• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang

Dalam dokumen dejarfa.com Modul B Indonesia KK F (Halaman 11-81)

Modul ini ditujukan untuk Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bahasa Indonesia SMP pada kelompok kompetensi F Modul ini pada dasarnya adalah sarana peningkatan kompetensi profesional guru yang diturunkan dari Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru.

Penyusunan modul ini bertujuan untuk memberikan referensi kepada para guru agar dapat menguasai kompetensi pedagogik terkait dengan pemahaman, sikap, dan keterampilan terhadap model pembelajaran. Kompetensi tersebut merupakan standar minimal yang harus dikuasai oleh guru SMP untuk mendukung keberhasilan dalam menjalankan tugas pokoknya dalam pembelajaran di kelas dan di luar kelas.

Kegiatan belajar pada modul ini dirancang dengan menggunakan pendekatan andragogi dengan metode diskusi dan penugasan. Modul ini juga dilengkapi dengan latihan yang berisi masalah, kasus dan latihan pembelajaran untuk mengukur pemahaman dan melatih pedagogik peserta. Kegiatan pembelajaran tersebut terintegrasi dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Penguatan Pendidikan Karakter akan menjadi watak, budi pekerti, yang menjadi ruh dalam dunia pendidikan. Pengintegrasian Penguatan Pendidikan Karakter dalam modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini dikembangkan dengan mengintegrasikan lima nilai utama yaitu; religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Kelima nilai utama tersebut terintegrasi dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam modul. Semua kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dalam pembelajaran langsung dan tidak langsung.

setelah menempuh proses pembelajaran peserta mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khususnya kompetensi pedagogik model pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai penguatan pendidikan karakter.

C. Peta Kompetensi

Kompetensi yang akan dicapai melalui modul ini mengacu pada Permendiknas nomor 16 Tahun 2007 dengan mengembangkan kompetensi profesional Bahasa Indonesia menjadi indikator pencapaian kompetensi untuk guru Sekolah Menengah Pertama. Indikator-indikator pencapaian kompetensi tersebut disusun menjadi Kegiatan Pembelajaran yang terdiri atas:

Tabel 1 Peta Kompetensi Pedagogik

KOMPETENSI

UTAMA KOMPETENSI INTI (KI)

KOMPETENSI GURU MAPEL

(KG)

Pedagogik 6. Meningkatkan kemampuan dalam menerapkan pendekatan, strategi dan metode serta teknik pembelajaran yang mendidik serta kegiatan pembelajaran yang mendorong untuk mencapai prestasi..

6.1 Meningkatkan kemampuan dalam menerapkan

pendekatan, strategi dan metode serta teknik pembelajaran yang mendidik serta kegiatan pembelajaran yang mendorong untuk mencapai prestasi..

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup materi Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama mendukung kompetensi pedagogik. Oleh karena itu, modul ini mengkaji bidang keterampilan dan pengetahuan tentang pembelajaran bahasa Indonesia untuk guru Sekolah Menengah Pertama.

Berikut akan dijelaskan gambaran singkat tiap-tiap indikator dalam peta kompetensi yang dijabarkan dalam kegiatan pembelajaran.

1. Menentukan model pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi optimal

2. Mengidentifikasi model pembelajaran

3. Menerapkan model pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik

E. Cara Penggunaan Modul

Secara umum, cara penggunaan modul pada setiap Kegiatan Pembelajaran disesuaikan dengan skenario setiap penyajian mata diklat. Modul ini dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran guru, baik untuk moda tatap muka dengan model tatap muka penuh maupun model tatap muka In-On-In. Alur model pembelajaran secara umum dapat dilihat pada bagan di bawah.

Gambar 1 Alur Model Pembelajaran Tatap Muka

1. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka Penuh

Tatap muka penuh dilaksanakan menggunakan alur pembelajaran yang dapat dilihat pada alur di bawah ini.

Gambar 2. Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model tatap muka penuh dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat untuk mempelajari:

1) latar belakang yang memuat gambaran materi, 2) tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi,

3) kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul, 4) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran, dan

b. Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik F “Kajian Materi Model Pembelajaran”, fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat mengonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

c. Melakukan Aktivitas Pembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran menggunakan pendekatan secara langsung. Artinya, peserta berinteraksi secara langsung di kelas pelatihan bersama fasilitator dan peserta lainnya. Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan cara diskusi, praktik, dan latihan kasus.

Lembar kerja pada pembelajaran tatap muka penuh yaitu menerapkan pemahaman materi-materi yang terdapat pada kajian materi. Pada aktivitas pembelajaran peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan, dan mengolah data sampai pada membuat kesimpulan kegiatan pembelajaran.

d. Presentasi dan Konfirmasi

Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi hasil kegiatan, sedangkan fasilitator melakukan konfirmasi terhadap materi dan dibahas bersama. Pada bagian ini juga peserta dan penyaji mereviu materi berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran.

e. Persiapan Tes Akhir

Pada kegiatan ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes akhir.

2. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka In-On-In

Kegiatan diklat tatap muka dengan model In-On-In adalah kegiatan fasilitasi peningkatan kompetensi guru menggunakan tiga kegiatan utama, yaitu In Service Learning 1 (In-1), on the job learning (On), dan In Service Learning 2 (In-2). Secara umum, kegiatan pembelajaran diklat tatap muka In-On-In tergambar pada alur berikut ini.

Gambar 3. Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model In-On-In dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan disampaikan bertepatan pada saat pelaksanaan In service learning 1 fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat untuk mempelajari :

1) latar belakang yang memuat gambaran materi, 2) tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi,

3) kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul, 4) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran, dan

5) langkah-langkah penggunaan modul.

b. In Service Learning 1 (In-1)

1) Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi Modul Pelatihan SMP kelompok kompetensi F Pedagogik “Model Pembelajaran”, fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat mengonfirmasi permasalahan kepada fasilitator. 2) Melakukan aktivitas pembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan/metode yang secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan, baik itu dengan menggunakan metode berpikir reflektif, diskusi, brainstorming, simulasi, maupun studi kasus melalui Lembar Kerja (LK) yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada In-1. Pada aktivitas pembelajaran peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mempersiapkan rencana pembelajaran pada on the job learning.

c. On the Job Learning (On)

1) Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi Modul Pelatihan SMP kelompok kompetensi F Pedagogik “Model Pembelajaran”, guru sebagai peserta akan mempelajari materi yang telah diuraikan pada in service learning 1 (In-1). Guru sebagai peserta dapat membuka dan mempelajari kembali materi sebagai bahan dalam mengerjakan tugas-tugas yang ditagihkan kepada peserta.

2) Melakukan Aktivitas Pembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di kelompok kerja berbasis pada rencana yang telah disusun pada In-1 dan sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul. Kegiatan pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan/metode praktik, eksperimen, sosialisasi, implementasi, peer discussion yang secara langsung dilakukan di sekolah maupun kelompok kerja melalui tagihan berupa LK yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada On. Pada aktivitas pembelajaran materi pada On, peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mengolah data dengan melakukan pekerjaan dan menyelesaikan tagihan pada On the job learning.

d. In Service Learning 2 (In-2)

Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi produk-produk tagihan On yang akan dikonfirmasi oleh fasilitator dan dibahas bersama. pada bagian ini juga peserta dan penyaji me-review materi berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran.

1) Persiapan Tes Akhir

Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes akhir.

2) Lembar Kerja (LK)

Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan kelompok komptetansi F Pedagogik, “Model Pembelajaran” terdiri atas beberapa kegiatan pembelajaran yang di dalamnya terdapat aktivitas-aktivitas pembelajaran sebagai pendalaman dan penguatan pemahaman materi yang dipelajari. Modul ini mempersiapkan LK yang nantinya akan dikerjakan oleh peserta, LK tersebut dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2 Daftar Lembar Kerja Modul

No Kode LK Nama LK Keterangan

1. LK 1.1 Tuliskan pengertian model pembelajaran discovery, proyek, dan berbasis masalah.

TM, IN1

2. LK 1.2 Tuliskan langkah-langkah model pembelajaran discovery, proyek, dan berbasis masalah.

TM, IN1

3. LK 1.3 Analisis langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan ibu Evi tentukan model apa yang dapat digunakan. Tuliskan kenapa model tersebut digunakan!

On

4. LK 1.4 Analisis langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan ibu Selina tentukan model apa yang dapat digunakan. Tuliskan kenapa model tersebut digunakan!

On

5. LK 1.5 Menyusun model pembelajaran

discaveri, proyek dan berbasis masalah

TM, ON

6. LK 1.6 Presentasi LK 1.3, 1.4, 1.5 TM, IN1

Keterangan.

TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh In1 : Digunakan pada In service learning 1 On : Digunakan pada on the job learning

Kegiatan Pembelajaran

Model Pembelajaran

A. Tujuan

Setelah mempelajari materi ini Bapak/Ibu dapat memahami model-model pembelajaran dan mendorong peserta didik mencapai prestasi optimal dengan mengintegrasikan nilia-nilai relegius, toleransi, semangat, percaya diri, kerjasama, musyawarah mufakat, tolong menolong, kepedulian, dan saling menghargai.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Tabel 3 Kompetensi dan IPK

KOMPETENSI GURU INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

6.1 Meningkatkan kemampuan dalam menerapkan

pendekatan, strategi dan metode serta teknik

pembelajaran yang mendidik serta kegiatan pembelajaran yang mendorong untuk mencapai prestasi.

6.1.3. Menentukan model pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi optimal 6.1.4 Mengidentifikasi model pembelajaran 6.1.5 Menerapkan model pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik

C. Uraian Materi

1. Pengertian Model, Jenis-jenis Model, dan Penerapan Model

Model pembelajaran adalah suatu pola atau struktur pembelajaran yang tersusun dan didesain, ditetapkan, dan dievaluasi secara sistemik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan guru. Istilah model sendiri dapat diartikan sebagai suatu bentuk tiruan dari benda yang sebenarnya. Model juga dapat diartikan sebagai suatu contoh konseptual atau prosedural dari suatu program, sistem, atau proses yang dapat dijadikan acuan atau pedoman kreatif dalam pemenuhan akan kebutuhan siswa di sekolah dasar, telah banyak mengembangkannya. hal itu tidak lain agar kualitas pendidikan di sekolah-sekolah seluruh negeri ini selalu dalam rangka memecahkan suatu masalah agar tujuan dapat tercapai.

Banyak model-model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para ahli pendidikan di dunia. Bahkan beberapa kalangan guru yang mempunyai keahlian, kemampuan, dan keterampilan serta meningkat.

Arends dikutip oleh Trianto (2010: 51) mengartikan model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas Sedangkan menurut Joyce & Weil (1971) dikutip oleh Mulyani Sumantri, dkk (1999: 42) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar. Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.

Menurut Trianto (2010: 53) fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk memilih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu pula, setiap model pembelajaran juga mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini, diantaranya pembukaan dan penutupan pembelajaran yang berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini. Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2011: 142) istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur.

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri khusus model pembelajaran adalah:

1. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya.

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laku

serta nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran.

Pada Akhirnya setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Sifat materi dari sistem syaraf banyak konsep dan informasi-informasi dari teks buku bacaan, materi ajar siswa, di samping itu banyak kegiatan pengamatan gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai meliputi aspek kognitif (produk dan proses) dari kegiatan pemahaman bacaan dan lembar kegiatan siswa (Trianto, 2010: 55).

2. Jenis-jenis Model Pembelajaran

a. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Pembelajaran model Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kegiatan (proyek) yang menghasilkan suatu produk. Keterlibatan siswa mulai dari merencanakan, membuat rancangan, melaksanakan, dan melaporkan hasil kegiatan berupa produk dan laporan pelaksanaanya.

Model pembelajaran ini menekankan pada proses pembelajaran jangka panjang, siswa terlibat secara langsung dengan berbagai isu dan persoalan kehidupan sehari-hari, belajar bagaimana memahami dan menyelesaikan persoalan nyata, bersifat interdisipliner, dan melibatkan siswa sebagai pelaku mulai dari merancang, melaksanakan dan melaporkan hasil kegiatan (student centered). Dalam pelaksanaannya, PBL bertitik tolak dari masalah sebagai langkah awal sebelum mengumpulkan data dan informasi dengan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan sebagai wahana pembelajaran dalam memahami permasalahan yang komplek dan melatih serta mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan melakukan kajian untuk menemukan solusi permasalahan.

Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang dalam rangka: (1) Mendorong dan membiasakan siswa untuk menemukan sendiri (inquiry), melakukan penelitian/pengkajian, menerapkan keterampilan dalam merencanakan (planning

skills) dalam menuntaskan suatu kegiatan/proyek. (2) Mendorong siswa untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu ke dalam berbagai konteks (a variety of contexts) dalam menuntaskan kegiatan/proyek yang dikerjakan. (3) Memberikan peluang kepada siswa untuk belajar menerapkan interpersonal skills dan berkolaborasi dalam suatu tim sebagaimana orang bekerjasama dalam sebuah tim dalam lingkungan kerja atau kehidupan nyata. Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik berikut ini.

1) Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;

2) Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik; 3) Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan

atau tantangan yang diajukan;

4) Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;

5) Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;

6) Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan;

7) Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan 8) Stuasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan. Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.

Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa contoh perubahan lay-out ruang kelas, seperti: traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsep dan pembagian tugas kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle (presentasi). Atau buatlah suasana belajar bebas dan menyenangkan.

Fakta Empiris Keberhasilan Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) KeuntunganPembelajaran Berbasis Proyek

a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.

b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

c) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem problem yang kompleks.

d) Meningkatkan kolaborasi.

e) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.

f) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber. g) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik

dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

h) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

i) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.

j) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

2) Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek

a) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam penelitian atau percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.

b) Kemungkinan adanya peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.

c) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran Berbasis Proyek ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi penelitian, Pembelajaran Berbasis Proyek membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan absensi berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percaya diri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa. Pelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika anak-anak bersemangat dan antusias tentang apa yang mereka pelajari, mereka sering mendapatkan lebih banyak terlibat dalam subjek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata pelajaran lainnya.

3) Langkah-langkah Operasional dan Penilaiannya

a) Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek

Gambar 1.Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek

Penjelasan Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut.

(1) Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question) Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Guru berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.

(2) Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project) Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

(3) Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat

Dalam dokumen dejarfa.com Modul B Indonesia KK F (Halaman 11-81)

Dokumen terkait