• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Peran Perempuan dalam PHBM

5.3.4 Pengambilan Keputusan

A. Pengambilan Keputusan dalam Kelembagaan PHBM

Adapun masalah yang terjadi di Desa Bareng selalu dibicarakan dalam pertemuan PHBM. Pertemuan PHBM ini biasanya dilaksanakan pada sore hari di rumah ketua LMDH Jati Agung III. Pertemuan biasanya dilaksanakan rutin satu kali dalam sebulan namun jika ada permasalahan yang mendesak untuk dibicarakan dapat dilaksanakan dua kali dalam sebulan. Dalam pertemuan PHBM biasanya dihadiri oleh masyarakat desa hutan sebagai orang-orang yang langsung berinteraksi dengan hutan, pihak Perhutani atau Dinas Kehutanan atau juga LSM sebagai penyuluh.

Materi yang pernah dibicarakan adalah tentang kegiatan pengamanan hutan dari penjarah dan kebakaran hutan juga pemasaran hasil tanaman PHBM. Segala sesuatu permasalahan dalam pelaksanaan PHBM di Desa Bareng dibicarakan dalam pertemuan ini. Apabila pertemuan dilaksanakan pada malam hari dan siang hari sehabis dari kebun atau sawah hanya beberapa perempuan yang datang. Kebanyakan perempuan tidak datang dengan alasan mereka mau mengerjakan pekerjaan rumah dan sudah sangat lelah bekerja, sehingga mereka selalu menerima dan mendukung apa yang suami mereka putuskan.

39 B. Pengambilan Keputusan dalam Keluarga

Hukum keluarga dalam suatu masyarakat merupakan patokan dan pedoman awal dari perilaku manusia perseorangan dalam masyarakat. Berbagai kegiatan yang ada dalam keluarga dijalankan melalui berbagai pilihan. Pilihan- pilihan tersebut yang akan menentukan bagaimana kelangsungan hidup keluarga. Kegiatan pengambilan keputusan harus memilih pilihan yang tepat sehingga ketentraman keluarga dapat tercapai. Dilihat dari aspek gender, perbedaan perempuan dan laki-laki akan mempengaruhi pemikiran dalam pengambilan keputusan.

a) Pengambilan Keputusan dalam Keluarga tentang PHBM

PHBM merupakan perwujudan dedikasi Perum Perhutani kepada masyarakat sekitar hutan sebagai wujud peningkatan sosial, perekonomian, pendidikan dan kesehatan. PHBM yang hadir ditengah masyarakat membuat masyarakat mendapatkan lahan baru untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka. Pengambilan keputusan dalam keluarga tentang sektor PHBM yakni pada kegiatan produksi seperti penentuan pengambilan keputusan dalam pertemuan KTH dan stakeholder yang terkait, kegiatan penentuan jenis tanaman selain tanaman pokok, penentuan penggunaan sarana produksi dan kegiatan pasca produksi seperti penentuan pemanfaatan hasil produksi dan penentuan penjualan hasil produksi. Berikut dapat dilihat persentase pengambilan keputusan dalam keluarga tentang kegiatan PHBM pada Tabel 29.

Tabel 29 Persentase pengambilan keputusan dalam keluarga tentang kegiatan PHBM Pengambil Keputusan Penentuan jenis tanaman Pengambilan keputusan dalam pertemuan KTH Penggunaan sarana produksi Pemanfaatan hasil produksi Penjualan hasil produksi n % n % n % N % n % SS 14 47,00 26 87,00 20 67,00 26 87,00 29 97,00 SI 15 50,00 3 10,00 9 30,00 3 10,00 0 0,00 IS 1 3,00 1 3,00 1 3,00 1 3,00 1 3,00 Total 30 100,00 30 100,00 30 100,00 30 100,0 0 30 100,00 Keterangan : Keterangan: n=jumlah, SS=Suami Sendiri, SI=Suami dan Istri, IS=Istri Sendiri

40 Dari Tabel 29 dapat dilihat bahwa mayoritas pengambil keputusan adalah laki-laki. Hanya sebagian kecil rumah tangga responden yang proses pengambilan keputusan dilakukan secara bersama antara istri dan suami. Hanya pada kegiatan penentuan jenis tanaman, 50% atau 15 responden menyatakan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara bersama antara laki-laki dan perempuan. Sebagian besar pengambilan keputusan dalam seluruh kegiatan PHBM masih dilakukan oleh laki-laki.

Tabel 30 Distribusi responden berdasarkan pengambilan keputusan dalam PHBM

No Tingkat Pengambilan Keputusan

Kelas Nilai n (jumlah) %

1 Rendah 5-10 28 93,34

2 Sedang 10,1-15 1 3,33

3 Tinggi 15,1-20 0 0,00

4 Sangat Tinggi 20,1-25 1 3,33

Total 30 100,00

Dari Tabel 30 dapat dilihat bahwa tingkat pengambilan keputusan dalam PHBM oleh perempuan hampir keseluruhan berada di tingkat rendah yaitu 93,34%. Hal ini dikarenakan perempuan selalu mengikuti keputusan yang dibuat suami dan para suamipun menganggap para istri belum memiliki pengetahuan yang baik untuk membuat keputusan dalam kegiatan PHBM. Adapun satu rumah tangga responden yang berada pada tingkat sangat tinggi dikarenakan suami responden telah meninggal dunia, sehingga semua keputusan dalam rumah tangga diputuskan oleh responden sendiri.

b) Pengambilan Keputusan dalam Keluarga tentang Kegiatan Domestik

Dalam setiap rumah tangga pasti akan mengalami banyak permasalahan domestik seperti, menentukan jumlah keturunan, pendidikan anak, dan penentuan menu makanan sehari-hari, serta kesehatan keluarga dan kegiatan sosial di lingkungan. Karena itu peran gender sangat diperlukan dan penting dalam rumah tangga, sehingga setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan bersama. Perempuan seringkali dikaitkan dengan kegiatan rumah tangga atau kegiatan domestik. Berikut ini dapat dilihat distribusi pengambilan keputusan perempuan dalam kegiatan domestik.

41 Tabel 31 Persentase pengambilan keputusan responden dalam kegiatan domestik.

Pengambil Keputusan n (jumlah) %

Suami sendiri 0 0,00

Suami bersama istri 27 90,00

Istri sendiri 3 10,00

Total 30 100,00

Dari Tabel 31 dapat dilihat bahwa pengambilan keputusan dilakukan suami istri secara bersama-sama yakni 27 keluarga perempuan (90%). Hanya ada 3 orang responden perempuan yang melakukan pengambilan keputusan dalam kegiatan domestik seorang diri. Hal tersebut dikarenakan suami dari 2 responden sama sekali tidak mau tau tentang kegiatan domestik dan menyerahkan seluruhnya kepada istri, sedang satu responden lain mengambil keputusan sendiri dikarenakan suami dari responden telah meninggal, sehingga semuanya harus diputuskan oleh responden sendiri. Pengambilan keputusan dalam kegiatan domestik ini tidak ada satu pun rumah tangga dimana suami sendiri yang mengambil keputusan. Hal ini menunjukan bahwa istri sangat mengerti tentang segala kegiatan domestik dalam rumah tangga mereka.

Mayoritas perempuan yang berada di desa Bareng mengartikan emansipasi wanita sebagai kesederajatan perempuan dan laki-laki dimana perempuan tidak hanya diam di rumah tetapi dapat juga bekerja mencari nafkah. Adapun media penyebaran emansipasi wanita di desa Bareng adalah televisi, radio dan buku.

Perempuan memegang pearan yang sangat besar di bidang kesehatan dan gizi. Mayoritas perempuan di desa Bareng menggunakan spiral, suntik dan pil serta kondom sebagai langkah nyata dalam mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Beban untuk melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) masih lebih banyak dipikul perempuan dibandingkan oleh laki-laki. Oleh karena itu, kesehatan perempuan sebagai aseptor harus senantiasa diperhatikan. Perempuan sebagai ibu rumah tangga juga sangat memperhatikan gizi keluarga. Gizi keluarga seperti konsumsi makanan dan minuman. Keluarga responden mengkonsumsi 4 sehat dan 5 sempurna berdasarkan tingkat penghasilanyang diperoleh. Apabila penghasilan yang diperoleh mencukupi maka keluarga dapat menikmati makanan dan minuman yang bergizi dan sebaliknya.

42 Pendidikan juga turut serta sebagai kegiatan domestik dalam keluarga yakni penentuan pendidikan bagi anak-anak. Pendidikan disini tidak hanya dipandang bertujuan untuk menambah pengetahuan tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan keterampilan (keahlian) sehingga dapat juga meningkatkan prokdutivitas anak-anak responden. Oleh karena itu, keputusan orang tua mengenai pendidikan anak-anaknya mempunyai dampak penting kesejahteraan keluarga. Faktor yang mempengaruhi pendidikan anak seperti harapan manfaat dan biaya sekolah. Dari sudut pandang orangtua, menyekolahkan anak merupakan investasi sehingga harus mempertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang diterima. Manfaat yang diharapkan seperti materi yang bisa didapatkan dari anaknya pada hari tua mereka dan juga kepuasan orangtua mempunyai anak yang berpendidikan.

Dokumen terkait