• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di dalam dunia bisnis, individu-individu yang ada dalam organisasi tidak dapat terlepas dari kegiatan komunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain, dan cara penyampaian gagasan, fakta, pikiran, perasaan dan nilai kepada orang lain (Davis & Newstrong, 1992, p.150). oleh karena itu, komunikasi merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu organisasi, yang dapat digunakan untuk memotivasi dan merangsang para anggota organisasi untuk memenuhi tujuan organisasi.

Komunikasi yang terjadi didalam suatu organisasi disebut dengan komunikasi organisasi. Adapun tujuan di dalam suatu organisasi adalah untuk membentuk rasa saling pengertian (mutual understanding) sehingga terjadi kesetaraan kerangka referensi (frame of reference) dan kesamaan pengalaman (field of experience) diantara anggota organisasi.

Dalam suatu organisasi, komunikasi yang terjadi dari interaksi antara individu- individu organisasi yaitu interaksi atasan dan bawahan. Komunikasi tersebut dapat terjadi secara Horizontal (bawahan dengan bawahan). Dan komunikasi secara Vertikal (atasan dengan bawahan). Komunikasi yang berlangsung tersebut harus mudah dimengerti dan disampaikan dengan lengkap dan tepat sasaran oleh atasan maupun bawahan.

Dalam perusahaan, proses penyampaian informasi juga sangat menentukan efektifitas komunikasi. Seorang atasan selain memberi perintah kerja atau tugas kepada bawahannya, harus mau mendengarkan gagasan dan keluhan bawahan,

maupun menawarkan bimbingan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan, sehingga tercipta suasana komunikasi yang harmonis dan proses komunikasi organisasi menjadi efektif.

Komunikasi yang efektif merupakan komunikasi yang menciptakan suasana harmonis dengna menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti serta menggugah perhatian dan minat di pihak komunikasi (Panuju 1995, p.151), dengan adanya komunikasi yang efektif tersebut, para bawahan akan merasa kinerja mereka dihargai oleh kedua belah pihak dana akan merasa puas dan nyaman dengan informasi, media, dan hubungan-hubungan dalam organisasi (Pace & Faules, p.165) sehingga terdapat kepuasan komunikasi yang terjadi antara atasan dan bawahan, kepuasan komunikasi ini cenderung memperkaya gagasan iklim komunikasi organisasi dengan menyoroti tingkat individu dan pribadi.

Dari pengalaman-pengalaman komunikasi yang terjadi, perlahan-lahan akan membentuk suatu iklim komunikasi organisasi. Iklim komunikasi organisasi merupakan persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi. (Pace dan Faules, 2001)

Keberadaan iklim komunikasi organisasi, sangatlah penting. Karena iklim komunikasi organisasi dapat mempengaruhi cara hidup anggotanya, kepada siapa berbicara, siapa yang disukai, bagaimana kegiatan kerjayanya, bagaimana perkembangannya, apa yang ingin dicapai, dan bagaimana cara beradaptasi. Pentingnya iklim komunikasi organisasi disadari oleh Redding, bahkan ia menyatakan bahwa ”iklim (komunikasi) organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif” (Pace & Faules, 2001 : 148). Pentingnya keberadaan iklim komunikasi

3 organisasi ini membuat peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang iklim komunikasi organisasi.

Perusahaan yang dipilih dalam penelitian ini adalah Garlick Store Surabaya. CV. Garlick Indotama Surabaya merupakan salah satu organisasi formal yang sudah berjalan selama 6 tahun dan bergerak dibidang retail. Perusahaan ini adalah salah satu lapangan pekerjaan sekaligus sebagai tempat pembelajaran untuk pegawainya yang mayoritas adalah mahasiswa.

Peneliti memilih CV. Garlick Indotama Surabaya dikarenakan Garlick Store Surabaya merupakan perusahaan retail yang diakatakan cukup berhasil dibidangnya, perkembangan penjualan yang semakin meningkat dari tahun ketahun dan tergolong pesat untuk ukuran perusahaan baru. Perusahaan yang didirikan sejak tahun 2006 ini berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Arga Pratama selaku pemilik tunggal perusahaan CV. Garlick Indotama Surabaya.

Dari data di atas menunjukkan produktivitas kerja di CV. Garlick Indotama Surabaya sangat bagus dan cukup berhasil dibidangnya, namun ternyata tidak menjadikan institusi tersebut tidak memiliki permasalahan. Seiring dengan perkembangannya maka perusahaan ini dituntut untuk mengembangkan kemampuan sumber daya manusia agar mampu bertahan dalam persaingan yang semakin ketat CV. Garlick Indotama Surabaya didukung jumlah karyawan yang banyak yang terbagi dalam beberapa, kelompok divisi. Agar operasional perusahaan berjalan dengan lancar maka dituntut adanya komunikasi yang harmonis baik antar divisi maupun antara kepala, divisi dengan bawahannya, serta divisi dengan pimpinannya.

Adapun alasan penelitian memilih CV. Garlick Indotama Surabaya sebagai tempat penelitian, dikarenakan tingginya tingkat turn over pada tahun 2009. Tingkat

mengalami peningkatan 10%, dibanding tahun sebelumnya 2008 (Wawancara dengan

Bapak Aswin Mahendra, Store Manager CV. Garlick Indotama. Data turn over

tersebut mengingatkan peniliti pada ungkapan Pace and Faules yang mengatakan bahwa iklim komunikasi organisasi mempunyai konsekuensi penting bagi turn over pegawai.

Dalam pelaksanaan operasionalnya seringkali ditemukan beberapa masalah yang bisa mengganggu hubungan komunikasi perusahaan. Masalah tersebut diantaranya kurangnya pendekatan General Manager selaku pimpinan tertinggi dibawah Owner di CV. Garlick Indotama Surabaya kepada pegawai Divisi di bawahnya (Kontributor, Marketing, Warehouse) beserta anggota-anggota divisinya, Supervisor dan juga Shopkeeper. Sehingga penyampaian informasi yang di dapat dari General Manager bisa tidak dapat tersampaikan dengan baik oleh pegawai-pegawai Divisi (Kontributor, Marketing, Warehouse) dan mengakibatkan penyampaian informasi dari pegawai- pegawai Divisi (Kontributor, Marketing, Warehouse) bisa dipastikan tidak dapat tersampaikan dengan baik kepada anggota divisi, Supervisor, dan Shopkeeper. Dalam bersikap terhadap karyawan, General Manager seolah bersikap individual.

Selain itu keterbatasan memperoleh informasi juga sangat signifikan karena posisi General Manager yang tidak menetap di satu tempat dikarenakan tanggung jawabnya atas kantor cabang lain, sehingga seringkali tidak berada dikantor yang terletak di Surabaya. Hal ini menyebabkan karyawan di semua divisi hanya melakukan komunikasi langsung dengan atasan, kecukupan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan dan organisasi yang di dapat dari General Manager sangat minimum sehingga efisiensi berbagai saluran ke bawah maupun ke atas mengalami hambatan.

5 Cakupan programnya rendah dan terlihat jarang di evaluasi oleh pegawai- pegawai Divisi (Kontributor, Marketing, Warehouse) dan General Manager. Suasana kerja bisa jadi tidak nyaman, tidak adanya koodinasi antar unit, dan semangat kerja jadi tidak ada sehingga pekerjaan yang seharusnya dapat diselesaikan hari itu dapat tertunda.

Demikian juga rendahnya kesempatan menyampaikan ide yang diberikan oleh pihak CV. Garlick Indotama Surabaya untuk berpartisipasi dan bersikap aktif mengajukan bahwa pertimbangan dalam setiap rapat pengambilan keputusan, sehingga pada saat manajemen mengeluarkan peraturan baru, banyak terjadi keluhan diantara para karyawan-karyawan di semua divisi. Salah satunya pada bulan Januari 2012, manajemen CV. Garlick Indotama Surabaya melalui General Manager mengeluarkan peraturan baru lagi bagi semua divisi mengenai keterlambatan, setiap keterlambatan lebih dari 1 menit maka pendapatan karyawan akan dipotong sebanyak Rp.3.000,- per 1 menitnya dan dipotong pada akhir bulan. Hal ini juga berlaku bagi karyawan yang absen tanpa keterangan, apabalia tidak menyertakan surat sakit atau tanpa pemberitahuan sebelumnya akan dikenai denda pengurangan 1 (satu) hari gaji.

Kasus lainnya, pada bulan juni 2012 para karyawan mengeluhkan adanya penggantian rugi yang dibayar Shopkeeper kepada perusahaan apabila merusakkan properti (pakaian, properti, dll) baik yang disengaja maupun tidak dengaja, dan akan dilakukan potong gaji pada akhir bulan sesuai dengan besar nominal barang-barang tersebut.

Kurangnya detailnya uraian pekerjaan dan keterbukaan yang diberikan oleh pihak Manager terhadap Supervisor dan Shopkeeper untuk melaksanakan tugas, mengakibatkan tidak terlaksananya dengan baik apa yang diharapkan oleh perusahaan dalam setiap penyelesaian pekerjaan. Tidak adanya pemberian solusi yang tepat,

namun justru pencarian kesalahaan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap Supervisor dan Shopkeeper menunjukkan kurang adanya komunikasi dari perusahaan ke bawahan (komunikasi kebawah). Para karyawan (Supervisor dan Shopkeeper) menganggap bahwa Manager operasioanal tidak mau lagi berpikiran terbuka dan mau manerima masukan-masukan mengenai permasalahan yang berkenan dengan pekerjaan dari para Supervisor dan Shopkeeper.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa komunikasi dalam CV. Garlick Indotama Surabaya belum berjalan dengan optimal, baik itu komunikasi vertikal antar atasan dengan bawahan maupun sebaliknya komunikasi horizontal antar karyawan. Kejadian-kejadian ini memberikan dampak yang cukup besar terhadap karyawan (pada semua divisi). Dampak ini berupa rasa khawatir atas pemecatan yang menyebabkan mereka kehilangan pekerjaan, yang berarti kehilangan mata pencahariaan, sekalipun mereka hanya melakukan kesalahan kecil yang mereka harapkan bisa diberi tindakan berupa surat penugasan ke cabang lain , karyawan mengalami kesulitan dalam menyampaikan pendapat atas kebijakan perusahaan.

Demikian juga belum terlaksananya dengan baik budaya organisasi CV. Garlick Indotama Surabaya, terutama perhatian detail uraian pelaksanaan yang seharusnya diberikan kepada karyawan di semua divisi untuk meminimalkan kesalahan pekerjaan, kurangnya orientasi tim yaitu saling mendukung kerjasama antar karyawan di semua divisi.

Komunikasi yang kurang baik antara General Manager dengan pegawai-pegawai divisi (Kontributor, Marketing, Warehouse), pegawai-pegawai divisi (Kontributor, Marketing, Warehouse) dengan anggota divisi. pegawai-pegawai divisi (Kontributor, Marketing, Warehouse) dengan Supervisor, pegawai-pegawai divisi (Kontributor, Marketing, Warehouse) dengan Shopkeeper, Supervisor dengan Shopkeeper, tentu

7 dapat mempengaruhi kinerja para karyawan. Pertemuan maupun pengarahan yang diharapkan dapat mengkomunikasikan berbagai permasalahan jarang dilakukan perusahaan, sehingga semakin menambah kurang baiknya iklim perusahaan.

Iklim komunikasi organisasi sama halnya dengan tempat seseorang berada. Iklim komunikasi sebuah organisasi mempengaruhi cara hidup seperti kepada siapa seseorang berbicara, siapa yang disukai, perasaan seseorang, kegiatan kerja seseorang, pekembangan sesorang, sesuatu yang ingin dicapai, dan cara seseorang menyesuaikan diri dengan organisasi. Redding (1972) menyatakan bahwa iklim komunikasi organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif (Pace dan Faules, 2002 : 148). Kita dapat memahami lebih baik apa yang mendorong anggota organisasi untuk bersikap dengan cara-cara tertentu melalui iklim organisasi.

Iklim komunikasi organisasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi suatu evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik antar pesona, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi merupakan salah satu pengaruh yang paling penting dalam produktivitas organisasi. Iklim yang diciptakan dalam suatu organisasi memiliki dampak yang bearti terhadap semua orang yang bekerja didalamnya.

Iklim organisasi dapat memberikan pedoman berperilaku bagi perilaku individu seperti pengambilan keputusan, bekerja secara efektif, berhubungan dengan sesama anggota organisasi, penyampaian gagasan yang inovatif, Kovach (1980) menyatakan bahwa sikap pegawai dan faktor sebenarnya yang memotivasi pegawai berubah lebih cepat daripada kecepatan perubahan pengetahuan pegawai mengenai apa yang memotivasi pekerja. (Pace dan Faules, 2002 : 118).

Sebuah iklim komunikasi organisasi yang sehat dapat kita lihat dari beberapa faktor yang terjadi dalam perusahaan itu sendiri, salah satunya melalui motivasi kerja karyawan yang ada. Menurut Pace dan Faules motivasi kerja adalah bagaimana anggota organisasi menafsirkan lingkungan kerja mereka. Seberapa baik harapan terpenuhi, peluang apa yang tersedia seberapa banyak pemenuhan yang terjadi dan seberapa baik peranan-peranan organisasi yang bermanfaat dilaksanakan (Pace dan Faules, 2002 : 134). Jadi dengan meningkatkan motivasi karyawan yang ada, bearti iklim komunikasi dalam organisasi berjalan sehat dan semua karyawan ikut mendukung dan melaksanakan operasional dengan baik demi mencapai tujuan organisasi.

Sebuah perusahaan diharapkan dapat menciptakan iklim yang menimbulkan kenyamanan dan kepuasan dalam bekerja melalui kebijakan, struktur, dan prosedur kerja, sehingga akan meningkatkan motivasi kerja bagi orang-orang yang bekerja di dalamnya. Iklim komunikasi yang penuh persaudaraan mendorong para anggota organisasi berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah dengan anggota yang lain. Sedangkan iklim yang negatif menjadikan anggota tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan (Ami, 2004 : 85).

Terkadang manager tidak menyadari bahwa iklim komunikasi dapat mempengaruhi seluruh kinerja serta motivasi kerja karyawan merasa tidak nyaman dengan iklim komunikasi sebuah perusahaan (banyak selintangan, suara bawahan tidak didengarkan oleh atasan) maka besar kemungkinan karyawan tersebut akan cenderung bekerja setengah-setengah sehingga hasil kerjanya tidak maksimal. Haney (1973) menemukan bahwa makin tinggi kepercayaan cenderung motivasi kerja semakin tinggi (Ami, 2004 : 174).

9 Seseorang karyawan akan lebih termotivasi untuk bekerja jika didukung oleh komunikasi yang sehat. Meskipun seorang karyawan mempunyai skill yang tinggi tetapi karyawan tersebut tidak termotivasi kerja, maka akan sia-sialah skill yang dimilikinya. Iklim komunikasi organisasi mempunyai peranan yang cukup penting dalam mendorong anggota organisasi. Sehingga dalam sebuah organisasi perlu diciptakan sebuah iklim organisasi yang baik agar tercipta kinerja yang tinggi.

Seiring dengan meningkatnya kinerja perusahaan, diharapkan konsumen memiliki informasi yang baik mengenai perusahaan, mereka, diharapkan akan menjadi pelanggan dan konsumen yang baik. Dengan demikian, diharapkan konsumen puas dan akan lebih setia kepada perusahaan sehingga dapat mempromosikan perusahaan kepada orang lain.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui seberapa baik iklim komunikasi organisasi tercipta di CV. Garlick Indotama Surabaya. Karena permasalahan yang terjadi dalam suatu organisasi atau perusahaan memang tidak dapat dihindari dan pasti akan selalu ada, tetapi permasalahan tersebut tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, karena dapat merusak iklim organisasi suatu perusahaan atau organisasi tersebut. Mengingat Kopelman, Brief dan Guzzo pernah membuat suatu hipotesis yang menyatakan bahwa perubahan iklim komunikasi organisasi mungkin pada nantinya akan mempengaruhi kinerja kerja (Pace dan Faules, 2001).

Hingga saat ini jumlah karyawan tetap yang dikelola oleh CV. Garlick Indotama Surabaya adalah sebanyak 68 orang. Karyawan tersebut melakukan aktivitasnya berdasarkan Job Description masing-masing jabatan yang di duduki. Dalam penelitian ini, semua karyawan yang ada akan menjadi subyek penelitian. Peneliti memilih karyawan karena mereka mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berkaitan langsung dengan perusahaan. Dengan adanya keterkaitan tersebut, mereka secara

otomatis turut serta mempengaruhi iklim komunikasi organisasi yang terjadi, dan kinerja mereka secara langsung memiliki dampak pada perusahaan. Dengan demikian, diharapkan pendapat subyek penelitian akan representatif untuk digeneralisasikan kepada karyawan perusahaan pada umumnya (Ruslan, 2004,p.142).

Dokumen terkait