• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISTILAH

1.1. Latar Belakang

Perkembangan saham dalam pasar modal dapat dijadikan sebagai tolak ukur partisipasi masyarakat baik dalam negeri maupun luar negeri untuk meningkatkan perekonomian. Salah satunya adalah saham yang ada di Indonesia yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Untuk memilih saham mana yang resiko yang tidak terlalu tinggi namun menghasilkan keuntungan yang cukup besar diperlukan pengawasan terhadap emiten yang kita pilih. Sudah ada 30 emiten yang masuk dalam kategori saham yang berbasis syariah. Dalam perkembangannya, saham berbasis syariah memang masih baru diresmikan akan tetapi pertumbuhannya mendapat sorotan dari masyarakat khususnya masyarakat muslim. Di Malaysia, pasar modal yang sangat diminati masyarakat adalah pasar modal syariah. Ini diakibatkan oleh dukungan dari masyarakat dan pemerintah. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Departemen Keuangan meresmikan saham berbasis syariah pada tahun 2000. Sampai sekarang, peningkatan yang terjadi dalam saham syariah merupakan track record bagi pelaku usaha.

Adapun dalam perjalanannya sering menghadapi kendala diantaranya adalah adanya persaingan usaha. Semakin banyak pelaku usaha yang go public maka share market untuk tiap emiten akan berkurang. Ada dua faktor yang harus diwaspadai oleh para emiten yaitu faktor internal, dimana faktor tersebut dapat

dilihat dari kinerja pelaku usaha dan faktor eksternal, dimana faktor tersebut merupakan kepercayaan masyarakat dan regulasi dari pemerintah.

Hal-hal lain yang dianggap bisa mempengaruhi perkembangan Pasar Modal Syariah diantaranya adalah : perkembangan jenis instrumen pasar modal syariah yang dikuatkan dengan fatwa DSN — MUI, perkembangan transaksi sesuai syariah atas instrumen pasar modal syariah; dan perkembangan kelembagaan yang memantau macam dan transaksi pasar modal syariah (termasuk Bapepam Syariah, Lembaga Pemeringkat Efek Syariah dan Dewan Pengawas Islamic Market/Index). Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor terpenting dalam ikut membangun perekonomian nasional, terbukti telah banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal ini sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. Secara faktual, pasar modal telah menjadi financial nerve centre (saraf finansial dunia) pada dunia ekonomi modern dewasa ini, bahkan perekonomian modern tidak akan mungkin bisa eksis tanpa adanya pasar modal yang tangguh dan berdaya saing global serta terorganisir dengan baik.

Bangkitnya ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini menjadi fenomena yang menarik dan menggembirakan. Praktek kegiatan ekonomi konvensional, khususnya dalam kegiatan pasar modal yang mengandung unsur spekulasi sebagai salah satu komponennya nampaknya masih menjadi hambatan psikologis bagi umat Islam untuk turut aktif dalam kegiatan investasi terutama di bidang pasar modal, sekalipun berlabel syariah. Perbedaan mendasar antara pasar modal konvensional dengan pasar modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan

mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum konsep pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktik spekulasi.

Pasar modal syariah dikembangkan dalam rangka mengakomodir kebutuhan umat Islam di Indonesia yang ingin melakukan investasi di produk-produk pasar modal yang sesuai dengan prinsip dasar syariah. Dengan semakin beragamnya sarana dan produk investasi di Indonesia, diharapkan masyarakat akan memiliki alternatif berinvestasi yang dianggap sesuai dengan keinginannya, disamping investasi yang selama ini sudah dikenal dan berkembang di sektor perbankan. Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia adalah merupakan sebuah negara dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam, oleh karena itu sektor industri pasar modal diharapkan bisa mengakomodir dan sekaligus melibatkan peranserta warga muslim dimaksud secara langsung untuk ikut aktif menjadi pelaku utama pasar, tentunya adalah sebagai investor lokal di pasar modal Indonesia. Sebagai upaya dalam merealisasikan hal tersebut, maka sudah sewajarnya disediakan dan dikembangkan produk-produk investasi di pasar modal Indonesia yang sesuai dengan prinsip dasar ajaran agama Islam. Hal tersebut di atas menjadi penting mengingat masih adanya anggapan di kalangan umat Islam

sendiri bahwa berinvestasi di sektor pasar modal di satu sisi adalah merupakan sesuatu yang tidak diperbolehkan (diharamkan) berdasarkan ajaran Islam, sementara pada sisi yang lain bahwa Indonesia juga perlu memperhatikan serta menarik minat investor mancanegara untuk berinvestsi di pasar modal Indonesia. terutama investor dari negara-negara Timur Tengah yang diyakini merupakan investor potensial.

Dalam ajaran Islam, bahwa kegiatan berinvestasi dapat dikategorikan sebagai kegiatan ekonomi yang sekaligus kegiatan tersebut termasuk kegiatan muamalah yaitu suatu kegiatan yang mengatur hubungan antar manusia. Sementara itu berdasarkan kaidah Fikih, bahwa hukum asal dari kegiatan muamalah itu adalah mubah (boleh) yaitu semua kegiatan dalam pola hubungan antar manusia adalah mubah (boleh) kecuali yang jelas ada larangannya (haram). Ini berarti ketika suatu kegiatan muamalah yang kegiatan tersebut baru muncul dan belum dikenal sebelumnya dalam ajaran Islam maka kegiatan tersebut dianggap dapat diterima kecuali terdapat implikasi dari Al Qur’an dan Hadist yang melarangnya secara implisit maupun eksplisit. Dalam beberapa literatur Islam klasik memang tidak ditemukan adanya terminologi investasi maupun pasar modal, akan tetapi sebagai suatu kegiatan ekonomi, kegiatan tersebut dapat diketegorikan sebagai kegiatan jual beli (al-ba’i). Oleh karena itu untuk mengetahui apakah kegiatan investasi di pasar modal merupakan sesuatu yang dibolehkan atau tidak menurut ajaran Islam, kita perlu mengetahui hal-hal yang dilarang atau diharamkan oleh ajaran Islam dalam hubungan jual beli.

Dalam pasar modal, memburuknya kondisi perekonomian pada tahun 1997 dan 1998 membawa dampak berupa penurunan kinerja pada pasar modal Indonesia. Penurunan kinerja emiten telah membawa akibat berupa kerugian yang dialami sejumlah investor, sehingga banyak investor yang menarik kembali dananya dari pasar modal Indonesia. Di Indonesia, Bursa Efek Jakarta (BEJ) telah menerbitkan saham yang berbasis syariah yaitu saham dalam Jakarta Islamic Index (JII) dan sekurangnya ada dua tujuan diterbitkannya JII yaitu pertama, sebagai tolak ukur standar bagi investasi saham secara syariah di pasar modal dan kedua, sebagai sarana untuk meningkatkan investasi di pasar modal syariah secara syariah. Dari 30 emiten yang ada dalam daftar saham JII, terdapat 1 sektor yang sahamnya tidak ada dalam daftar saham JII yaitu Sektor Bank. Sementara saham JII terdapat dalam 8 sektor yaitu Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan, Sektor Industri Dasar dan Kimia, Sektor Aneka Industri, Sektor Industri Barang Konsumsi, Sektor Properti dan Real Estat, Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi, dan Sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi.

Dalam dunia saham, kinerja perusahaan merupakan tolak ukur dalam menilai saham perusahaan namun dalam pasar modal terdapat persaingan yang cukup ketat baik dari dalam negeri maupun luar negeri sehingga perusahaan harus meningkatkan produktivitasnya. Berdasarkan data pada Tabel 1.1 dibawah ini dapat dilihat kinerja pasar modal Indonesia beserta indikator yang mempengaruhinya.

Tabel 1.1 Beberapa Indikator Bursa Efek Jakarta

Tahun Jumlah Emiten IHSG (poin) Kapitalisasi Pasar (Trilyun Rp.) Total Transaksi (Trilyun Rp.) 1996 253 637,4 215,1 75,7 1997 282 401,7 159,9 120,4 1998 288 398,1 175,7 99,6 1999 277 676,9 451,8 147,9 2000 287 416,3 259,6 122,7 2001 316 392,0 239,2 97,5 2002 331 424,9 268,4 120,7 2003 333 691,9 460,4 125,4 2004 331 1000,2 679,9 247,0

Sumber : Bursa Efek Jakarta, 2005

Perubahan jumlah emiten yang terdapat dalam tabel diatas mengindikasikan bahwa ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan untuk para investor dalam menanamkan modalnya. Namun jumlah emiten pada tahun 2007 sebanyak 346 emiten, sehingga jumlah saham JII hanya 8.76% dari jumlah seluruh saham. Perekonomian yang berkembang menunjukkan keterbukaan untuk pihak luar negeri dalam menginvestasikan dananya baik dalam bentuk obligasi, reksadana, maupun saham. Banyak saham di luar negeri yang memperlihatkan kinerja yang baik sehingga perkembangan saham di luar negeri dapat dijadikan faktor luar bagi perkembangan pasar modal di Indonesia.

Dengan demikian penelitian yang dilakukan berusaha menganalisis keterkaitan antara saham syariah yang ada di beberapa negara seperti Amerika, Inggris, Kanada, Eropa, Jepang, dan Asia Pasifik, dan saham syariah yang ada di Indonesia yaitu Jakarta Islamic Index (JII) . Penelitian ini akan menggunakan alat analisis Vector Auto Regression (VAR) dan Vector Error Correction Model (VECM) serta menggunakan Granger Causality untuk melihat hubungan sebab akibat antar variabel.

Dokumen terkait