• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LATAR BELAKANG DIBERLAKUKANNYA

C. Latar Belakang Diberlakukannya Moratorium CPNS

Beberapa daerah di Indonesia telah mengalami pembengkakan jumlah dalam pegawai negeri sipil yang tidak di ikuti dengan pelayanan yang efektif dan efisien. Sistem perekrutan CPNS yang tidak efisien, analisis jabatan dan kebutuhan pegawai negeri sipil tidak berjalan sebagaimana diinginkan. Peningkatan jumlah Pegawai Negeri Sipil di daerah yang begitu besar mengakibatkan terjadi ketidakseimbangan antara jumlah Pegawai Negeri Sipil dengan ketersediaan anggaran, serta tidak seimbangnya jumlah Pegawai Negeri Sipil dengan kualitas pelayanan publik yang ada. Pemerintah, dalam rangka reformasi birokrasi telah mengeluarkan satu kebijakan yakni Kebijakan Moratorium penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Kebijakan Moratorium penerimaan CPNS ini merupakan upaya pemerintah dalam melakukan penataan pegawai di instansi-instansi pemerintah.

Kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang tertuang dalam peraturan bersama Menteri Pendayaguaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan Nomor 02/SPB/M.PAN-RB/8/2011, Nomor 800- 632 Tahun 2011, Nomor 141/PMK.01/2011 Tentang Penundaan Sementara Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara sebagai sebuah kementrian negara, lembaga ini bertugas membantu presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang pendayagunaan aparatur negara. Untuk melaksanakan tugas tersebut lembaga ini dibebani fungsi:

1. merumuskan kebijakan pemerintah dibidang pendayagunaan aparatur negara;

2. pengkoordinasian dan penigkatan keterpaduan rencana dan program, pemantauan, analisis, dan evaluasi dibidang pendayagunaan aparatur negara;

3. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan dibidang tugas dan fungsinya kepada Presiden29.

29

Kewenangan Kantor Menpan sebagaimana tercantum dalam Keppres No. 101 Tahun 2001 khususnya yang berkaitan dengan dengan kepegawaian sering kali bersinggungan dengan lembaga lain yang juga memiliki tanggung jawab yang sama dengan pengembangan SDM aparatur negara, misalnya BKN. Namun demikian Keppres ini telah menempatkan Kantor Menpan sebagai lembaga yang berwenang membuat kebijakan pendayagunaan aparatur negara30.

Faktor yang melatarbelakangi adanya kebijakan moratorium yaitu:

1. Formasi Pegawai Negeri Sipil yang tidak seimbang

Dalam pasal 15 ayat 2 Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, formasi ditetapkan untuk jangka waktu tertantu berdasarkan jenis, sifat, dan beban kerja. Analisis kebutuhan merupakan suatu pedoman dalam penyusunan formasi pegawai negeri sipil.

Sebagai bahan untuk menetapkan formasi, perlu disusun analisa kebutuhan Pegawai Negeri Sipil oleh Instansi yang bersangkutan. Analisa kebutuhan Pegawai Negeri Sipil adalah suatu proses analisa secara logis dan teratur dari segala dasar- dasar/faktor-faktor yang ditentukan untuk dapat menentukan jumlah dan susunan pangkat serta kualitas Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan oleh sesuatu satuan organisasi negara untuk mampu melaksanakan tugasnya secara berdayaguna, berhasil guna dan berkelanjutan. Analisa kebutuhan Pegawai Negeri Sipil adalah sebagai salah satu usaha agar setiap Pegawai Negeri Sipil yang ada pada setiap satuan organisasi negara mempunyai pekerjaan tertentu31.

30 Mitfah, Thoha, Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2005, Halaman 11-

14

31

Instansi yang menetapkan jumlah pegawai yang akan direkrut, yaitu Badan Kepegawaian Negara dan Menpan dengan memperhatikan pertimbangan dari Menteri Keuangan, karena terkait dengan anggaran yang masih menanggung semua gaji PNS. Instansi yang berwenang melakukan rekrutmen pada pemerintahan pusat adalah biro / bagian kepegawaian dari masing-masing instansi, sedang di daerah yang bertanggung jawab adalah Badan Kepegawaian Daerah32. Penyusunan formasi harus dilakukan dengan tepat. Jika penyusunannya kurang tepat akan menyebabkan adanya ketidak akuratan database formasi pegawai dan berdampak pada pengambilan keputusan yang kurang tepat dalam menejemen kepegawaian. Ketidak akuratan dalam penyusunan formasi pegawai, akan berakibat pula pada kondisi kepegawaian saat ini, disatu sisi terjadi penumpukan tenaga administrasi.

Untuk itu, perlunya pemahaman yang tepat dan tanggung jawab pada setiap jabatan, serta kontribusi hasil jabatan tersebut terhadap pencapaian hasil atau tujuan organisasi. Dengan pemahaman ini, analisis jabatan akan menjadi daftar tanggung jawab yang relevan dengan rancangan strategi dan struktur organisasi, termasuk kewenangan, tantangan dan hubungan kerja yang tercakup didalamnya. Prinsip- prinsip ini penting untuk dipahami, pasalnya sering terjadi dibanyak organisasi, bahwa uraian jabatan dibuat tanpa batasan standar jabatan yang sebenarnya dibutuhkan oleh organisasi.

Pemerintah diharapkan dapat secara profesional mengangkat, memindah, dan juga memberhentikan jumlah pegawai negeri agar menjadi rata di semua bidang. Perlu adanya pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil yang teratur dan terarah agar semuanya berjalan dengan seimbang. Dalam menempatkan seseorang dalam jabatan atau pengangkatan pegawai dalam suatu pekerjaan, pemerintah harus menggunakan

32

prinsip “the right man on the right place” artinya orang yang tepat ditugaskan pada

tempat yang tepat.

2. Besarnya anggaran negara untuk membiayai belanja pegawai

Pertumbuhan jumlah Pegawai Negeri Sipil dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Hal ini juga diiringi dengan peningkatan beban belanja pegawai yaitu membayar gaji Pegawai Negeri Sipil.

Di Indonesia anggaran negara setiap tahun disusun dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). APBN pada dasarnya sebagai bentuk kepercayaan kepada rakyat kepada pemerintah untuk mengelola keuangan negara sehingga pengelolaan dapat diharapkan memenuhi syarat akuntabilitas, transparan, dan kewajaran. Belanja negara dalam APBN terdiri dari belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah. Belanja pemerintahan pusat meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, dan lainnya. Belanja pegawai adalah pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah dalam maupun luar negeri baik kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil, dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus Pegawai Negeri Sipil sebagai imbalan. Sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dari pemerintah kepada pegawai yang telah mengabdikan dirinya untuk melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan, perlu diberikan gaji yang layak baginya33.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi BirokrasiYuddy Chrisnandimenyatakan, moratorium pegawai negeri sipil (PNS) masih akan berlaku pada 2016. Alasannya, keterbatasan anggaran negara. Pemerintah tidak memiliki cukup uang untuk terus menerus menambah pegawainya. Anggaran belanja pegawai pemerintah pusat saat ini telah melebihi 42% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

33

Negara (APBN). Sementara, di tingkat daerah ada yang telah mencapai 80%, sehingga perlu dilakukan penghematan. Oleh karena itu harus penerimaan pegawai negeri sipil (PNS) harus segera ditunda. Meski demikian, untuk pegawai pada sektor pendidikan dan kesehatan. Dua bidang kerja itu masih dapat dilakukan penerimaan karena meski dokter jumlahnya sudah banyak, di daerah-daerah terluar dokter masih dibutuhkan, sekaligus untuk menjaga kedaulatan negara kita, pengangkatan PNS di daerah tertentu juga masih memungkinkan jika ada formasi jabatan yang mendesak harus diisi untuk kepentingan masyarakat, dengan syarat anggaran pegawai di daerah masih memadai.

Kebijakan moratorium atau penghentian sementara pengangkatan PNS, menurut Yuddy, ditempuh karena jumlah PNS telah mencapai kurang labih 4.517.000 pegawai. Dengan jumlah itu, rasio kepegawaian terhadap jumlah penduduk secara nasional ada pada angka 1,77. Sementara, banyak daerah yang rasio kepegawaiannya terhadap jumlah penduduk setempat tidak normal yakni mencapai angka 2,5 -3. Dengan rasio yang tinggi, maka belanja anggaran pegawainya juga akan membengkak tinggi. Setiap pengadaan satu pegawai akan meningkatkan beban belanja barang dan modal yang terkait dengan pegawai. Tidak cuma gaji, pengadaan baju korpri, kertas, serta belanja barang lainnya ikut membengkak34.

Yuddy merinci, saat awal merekrut maka PNS akan menerima gaji sebesar Rp 2,8 juta plus tunjangan Rp 2,2 juta. Besaran biaya itu diakui tidak memberatkan negara. Tapi, negara juga harus mengeluarkan uang untuk memberikan baju Korpri dan kebutuhan lain seperti komputer. "Belanja barang beli baju Korpri, berapa juta orang dikasih. Sekretaris beli komputer. Jumlah belanja modal, belanja barang, plus belanja pegawai itu angkanya sudah mencapai di atas 80%. Uang negara yang tersedia dari APBN untuk program-program pembangunan kurang dari 20%. Ini postur APBN

34

http://nasional.kompas.com/read/2015/11/25/06421231/Menteri.Yuddy.Moratorium.PNS.Masih.B erlaku.pada.2016 diakses pada hari rabu, 24 Agustus 2016

yang kurang sehat. Menurut pemerintah negara baru akan sehat bila belanja untuk PNS di kisaran 30%. Dengan moratorium, belanja barang kebutuhan PNS tentu akan berkurang35.

Dokumen terkait