streng berasal dari 1 cones gulungan benang.

Gambar 4.24 Mesin Hang

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012) b. Mesin Kelos atau Erek

Mesin kelos atau erek ini digunakan untuk memintal benang ke kletek, setelah benang mengalami proses pencelupan warna. Biasanya masyarakat desa setempat menyebutnya dengan mesin klos-klosan.

commit to user Gambar 4.25 Mesin Kelos

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

c. Kletek

Merupakan sebuah alat yang terbuat dari kayu dan alat ini digunakan untuk menggulung atau meletakkan benang pakan maupun benang lungsi menjadi sebuah gulungan-gulungan kecil seperti gambar dibawah ini.

Gambar 4.26 Kletek

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

d. Malet

Alat yang disebut malet ini digunakan untuk meletakkan benang pakan yang dimana nantinya akan diletakan di dalam tropong atau Teropong. Malet ini digunakan untuk meletakkan gulungan benang yang digunakan sebagai

commit to user

bahan baku untuk benang yang membujur pada kain (lebar kain atau benang pakan).

Gambar 4.27 Malet

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

e. Teropong

Bapak Sudarto biasanya menyebut alat ini dengan sebutan tropong. Teropong merupakan alat yang digunakan untuk meletakkan benang pakan didalammya terdapat malet.

Gambar 4.28 Teropong

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

f. Timbangan

Digunakan untuk menimbang bahan pewarna dengan bahan campuran seperti naptol dan kostik. Penimbangan warna ini dilakukan agar takaran warna sesuai dengan yang dibutuhkan.

commit to user Gambar 4.29 Timbangan

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

g. Mesin Sekir

Mesin sekir ini dibagi menjadi dua macam yaitu mesin sekir Bom (untuk benang lungsi) dan sekir plangkan (untuk proses benang pakan).

1.) Sekir Plangkan

Sekir ini digunakan untuk menata benang-benang ke sebuah bidang yang disebut dengan plangkan. Plangkan ini akan berputar dan benang akan terisi memenuhi bidang plangkan.

Gambar 4.30 Sekir Plangkan (Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

commit to user 2.) Sekir Bom

Sekir bom ini digunakan dalam proses benang lungsi yang telah melalui tahap pewarnaan benang lungsi.

Gambar 4.31 Sekir Bom

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

h. Penggaris

Penggaris ini digunakan untuk mengukur jarak motif pada sebuah bidang yang akan dibuat pada plangkan. Bapak Sudarto biasa menyebutnya dengan sebutan blak.

Gambar 4.32 Penggaris (blak) (Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

i. Plangkan

Alat yang terbuat dari kayu berbentuk persegi empat yang digunakan sebagai bidang benang untuk pembuatan motif atau desain tenun ikat.

commit to user

Gambar 4.33 Plangkan

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

j. Mesin Cuci

Mesin cuci ini digunakan bapak sudarto untuk mengeringkan benang pakan ataupun benang lungsi. Karena dengan menggunakan mesin cuci ini benang dapat kering dengan cepat dan lebih mempersingkat waktu, mengingat pesanan bapak sudarto yang semakin banyak.

Gambar 4.34 Mesin Cuci

commit to user k. Tali Rafia

Tali rafia ini dipakai sebagai pengikat benang dalam membuat motif tenunan. Motif yang di ikat tidak terkena pewarna.

Gambar 4.35 Tali Rafia

(Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

l. Gawangan

Gawangan merupakan alat yang terbuat dari kayu. Gawangan ini digunakan sebagai sandaran plangkan pada saat dilakukan proses penggambaran motif atau mendesain motif.

Gambar 4.36 Gawangan

commit to user m. Gunting untuk Merapihkan Benang

Bapak Sudarto biasa menyebutnya dengan catut. Alat ini digunakan untuk merapihkan sisa-sisa benang yang masih ada di sarung. Biasanya benang tersebut menjadi serabut-serabut di pinggiran sarung goyor.

Gambar 4.37 Gunting untuk Merapihkan Benang (catut) (Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

n. Mesin Tenun

Mesin yang terdiri dari beberapa bagian alat seperti tropong dan malet yang digunakan untuk meletakan benang pakan. Alat ini digunakan untuk proses menenun yaitu merangkai beberapa benang yang sudah melalui tahap pewarnaan menjadi sebuah kain atau sarung. Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) merupakan alat yang digunakan untuk melakukan penenunan yang digerakkan oleh manusia. Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) ini dapat dipergunakan sambil duduk di lantai maupun di atas bangku (biasanya terdapat pada industri tekstil kecil).

commit to user

Gambar 4.38 Mesin Tenun Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

3. Proses dalam Pembuatan Tenun Ikat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin)

sarung goyor :

Dalam tahap pembuatan sebuah kain atau sarung goyor tenun ikat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) diperlukan keterampilan tangan manusia. Untuk proses pembuatan benang lungsi dan benang pakan diperlukan waktu yang cukup lama. Maka di bawah ini merupakan proses pembuatan tenun ikat sarung goyor ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin):

a. Proses Pembutan Benang Lungsi:

1.) Pemintalan Benang

Tahap pertama yang dilakukan dalam pembuatan benang pakan adalah proses pemintalan benang menggunakan alat yang disebut dengan mesin hang.

commit to user

Gambar 4.39 Proses Memintal Benang (Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

2.) Pemutihan Benang

Tahap kedua yang dilakukan ialah proses memutihkan benang dengan menggunakan hakol. Yaitu dengan cara hakol dilarutkan dengan menggunakan air biasa. Untuk satu pres benang lungsi diperlukan ½ ons hakol, setelah itu benang dikeringkan dan dijemur di bawah sinar matahari.

Gambar 4.40 Proses Pemutihan Benang (Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

commit to user

Gambar 4.41 Proses Penjemuran Benang (Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

3.) Penimbangan Bahan Pewarna

Tahap yang ke tiga setelah pemutihan benang ialah menimbang banyaknya bahan pewarna yang akan digunakan pada setiap satu pres benang.

Gambar 4.42 Proses Penimbangan Bahan Pewarna (Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

Adapun takaran bahan pewarna yang digunakan untuk mewarnai benang lungsi pada perusahaan Maju milik bapak Sudarto yaitu:

commit to user Satu pres benang lungsi: GP 3 ons

Mr B 3 ons  Naptol Benang Lungsi

Satu pres benang lungsi: AS 1 ons BO 3 ons Kostik 1,5 ons

4.) Pencelupan Warna

Tahap yang selanjutnya ialah proses pemberian atau pencelupan warna naptol pada benang yang masih putih ataupun benang yang sudah diputihkan dengan bahan kimia yang disebut dengan hakol. Setelah itu benang lungsi dicelupkan kedalam bahan pewarna. Bahan campuran pewarna tersebut dilarutkan dengan air mendidih dan benang dimasak bersama pewarna selama kurang lebih satu jam. Cara ini dilakukan agar bahan pewarna dapat meresap dan merata keseluruh bagian benang (agar benang tidak belang).

Gambar 4.43 Proses Pewarnaan Benang Lungsi (Dokumentasi: Maylinda Ambarwati, 2012)

commit to user 5.) Pengkanjian (pemberian bahan campuran)

Setelah benang lungsi diberi pewarna naptol proses selanjutnya yaitu pemberian bahan campuran yang terdiri dari minyak tanah, minyak goreng, tepung kanji dan tawas secukupnya. Bahan-bahan tersebut dicampur menjadi satu dan dilarutkan dengan air mendidih. Pemberian bahan campuran ini dimaksudkan agar warna pada benang tidak mudah luntur dan menjadi lebih kuat.

6.) Pencucian

Tahap selanjutnya yaitu pembilasan. Pembilasan ialah mencuci benang dengan menggunakan air bersih. Tahap ini dilakukan untuk membersihkan benang dari zat pewarna naptol dan bahan campuran.

7.) Pengeringan

Setelah benang dicelupkan kedalam pewarna naptol dan diberikan bahan campuran tahap yang sealanjutnya yaitu pengeringan. Pengeringan ini dilakukan dengan menggunakan mesin cuci, cara ini dilakukan untuk mempersingkat waktu dan agar benang dapat kering dengan cepat. Karena pesanan sarung goyor milik pak darto semakin hari semakin bertambah.

8.) Penjemuran

Tahap selanjutnya yaitu penjemuran. Benang dikeringkan kembali dibawah sinar matahari agar benang benar-benar kering dan siap dipintal dengan mesin kelos. Apabila benang tidak benar-benar kering ini dapat memperlambat proses pengeklosan. Karena pada saat dikelos benang dapat putus dengan mudah.

commit to user

Setelah benang dirasa cukup kering tahap selanjutnya yaitu pengekelosan. Pengekelosan dilakukan dengan menggunakan mesin yang disebut dengan kelos. Benang lungsi di pasang di kelos, lalu benang ditarik dan diletakan ke dalam alat yang bernama kletek. Mesin ini dikerjakan oleh tangan manusia.

10.) Penyekiran dengan Mesin Bom

Penyekiran dilakukan dengan menggunakan mesin sekir yang khusus digunakan untuk benang lungsi yaitu mesin sekir bom. Ini merupakan proses menata benang yang telah dikelos ke bom. Bom ini merupakan bagian dari mesin tenun dimana nantinya bom yang telah terisi oleh benang lungsi akan diletakan ke mesin tenun.

Dokumen terkait