• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan industri pada era globalisasi saat ini terlihat semakin pesat, beberapa perusahaan dan institusi berupaya untuk meningkatkan kinerja maupun produktivitasnya. Standar operasional perusahaan pun otomatis mengalami penyesuaian demi tercapainya sasaran mutudalam memenuhi permintaan pasar yang luas.Perusahaan juga memerlukan dukungan dari tenaga kerja yang sehat dan produktif dengan suasana kerja yang aman, nyaman dan serasi.Tenaga kerja perlu mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatannya karena setiap tenaga kerja merupakan aset yang berharga bagi sebuah perusahaan.

Menyadari hal itu maka pemerintah melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dengan mewajibkan perusahaan untuk melaksanakan Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.Disebutkan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Namun dalam usaha pencapaian program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan atau industri terdapat berbagai keadaan dan masalah yang dapat menjadi hambatan terlaksananya program K3. Dengan tidak berjalannya program K3 di perusahaan maka hal tersebut akan menimbulkan dampak negatif berupa meningkatnya kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Data angka kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun 2014, terjadi kasus kecelakaan kerja sebesar 4.130 kasus yang mengalami cacat fungsi, 2.756 kasus yang mengalami cacat sebagian. 34 kasus harus mengalami cacat total tetap dan 458 kasus meninggal dunia (BPJS Ketenagakerjaan, 2014). Untuk menurunkan angka kecelakaan kerja perlu diadakan program pencegahan kecelakaan kerja yaitu dengan melaksanakan Manajemen Risiko untuk mengetahui bahaya serta potensi risiko yang terdapat di tempat kerja sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya tersebut.

Proses identifikasi bahaya merupakan salah satu bagian dari manajemen risiko. Penilaian risiko merupakan proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Menurut OHSAS 18001, sistem manajemen K3 adalah upaya terpadu untuk mengelola risiko yang ada dalam aktivitas perusahaan yang dapat mengakibatkan cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan terhadap bisnis perusahaan.Manajemen risiko terbagi atas tiga bagian yaitu Hazard Identification, Risk Assessment dan Risk Control, biasanya dikenal dengan HIRARC.Metode ini merupakan bagian dari manajemen risiko dan yang menentukan arah penerapan K3 dalam perusahaan (Ramli, 2010).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gio Fandri Tarigan (2014), Penilaian Risiko dan Pemilihan Alternatif Solusi Pengendalian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dilakukan di Pabrik Gula PTPN II Sei Semayang, bertujuan untuk melakukan penilaian risiko dan menentukan alternatif solusi pengendalian risiko. Berdasarkan hasil indentifikasi risiko dengan

menggunakan JSA (Job Safety Analysis) diketahui bahwa kecelakaan kerja yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh 3 faktor utama yaitu karena kurangnya pengawasan terhadap K3, faktor yang kedua karena lingkungan kerja yang berbahaya (unsafe condition), dan faktor ketiga karena tindak perbuatan manusia atau pekerja (unsafe human action). Hasil penilaian risiko berdasarkan analisa semikuantitatif diperoleh 7 kategori priority risk, 1 kategori substansial risk dan 23 kategori priority 3.Solusi alternatif yang diberikan untuk pengendalian risiko adalah dengan penggunaan alat pelindung diri (APD), pemasangan poster dan rambu-rambu kecelamatan kerja dan pendidikan dan pelatihan kerja.

Pada penelitian yang lain yaitu Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Penyamakan Kulit X (Gusani, 2012), yang bertujuan untuk mendapatkan nilai risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap tahapan proses di Penyamakan Kulit X. Hasil dari penelitan didapatkan bahwa perhitungan basic risk sebanyak 22 risiko kategori acceptable, 28 risiko kategori priority 3, 19 risiko kategori substansial, 25 risiko kategori priority dan 10 risiko pada kategori very high. Dari perhitungan existing risk didapatkan sebanyak 40 risiko kategori acceptable, 24 risiko kategori priority 3, 18 risiko kategori substansial, 15 risiko kategori priority dan 7 risiko pada kategori very high. Terjadi pengurangan nilai risiko setelah adanya dilakukan tindakan pengendalian dari setiap proses rata-rata 2,5 %.

Penelitian yang lain dilakukan oleh Mebrial Dita Pratama (2013) Evaluasi Penilaian Risiko Pekerja dengan Menggunakan Pendekatan Job Safety Analisys (JSA) dan Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control

(HIRARC)yang dilakukan di PT Aneka Adhilogam Karya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui dengan menggunakan metode JSA dapat mengelompokkan potensi bahaya secara aktual di perusahaan. Dengan menggunakan metode HIRARC dapatkan 2 kategori risiko yaitu: Pertama, Trivial (score1-9) untuk kategori I. Untuk pengendalian risiko yaitu prosedur kerja yang aman, pemberian rambu-rambu. Kedua, Tolerable (score 10-25) untuk kategori II. Untuk pengendalian risiko yaitu instruksi kerja dan pemberian stiker (peringatan).

Pada penelitian ini dilakukan di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop, merupakan perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dengan hasil produk Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit (Kernel).Pengolahan kelapa sawit harus melalui beberapa stasiun kerja yaitu stasiun penerimaan buah (Loading Ramp), stasiun rebusan (Sterilizer), stasiun penebahan atau pembantingan (Thresser), stasiun pengepresan (Press), stasiun pemurnian minyak (klarifikasi), dan stasiun pengolahan biji (Kernel). Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi di perusahaan PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop merupakan mesin impor dan diperlukan keterampilan serta pengawasan terhadap penggunaannya, sehingga karyawan dituntut untuk bekerja dengan hati-hati agar tidak terjadi kecelakaan kerja yang merugikan bagi pekerja dan perusahaan.

Berdasarkan data yang diperoleh, berikut kasus kecelakaan yang tejadi selama kurun waktu 5 tahun terakhir:

Tabel 1.1 Jumlah Kecelakaan Kerja PTPN III PKS Aek Torop dari Tahun 2011-2015

Tahun Jumlah

Kecelakaan Jenis Kecelakaan Area Kerja

2011 4

Jatuh dari ketinggian Stasiun Thresser

Kaki tertimpa buah kelapa sawit Loading Ramp Tangan terhimpit pintu fruit cages Loading Ramp

Terkena mesin gerinda Workshop

2012 3

Kaki terjepit cake brake conveyor Stasiun Press

Tersambar kabel sling Stasiun Sterilizer

Terbentur hook kabel sling Stasiun Sterilizer

2013 2 Tangan terpukul martil Workshop

Terjepit pintu rebusan Stasiun Sterilizer

2014 6

Terbentur besi thresser Stasiun Thresser

Mata terkena serat fiber Stasiun Kernel Tertusuk serabut kabel sling Stasiun Sterilizer

Tersambar tojok Loading Ramp

Terpeleset di area klarifikasi Stasiun Klarifikasi Tangan tersiram minyak panas Stasiun Klarifikasi

2015 3

Tertimpa pisau nut braker Stasiun Press

Terkena plat besi Stasiun Press

Terjatuh dari ketinggian Stasiun Kernel

Sumber PTPN III PKS Aek Torop

Pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa telah terjadi sebanyak 18 kasus kecelakaan kerja selama kurun 5 tahun terakhir.Kasus kecelakaan yang terbanyak terjadi di tahun 2014 sebanyak 6 kasus kecelakaan kerja. Tahun 2011 sebanyak 4 kasus dan berturut-turut tahun 2012 dan tahun 2015 terjadi 3 kasus. Terakhir terdapat 2 kasus kecelakaan kerja terjadi di tahun 2013.

Dari kasus-kasus kecelakaan tersebut diatas, maka perlu dilakukan identifikasi bahaya mengenai risiko apa saja yang mungkin terjadi dan dampak

mencegah terjadinya kecelakaan kerja atau kejadian yang tidak diinginkan. Identifikasi bahaya tersebut dapat mengurangi peluang terjadinya kecelakaan kerja karena identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan kerja.Dengan melakukan identifikasi bahaya maka sumber-sumber bahaya dapat diketahui sehingga kemungkinan kecelakaan dapat dikurangi.

Melihat dari permasalahan diatas, untuk menurunkan angka kecelakaan kerja dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja, maka diperlukan tindakan analisis resiko dengan melaksanakan identifikasi risiko untuk mengetahui sumber bahaya yang ada dan penilaian risiko untuk mengetahui potensi dan tingkat risiko yang terdapat di setiap stasiun kerja, yaitu dengan menggunakan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control). HIRARC bertujuan agar bahaya yang ada dalam setiap kegiatan dapat terdeteksi dan segera dibuat pengendaliannya, sehingga potensi terjadinya kecelakaan kerja dapat diminimalkan, maka dari itu penulis ingin menganalisis risiko yang terdapat di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop.

Dokumen terkait