• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

1.1. Latar Belakang

Pada umumnya pengelolaan hutan di Indonesia sendiri dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat lokal sekitar hutan. Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan hutan tidaklah sekedar untuk menunjukan adanya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan semata, akan tetapi lebih ditekankan pada kepentingan mendesak, mengingat masyarakat desa sekitar hutan merupakan orang yang paling dekat dengan sumberdaya alam (SDA). Kegiatan pengusahaan hutan membutuhkan partisipasi masyarakat pria dan wanita. Walaupun banyak bukti menunjukan bahwa wanita mampu bekerja mencari nafkah di bidang pertanian, kehutanan, peternakan, dan lainnya, namun peran wanita seringkali diabaikan dan tidak dilihat dalam proyek-proyek pembangunan (Suharjito 1996).

Pemerintah dan pakar pada umumnya mengabaikan kepentingan perempuan dalam rumah tangga pertanian. Pemerintah senantiasa beralasan bahwa kebijakan pembangunan netral gender, namun kebijakan ini berdampak negatif yaitu menimbulkan ketidakadilan gender yang menghambat terwujudnya kualitas sumberdaya manusia (SDM) dan kesejahteraan keluarga pertanian di Indonesia (Mugniesyah & Fadhilah 2001).

Mugniesyah (1995) melaporkan bahwa program yang telah dilaksanakan pemerintah tidak menyentuh rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan dan anggota rumah tangga perempuan lainnya. Sebagaimana halnya studi gender dalam pertanian, ditemukan bahwa sekalipun kontribusi perempuan terhadap usaha tani cukup nyata bahkan dijumpai lebih besar dibanding pria, namun mereka belum mempunyai akses dan kontrol terhadap informasi dan teknologi. Hal ini terjadi karena wanita tidak menjadi kelompok sasaran dalam kegiatan penyuluhan sistem latihan dan kunjungan, sementara pria sebagai anggota kelompok tani tidak semuanya berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan istri-istri mereka. Selain itu, intervensi dari berbagai instansi, rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan serta pengaruh adat budaya masyarakat menjadi

2 faktor penting lain yang menjadikan kurangnya melibatkan perempuan dalam program pembangunan.

Molnar dan Schreiber (1989) diacu dalam Suharjito (1994) memberikan beberapa catatan bagaimana proyek kehutanan dapat memaksimumkan penghasilan suatu investasi dengan melibatkan wanita. Pertama, jika preferensi produk dan jenis bagi wanita turut dipertimbangkan, mereka akan lebih bersemangat untuk bekerjasama dalam mencapai sasaran-sasaran proyek secara keseluruhan. Kedua, jika kegiatan-kegiatan direncanakan seputar jadwal wanita mereka akan lebih mempunyai waktu untuk dicurahkan pada kegiatan tersebut. Ketiga, rumah tangga yang dikepalai wanita (atau rumah tangga tanpa pria dewasa) mungkin merupakan persentase terbesar di wilayah proyek. Jika mereka dapat berpartisipasi penghasilan proyek akan meningkat. Keempat, wanita dapat membangkitkan pendapatan rumah tangga secara signifikan jika bahan baku untuk industri rumah tangga tersedia.

Menurut Hadjar (1992) diacu dalam Ridwan (1997), keterlibatan perempuan dalam pekerjaan mencari nafkah yang menghasilkan pendapatan rumah tangga berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan di dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pengambilan keputusan jumlah anak. Wiryono (1994) diacu dalam Ridwan (1997) menyatakan bahwa besarnya kontribusi pendapatan yang diterima perempuan terhadap ekonomi rumah tangga berpengaruh pula pada pola pengambilan keputusan suami istri dalam berbagai kegiatan rumah tangga.

Dengan berubahnya pola pengelolaan hutan dari Timber Based Management menjadi Community Based Forestry, menjadikan peran perempuan semakin penting. Kedekatan perempuan dengan sektor pangan dan sumberdaya lahan menjadikan posisi perempuan semakin kuat dalam kegiatan pengelolaan hutan yang berbasis pemberdayaan masyarakat.

Dalam peningkatan kesejahteraan khususnya masyarakat desa hutan. program pelibatan masyarakat sangat penting untuk dilaksanakan, karenanya Perhutani membentuk program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Selain usaha peningkatan pengelolaan kehutanan, PHBM juga bermanfaat dalam peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.

3 1.2. Rumusan Masalah

Era global dan pasar kini menuntut perempuan memasuki bursa kerja. Ironisnya, perempuan di bayar lebih rendah dari pekerja laki-laki. Namun demikian, jumlah perempuan yang bekerja di sektor publik makin meningkat. Berbagai perusahaan membuka diri menerima pekerja perempuan profesional agar terlibat memajukan bisnis. Perempuan berbondong-bondong mengajukan lamaran dan memadati setiap bursa kerja. Perempuan berlomba meraih peluang membangun kesejahteraan dan meningkatkan kinerja. Kesejahteraan menjadi wacana aktual di berbagai seminar-seminar karier dan usaha Tantangan perempuan memilih pekerjaan yang sesuai bagi diri mereka sangat terbuka lebar (Naqiyah 2006). Pembangunan kehutanan yang di gagas oleh pemerintah selama ini dinilai tidak benar-benar mampu memberikan akses dan kontrol kepada masyarakat terhadap sumberdaya hutan secara berkelanjutan. Hal tersebut di karenakan dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan, pemerintah hanya menitikberatkan terhadap keuntungan ekonomi daripada kesejahteraan masyarakat.

Penelitian terhadap berbagai program pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat, termasuk program yang digagas oleh Perhutani, selama ini menunjukan bahwa aspek gender kurang mendapat perhatian, kendati perempuan terlibat dalam kegiatan fisik pengelolaan lahan hutan, namun perempuan kurang atau tidak memperoleh kesempatan yang setara dengan laki-laki dalam pengambilan keputusan dan kebijakan. Keterlibatan perempuan bahkan tidak diakui secara resmi dalam program, perempuan tidak diikutsertakan secara formal dalam keanggotaan program (Kartasubrata et al. 1995).

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Program PHBM merupakan program yang diadakan oleh Perhutani sebagai program yang dapat memecahkan ketidakseimbangan gender ini, sehingga perlu diperhatikan sejauhmana PHBM dapat menjawab masalah-masalah gender dalam pelaksanaan di lapagan.

Pengkajian peran wanita ini melibatkan keluarga petani sebagai unit terkecil masyarakat desa hutan atau lebih tepatnya yaitu rumah tangga petani. Alasan mengapa yang dilibatkan adalah rumah tangga petani karena rumah tangga

4 petani bersifat heterogen yang secara khusus dapat dilihat pada karakteristik pribadi dan rumah tangga. Penelitian ini melibatkan Perhutani dan masyarakat desa hutan serta pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program PHBM ini.

Apabila kita mendalami kehidupan masyarakat desa hutan maka dapat kita lihat berbagai peranan mereka dalam memenuhi kehidupan hidupnya. Peranan- peranan tersebut seperti peranan kegiatan reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan. Dengan adanya peranan tersebut maka dapat menunjukan sejauhmana peranan wanita dalam melakukan kegiatan di rumah tangga, masyarakat maupun dalam kegiatan PHBM. Penilaian perempuan terhadap pengelolaan hutan dan pelaksanaan PHBM akan mempengaruhi tingkat kehadiran perempuan sendiri dalam PHBM, curahan waktu kerja, pengambilan keputusan serta kontribusi wanita dalam pendapatan rumah tangga. Oleh sebab itu perlu diketahui, “Bagaimana penilaian perempuan terhadap pengelolaan hutan dan pelaksanaan PHBM oleh perempuan sendiri?”, “Bagaimana tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan PHBM?”, “Bagaimana pembagian kerja dan curahan waktu perempuan dalam kegiatan PHBM?”, “Seberapa besar kontribusi perempuan dalam proses pengambilan keputusan pada PHBM?” dan “Seberapa besar kontribusi perempuan terhadap pendapatan rumah tangga dalam kegiatan PHBM?”. Kalimat-kalimat pertanyaan tersebut mewakili variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian ini yakni penilaian perempuan tentang PHBM dan pelaksanaan PHBM, tingkat kehadiran perempuan dan curahan waktu kerja, pembagian kerja, pendapatan rumah tangga dan kegiatan pengambilan keputusan. 1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara perempuan dan program PHBM yang dapat dilihat melalui:

a. Penilaian perempuan terhadap PHBM dan pelaksanaan PHBM. b. Peran mereka melalui analisis terhadap:

1) Tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan PHBM

2) Pembagian kerja dan curahan waktu kerja perempuan dalam kegiatan PHBM

3) Kontribusi pendapatan perempuan dalam PHBM terhadap pendapatan rumah tangga

5 4) Pengambilan keputusan dalam rumah tangga pada program PHBM.

1.4. Manfaat

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi gambaran sejauh mana peran perempuan dalam pembangunan kehutanan dan manfaat atas keikutsertaanya.

6

BAB II

Dokumen terkait