• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

1.1 Latar Belakang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran membaca teks sastra pada pelajaran Bahasa Jawa saat ini masih lemah dan sulit dipahami oleh peserta didik. Kelemahan tersebut diduga pada peserta didik yang kurang minat dalam pembelajaran sastra di sekolah. Peserta didik beranggapan bahwa pembelajaran sastra khususnya pelajaran Bahasa Jawa yang diterapkan di sekolah kurang menarik dan cenderung membosankan. Permasalahan yang timbul di sekolah selama ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru, faktor peserta didik, faktor bahan ajar, dan faktor lingkungan.

Guru merupakan faktor utama dalam suatu pembelajaran di sekolah. Guru kadang kurang selektif dalam memilih bahan ajar. Selama ini guru hanya memakai buku LKS, buku paket Bahasa Jawa atau bahan ajar yang lain dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik kurang tertarik. Sebagai contoh bahan ajar jenis Serat Piwulang seperti Serat Wedhatama, Serat Wulang Reh, Serat Centhini, dll. Jenis Serat Piwulang tersebut jika diterapkan sebagai bahan ajar kurang tepat karena peserta didik belum memahami isi yang ada di dalam serat. Pada akhirnya bahan ajar tersebut sangat membosankan dan tidak disukai peserta didik. Dilihat dari segi bahasa jenis serat ini bahasa yang digunakan susah untuk dipahami, jika dilihat dari segi pengajaran cukup susah untuk bisa diserap oleh peserta didik. Maka dari itu ketidak tepatan dalam memilih bahan ajar, juga dapat berdampak negatif terhadap pembelajaran sastra di sekolah, karena dapat

2

mematikan apresiasi peserta didik terhadap karya sastra. Lumpuhnya kreativitas peserta didik dalam berekspresi dikarenakan minat terhadap karya sastra berkurang. Peran guru untuk pembelajaran di sekolah lebih optimal dan bervariatif yaitu guru harus memikirkan bahan ajar yang bisa membangkitkan gairah peserta didik dalam pembelajaran sastra di sekolah.

Pengembangan bahan ajar sastra di sekolah membutuhkan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum, khususnya membaca teks novel. Bahan ajar merupakan materi pembelajaran yang disusun secara sistematis hingga mencapai kompetensi dalam kegiatan pembelajaran. Dalam buku “pedoman memeilih dan Menyusun Bahan Ajar” (Depdiknas 2006:1) menyatakan bahwa pemilihan bahan ajar meliputi cara penentuan jenis materi, kedalaman, ruang lingkup, urutan penyajian, perakuan terhadap bahan ajar. Jenis materi yang dipilih hendaknya sesuai dengan kompetensi yang dicapai peserta didik. Kedalaman materi disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, sehingga peserta didik merasa nyaman dengan materi tersebut. Ruang lingkup dan urutan penyajian hendaknya dapat menjawab permasalahan yang dibahas sesuai dengan kompetensi. Perlakuan terhadap bahan ajar dapat mengubah dan membantu peserta didik yang awalnya mengalami kesulitan, kejenuhan, dan membosankan dalam memahami materi dan padaakhirnya akan menjadi mudah dan menyenangkan dalam memahami materi.

Pemilihan bahan ajar yang baik adalah bahan ajar yang mampu meningkatkan minat peserta didik dalam pembelajaran khususnya membaca teks novel Bahasa Jawa. Guru hendaknya mampu memilih bahan ajar yang mampu membangkitkan minat peserta didik dalam pembelajaran serta mengandung nilai

3

pendidikan dan moral. Penggunaaan bahan ajar guru harus memperhatikan isi bahan ajar dan maksud dari bahan ajar tersebut sudah sesuai dengan kurikulum saat ini atau belum.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemilihan bahan ajar yang tepat dalam pembelajaran sastra menjadi sangat penting dan bermutu yaitu guru bisa membantu peserta didik sehingga mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Bahan ajar yang bermutu harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Bahan ajar dalam pembelajaran sastra yang bersifat mendidik dan harus dapat memberikan nilai pendidikan dan nilai moral bagi peserta didik. Sebagai contoh novel yaitu Jemini, Asmarani, dan Para Pawestri Pejuwang karya Suparto Brata. Novel tersebut memberikan ajaran-ajaran yang baik atau mendidik, sehingga peserta didik akan memiliki gambaran tentang kehidupan dalam novel tersebut yang dapat diterapkan dalam kehidipan sehari-hari.

Pengembangan bahan ajar teks novel Jemini, Asmarani, dan Para Pawestri Pejuwang merupakan salah satu solusi agar materi membaca pethikan teks novel dapat mudah dipahami dan pembelajaran berlangsung menyenangkan. Apabila peserta didik suka dan senang serta tidak bosan dalam mempelajari teks novel maka dalam memahami isinya pun akan lebih mudah dipahami. Pembelajaran teks novel berbahasa Jawa dengan cara menyenangkan dan mudah dipahami materinya akan menjadi bahan ajar yang menghibur dan digemari bagi peserta didik.

4

Teks novel berbahasa Jawa merupakan karya sastra hasil cipta, rasa, karsa manusia dalam menghasilkan cerita teks sastra. Teks novel berbahasa Jawa banyak memiliki kandungan nilai pendidikan dan moral yang bermanfaat. Nilai pendidikan dan moral dalam novel yaitu Jemini, Asmarani, dan Para Pawestri Pejuwang karya Suparto Brata penting untuk diapresiasi dan ditiru oleh peserta didik dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, pembelajaran teks novel digunakan sebagai dasar pengembangan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Jawa di SMA kelas XI ini sangatlah penting, karena bisa dijadikan acuan dalam proses pembelajara pada Kurikulum 2013. Sesuai dengan Kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Jawa, Kompetensi Dasar yang tercantum adalah KD 1.2 menerima, mensyukuri, menghayati, dan mengamalkan anugerah Tuhan berupa bahasa Jawa dalam bentuk membaca petikan teks novel.

Kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Jawa pada KI 3 memahami,

menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah, KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan, dan KD yang mencakup apresiasi sastra berupa membaca petikan teks novel. Pada KD inilah

5

yang nantinya akan dijadikan simplifikasi. Simplifikasi tersebut berupa penyederhanaan novel menjadi cerita baru. Novel berbahasa Jawa merupakan karya fiksi yang di tulis secara naratif dan menghasilkan cipta, rasa, karsa manusia dalam cerita teks sastra. Pemilihan novel Jemini, Asmarani, dan Para Pawestri Pejuwang karya Suparto Brata sebagai bahan ajar berdasarkan pada peristiwa dan keistimewaan cerita. Peristiwa yang ada didalam novel seolah-olah gambaran kehidupan nyata. Keistimewaan novel Jemini, Asmarani, dan Para Pawestri Pejuwang karya Suparto Brata terdapat pada struktur peristiwa. Pola struktur peristiwa meliputi tema, penokohan, setting, dan amanat.

Tokoh pada novel Jemini mengisahkan perjalan kehidupan seorang wanita Jawa pada masa zaman penjajahan Belanda yang masih bodoh dan miskin. Meskipun bodoh tetapi masih memiliki tanggung jawab yang besar terhadap suaminya. Pembawaan Jemini disaat sudah berumah tangga sangatlah lembut serta sopan terhadap suaminya Jemini sangat menghargai dan sayang kepada suaminya menggambarkan kepribadian seorang wanita Jawa . Hal tersebut dapat dijadikan teladan bagi peserta didik untuk bertanggung jawab apa yang sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya.

Novel Asmarani menceritakan sudah bertahun-tahun seorang ibu tidak bertemu dengan anaknya karena keadan yang tidak memungkinkan dan pada akhirnya seorang ibu bisa bertemu dengan anaknya. Bertemunya Asmarani dengan Ibunya cita-cita Asmarani untuk menjadi duta perdamaian dunia tercapai. Hal tersebut dapat dijadikan teladan oleh peserta didik bahwa kasih sayang

6

seorang ibu takterhitung nilainya dan pentingnya pendidikan untuk masa depan sehingga apa yang dicita-citakan dapat tercapai.

Novel Para Pawestri Pejuwang menceritakan Tokoh keluarga pejuang dari keturunan Eyang sampai cucunya yaitu bernama Adreng, Wara Paramestri, dan Ngesti Ratu. Adreng sebagai mahasiswa tetapi selalu aktif dalam demonstran anti KKN, Wara Paramestri lulusan University Amaeria bekerja di pabrik boneka Pretty Girl Cikarang sebagai tangan kanan Jim Faraday, dan Ngesthi Ratu sebagai penyiar radio Swara Kejawen (geguritan lan crita cekak). Cerita novel Para Pawestri Pejuwang menggambarkan sosok Adreng bisa sebagai contoh bahwa kita sebagai Bangsa Indonesia hendaknya hidup dalam kejujuran dalam segala hal sehingga akan mencerminkan kedamaian. Wara Paramesthi meskipun mencari ilmu di University Amerika tetapi bisa membawa orang Amerika supaya menanam saham di Indonesia sehingga bisa memakmurkan masyarakat untuk bekerja di pabrik tersebut. Ngesthi Ratu menggambarkan bahwa kita sebagai orang Jawa hendaknya nguri-uri budaya Jawa. Hal tersebut dapat memberikan teladan bagi peserta didik untuk berbuat jujur, dan nguri-uri budaya Jawa.

Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiyantoro 2002:11). Novel Jemini, Asmarani, dan Para Pawestri Pejuwang karya Suparto Brata menceritakan lebih rinci sehingga peserta didik sulit untuk memahami karena ceritanya terlalu panjang dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu novel perlu disimplifikasi dengan menganalisis menggunakan struktur naratif. Penelitian

7

simplifikasi karya Suparto Brata nantinya dimulai dengan mencari struktur naratif yang meliputi alur, tema, tokoh, penokohan, latar, dan amanat. Selanjutnya novel yaitu Jemini, Asmarani, dan Para Pawestri Pejuwang karya Suparto Brata dianalisis berdasarkan urutan logis, kronologis, dan urutan tekstual. Langkah tersebut novel dapat disimplifikasikan menjadi cerita baru yang lebih sederhana tanpa mengurangi tokoh dan peristiwa yang penting dalam novel tersebut, sehingga cerita baru hasil simplifikasi dapat dijadikan sebagai bahan ajar membaca teks sastra di SMA.

Diharapkan dengan adanya simplifikasi novel yaitu Jemini, Asmarani, dan Para Pawestri Pejuwang karya Suparto Brata bertujuan untuk memudahkan guru dan peserta didik mengerti dan memahami isi novel tanpa harus membaca jumlah halaman yang begitu tebal pada novel. Simplifikasi novel yang terdiri dari rangkaian cerita narasi sehingga dapat mengetahui peristiwa-peristiwa dalam cerita novel tersebut. Peristiwa-peristiwa naratif dalam cerita tersebut saling berhubungan dan dapat diidentifikasi maka digunakan teori Struktural naratif model Syaimor Chatman.

Simplification atau simplified berasal dari bahasa Inggris simple. Dalam bahasa Indonesia mempunyai arti sederhana. Nyoman (2011: 175) Simplifikasi adalah penyederhanaan. Menurut Tolstoy (dalam dalam Lavrin 2015: 112) simplified berarti disederhanakan.. Berdasarkan dari beberapa pengertian tersebut bahwa simplifikasi merupakan penyederhanaan yang dilakukan untuk mempermudah dalam mempelajari sesuatu sehingga mudah untuk dipahami. Simplifikasi juga dapat diartikan membuat sesuatu yang sulit dipahami menjadi

8

mudah untuk dipahami. Penyederhanaan novel yaitu Jemini, Asmarani, dan Para Pawestri Pejuwang karya Suparto Brata tanpa mengurangi peristiwa-peristiwa yang terkandung di dalam novel. Dengan simplifikasi novel yaitu Jemini, Asmarani, dan Para Pawestri Pejuwang karya Suparto Brata hasil melalui simplifikasi diharapkan agar peserta didik dapat menumbuhkan minat baca dan dapat mudah dipahami isi cerita novel sehingga waktu pembelajaran di kelas tidak terbuang dengan sisa-sia dan akan berlangsung lebih efektif.

Hasil penelitian melalui simplifikasi novel yaitu Jemini, Asmarani, dan Para Pawestri Pejuwang karya Suparto Brata ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan ajar membaca teks novel di SMA, tidak hanya aspek membaca saja, tetapi pada semua aspek pembelajaran bahasa Jawa yaitu menulis, berbicara, dan mendengarkan. Aspek tersebut dipilih sesuai dengan kebutuhan dengan pembelajara bahasa Jawa yang mudah dimengerti tanpa meninggalkan nilai-nilai pendidikan dan makna yang terkandung dalam novel yaitu Jemini, Asmarani, dan Para Pawestri Pejuwang karya Suparto Brata.

Novel yaitu Jemini, Asmarani, dan Para Pawestri Pejuwang sangat menarik dijadikan sebagai bahan kajian, karena sampai sekarang belum ada yang mengangkat novel berbahasa Jawa tersebut untuk dijadikan sebagai bahan ajar simplifikasi novel dengan menggunakan teori struktur naratif model Seymor Chatman. Novel yaitu Jemini, Asmarani, dan Para Pawestri Pejuwang sangat layak sebagai bahan kajian karena banyaknya nilai-nilai pendidikan karakter atau pesan-pesan yang terkandung dalam novel ini yang sangat erat hubungannya

9

dengan kehidupan sehari-hari yang terjadi didalam kehidupan masyarakat khususnya masyarakat Jawa.

Dokumen terkait