• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya pendidikan adalah suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju kepribadian mandiri untuk membangun dirinya sendiri dan masyarakat.1 Pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara.2 Melalui pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Yang tidak hanya cerdas secara akademik namun juga bertaqwa kepada Allah serta memiliki akhlak yang mulia. Oleh sebab itu keberhasilan pendidikan peserta didik akan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan diharapkan juga bermanfaat untuk masyarakat.

Keberhasilan pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik dapat diketahui dari prestasi belajar yang mereka peroleh. Prestasi belajar merupakan hasil belajar. Dariyo menyatakan bahwa prestasi belajar (achievement or

performance) ialah hasil pencapaian yang diperoleh seorang pelajar (siswa)

setelah mengikuti ujian dalam suatu pelajaran tertentu.3 Maka peserta didik dapat dikatakan berhasil dalam kegiatan belajarnya apabila mereka memperoleh prestasi belajar yang baik.

Prestasi belajar diperoleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar. Subini menyatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang melalui proses tertentu.4 Maka belajar membutuhkan proses agar tujuan pembelajaran dapat diperoleh. Untuk mendapatkan prestasi belajar yang maksimal peserta didik dituntut untuk dapat mengikuti setiap tahapan pembelajaran dengan penuh semangat dan rasa percaya diri.

1

Zulkarnain Lubis, et. al., Bimbingan Konseling dalam Perspetif Islami (Medan: Perdana Mulya Sarana, 2009), h. 51.

2

Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h.6.

3

Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern (Jakarta: Indeks, 2013), h. 89.

4

Pada kegiatan pembelajaran peserta didik akan dapat melaksanakan kegiatan belajar dengan baik apabila mereka memiliki rasa percaya diri. Menurut Mustari, percaya diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.5 Beliau melanjutkan bahwa percaya diri adalah keyakinan bahwa orang mempunyai keyakinan untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Peserta didik yang memiliki rasa percaya diri selalu merasa yakin bahwa ia memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan pembelajarannya dengan baik.

Dengan rasa percaya diri peserta didik dapat merasa bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegiatan belajar. Orang yang percaya diri memiliki keberanian dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya sendiri.6 Percaya diri menjadi penentu kesuksesan seseorang yang ingin meraih tingkat kesuksesan dan motivasi sebesar apapun.7 Dengan percaya diri maka peserta didik memiliki motivasi yang baik dalam kegiatan belajarnya. Peserta didik akan berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka secara mandiri. Percaya diri juga melindungi peserta didik dari perbuatan mencontoh pekerjaan temannya. Dengan percaya diri maka peserta didik juga terhindar dari perbuatan meminta temannya untuk melakukan atau menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Sehingga percaya diri merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam pelaksanaan kegiatan belajarnya.

Percaya diri berarti menjadi diri sendiri. Yusuf al Uqshari menyatakan bahwa “Maka jadilah diri sendiri, maka niscaya anda akan menemukan keistimewaan individu anda sendiri, keunggulan dan kemampuan-kemampuan Anda yang telah diberikan oleh Allah Swt kepada Anda sehingga Anda menjadi sosok yang spesial dibandingkan orang lain”.8

Menurut Parkinson kepercayaan diri sangat penting untuk menyelesaikan tugas dan membangun motivasi dengan

5

Mohammad Mustari, Nilai karakter: Refleksi Untuk Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 51.

6

Anita Lie, 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak: (Usia Balita Sampai Remaja) (Jakarta: Elex Media Komputindo, cet.2, 2003), h. 4.

7

Gavin red, Motivating Learners in The Classroom: Ideas and Strategis, terj. Hartati Widiastuti, Memotivasi Siswa di Kelas: Gagasan dan Strategi (Jakarta: PT. Indeks, 2009), h. 26.

8

Yusuf al-Uqshari, Ibhats’an Nuqaath an-Najaah fi Syakhshiyyatik, terj. Abdul Hayyie al Kattani, Menuju Puncak Prestasi Tanpa Batas (Jakarta: Gema Insani, 2006) h. 38.

baik.9 Oleh sebab itu percaya diri sangatlah penting untuk dimiliki oleh peserta didik sehingga mereka dapat menerima keadaan dirinya dan menemukan kelebihan dirinya sendiri. Dengan merasa memiliki kelebihan dan kemampuan maka peserta didik akan dapat melaksanakan kegiatan pembelajarannya dengan baik dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Namun pada prakteknya, rasa percaya diri sangat sulit dimiliki oleh peserta didik dalam setiap proses belajar. Hal ini terlihat dari seringnya peserta didik yang mencontoh pekerjaan temannya. Mereka lebih percaya dengan hasil pekerjaan temannya daripada pekerjaannya sendiri. Peserta didik juga sering mengerjakan pekerjaan rumah (PR) pribadi secara bersama di sekolah. Banyaknya peserta didik yang lebih cendrung untuk pasif daripada aktif dalam menjawab pertanyaan guru, karena merasa tidak memiliki kemampuan untuk menjawab. Mudahnya peserta didik mengatakan tidak tahu apabila ditanya serta peserta didik lebih memilih untuk menolak apabila diminta untuk maju ke depan kelas.

Tentu saja hal-hal ini menjadi suatu permasalahan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Terlebih lagi pada masa kini sedang membuminya pendidikan karakter yang menuntut peserta didik memiliki karakter yang diharapkan agar mampu menghadapi tuntutan di masa yang akan datang. Karakter yang diinginkan akan dapat diperoleh apabila peserta didik benar-benar dapat melaksanakan kegiatan belajar. Namun sangat disayangkan ketidakpercayaan diri peserta didik membuat mereka tidak dapat melakukan kegiatan pembelajaran sesuai yang diharapkan.

Kurangnya rasa percaya diri peserta didik disebabkan peserta didik merasa memiliki masalah pada dirinya. Masalah-masalah itu dapat bersumber dari diri peserta didik sendiri maupun dari lingkungannya. Kurangnya rasa percaya diri yang dimiliki oleh peserta didik dapat mempengaruhi aktivitas belajarnya. Aktivitas belajar yang terganggu juga mempengaruhi prestasi yang diperoleh, sebab kurangnya rasa percaya diri dapat mengurangi bahkan menghilangkan semangat belajar peserta didik. Apabila semangat belajar peserta didik berkurang maka mereka akan sulit konsentrasi dalam kegiatan belajarnya. Tentu saja hal ini

9

Mark Parkinson, Personality Questionnaire, terj. Lily Nurulia, Personality

sangat merugikan bagi peserta didik. Efendi menyatakan bahwa Anak tidak akan bisa meraih prestasi yang gemilang jika dididik dengan rasa tidak percaya diri.10 Oleh sebab itu diperlukan upaya untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan rasa percaya diri peserta didik.

Salah satu upaya untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan rasa percaya diri adalah dengan melakukan bimbingan. Karena tidak semua masalah dapat diselesaikan secara mandiri oleh peserta didik. Beberapa permasalahan harus diselesaikan dengan bantuan orang lain. Tentu saja hal ini mengarahkan peserta didik kepada kebutuhan untuk mendapatkan bimbingan dari seseorang yang dianggap mampu mengarahkan peserta didik untuk memiliki kepercayaan diri agar ia mampu menyelesaikan masalahnya sendiri sehingga dapat melaksanakan kegiatan belajarnya dengan baik. Kebutuhan bimbingan dapat kita lihat pada firman Allah Swt, yang tercantum pada Qs. 103 ayat 1-3.

ِّقَْلحاِب اْوَصاَوَ تَو ِتاَِلحاَّصلا اوُلِمَعَو اوُنَمآ َنيِذَّلا َّلاِإرْسُخ يِفَل َناَسنِْلإا َّنِإِرْصَعْلاَو

ٍِْبَّْصلاِب اْوَصاَوَ تَو

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.11

Berdasarkan ayat di atas maka manusia memiliki kebutuhan untuk saling menasehati. Dan merupakan tanggung jawab bagi seorang muslim untuk membantu dan mengarahkan saudaranya kepada jalan yang benar. Bagi muslim yang memiliki masalah dalam dirinya memiliki hak untuk mendapatkan nasehat atau arahan yang baik dari orang lain. Tentu saja hal ini dapat dilakukan dengan melakukan bimbingan. Begitu juga dalam aktivitas belajar. Kurangnya rasa percaya diri merupakan masalah dalam aktivitas belajar. Maka peserta didik yang

10

Jausi Efendi, Tips Agar Anak jadi Ranking di Kelas (Jogjakarta: Buku Biru, 2012), h. 72.

11

merasa kurang percaya diri berhak untuk memperoleh bimbingan dari seorang pembimbing, guru, maupun teman-temannya.

Tidak hanya itu memberi bimbingan juga merupakan perintah Allah, hal ini sesuai dengan firman Allah pada Q.S al-Maidah ayat 2:

... ِناوْدُعْلا َو ِْثمِْلإا ىَلَع اوُنَواعَت لا َو ىوْقَّ تلا َو ِِّبْْلا ىَلَع اوُنَواعَت َو ...

Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.12

Berdasarkan ayat di atas maka layanan bimbingan merupakan suatu ibadah kepada Allah. Karena memberikan bantuan kepada orang lain termasuk ibadah.13 Sehingga ia merupakan bagian dari tugas manusia. Allah juga berfirman dalam Q.S An-Nisa ayat 9:

َخ ْنِم اوُكَرَ ت ْوَل َنيِذَّلا َشْخَيْلَو

ًلاْوَ ق اوُلوُقَ يْلَو َهَّللا اوُقَّ تَيْلَ ف ْمِهْيَلَع اوُفاَخ اًفاَعِض ًةَّيِّرُذ ْمِهِفْل

اًديِدَس

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. 14

Berdasarkan kedua ayat di atas maka pemberian bimbingan merupakan sesuatu yang harus dilakukan. Terlebih lagi kepada para peserta didik yang berada pada masa usia remaja yang masih sangat membutuhkan bimbingan dalam menentukan sikap yang tepat dalam menjalani kehidupannya. Sehingga dengan bimbingan diharapkan juga agar peserta didik dapat memiliki rasa percaya diri dalam melakukan aktivitas belajar.

Kebutuhan terhadap bimbingan juga dapat terlihat dari pendapat Nata yang dikutip oleh Rasyidin, yang menyatakan bahwa agar tetap mampu melaksanakan aktivitas belajar, setiap peserta didik memerlukan kesiapan fisik yang prima, akal

12

Q.S. al-Maidah/5: 2.

13

Lahmuddin lubis, Bimbingan Konseling Islami (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2007), h. 34.

14

yang sehat, fikiran yang jernih dan jiwa yang tenang. Rasyidin juga melanjutkan untuk itu perlu adanya upaya pemeliharaan dan perawatan secara sungguh-sungguh semua potensi yang bisa digunakan untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan.15 Upaya yang sungguh-sungguh itu mengarahkan pada kebutuhan peserta didik untuk memperoleh bimbingan.

Rumusan bimbingan yang diberikan oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat (United States Office of Education):

Bimbingan adalah kegiatan-kegiatan yang terorganisir untuk memberikan bantuan secara sistematis kepada murid dalam membuat penyesuaian diri terhadap berbagai problema yang dihadapi seperti jabatan/kekayaan, kesehatan dan sosial, supaya murid mengetahui diri pribadinya sendiri sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.16

Sebagai makhluk yang lemah yang diberikan tanggung jawab yang besar maka secara kodrati manusia membutuhkan bantuan bimbingan dan konseling.17 Terlebih lagi bagi para peserta didik yang masih belum memiliki kematangan emosi. Mereka harus terus diberikan bimbingan sehingga mereka dapat melaksanakan kegiatan belajar dengan baik agar prestasi yang diperoleh juga baik. Menurut Saiful:18

Dalam menghadapi pergumulan batinnya peserta didik selalu dihadapkan pada pilihan apakah ia harus belajar dengan baik atau tidak. Jika dorongan untuk belajar tumbuh dari dalam diri peserta didik dengan kuat maka konselor memberikan arahan dan petunjuk yang benar agar peserta didik mencapai hasil belajar yang maksimal. Tetapi jika di dalam diri peserta didik lemah untuk belajar maka konselor harus kerja keras memberi dorongan dan motivasi sehingga peserta didik tertarik untuk belajar.

Dariyo juga menyatakan bahwa adakalanya banyak siswa menghadapi kendala dalam pencapaian prestasi belajar, karena siswa sedang bermasalah, sehingga perlu perhatian dan penanganan khusus, agar mereka bisa berprestasi dalam belajarnya dengan baik.19 Saiful menyatakan bahwa kegiatan membimbing adalah menuntun pelajar dalam perkembangannya dengan jalan memberikan

15

Al Rasyidin, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2008), h. 153.

16

Lahmuddin, Landasan Formal Bimbingan Konseling di Indonesia (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2011), h. 36.

17

Zulkarnain, Bimbingan, h.55.

18 Ibid.

19

lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan.20 Oleh sebab itu tampaklah adanya hubungan yang sangat erat antara kebutuhan peserta didik untuk melakukan bimbingan dengan kegiatan belajar peserta didik. Dengan bimbingan diharapkan peserta didik memiliki rasa percaya diri dalam belajar.

Bimbingan memberikan layanan bantuan pada individu dalam memecahkan masalah kesulitan belajarnya sebagai peserta didik untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.21 Di sekolah bimbingan dapat dilakukan oleh guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan melatih siswa pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, dasar dan menengah.22 Maka guru tidak hanya bertugas mengajarkan materi namun juga dituntut untuk dapat memberikan bimbingan kepada peserta didiknya di kelas.

Namun dalam prakteknya banyaknya beban materi yang diberikan kepada guru dengan keterbatasan waktu yang disediakan menyebabkan guru terlalu fokus mengajarkan materi pelajarannya. Jarang sekali guru dapat meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada peserta didik. Sehingga menyebabkan peserta didik merasa kegiatan pembelajaran yang terlalu kaku. Peserta didik kurang mendapatkan informasi yang dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam belajar. Peserta didik tidak mendapatkan ruang untuk mengungkapkan masalah-masalah belajar yang mereka miliki.

Ada beberapa jenis layanan bimbingan. Salah satu layanan bimbingan adalah layanan bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan baru dari guru pembimbing (konselor) dan atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan atau topik tertentu yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari, dan atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dalam pengambilan keputusan atau tindakan tertentu.23 Oleh sebab itu sebagai pendidik, guru harus dapat

20

Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami dan Kesehatan Mental (Bandung: Citapustaka Media Perintis,2011), h. 181.

21

Ibid., h. 79

22

Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013),h. 24.

23

mengarahkan peserta didik untuk dapat mencari jalan pemecahan masalah yang lebih tepat. Salah satunya adalah dengan melakukan bimbingan kelompok.

Bimbingan kelompok dapat dilakukan peserta didik untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi diri mereka, sebagai wadah untuk bersama-sama mengungkapkan kegelisahan dan ketidaknyamanan yang mereka rasakan sehingga menyebabkan mereka kurang percaya diri dalam belajar. Sebagai bagian dari kontrol diri daripada memilih untuk melakukan hal yang mereka senangi namun tidak tepat. Layanan bimbingan kelompok juga dapat menumbuhkan rasa kepedulian dan simpati peserta didik, karena mereka merasa memiliki masalah yang sama atau bahkan masalah belajar yang mereka miliki lebih sederhana daripada teman kelompok mereka. Sehingga mereka tidak akan merasa sendiri melainkan hal ini akan menimbulkan perasaan nyaman dalam belajar. Kenyamanan dalam belajar ini dapat memberikan pengaruh yang baik dalam aktivitas belajar terutama dalam meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Dengan kepercayaan diri diharapkan tujuan kegiatan belajar akan dapat diperoleh.

Berdasarkan uraian di atas, menurut peneliti perlu dilakukan pembahasan tentang pengaruh bimbingan kelompok dalam meningkatkan rasa percaya diri peserta didik. Peserta didik yang akan diteliti adalah peserta didik kelas XI Ak SMK Swasta Yaspi Labuhan Deli Medan, yang merupakan murid dari peneliti. Dengan harapan hubungan antara guru dan murid dapat menimbulkan kenyamanan bagi peserta didik yang diteliti dan meningkatkan kualitas penelitian. Atas dasar itulah maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP RASA PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK KELAS XI-AK SMK SWASTA YASPI LABUHAN DELI MEDAN.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Rasa percaya diri peserta didik masih rendah dalam melaksanakan kegiatan belajar.

2. Rasa percaya diri yang rendah membuat peserta didik kurang aktif dalam melaksanakan kegiatan belajar.

3. Guru jarang memberikan bimbingan kepada para peserta didik sebagai upaya untuk meningkatkan rasa percaya diri peserta didik.

4. Peserta didik membutuhkan bimbingan untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini hanya berfokus untuk mengetahui Pengaruh bimbingan kelompok terhadap rasa percaya diri peserta didik kelas XI Ak SMK Yaspi Labuhan Deli Medan.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Apakah ada pengaruh bimbingan kelompok terhadap rasa percaya diri peserta didik kelas XI Ak Smk Swasta YASPI Labuhan Deli Medan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian adalah: Untuk mengetahui pengaruh bimbingan kelompok terhadap rasa percaya diri peserta didik kelas XI Ak Smk Swasta YASPI Labuhan Deli Medan.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: 1. Secara teoritis:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas belajar peserta didik.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi oleh peneliti-peneliti berikutnya.

2. Secara praktis:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru agar dapat memberikan bimbingan kepada

peserta didik sebagai upaya meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak sekolah untuk dapat memberikan kesempatan kepada para peserta didik agar mereka dapat memperoleh bimbingan yang tepat.

c. Bagi peserta didik sebagai pembekalan untuk lebih memahami diri sendiri dan sebagai upaya memiliki rasa percaya diri dalam belajar.

BAB II

Dokumen terkait