• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini banyak perusahaan yang memberikan jangka waktu pembayaran atas penjualan barang maupun jasa. Penjualan yang dilakukan tersebut dinamakan dengan penjualan kredit yang akan menimbulkan piutang. Dengan demikian maka perusahaan mempunyai hak untuk menagih pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva kepada pihak yang berhutang. Piutang merupakan aktiva yang likuid setelah kas. CV. Andi Offset Yogyakarta merupakan sebuah perusahaan percetakan yang sedang berkembang. Sebagaimana kita ketahui, tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang optimal.

Dalam hal meningkatkan laba yang optimal diperlukan suatu upaya dengan memberikan kebijakan kredit, yaitu memberikan tenggang waktu kepada konsumen dalam melakukan pembayaran. Dengan demikian kebijakan yang diambil ini dapat meningkatkan volume penjualan yang berdampak meningkatkan laba perusahaan. Seiring berjalannya waktu, operasi perusahaan mengalami kendala-kendala yang berkaitan dengan penjualan kredit, yang mengakibatkan piutang perusahaan semakin meningkat. Disamping itu adanya resiko tidak tertagihnya piutang perusahaan yang menyebabkan modal kerja tertahan, dan menyebabkan perputaran aktiva perusahaan terhambat dan dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Resiko perlu dipertimbangkan oleh manajemen

langkah-langkah atau kebijakan-kebijakan yang perlu diambil untuk mengantisipasi kerugian tersebut dengan melakukan pembatasan-pembatasan dalam pemberian kredit, cara penagihan, penilaian tehadap konsumen serta adanya dokumen pendukung transaksi (Suparwoto, 2001 :201).

Penjualan kredit membutuhkan suatu sistem dan prosedur, dalam sistema akuntansi, sistem adalah suatu kerangka dari sistem-sistem yang saling berhubungan yang disusun dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan. Prosedur penjualan adalah urutan kegiatan sejak diterimanya pesanan dari pembeli, pengiriman barang, pembuatan faktur (penagihan), dan pencatatan penjualan (Bridwan, 2009 : 109). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Sistem

Pengendalian Internal Pada Sistem Penjualan Kredit” B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dibuat oleh penulis, yaitu apakah pengendalian sistem penjualan kredit pada CV. Andi Offset sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan menurut teori pengendalian internal pada sistem penjualan kredit?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat oleh penulis, maka tujuan dari penelitian ini, yaitu menemukan bukti apakah sistem pengendalian kredit telah sesuai dengan teori sistem penjualan kredit atau belum.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai masukan untuk memperbaiki kekurangan yang kemungkinan ada di dalam perusahaan. Adanya penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan perekrutan auditor internal perusahan yang lebih baik atau sebagai alat untuk mengkoreksi peran auditor internal yang ada apakah sudah memenuhi kriteria auditor internal yang baik atau masih memiliki kekurangan. Selain itu juga dapat untuk melakukan pertimbangan dalam hal pengendalian piutang dan usaha dalam meningkatkan keuangan perusahaan.

2. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian tersebut, penulis juga akan memperoleh pelajaran lebih mengenai bagaimana kinerja auditor internal yang sesungguhnya di dalam perusahaan. Sehingga penulis mendapatkan ilmu yang bermanfaat sebelum penulis bekerja secara nyata di dalam perusahaan.

3. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai kumpulan pustaka pada perpustakaan universitas. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan refrensi untuk mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan

1. BAB I

Pada bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

2. BAB II

Pada bab ini berisikan teori pendukung, hasil penelitian terdahulu, dan hipotesis penelitian.

3. BAB III

Pada bab ini berisikan objek penelitian, metode dan desain penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, dan teknik analisis data.

4. BAB IV

Pada bab ini berisikan gambaran umum perusahaan yang diteliti seperti: Sejarah perusahaan, bidang usaha, struktur organisasi perusahaan, tugas-tugas dan kewajiban karyawan sesuai dengan struktur organisasi yang ada.

5. BAB V

Pada bab ini merupakan analis data dan pembahasan yang terdiri atas : deskripsi data, analisis data, dan hasil penelitian serta interprestasi data. 6. BAB VI

Bab ini merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem

1. Pengertian Sistem

Menurut Moscove (2009 : 4), sistem adalah suatu kesatuan (entity) yang terdiri dari bagian-bagian (subsistem) yang saling berkaitan dengan tujuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Sistem juga direncanakan untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak dalam maupun luar perusahaan.

2. Pengertian Sistem Akuntansi

Menurut Stettler (2009 : 4), sistem akuntansi adalah fomulir-fomulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur, dan alat-alat yang digunakan untuk mengolah data mengenai usaha suatu kesatuan ekonomis dengan tujuan untuk menghasilkan laporan-laporan yang diperlukan oleh manajemen untuk mengawasi usahanya. Pihak lain yang berkepentingan menggunakan laporan-laporan seperti pemegang saham, kreditur, dan lembaga-lembaga pemerintah untuk menilai hasil operasi.

3. Pengertian Sistem Pengendalian Penjualan Kredit

Pengertian penjualan kredit, yaitu transaksi penjualan jika order dari pelanggan telah dipenuhi dengan pengiriman barang atau penyerahan untuk jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang kepada

pelanggan. Penjualan secara kredit ini ditangani oleh perusahaan melalui sistem penjualan kredit (Mulyadi, 2001 :202).

B. Pengendalian

1. Pengertian Pengendalian

Pengendalian merupakan salah satu bagian dari manajemen. Pengendalian dilakukan dengan tujuan supaya apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai target maupun tujuan yang ingin dicapai. Pengendalian memang merupakan salah satu tugas dari manager. Satu hal yang harus dipahami, bahwa pengendalian dan pengawasan adalah berbeda karena pengawasan merupakan bagian dari pengendalian. Bila pengendalian dilaksanakan dengan disertai penelurusan (tindakan korektif), maka pengawasan adalah pemeriksaan di lapangan yang dilakukan pada periode tertentu secara berulang kali (Mulyadi, 2001 ; 163).

2. Pengertian Pengendalian Internal

Dalam teori akuntansi dan organisi, pengendalian intern atau kontrol internal didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusi dan sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan

melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud (seperti mesin dan lahan) maupun tidak berwujud (seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang) ( Mulyadi, 2001 :163).

3. Tujuan Pengendalian Internal

Menurut tujuannya, tujuan pengendalian internal dapat dibagi menjadi dua macam yaitu (Mulyadi, 2001 : 166)

a. Pengendalian internal akuntansi (internal accounting control) yang merupakan bagian dari pengendalian intern, meliputi struktur organisasi,metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.

b. Pengendalian internal administratif meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.

4. Unsur Sistem Pengendalian Internal Unsur pokok pengendalian intern adalah :

a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab funngsional secara tegas.

b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.

c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.

d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya (Mulyadi, 2001 :164).

5. Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Internal Penjualan Kredit

Unsur-unsur pokok pengendalian internal penjualan kredit (Mulyadi 2001 :221-226) terdiri dari :

a. Organisasi

Dalam merancang organisasi yang berkaitan dalam sistem pengendalian kredit, unsur pokok pengendalian dijabarkan sebagai berikut :

1) Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit

Pemisahan kedua fungsi ini dimaksud untuk menciptakan pengecekan terhadap penjualan kredit. Dalam transaksi penjualan, fungsi penjualan cenderung untuk menjual barang sebanyak-banyaknya, yang sering mengabaikan dapat tertagih atau tidaknya piutang yang timbul dari transaksi tersebut. Fungsi kredit diberi wewenang untuk menolak pemberian kredit kepada seorang

pembeli berdasarkan analisis terhadap riwayat pelunasan piutang yang dilakukan pembeli tersebut di masa lalu.

2) Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penjualan dan fungsi kredit

Fungsi pemberi otorisasi kredit berada dibawah bagian . Departemen keuangan adalah pemegang fungsi penyimpanan (custodianship function). Dengan dipisahkan tiga fungsi poko tersebut, catatan piutang dapat dijamin ketelitian dan keandalannya serta kekayaan perusahaan (piutang) dapat dijamin keamanannya (piutang dapat ditagih).

3) Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas

Pemisahan kedua fungsi pokok ini akan mencegah terjadinya manipulasi piutang yang dikenal dengan julukan lapping. Lapping merupakan bentuk kecurangan penerimaan kas dari piutang yang terjadi jika fungsi pencatatan piutang dan fungsi penerimaan kas berada ditangan satu karyawan.

4) Transaksi harus dilaksanakan lebih dari satu orang atau lebih dari satu fungsi

Dengan penggunaan unsur pengendalian internal tersebut transaksi akan selalu tercipta internal check yang mengakibatkan pekerjaan karyawan yang satu dicek keandalannya oleh karyawan

yang lain. Oleh karena itu, dalam sistem pengendalian internal kredit harus disusun unsur pengendalian internal sebagai berikut : “Transaksi penjualan kredit harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kredit, fungsi pengiriman, fungsi penagihan, dan fungsi akuntansi. Tidak ada transaksi penjualan kredit yang dilaksanakan oleh satu fungsi tersebut.”

b. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

Otorisasi terjadinya transaksi dilakukan dengan membubuhkan tandatangan oleh yang memiliki wewenang untuk itu pada dokumen sumber atau dokumen pendukung. Dengan demikian karena setiap transaksi terjadi dengan otorisasi dari yang berwewenang dan dicatat melalui prosedur pencatatan tertentu, maka kekayaan perusahaan akan terjamin keamanannya dan data akuntansi yang dicatat terjamin ketelitian dan keandalannya, apabila :

1) Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir surat order pengiriman.

Transaksi penjualan dimulai dengan diterimanya oreder dari pembeli. Sebagai awal kegiatan penjualan, fungsi penjualan mengisi fomulir surat order pengiriman untuk memungkinkan berbagai pihak (fungsi pemberian kredit, fungsi penyimpanan

barang, fungsi pengiriman, dan fungsi penagihan) melaksanakan pemenuhan pengiriman order yang diterima dari pembeli.

2) Persetujuan pemberian kredit diberikan oleh fungsi kredit dengan membubuhkan tanda tangan pada credit copy (Tembusan surat order pengriman)

Seperti telah disebutkan di atas, untuk mengurangi resiko tidak tertagihnya piutang, transaksi penjualan kredit haru mendapat otorisasi dar penjualan kredit dari fungsi kredit, sebelum barang dikirimkan pada pembeli. Otorisasi ini berupa tanda tangan kepala bagian kredit dengan dokumen credit copy yang merupakan tembuasan surat order pengiriman.

3) Pengriman barang kepada pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara menandatangani dan membubuhkan cap “sudah dikirim” pada copy surat order pengiriman.

Sebagai bukti telah dilaksanakannya pengiriman barang, fungsi pengiriman barang membubuhkan tanda tangan otorisasi dan cap “sudah dikirim pada copy surat oreder pengiriman. Dokumen ini dikirimkan oleh fungsi pengiriman barang sebagai bukti telah dilaknasakan pengeriman barang sesuai dengan perintah pengiriman barang yang diterbitkan oleh fungsi penjualan,

sehingga fungsi penagihan dapat segera membuat melaksanakan faktur penjualan sebagai dokumen penagihan piutang.

4) Penetapan harga jual, syarat penjualan, syarat pengangkutan barang, dan potongan penjualan berada ditangan direktur pemasaran dengan menerbitkan surat keputusan mengenai hal tersebut.

Harga juala yang berlaku, syarat pengangkutan barang, dan potongan penjualan harus diterapkan oleh pejabat yang berwewenang (misalnya direktur pemasaran). Dengang demikian, pengisian fomulir kedalam pengiriman dan faktur penjualan harus didasarkan pada informasi harga jual dan potongan penjualan yang diterapkan oleh direktur pemasaran.

5) Terjadinya piutang diotorisasi oleh fungsi penagihan dengan membubuhkan tanda tangan pada faktur penjualan.

Terjadinya piutang yang menyebabkan kekayaan perusahaan bertambah diakui dan dicatat berdasarkan faktur penjualan. Faktur penjualan ini dibuat berdasarkan copy surat oreder pengriman (sebagai bukti telah dilaksanakannya pengiriman dan diserahkannya barang kepada perusahaan (angkutan umum). Pengisian informasi harga satuan dan syarat penjualan kedalam faktur penjualan harus didasarkan pada informasi harga jual, syarat

penjualan, dan potongan penjualan yang ditetapkan oleh direktur pemasaran. Dengan dibubuhkannya tanda tangan otorisasi oleh fungsi penagihan pada faktur penjualan berarti bahwa :

a) Fungsi penagihan telah memeriksa kelengkapan bukti pendukung (copy surat order pengiriman yang ditanda tangani oleh fungsi pengiriman dan copy surat muat yang ditandatangani oleh perusahaan angkutan umum).

b) Fungsi penagihan telah mencantumkan harga satuan barang yang dijual berdasarkan harga satuan barang yang tercantum dalam surat keputusa Direktur Pemasara.

c) Fungsi penagihan telah berdasarkan pecantuman informasi kuantitas barang yang tercantum dalam copysurat pengiriman barang dan surat muat (bill of lading).

6) Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus didasarkan atas Dokumen sumber yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap.

Catatan akuntansi harus diisi informasi yang berasal dari dokumen sumber yang sahih (vaid). Kesahihan dokumen sumber dibuktikan dengan dilampirkannya dokumen pendukung yang lengkap, yang telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang. Dalam sistem penjualan kredit, pencatatan mutasi piutang harus

didasar pada dokumen sumber dan dokumen pendukung berikut ini : “Pencatatan terjadinya piutang didasarkan atas faktur penjualan yang didukung dengan surat order pengiriman dan surat muat.” 7) Pencatatan ke dalam akuntansi harus dilakukan oleh karyawan

yang diberi wewenang untuk itu.

Setiap pencatatan ke dalam catatatan akuntansi harus dilakukan oleh karyawan yang diberi wewenang untuk mengubah catatan akuntansi tersebu. Setelah karyawan tersebut mutakhir (up

date) catatan akuntansi berdasarkan dokumen sumber sebagai bukti

telah dilakukannya pengubahan data yang dicatat dalam catatan akuntansi pada tanggal tersebut.

c. Praktik yang Sehat

1) Penggunaan fomulir bernomor urut tercetak

Di dalam organisasi, setiap transaksi keuangan hanya akan terjadi jika telah mendapat otorisasi dari pihak yang berwenang. Otorisasi pihak yang berwenang diwujudkan dalam bentuk tandatangan kedalam fomuli. Dengan demikian untuk mengawasi transaksi yang terjadi di dalam perusahaan dapat dilakukan dengan mengawasi penggunaan fomulir yang digunakan sebagai media untuk mengotprisasi terjadinya transaksi tersebut.Salah satu cara

pengendalian fomulir adalah dengan merancak fomulir yang bernomor urut tercetak.

2) Secara periodik fungsi akuntansi mengirimkan pernyataan piutang ( account statement ) kepada setiap debitur untuk menguji ketelitian catatan piutang yang diselengarakan oleh fungsi tersebut.

Praktik sehat ddapat dilakukan dengan cara pengecekan secara periodik ketelitian catatan akuntansi yang diselenggarakan oleh perusahaan dengan catatan akuntansi yang diselenggarakan oleh pihak luar yang bebas. Untuk mengecek ketelitian catatan piutang perusahaan, secara periodik fungsi akuntansi diharuskan membuat pernyataan piutang dan mengirimkannya kepada debitur yang bersangkutan. Dengan cara ini data yang dicatat dalam kartu piutang dicek ketelitiannya oleh debitur yang bersangkutan, sehingga pengiriman secara periodik pernyataan piutang ini akan menjamin ketelitian data akuntansi yang dicatat oleh perusahaan. 3) Secara periodik diadakan rekonsiliasi kartu piutang dengan

rekening kontrol piutang dalam buku besar.

Rekonsiliasi merupakan pencocokan dua data yang dicatat dalam catatan akuntansi yang berbeda namun berasal dari sumber yang sama. Dalam pencatatan piutang, dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar pencatatan jalur :

a) Dicatat ke dalam jurnal dan kemudian diringkas ke dalam rekening kontrol piutang dalam buku besar.

b) Dicatat dalam kartu piutang sebagai rincian rekening kontrol yang tercantum dalam buku besar.

Dengan demikian untuk mengecek ketelitian data akuntansi yang dicatat di rekening kontrol piutang piutang dalam buku besar, praktik yang sehat mengharuskan secara periodik diadakan rekonsiliasi antara buku pembantu piutang dengan rekening kontrol piutang dalam buku besar.

C. Penjualan

1. Pengertian Penjualan

Penjualan adalah suatu usaha terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan laba. Terdapat beberapa cara penjualan. Untuk itu, sistem yang diaplikasikan disesuaikan dengan operasi di lapangan.

2. Pengertian Penjualan Kredit

Penjualan kredit menurut Mulyadi (2001; 220) adalah sistem penjualan kredit yang dilaksanakan oleh perusahaan melalui cara pengiriman barang yang sesuai dengan order yang mereka terima dari pembeli. Selain itu dalam jangka waktu tertentu perusahaan memiliki nilai tagihan pada pembeli yang melakukan order tersebut. Untuk tagihan yang

dikenakan tersebut sang pembeli harus menyerahkan tagihannya pada penjual terkait.

3. Unsur-Unsur Penjualan Kredit

Unsur-unsur kredit menurut Manajemen Perkreditan (Fahmi, 2009 : 7), yaitu :

a. Kepercayaan

Kepercayaan (trust) adalah sesuatu yang paling utama dari unsur kredit yang harus ada karena tanpa ada rasa saling percaya antara kreditur dan debitur maka akan sangat sulit terwujud suatu itu pada saat sinergi kerja yang baik.

b. Waktu

Waktu (time) adalah bagian yang sering dijadikan kajian oleh pihak analisis finace khususnya analisis kredit.

c. Risiko

Resiko di sini menyangkut persoalan seperti degree of risk. Di sini yang paling dikaji adalah pada keadaan terburuk yaitu pada saat kredit itu tidak kembali atau timbul kredit macet. Ini menyangkut dengan persoalan seperti lamanya waktu pemberiak kredit yang menyebabkan naiknya tingkat risiko yang timbul, karena pembisnis menginginkan adanya ketepatan waktu dalam proses pemberian kredit ini.

d. Prestasi

Prestasi yang dimaksud disini adalah prestasi yang dimiliki oleh kreditur untuk diberikan kepada debitur. Pada dasarnya bentuk atau objek dari kredit itu sendiri adalah tidak selalu dalam bentuk uang tetapi dalam bentuk barang dan jasa (good and service).

e. Kreditur

Kreditur yang dimaksud disini adalah yang memiliki uang (money), barang (goods), atau jasa (service) untuk dipinjamkan kepada pihak lain, dengan harapan dari hasil pinjaman itu akan diperoleh keuntungan dalam bentuk interest (bunga), sebagai balas jasa dari barang, uang, atau jasa yang telah dipinjamkan tersebut.

f. Debitur

Debitur yang dimaksud adalah pihak yang memerlukan uang (money), barang (goods), atau jasa (service).

4. Siklus Penjualan Kredit

Menurut Mulyadi (2001 : 216-218), siklus penjualan kredit sebagai berikut:

a. Customer

Customer melakukan order barang yang dikirim ke Bagian Penjualan. Lalu mendapatkan Bukti Pembelian. Setelah diproses, customer akan mendapatkan kiriman barang dari Bagian Pengiriman.

Barang yang diterima lalu dicek apakah sama dengan Faktur Pembelian. Jika cocok, customer menandatangani dan mengembalikan Surat Jalan dan Faktur Pembelian ke Bagian Pengiriman.

b. Bagian Penjualan

Setelah menerima Order Barang dari Customer, Bagian Penjualan membuat Faktur Pembelian yang dirangkap 3, lembar pertama untuk Customer, lemabar kedua untuk Bagian Gudang, dan lembar ketiga untuk Bagian Keuangan. Dari Faktur Pembelian tersebut, Bagian Penjualan membuat Surat Jalan yang dirangkap 3. Lembar pertama dan kedua untuk Bagian Pengiriman dan lembar ketiga untuk Bagian Gudang.Dari Faktur Pembelian 1 dan 2 yang diterima dari Bagian Pengiriman, lalu dibuat Laporan Penjualan rangkap 2, lembar pertama sebagai arsip dan lembar kedua dikirim ke Pimpinan.

c. Bagian Gudang

Dari Faktur Pembelian yang diterima dari Bagian Penjualan, Bagian Gudang menyiapkan barang yang diorder. Barang tersebut dikirim ke Bagian Pengiriman. Bagian Gudang juga menerima Surat Jalan dari Bagian Penjualan sebagai arsip.

d. Bagian Pengiriman

Setelah menerima Barang dari Bagian Gudang dan Surat Jalan dari Bagian Penjualan, lalu barang dikirim bersama Surat Jalan

tersebut ke Customer.Faktur Pembelian dan Surat Jalan yang telah ditandatangani oleh Custome diberikan ke Bagian Penjualan.

e. Bagian Keuangan

Menerima Faktur Pembelian dari Bagian Penjualan sebagai dasar pembuatan Laporan Keuangan yang dirangkap 2, yang pertama diberikan ke Pemimpin dan lembar kedua untuk arsip.

f. Pemimpin

Menerima Laporan Keuangan dari Bagian Keuangan dan Laporan Penjualan dari Bagian Penjualan sebagai arsip.

5. Dokumen yang Digunakan dalam Siklus Penjualan Kredit

Menurut Mulyadi (2001 : 219), dokumen yang digunakan dalam siklus penjualan kredit, yaitu :

a. Surat order pengiriman dan tembusannya b. Faktur dan tembusannya

c. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan. 6. Catatan Akuntansi yang Digunakan

Menurut Mulyadi (2001 :220), catatan akuntansi yang digunakan adalah:

a. Jurnal penjualan, digunakan untuk mencatat transaksi penjualan baik penjualan tunai maupun kredit.

b. Kartu piutang, sebagai buku pembantu yang berisi mutasi piutang tiap perusahaan kepada debiturnya.

c. Kartu persediaan, sebagai buku pembantu yang berisi mutasi dari setiap jenis persediaan.

d. Kartu gudang, kartu ini disediakan oleh fungsi gudang untuk mencatat mutasi dan persediaan fisik barang yang ada di gudang.

e. Jurnal umum, digunakan untuk mencatat harga pokok produk yang dijual selama periode tertentu.

7. Fungsi Terkait Penjualan Kredit

Menurut Mulyadi (2001 :213-215) dalam bukunya Sistem Akuntansi, unit organisasi yang terkait dalam sistem akuntansi penjualan kredit yaitu:

a. Fungsi Penjualan

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima order dari pelanggan, mengedit order dari pelanggan, meminta otorisasi kredit, menentukan tanggal pengiriman barang. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk membuat back order pada saat tidak tersedianya persediaan untuk memenuhi order dari pelanggan.

b. Fungsi Kredit

Fungsi ini bertanggung jawab untuk meneliti status kredit pelanggan dan memberikan otorisasi pemberian kredit kepada pelanggan.

c. Fungsi Gudang

Fungsi ini bertanggung jawab menyimpan dan menyiapkan barang yang dipesan oleh pelanggan serta menyerahkan barang ke bagian pengiriman.

d. Fungsi Pengiriman

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang atas dasar surat order pengiriman yang diterima dari fungsi penjualan. e. Fungsi Penagihan

Fungsi ini bertanggung jawab membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada pelanggan.

f. Fungsi Akuntansi

Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat piutang dari transaksi penjualan kredit, membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada debitur, dan membuat laporan penjualan, serta mencatat harga pokok persediaan yang dijual kedalam kartu persediaan.

8. Resiko Piutang

Menurut IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia 2004 :19), adanya piutang perusahaan dihadapkan oleh beberapa hal, yaitu:

a. Kegagalan untuk menagih pelanggan b. Kesalahan dalam penagihan

c. Kehilangan data d. Pencurian kas e. Kinerja yang buruk

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Pada Sistem

Dokumen terkait