• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI ANALISIS DATA

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang jumlah penduduknya sangat banyak. Sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai persebaran penduduk yang tidak merata dan banyak masalah yang merupakan akibat dari persebaran serta keberagaman penduduk yang kerap kali muncul. Penghormatan akan keberagaman suatu bangsa tentu menjadi ciri dari penyelenggaraan negara yang bersifat demokratis. Perwujudan Indonesia sebagai negara demokratis tersebut, salah satunya dilakukan dengan meletakan dasar- dasar pelaksanaan hak asasi manusia dalam konstitusi. Dengan dimasukannya hak asasi manusia ke dalam konstitusi/UUD 1945 maka setiap Warga Negara Indonesia mempunyai hak/kedudukan yang sama di depan hukum dan pemerintah.

Walaupun Undang-Undang Dasar 1945 telah menjamin bahwa setiap Warga Negara Indonesia mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum, masih ditemukan juga kesulitan sebagai warga di dalam memperoleh haknya. Kedudukan yang sama di hadapan hukum ini berarti, bahwa setiap warga Negara tidak dibedakan berdasarkan apapun juga latar belakangnya. Demikian juga terhadap hak-hak dalam memperoleh pelayanan dari Negara. Negara merupakan sarana bagi seluruh bangsa Indonesia, untuk mewujudkan tujuan yang menjadi kepentingan bersama. Oleh karenanya tidak boleh terdapat pembedaan dengan

dalih apapun juga, guna mewujudkan kedudukan yang sama di depan hukum bagi seluruh warga negara.

Setiap warga negara di dalam kehidupannya sebagai manusia tentu akan terjadi suatu siklus hidup dimana manusia akan mengalami berbagai peristiwa penting di dalam hidupnya. Siklus hidup, pengalaman dan peristiwa penting itu antara lain adalah kelahiran, perkawinan, perceraian, kematian, dan berbagai peristiwa penting lainnya. Peristiwa-peristiwa penting tersebut perlu dilakukan pencatatan tentang administrasi kependudukan karena sangat mempengaruhi pengalaman hidup setiap manusia dan apabila peristiwa itu terjadi pasti akan selalu membawa akibat hukum bagi orang yang bersangkutan maupun bagi masyarakat di sekitarnya.

UU No. 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. Administrasi kependudukan merupakan tanggung jawab pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah sesuai dengan lingkup tugas dan kewenangannya. Penyelenggaraan administrasi kependudukan diarahkan pada pemenuhan hak asasi setiap orang di bidang pelayanan administrasi kependudukan, pemenuhan data statistik kependudukan secara nasional, regional, dan lokal serta dukungan terhadap pembangunan sistem administrasi kependudukan guna meningkatkan pemberian pelayanan publik tanpa diskriminasi guna mewujudkan tertib administrasi kependudukan.

Tertib administrasi kependudukan serta adanya tuntutan data yang akurat didukung oleh proses pelayanan yang tepat dan cepat saat ini menjadi suatu kebutuhan. Ketepatan dan ketersediaan data-data tentang penduduk yang lengkap dalam pembangunan di Negara kita merupakan aspek yang memegang peranan penting. Ini menuntut kinerja para penyelenggara negara mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat yang paling bawah di dalam melayani publik guna mengumpulkan dan menjamin ketersediaan data penduduk yang dibutuhkan dalam rangka dukungan informasi mengenai kependudukan yang baik untuk pihak yang berwenang dalam merumuskan suatu kebijakan di Indonesia

Mengingat begitu pentingnya berbagai peristiwa-peristiwa tersebut, maka demi terciptanya keadaan masyarakat yang tertib dan teratur serta demi terjaminnya kepastian hukum, maka diperlukan suatu peraturan untuk mengaturnya yang dilaksanakan oleh unit pelayanan publik. Unit pelayanan publik pada dasarnya adalah tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-prasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan. Pelayanan umum merupakan segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di tingkat pusat, daerah dan termasuk badan-badan usaha milik negara lainnya yang menyediakan barang atau jasa, baik

pelaksanaan ketentuan perundang-undangan. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, yang bertujuan mewujudkan batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dalam penyelenggaran pelayanan publik sesuai dengan asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik, terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik serta peraturan- peraturan perundang-undangan yang ada sebagai perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Salah satu jenis pelayanan publik yang sangat mendasar adalah pelayanan di bidang administrasi kependudukan, dimana pelayanan tersebut berkaitan dengan eksistensi seseorang sebagai warga negara indonesia. Kepemilikan dokumen kependudukan seperti kartu keluarga dan kartu tanda penduduk menjadi bukti keabsahan identitas seseorang sebagai warga negara yang diakui secara hukum terhadap penentuan status pribadi setiap penduduk. Guna memenuhi dokumen tersebut masyarakat membutuhkan pelayanan publik yang berkualitas dari aparatur pemerintah. Pada hakikatnya pemerintah sebagai penyedia pelayanan publik harus bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat dengan baik.

Pelayanan publik merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagaiabdi masyarakat disamping sebagai abdi negara. Pelayanan publik merupakan salah satu tugas penting yang tidak dapat diabaikan oleh pemerintah daerah sebab jika komponen pelayanan terjadi stagnasi maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan. Oleh sebab itu perlu ada perencanaan yang baik dan bahkan perlu diformulasikan standar pelayanan pada masyarakat

sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat pada pemerintah daerah. Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan Otonomi Daerah, maka Pemerintah Daerah diberi kewenangan yang luas oleh pemerintah pusat untuk mengatur rumah tangga daerahnya sendiri, termasuk didalamnya adalah pemberian pelayanan kepada masyarakat. Namun berbagai isu yang muncul di kalangan masyarakat, ternyata hak pelayanan yang diterima oleh masyarakat terasa belum memenuhi harapan semua pihak baik dari kalangan masyarakat umum maupun dari kalangan pemerintah sendiri.

Perbaikan kinerja birokrasi pelayanan publik akan mempunyai implikasi yang luas terutama dalam tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Sedangkan kurang baiknya kinerja birokrasi selama ini menjadi salah satu faktor penting yang mendorong munculnya krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Pelayanan masyarakat yang diberikan oleh aparatur pemerintah seringkali cenderung rumit seperti : a) tata cara pelayanan, b) rendahnya pendidikan aparat, dan c) disiplin kerja. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kinerja birokrasi serta kualitas pelayanan. Tata cara pelayanan publik yang masih berbelit- belit dan panjang membuat masyarakat sering tersita waktu karena lamanya waktu pelayanan. Rendahnya pendidikan aparat juga merupakan salah satu faktor penyebab buruknya kualitas pelayanan, karena tingkat pendidikan aparat sangat mempengaruhi kemampuannya dalam melaksanakan pelayanan. Hal ini juga terlihat dari masih banyaknya pengaduan dari masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti melalui media massa yang menuntut peningkatan kualitas pelayanan publik. Peningkatan kualitas pelayanan publik adalah salah satu isu yang sangat penting. Hal ini terjadi karena disatu sisi

tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan semakin besar sementara praktek penyelenggara pelayanan tidak mengalami perubahan yang berarti. Masyarakat setiap waktu menuntut pelayanan publik yang berkualitas, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai dengan harapan karena pelayanan publik yang terjadi selama ini masih berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan.

Berdasarkan berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan. Dengan demikian Medan merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar di Sumatera dan keempat di Indonesia. Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing- masing 41% dan 37,8% dari total penduduk). Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Laju pertumbuhan penduduk Medan cenderung mengalami peningkatan, dimana tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah sebesar 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Dan terus mengalami peningkatan jumlah penduduk tiap tahunnya. Melihat kondisi tersebut tentu permintaan penduduk akan pengurusan KK dan KTP sangat tinggi. Dari hal inilah pihak dinas kependudukan dan catatan sipil sebagai instansi pelaksana tugas di bidang administrasi kependudukan berkewajiban dan bertanggung jawab dalam penyelengaraan urusan pencatatan sipil. Instansi pelaksana berkewajiban : a) Mendaftar peristiwa kependudukan dan mencatat peristiwa penting, b) Memberikan pelayanan sama dan profesional kepada setiap penduduk atas pelaporan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting, c) Menerbitkan dokumen kependudukan, d) Mendokumentasikan hasil pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil, e) Menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas peristiwa kependudukan dan peristiwa penting, f) Melakukan vervikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan oleh penduduk dalam pelayanan pendaftaran penduduk dan catatan sipil.

Dengan memahami kondisi diatas, maka diharapkan pihak yang bersangkutan bisa memberikan pelayanan maksimal dengan kinerja yang tinggi (optimal ). Keberhasilan dalam mewujudkan pelayanan yang prima tentunya tidak lepas dari perbaikan dan peningkatan kinerja birokrasi pelayanan publik. Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja juga mencerminkan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu organisasi atau perusahaan dihubungkan dengan visi yang diemban serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional.Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai penyelenggara pelayanan publik yang bertanggung jawab di daerah dalam pelaksanaan administrasi kependudukan di Kota Medan, harus memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Pelaksanaan tugas dan fungsi instansi terkait seyogianya sesuai dengan tertib administrasi kependudukan. Upaya pembenahan penyelenggaraan pelayanan publik dengan meningkatkan kinerja instansi terkait harus terus ditata, untuk memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat akan pemenuhan kebutuhan hidupnya.. Atas dasar inilah penulis tertarik untuk mengambil judul studi tentang ”Analisis Kinerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam Pelayanan kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk di Kota Medan ”.

Dokumen terkait