• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1.1. Latar Belakang

Perencanaan produksi merupakan prasayarat dasar untuk mencapai tujuan dari masing-masing perusahaan manufaktur. Perencanaan produksi ialah suatu kegiatan yang berkenaan dengan penentuan apa yang harus diproduksi, berapa banyak diproduksi, kapan diproduksi dan apa sumber daya yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan. Perencanaan produksi dilakukan untuk memenuhi permintaan pelanggan pada waktu yang tepat dengan sumber daya yang tersedia dan biaya yang minimum.

PT. Neo National adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi peralatan elektronik rumah tangga. Peralatan elektronik rumah tangga yang diproduksi oleh PT Neo National adalah dispenser, kipas angin, dan blender. Data jumlah penjualan peralatan elektronik PT Neo National selama periode Mei 2015-April 2016 dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1. menunjukkan bahwa penjualan produk hasil produksi PT Neo National yang terbesar adalah produk dispenser dan mengindikasikan produk

dispenser yang dapat menyediakan kebutuhan air minum dalam kondisi panas,

dingin maupun normal secara praktis lebih dibutuhkan oleh konsumen dibandingkan blender dan kipas angin. Oleh karena itu produk dispenser dipilih menjadi bahan penelitian. PT Neo National memproduksi beberapa tipe dispenser

yaitu, DS 105 HN, DS 108 HN, DS 121 HN, dan DS 299 HNS. Jumlah produk dispenser periode Mei 2015- April 2016 dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. menunjukkan bahwa produk dispenser yang paling diminati adalah tipe DS 108 HN dan DS 121 HN, maka yang menjadi bahan penelitian adalah produk dispenser tipe DS 108 HN dan DS 121 HN.

Dalam produksinya, perusahaan sering dihadapkan pada permasalahan penentuan jumlah produksi untuk masing-masing tipe dispenser. Pada saat ini, perencanaan produksi yang diterapkan oleh perusahaan hanya berdasarkan pengalaman dari pembuat keputusan dan hasil peramalan. Berikut data jumlah permintaan dispenser tipe DS 121 HN dan DS 108 HN pada PT Neo National.

Tabel 1.3 menunjukkan bahwa permintaan konsumen terhadap produk dispenser selalu berfluktuasi. Dispenser tipe DS 121 HN merupakan dispenser yang paling banyak diminati oleh konsumen. Untuk memenuhi permintaan konsumen tersebut, perusahaan menyediakan dua lini perakitan pada proses produksi produk DS 121 HN, sedangkan untuk tipe DS 108 HN hanya satu lini perakitan. Namun, jika kondisi pasar off-season maka perusahaan akan mengurangi jumlah lini perakitan produk DS 121 HN. Dan pada peak season, perusahan akan memberlakukan penambahan jam kerja (overtime) untuk kedua tipe dispenser tersebut.

Pada saat ini, perusahaan tidak memiliki nilai yang pasti dari serangkaian

goal yang ada, seperti batasan jumlah item yang diproduksi, jumlah persediaan

maksimal/minimal yang diperbolehkan, batasan ketersediaan jam kerja dan pendapatan minimal dengan kendala target produksi minimal yang harus dicapai.

Perusahaan berorientasi untuk memenuhi permintaan pelanggan, sehingga perusahaan akan menambah jam kerja hingga permintaan pelanggan yang didasarkan pada hasil peramalan tersebut terpenuhi. Hal ini menyebabkan kesamaran nilai pencapaian dari goal yang ada untuk mencapai kondisi yang optimal. Untuk tetap menjaga keunggulan bersaing selain dari sisi kualitas produk, perusahaan juga perlu melakukan efisiensi dari sisi biaya dan sumber daya perusahaan. Pengalokasian sumber daya perusahaan yang meliputi sumber daya manusia (tenaga kerja), material, mesin dan waktu kerja perlu dioptimalkan. Untuk melakukan optimasi perencanaan produksi, perusahaan harus memiliki nilai yang pasti terhadap serangkaian goal yang akan dicapai.

Pendekatan fuzzy goal programming adalah sebuah metode yang mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dengan informasi yang tidak pasti dalam proses produksi seperti jumlah permintaan produk dan juga mempunyai kemampuan untuk mengoptimalkan masalah yang multi tujuan dan multi periode. Logika fuzzy digunakan untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah-masalah dengan informasi yang kurang pasti di dalam sistem melalui pemberian toleransi maksimum dan minimum suatu fungsi tujuan sesuai dengan kondisi yang diterapkan perusahaan. Penerapan metode Fuzzy Goal Programming diharapkan dapat mengatasi ketidakpastian yang muncul sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih optimal melalui pemanfaatan sumber daya yang tersedia di perusahaan.

Penelitian tentang Fuzzy Goal Programming telah dilakukan oleh Vahideh Hosseini dkk di Iran (2015) dengan judul Model Fuzzy Programming Model

untuk Perencanaan Produksi pada Industri Makanan. Pada industri makanan, biaya yang tinggi dan tren komsumsi musiman yang hampir tetap serta memperhatikan penurunan mutu dari bahan baku dan produk serta pentingnya pengurangan limbah produksi, maka penting untuk melakukan perencanaan produksi yang tepat dan ilmiah. Karena itu, metode yang tepat harus dicari yang dapat digunakan untuk rencana produksi terbaik, dimana memungkinkan fleksibilitas yang tinggi terhadap perubahan kondisi permintaan, dan di sisi lain memperhitungkan batasan-batasan yang ada dan kompleksitas proses produksi serta ketidakpastian lingkungan untuk mencapai tingkat tertinggi dari efisiensi dan efektivitas. Model fuzzy adalah salah satu model yang memiliki kemungkinan memperhitungkan ketidakpastian dan sudut pandang dari pembuat keputusan berkaitan dengan perencanaan produksi. Pendekatan fuzzy goal programming adalah sebuah metode yang mempunyai kemampuan untuk mempertimbangkan kondisi yang tidak pasti dalam proses produksi dan juga mempunyai kemampuan untuk mengoptimalkan masalah yang multi tujuan dan multi periode. Yang menjadi tujuan dalam penelitian adalah memaksimalkan produksi produk yang lebih menguntungkan, permintaan yang tepat waktu, meminimalkan pendapatan yang hilang, meminimalkan idle time mesin, dan meminimalkan pemborosan produk. Software LINGO digunakan untuk memecahkan permasalahan.

Pendekatan Fuzzy Goal Programming juga digunakan dalam masalah pendistribusian produk makanan dari Usaha Kecil Menengah Makanan oleh Bhargava dkk (2015). Dalam hal ini permintaan terhadap produk tinggi, namun tidak semua permintaan dapat dipenuhi karena faktor-faktor pembatas tertentu.

Dalam hal ini, permintaan selalu tidak pasti sehingga permintaan dianggap sebagai sesuatu yang bersifat kabur (fuzzy). Perusahaan harus memastikan bahwa hanya permintaan yang paling menguntungkan yang diutamakan untuk terpenuhi. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan model Fuzzy Goal Programming dalam rangka untuk memenuhi permintaan dari pelanggan yang selalu tidak pasti dengan tiga tujuan utama . Tujuan yang ingin dicapai dalam penenlitian ini adalah menentukan jumlah dari lima jenis produk makanan beku yang akan didistribusikan ke tiga lokasi berbeda, memaksimalkan total keuntungan, dan meminimalkan total biaya produksi.

Taghizadeh dkk (2015) juga menggunakan teknik fuzzy goal programming dalam optimasi perencanaan produksi. Persediaan pada industri medis dilakukan berdasarkan jumlah pesanan, karena biaya produksi yang tinggi dan ketentuan proses konsumsi. Oleh karena sifat permintaan, perencanaan produksi dalam industri ini sangat penting, dengan cara yang memiliki fleksibilitas yang tinggi dan mampu mengkoordinasikan dengan permintaan. Metode penelitian yang digunakan dalam kasus ini adalah fuzzy goal programming. Metode ini dapat memperhitungkan opini dari manager dan pembuat keputusan dalam industri. Pembuat keputusan memperkirakan nilai tujuan yang diharapkan untuk dicapai, kemudian fuzzy goal programming akan mengkonversikan tingkat pencapaian ini ke dalam bahasa matematika. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengurangi biaya produksi dan meningkatkan keuntungan.

Perubahan besar pada harga kapal, bahan bakar, minyak dan onderdil, membuat perusahaan transportasi penting untuk untuk mempelajari armada kapal

mereka dari segi ekonomi. Hilal dkk (2015), menggunakan fuzzy goal programing untuk mendapat produksi optimum dari onderdil kapal dengan anggaran modal yang kabur (fuzzy). Tujuan dari penelitian adalah meminimalkan ketidakpastian anggaran modal dan ketidakpastian dari keuntungan yang diharapkan.

Dina Mustifa dkk (2015) membahas tentang pelaksanaan strategi fuel

tankering dengan studi kasus PT. X. Adanya perubahan harga avtur yang tidak

menentu, membuat perusahaan penerbangan harus membuat inisiatif untuk bisa meningkatkan profit bagi perusahaan. Salah satu strategi yang direkomendasikan dalam upaya penghematan biaya bahan bakar pesawat adalah strategi fuel

tankering. Fuel Tankering sendiri merupakan prosedur membawa fuel tambahan

yang bertujuan mendapatkan penghematan biaya dengan memanfaatkan perbedaan harga antara bandara keberangkatan dan bandara kedatangan. Dengan menggunakan pendekatan fuzzy goal programming, perusahaan ingin memperoleh nilai extra optimal yang bisa dibawa oleh pesawat, meminimumkan biaya pengeluaran untuk pembelian avtur dan saving yang optimal dari pelaksanaan

tankering. Fuzzy goal programming digunakan dalam menentukan optimasi

karena dapat memberi fleksibilitas untuk melihat ketidak pastian akibat samarnya data yang dimiliki.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Bhargava dkk (2014) pada UKM Jemy’s Bakery di kota Pekan, Pahang dengan judul Model Fuzzy Goal

Programming untuk Produksi Roti. Permintaan yang banyak terhadap produk roti

dan dengan harga yang terjangkau UKM Jemy’s Bakery perlu melakukan perencanaan produksi untuk menentukan jumlah produksi optimum sehingga

UKM Jemy’s Bakery memenuhi permintaan pelanggan dan dapat bersaing dengan UKM sejenis yang ada di daerah tersebut. Penelitian ini digunakan untuk memaksimalkan keuntungan penjualan harian, meminimalkan overtime dan memaksimalkan utility dari mesin.

Dokumen terkait