• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Good Corporate

BAB III ASPEK GOOD CORPORATE

3.1 Latar Belakang Good Corporate

Dunia bisnis perlu ditata, diatur, dan diarahkan baik secara voluntary atau mandatory, sehingga memenuhi keseimbangan bagi semua pihak. Guna penataan aktivitas ekonomi agar menjadi optimal bagi setiap pelaku, maka diciptakanlah pola pengorganisasian dalam bentuk korporasi. Bentuk korporasi ini merupakan jawaban ketidakpuasan pihak pemodal untuk dapat mempercayakan investasinya ditangan pihak lain yang tidak dikenal secara langsung dan tidak dapat dikendalikan. Jika melihat sejarah, maka ciri yang paling menonjol dalam dunia bisnis adalah jika bisnis gagal maka secara personal, pemiliknya akan bertanggungjawab terhadap semua utang. Keadaan ini tidak menarik bagi para investor untuk menanamkan modalnya ke dalam badan usaha. Solusi terhadap permasalahan tersebut adalah adanya penemuan konsep bisnis yaitu konsep perusahaan dengan tanggung jawab terbatas dan dengan adanya pemisahan tanggung jawab antara pemilik modal dan pengelolaan modal (manajemen) atau disebut dengan konsep korporasi.

Dalam korporasi para pemegang saham/investor dapat turut serta dalam keuntungan perusahaan tanpa harus bertanggung jawab terhadap operasional perusahaan sedangkan para manager yang merupakan para professional menjalankan perusahaan tanpa harus

bertanggung jawab secara pribadi atas penyediaan dana perusahaan. Jadi konsep korporasi pada dasarnya adalah pemisahan antara kepemilikan Perusahaan dengan pengelolaannya dengan masing-masing pihak (pemegang saham dan manajemen) mempunyai batasan, fungsi dan tanggung jawab. ( Tim Corporate Governance 2001 : 10 ). 3.1.2 Latar Belakang Praktis-Historis

Deretan peristiwa yang dialami oleh dunia bisnis dalam beberapa dasawarsa terakhir, baik diluar negeri maupun di dalam negeri, telah menjadi pendorong utama pentingnya praktik corporate governance yang baik. Kesadaran akan pentingnya sistem corporate governance yang baik mengalami perkembangan mengikuti tuntutan zaman yang acap kali diawali oleh terjadinya suatu krisis.

Krisis ekonomi di Asia yang dimulai pada tahun 1997 telah lebih jauh menyadarkan banyak kalangan tentang pentingnya good corporate governance. Negara-negara Asia ternyata penuh dengan praktik-praktik tidak sehat di dalam badan-badan bisnisnya. Para pelaku bisnis tidak berlaku jujur, hanya mencari untung jangka pendek, dll.

Untuk memulihkan keadaan tersebut dan guna menciptakan lingkungan bisnis yang sehat dan kompetitif, pimpinan puncak bank dunia, organization of economic

cooperation and development (OECD) dan

asosiasi-asosiasi bisnis antarnegara aktif melakukan gerakan perubahan kearah good corporate governance. Dalam kaitannya dengan hal itu, telah dilakukan pembicaraan mengenai pengembalian kepercayaan investor Internasional di kawasan ini dan mencegah berulangnya krisis ekonomi di Asia melalui promosi good corporate

governance. Seperti halnya di Negara Asia lainnya,

ini. Pada bulan Agustus 1999, Menteri Negara Koordinator Bidang Ekuin membentuk Komisi Nasional untuk corporate governance (Kep-10M.Ekuin/08/1999) ditugaskan menformulasikan dan merekomendasikan kebijakan nasional bagi perwujudan GCG.

Di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kementrian BUMN yang mewakili pemerintah RI sebagai pemegang saham BUMN telah menerbitakan keputusan untuk anjuran pengembangan GCG, yaitu melalui Sk Meneg BUMN No.Kep.23/M-Pm-PBUMN/2000 tanggal 31 mei 2000. Kemudian ditahun 2002, Menteri BUMN mengeluarkan Surat Keputusan No.117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktik Good

Corporate Governance pada BUMN, mewajibkan kepada

BUMN untuk menerapkan praktik-praktik good corporate

governance secara konsisten dan atau menjadikan good corporate governance sebagai landasan operasionalnya.

3.2 Pengertian Good Corporate Governance

Selama 10 (sepuluh) tahun terakhir ini, istilah good

corporate governance kian popular, hal ini setidaknya

terwujud dalam dua keyakinan (Daniri 2005:3). Pertama, good corporate governance merupakan salah satu kunci sukses Perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global terutama bagi perusahaan yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka. Kedua, krisis ekonomi, dikawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan good

corporate governance . Di antaranya, sistem hukum yang

payah, standard akuntansi dan audit yang tidak konsisten, praktik perbankan yang lemah, serta pandangan Board of

Directors (BOD) yang kurang peduli terhadap hak-hak pemegang saham minoritas.

Sebagai sebuah konsep yang makin popular, good

corporate governance tidak memiliki definisi tunggal.

Untuk memperoleh gambaran tentang pengertian good

corporate governance, beberapa di antaranya adalah

sebagai berikut.

Definisi menurut Organization For Economic Cooperation and Development (OECD) (Tunggal dan Tunggal 2002:1-2):

“Corporate governance is the system by which business corporation are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of rights and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board, the managers, shareholders and other shareholders, and spells out the rulers and procedure for making decisions on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance.”

Sesuai dengan definisi tersebut, menurut OECD, corporate governance (CG) adalah sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. Corporate governance mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan, termasuk para pemegang saham, dewan pengurus, para manager, dan semua anggota stakeholders non pemegang saham. Corporate governance juga mengetengahkan ketentuan dan prosedur yang harus diperhatikan dewan pengurus dan direksi dalam pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan kehidupan perusahaan.

Definisi menurut Cadburry Report (dalam Daniri 2005:6-7): Good corporate governance adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan Perusahaan dalam mmeberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholders

khususnya, dan stakeholders pada umumnya. Sementara itu menurut Centre For Europen Policy Studies (CEPS) (dalam Daniri 2005:7) bahwa good corporate governance merupakan seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses, serta pengendalian, baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen perusahaan. Asian Development Bank (ADB) ( dalam Daniri 2005:7) menyebutkan good corporate governance mengandung 4 (empat) nilai utama, yaitu accountability, transparency,

predictability dan participation.

Menurut Finance Committee on Corporate Governance Malaysia ( dalam Daniri 2005:7) bahwa good

corporate governance merupakan suatu proses serta

struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus mengelola bisnis dan urusan perusahaan kearah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. World Bank (Bank Dunia) (Wibowo dkk 2004 : 86) mendefinisikan good corporate governance adalah penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun adminsitratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

Definisi menurut United Nation Development Program (UNDP) Good Corporate Governance adalah

suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang lebih menekankan aspek politik, ekonomi dan administrasi dalam pengelolaan Negara. Good corporate governance merupakan kerangka, sruktur, pola, sistem yang menjelaskan, mengarahkan dan mengendalikan hubungan antar shareholders, management, creditors,

government dan stakeholders lainnya dalam hak-hak dan

kewajiban masing-masing pihak tersebut.

Sementara itu menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance (IIGC) (Tim Corporate Governance BPKP 2003: 4-5) : Corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan

stakeholders yang lain.

Di dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No.Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan praktik Good Corporate Governance pada BUMN pasal ayat (1) (Kementerian DUMN 2004) :

Corporate Goveranance adalah suatu proses dan struktur

yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan

stakeholder lainnya, berlandaskan Peraturan

Perundang-undangan dan Nilai-nilai etika. Sementara menurut Surat Edaran Meneg.PM dan P.BUMN No. S.106/M.PM. P.BUMN/2000 tanggal 17 April 2000 tentang kebijakan penerapan corporate governance (Wibowo dkk 2004 : 85-86) diartikan sebagai suatu hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, proses yang

bertujuan untuk mendorong dan mendukung : (a) pengembangan perusahaan, (b) pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih efisien dan efektif, dan (c) pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya.

3.3 Prinsip Dasar Good Corporate Governance

Sebagai suatu konsep, dipandang perlu untuk menentukan dasar-dasar/kaidah yang menjadi landasan/prinsip dalam menjabarkan konsep good

corporate governance. Landasan/prinsip ini dimaksudkan

akan menjadi pegangan dalam penjabaran tindakan dan langkah-langkah yang hendak dilakukan dalam mewwujudkan good corporate governance serta menjadi patokan dalam pengujian keberhasilan aplikasi good

corporate governance dimasing-masing perusahaan.

Secara umum ada 5 (lima) prinsip dasar yang dikandung dalam good corporate governance, yaitu sebagai berikut (ISEA 2005:2-3) :

1) keterbukaan informasi (transparency)

a. perusahaan harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurant dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh stakeholders sesuai dengan haknya,

b. informasi yang harus diungkapkan tapi tidak terbatas pada hal-hal yang bertalian dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham, pengendalian intern, sistem dan pelaksanaan good corporate

governance serta kejadian penting yang dapat

c. prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk melindungi informasi rahasia mengenai perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

b. kebijakan perusahaan harus tertulis dan dikomunikasikan kepada stakeholders yang berhak memperoleh informasi tentang kebijakan tersebut.

2) akuntabilitas (accountability)

a. perusahaan harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing organ perusahaan yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan,

b. perusahaan harus meyakini bahwa semua organ organisasi perusahaan mempunyai kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami perannya dalam pelaksanaan GCG. c. perusahaan harus memastikan terdapatnya chek

and balance system dalam pengelolaan perusahaan, dan

d. perusahaan harus memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran perusahaan berdasarkan ukuran-ukuran yang disepakati dan konsisten dengan nilai perusahaan (corporate values), sasaran usaha dan strategi perusahaan serta memiliki reward and

punishment sistem.

3) pertanggungjawaban (responsibilitas)

a. untuk menjaga kelangsungan usahanya

perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan menjamin dilaksanakannya ketentuan yang berlaku,

b. perusahaan harus bertindak sebagai good

corporate governance (perusahaan yang baik)

termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung jawab sosial.

4) kemandirian (independency)

a. pengambilan keputusan secara objektif, tanpa benturan kepentingan dan bebas dari segala tekanan dari pihak manapun,

b. perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholders manapun dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta bebas dari benturan kepentingan.

5) kesetaraan dan kewajaran (fairness)

a. perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran.

b. perusahaan harus memberikan kesempatan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta mempunyai akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.

Prinsip-prinsip tersebut diterjemahkan dan dijabarkan oleh OECD (Organization of Economic

Cooperation and Development) kedalam 6

(enam) aspek, sebagai pedoman pengembangan kerangka kerja legal, institusional dan regulatori untuk corporate governance di suatu negara. Keenam aspek tersebut adalah sebagai berikut :

1) memastikan adanya basis yang efektif untuk kerangka kerja corporate governance,

2) hak-hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan (the right of shareholders),

3) perlakuan setara terhadap seluruh pemegang saham (the equitable treatment

of shareholders),

4) peran stakeholders dalam corporate governance (the role of stakeholders in

corporation governance),

5) keterbukaan dan transparansi (disclosure

and transparency),dan

6) tanggung jawab pengurus perusahaan (the responsibilities of the board).

Mengingat adanya perbedaan kerangka hukum, pasar, lingkungan, bisnis maupun sifat kekhususan bisnis suatu perusahaan, maka yang diterapkan adalah yang dirasakan cocok dengan bidang usahanya.

Bagi Badan Usaha Milik Negara, Kantor Menteri BUMN melalui Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep- 117/M-MBU/2002 menyebutkan 5 (lima) prinsip GCG meliputi hal-hal berikut :

a. transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi material dan relevan mengenai perusahaan,

b. kemandirian, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat,

c. akuntabilitas, yaitu penjelasan fungsi pelaksanaan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif,

d. pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat, dan

e. kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.4 Ruang Lingkup Good Corporate Governance

Dokumen terkait