• Tidak ada hasil yang ditemukan

Auditor adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah

melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan

memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun dalam laporan keuangan

apakah telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan

atau prinsip akuntansi yang berlaku umum; dan standar atau prinsip tersebut

diterapkan secara konsisten.Untuk melaksanakan tugas tersebut sering

dibutuhkan judgment.Dari beberapa hasil penelitian dalam bidang audit menunjukkan bahwa ada berbagai variasi faktor individual yang

mempengaruhi judgment dalam melaksanakan review selama proses pelaksanaan audit (Solomon dan Shields,1995) dalam Zulaikha (2006).

Profesi akuntan akhir-akhir ini menunjukkan perkembangannya, hal ini

disebabkan karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan

pentingnya jasa akuntan dan semakin tumbuhnya usaha-usaha swasta. Di

samping itu, perkembangan profesi akuntan juga didorong oleh adanya

peraturan-peraturan pemerintah, seperti perusahaan yang mengadakan emisi

(go public) di pasar modal, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah laporan keuangannya sudah diperiksa oleh akuntan publik dua tahun terakhir

berturut-turut dengan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Faktor yang ikut memberi iklim perkembangan profesi akuntan

2 adalah sektor perbankan yang mengharuskan calon debiturnya mempunyai

administrasi yang baik dan laporan keuangannya sudah diperiksa akuntan

publik.

Auditor harus meningkatkan kompetensinya yaitu dengan menambah

keahlian dan pengalaman auditnya. Menurut Mayangsari (2003), auditor yang

berpengalaman mempunyai pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik atas

laporan keuangan. Susetyo (2009) menyatakan bahwa pengalaman akan

mengurangi pengaruh informasi yang tidak relevan dalam judgment auditor. Auditor yang berpengalaman dalam membuat suatu judgment tidak mudah dipengaruhi oleh kehadiran informasi yang tidak relevan.

Judgment merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya), pilihan untuk

bertindak atau tidak bertindak dan penerimaan informasi lebih lanjut.

Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan, tetapi juga

mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat. Setiap langkah, di dalam proses

incremental judgment jika informasi terus menerus datang, akan muncul pertimbangan baru dan keputusan atau pilihan baru. Untuk dapat memenuhi

tanggung jawab pelaporan, auditor harus mengetahui beberapa hal,

diantaranya adalah (1) memiliki pemahaman yangmendalam tentang keempat

standar pelaporan, (2) mengetahui dengan tepatkalimat-kalimat dalam laporan

auditor bentuk baku serta kondisi yang harusdipenuhi untuk mengeluarkan

laporan auditor bentuk baku, (3) memahami jenis-jenispenyimpangan dari

3 penyimpangan dan (4) memahami berbagai pertimbangankhusus dalam

pelaporan (Jusuf, 2002; 381).

Riset-riset keperilakuan dalam auditing menyarankan bahwa preferensi

klienakan berdampak terhadap pertimbangan auditor hanya bila ada sejumlah

kondisi-kondisitertentu terjadi dalam konteks audit itu. Bila auditor mendapat

pernyataan eksplisitmengenai preferensi klien yang bertentangan dengan

preferensi auditor atau standarakuntansi sehingga terdapat hubungan

berlawanan yang terbentuk antara auditor danklien maka studi-studi yang telah

dilakukan melaporkan efek preferensi klien yang kecilatau tidak ada

(Gramling, 1999; Buchman et al., 1996; Salterio, 1996). Sedangkan bilahubungan berlawanan itu dikurangi dengan memasukkan skenario tidak

adanya pedomanotoritatif dalam standar akuntansi (Salterio dan Koonce,

1997; Trompeter, 1994) dalam Koroy (2005), makahasil studi menunjukkan

efek preferensi klien yang lebih kuat.Dengan demikian tingkatambiguitas

menentukan pengaruh preferensi klien terhadap pertimbangan audit.Hal

inikonsisten seperti yang diprediksi Kunda (1990) dalam Koroy (2005).

Meski hasil riset di atas menunjukkan simpulan bahwa preferensi klien

tidakmemberikan dampak pada pertimbangan auditor yang konsisten dengan

preferensi klienitu kecuali jika ada kondisi-kondisi tertentu, tetapi hasil itu

belumlah konklusif danterdapat bertentangan. Hal ini disebabkan bahwa tidak

diperhitungkannya secarakonsisten karakteristik individual auditor yakni

pengalaman audit dalam penelitian-penelitiantersebut. Penelitian Trompeter

4 menggunakan auditor berpengalaman (manajer dan partner), sebaliknya

Gramling (1999), Buchman et al,(1996) dan Haynes et al,(1998) menggunakan auditor dengan pengalaman beragam. Pada penelitian dengan

auditor berpengalaman didapatka nhasil preferensi klien berdampak bagi

pertimbangan auditor pada kondisi tertentu, sedangkan pada penelitian dengan

auditor dengan pengalaman beragam tidak ditemukan dampaknya.

Munculnya pandangan skeptis terhadap profesi akuntan publik memang

beralasan, karena cukup banyak laporan keuangan suatu perusahaan, yang

mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian, mengalami kebangkrutan justru

setelah opini tersebut dikeluarkan. Misalnya saja seperti kasus kegagalan audit

berskala besar yang terjadi di Amerika Serikat, seperti kasus yang menimpa

Enron, telah menimbulkan kembali skeptisisme masyarakat mengenai

ketidakmampuan profesi akuntan dalam menjaga independensi. Koroy (2005)

mengemukakan bahwa independensi akuntan mendapat sorotan tajam

diarahkan pada perilaku auditor ketika berhadapan dengan klien yang

dipersepsikan gagal menjalankan perannya sebagai auditor independen.

Auditor dalam dua dekade belakangan ini dipandang justru bertindak

melayani atau menjadi bersikap secara advokasi bagi klien. Bazerman et al., (1997) mengemukakan bahwa upaya mencapai independensi adalah mustahil,

dan pendekatan-pendekatan profesi auditing yang ada sekarang ini adalah naif

dan tidak realistis. Kerangka audit yang ada mengimplikasikan tujuan

independensi yang mencoba menghilangkan bias oleh auditor sehingga dapat

5 Bazerman et al., (1997) mengemukakan bahwa seringkali akuntan bersifat subjektif dan ada hubungan yang erat antara kantor akuntan publik (KAP) dan

kliennya. Auditor yang paling jujur dan cermat sekalipun akan secara tidak

sengaja mendistorsi angka-angka sehingga dapat menutupi keadaan keuangan

yang sebenarnya dari suatu perusahaan.

Banyaknya skandal yang ditemukan oleh SEC (Securities and Exchange Commision) pada beberapa dekade tahun 2012 (tabel 1.1) ini membuktikan bahwa peran profesi akuntan turut berperan dalam situasi perekonomian dan

masyarakat bisnis dunia.

Tabel 1.1

Skandal Akuntansi 2012

No Tempat dan Tanggal Kasus Permasalahan

1 Washington, D.C. 6 Maret, 2012 SEC menemukan salah satu bentuk penipuan terhadap pembiayaan salah satu usaha di New York berdasarkan laporan investasi yang telah menipu para investornya bernilai jutaan dolar dalam usaha penginapan di daerah pantai. SEC menuduh bahwa Brian Raymond Callahan dari Old Westbury, N.Y. telah menerbitkan lebih dari $74 juta dolar dari 24 investor sejak tahun 2005 yang dijanjikan untuk diinvestasikan dalam aset lancar. Namun, Callahan mengalihkan uang investor tersebut dalam proyek penginapan miliknya. Callahan juga menggunakan dana investor untuk membayar investor lainnya dan membuat pembayaran rendah terhadap $3,35 juta unit yang dibelinya dalam proyek real estate miliknya.

2 Washington, DC, 25 April 2012 SEC mengumumkan salah satu bentuk penyelesaian dalam kasus $ 32.000.000 perdagangan yang diajukan oleh sebuah lembaga pada tahun lalu terhadap seorang pengacara perusahaan dan pedagang di Wall Street. SEC menuduh bahwa insider Bersambung pada halaman selanjutnya

6

tradingterjadi sedikitnya 11 pengumuman merger dan akuisisi yang melibatkan klien dari firma hukum di mana pengacara - Matius H. Kluger - bekerja dan pedagang - Garrett D. Bauer - yang dihubungkan melalui seorang teman sekarang diidentifikasi sebagai Kenneth T. Robinson, yang bertindak sebagai perantara untuk memfasilitasi tips ilegal dan perdagangan. Bauer, Kluger, dan Robinson masing-masing setuju untuk menyerahkan keuntungan haram mereka ditambah bunga dalam rangka untuk menyelesaikan tuduhan kasus oleh SEC tersebut dengan persyaratan perjanjian persetujuan mereka adalah sekitar $ 31.600.000 oleh Bauer, $ 516.000 oleh Kluger, dan $ 845.000 oleh Robinson. 3 Washington, DC, 25 Juni 2012 SEC memperoleh perintah penahanan

sementara dan pembekuan aset terhadap seorang pria bernama Utah dan perusahaan yang dibebankan dengan operasi skema berbasis real estate Ponzi yang telah menipu $ 100 juta dari investor nasional.

Keluhan SEC diajukan di Pengadilan Distrik AS terhadap Distrik Utah, nama-nama Wayne L. Palmer dan perusahaannya, Catatan Nasional Utah, LC, baik dari West Jordan, Utah. Menurut pengaduan, Palmer mengatakan kepada investor bahwa uang para investor akan digunakan untuk membeli catatan hipotek dan aset real estat, atau untuk memberikan pinjaman real estate. Lebih dari 600 orang yang diinvestasikan, terpikat oleh janji-janji pengembalian tahunan sebesar 12 persen. Namun menurut Catatan Nasional, sejak 2009, Catatan Nasional telah melakukan pembayaran kepada investor, tetapi semua dihentikan pada Oktober 2011. Palmer meyakinkan investor bahwa uang akan datang, dan terus meminta investor baru dalam Catatan Nasional tanpa mengungkapkan fakta bahwa yang menunggak dalam melakukan pembayaran kepada investor yang ada. Keluhan SEC terhadap biaya Catatan Nasional dan Palmer Bersambung pada halaman selanjutnya

7

telah melanggar ketentuan pendaftaran anti-penipuan dan sekuritas hukum sekuritas AS. Palmer juga menghadapi tuduhan bahwa ia beroperasi sebagai terdaftar broker-dealer. 4 Washington, DC, 10 Juli 2012 SEC melaporkan di Texas, sebuah

perusahaan berbasis perangkat medis Orthofix International NV yang melanggar Foreign Corrupt Practices Act (FCPA) dengan adanya suap rutin yang dilakukan oleh anak perusahaan mereka dan disebut sebagai "cokelat" dalam bentuk uang tunai, komputer, laptop, televisi dan peralatan lainnya yang diberikan baik secara langsung ataupun tidak langsung kepada para pejabat Meksiko untuk mendapatkan kontrak yang menguntungkan penjualan dengan rumah sakit pemerintah. SEC menuduh Orthofix Meksiko, yang merupakan anak Promeca SA de CV telah menyuap pejabat pemerintahan divisi perawatan kesehatan Meksiko dan pelayanan sosial lembaga Instituto Mexicano del Seguro Sosial (IMSS). Skema suap tersebut berlangsung selama beberapa tahun dan menghasilkan hampir $ 5 juta atas keuntungan ilegal bagi anak Orthofix. Orthofix setuju untuk membayar $ 5.200.000 untuk menyelesaikan tuduhan SEC tersebut. Menurut pengaduan SEC diajukan di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Timur Texas, suap dimulai pada 2003 dan berlanjut sampai 2010. Awalnya, Promeca palsu mencatat suap sebagai uang muka dan memalsukan faktur untuk mendukung pengeluaran. Kemudian, ketika mendapat suap jauh lebih besar, Promeca palsu mencatat mereka sebagai biaya promosi dan pelatihan. Karena skema penyuapan, pelatihan Promeca dan biaya promosi secara signifikan melebihi anggaran. Orthofix memang meluncurkan penyelidikan ke dalam biaya, tapi itu sangat sedikit untuk menyelidiki atau mengurangi pengeluaran yang berlebihan. Kemudian, setelah penemuan pembayaran suap melalui eksekutif Promeca, Orthofix segera Bersambung pada halaman selanjutnya

8

dilaporkan atas hal tersebut oleh SEC dan menerapkan langkah-langkah perbaikan yang signifikan. Perusahaan menghentikan eksekutif Promeca yang mengatur skema penyuapan. Orthofix menyetujui keputusan akhir memerintahkannya untuk membayar $ 4.983.644 di disgorgement dan lebih dari $ 242.000 dalam kepentingan prasangka. Penghakiman terakhir permanen akan diperintahkan perusahaan dari melanggar buku dan catatan dan pengendalian internal ketentuan FCPA. Orthofix juga sepakat untuk beberapa usaha, termasuk memantau program kepatuhan FCPA dan melaporkan kembali ke SEC untuk jangka waktu dua tahun. Orthofix juga diungkapkan hari dalam pengajuan 8-K bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan Departemen Kehakiman AS untuk membayar denda $ 2.220.000 dalam sebuah tindakan terkait. Penyelidikan SEC dilakukan oleh Carol Shau dan Alka N. Patel di Kantor Los Angeles Regional. SEC mengakui dan menghargai bantuan dari US Department of Divisi Kriminal Kehakiman - Penipuan Bagian dan Federal Bureau of Investigation.

5 Washington, DC, 17 Agustus, 2012

SEC mengumumkan tuduhan penipuan dan pembekukan aset darurat untuk penghentian terhadap skema Ponzi $ 600.000.000 yang telah berada dalam ambang kehancuran. Tindakan tersebut dilakukan untuk menghindari potensi kerugian yang lebih besar terhadap para korban Ponzi. SEC menuduh bahwa Paul Burks dari Lexington, NC dan perusahaannya Grup Rex Venture secara online telah mengumpulkan uang lebih dari satu juta pelanggan internet dalam skala nasional dan internasional melalui situs ZeekRewards.com, yang mereka mulai sejak bulan Januari 2011.

6 Washington, D.C.,7 September, 2012

SEC (Securities and Exchange Commision) mengumumkan bahwa berdasarkan laporan investasi New York yaitu dari perusahaan ICP Manajemen Aset dan pendirinya yaitu Thomas C. Priore telah sepakat untuk Bersambung pada halaman selanjutnya

9

menyelesaikan biaya agensi atas penipuan terhadap obligasi debit kolateral (CDOs) yang mereka tangani. ICP, Priore, dan entitas lain yang terkait telah sepakat untuk melakukan pembayaran lebih dari $23 juta atas kasus yang terjadi pada Juni 2010 di pengadilan federal Manhattan. SEC menduga mereka telah melakukan praktik kecurangan yang menyebabkan CDOs harus membayar lebih untuk keamanan dan hilangnya jutaan dolar. Priore dan perusahaan ICP juga turut menyembunyikan keuntungan terhadap beban CDOs dan investor mereka.

7 Washington, DC, 5 Oktober 2012

SEC (Securities and Exchange Commision) menangkap empat orang broker yang sebelumnya bekerja di sebuah lembaga bagian keuangan New York berbasis broker-dealer baru dalam hal pengisian ilegal yang berlebihan terhadap pelanggan sebesar $ 18.700.000 dengan melakukan penipuan terhadap pelanggan dengan harga palsu yang mereka terapkan dalam menjalankan perintah untuk membeli dan menjual sekuritas atas nama pelanggan mereka. Mereka melakukan mark-up dan mark-down secara tersembunyi saat volatilitas pasar dan menyembunyikan harga mereka terhadap para pelanggan mereka. Mark-up dan mark-down yang mereka lakukan berkisar sebesar $228.000 dan melibatkan lebih dari 36.000 transaksi dalam periode empat tahun. Biaya dengan harga palsu tersebut bisa diubah hingga lebih dari 1000 persen dari nilai yang mereka laporkan kepada pelanggan mereka.

Berkenaan dengan lingkup pengujian, penentuan ukuran sampel dan item yang akan diuji, dan pertimbangan (judgment) auditor akan sangat mempengaruhi. Pertimbangan (judgment) auditor dalam hal ini mencakup Sumber: Rakhmatullah (2012). Dari Satu Skandal Akuntansi ke Skandal Lain.

http://indonesiafinancetoday.com diakses tgl 5 September 2013. Tabel 1.1 (Lanjutan)

10 materialitas, risiko, biaya, manfaat, ukuran, dan karakteristik populasi.Oleh

karena itu, apabila auditor tidak berhati-hati dalam menentukan

pertimbangannya, kesalahan dalam pernyataan pendapat dapat saja terjadi.

Haynes (1998) mengemukakan bahwa banyak faktor yang dapat

mempengaruhi pertimbangan auditor khususnya dalam mengevaluasi bukti

audit, di antaranya adalah preferensi klien dan pengalaman audit.Preferensi

klien dalam konsep auditing terjadi apabila klien dengan jelas menyatakan suatu hasil tertentu atau perlakuan akuntansi tertentu yang diinginkan dan

auditor berperilaku secara konsisten dengan keinginan klien itu.

Biasanya hasil tertentu yang diinginkan oleh klien yang diaudit adalah

untuk mendapatkan unqualified opinion sehingga kinerja dari perusahaannya dapat dikatakan baik dan bagi perusahaan yang go public dapat meningkatkan nilai sahamnya di pasar modal. Untuk mencapai tujuan tersebut, klien tidak

jarang menyatakan keinginan atas suatu hasil tertentu atau perlakuan akuntansi

tertentu agar laporan keuangan terlihat baik.

Eagly dan Chaiken (1993) dalam Susetyo (2009) mengemukakan bahwa

preferensi klien akan ditinjau, baik waktu penyampaian pesan (timing) maupun kredibilitas sumber informasi (credibility of information source) yang dapat mempengaruhi pertimbangan (judgment) pembuat keputusan. Pengaruh preferensi klien dalam hal ini dilihat dari waktu penyampaian pesan dan

kredibilitas klien yang menyatakan keinginannya.

Koroy (2005) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa auditor yang

11 menghapuskan persediaan dibandingkan auditor yang berpengalaman.

Puspa(2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa auditor dengan tingkat

pengalaman yang hampir sama (memiliki masa kerja dan penugasan yang

hampir sama) ternyata memiliki pertimbangan yang berbeda-beda dan sangat

bervariasi. Sedangkan menurut Haynes et al., (1998) dalam penelitiannya menyatakan bahwa auditor tidak secara otomatis mengambil posisi advokasi

bagi klien, terutama jika kepentingan klien tidak dibuat secara eksplisit.

Jenkins dan Haynes (2003) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa

pengaruh dari persuasi atas preferensi klien, yang terdiri atas waktu

penyampaian dan kredibilitas klien terhadap pertimbangan auditor dalam

mengevaluasi bukti audit. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini

menunjukkan bahwa waktu penyampaian preferensi dari klien mempengaruhi

pertimbangan (judgment) auditor dalam tugas pengungkapan, tetapi tidak dalam tugas pengukuran, dan kredibilitas klien yang tinggi akan

mempengaruhi pertimbangan (judgment) auditor hanya dalam kondisi preferensi awal.

Seorang auditor akan mengevaluasi kredibilitas pihak klien sesuai dengan

bukti yang telah tersedia. Sebaliknya, studi ini menanyakan pada para auditor

apakah auditor akan terbujuk dengan kredibilitas klien yang menyatakan

preferensinya. Pihak klien mencoba membujuk pihak auditor agar menerima

penjelasan dari pihak klien. Bukti yang sudah disediakan oleh pihak klien

12 preferensi pihak klien adalah sebuah usaha yang bersifat eksplisit (Goodwin,

1999; Peecher, 1996) dalam Susetyo (2009).

Libby (1995) mengemukakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan

yang melibatkan keahlian (expertise).Penganalogian beberapa hasil penelitian psikologi yang menggunakan subyek mahasiswa atau orang biasa dengan

tugas eksperimen sederhana terhadap pekerjaan auditing menjadi tidak tepat.

Pengalaman audit yang dalam ini merupakan proksi dari keahlian auditor akan

menentukan pembentukan pertimbangan oleh auditor. Berbagai penelitian

auditing menunjukkan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor

semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam

tugas-tugasnya semakin kompleks.

Dengan memperhitungkan efek pengalaman ini memungkinkan dapat

diketahui dampaknya pada pertimbangan auditor, terutama dalam caranya

menghadapi preferensi klien dan informasi yang bersifat ambigu maupun yang

bersifat bertolak belakang (disconfirming).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian

ini karena pertama, bahwa pengaruh posisi atau preferensi klien terhadap

pertimbangan auditor dengan memperhatikan karakteristik individual auditor

yaitu pengalaman audit. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Jenkins dan Haynes (2003) mengemukakan bahwa pengaruh dari persuasi atas preferensi

klien, yang terdiri atas waktu dan kredibilitas klien, terhadap pertimbangan

auditor dalam mengevaluasi bukti audit.Hasil penelitiannya menyatakan

13 menyatakan preferensinya atau tidak.Sehingga, pertanyaan yang relevan untuk

hal ini adalah apakah hasil dari sebuah riset mengenai kredibilitas yang ada

saat ini dapat digerenalisasikan untuk preferensi klien.Hal yang umum untuk

kedua situasi ini adalah bahwa klien mencoba untuk membujuk auditor untuk

menerima opininya. Berbagai penelitian sebelumnya mengenaiterhadap audit judgment masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten serta kredibiliats klien yang memoderasi audit judgment juga belum mendapatkan hasil yang konsisten. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang

berjudul “Pengaruh Pengalaman Audit dan Preferensi Klien Terhadap

Audit Judgment Dengan Kredibilitas KlienSebagai Variabel Moderating”. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Susetyo(2009). Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan peneliti terdahulu adalah pengalaman audit yang

diduga berpengaruh terhadap audit judgment dan dengan variabel moderating yaitu kredibilitas klien. Sedangkan, dalam penelitian ini,

peneliti menambahkan satu variabel yang diduga juga mempengaruhi

audit judgment yaitupreferensi klien yang dalam penelitian lain disebutkan bahwa variabel tersebut berpengaruh terhadap audit judgment.

2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah staf auditor pada Kantor Akuntan

14 Publik 2012 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia

(IAPI).Sedangkan, populasi penelitian sebelumnya seluruh auditor yang

bekerja pada KAP dan KJA di Wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa

Yogyakarta.Sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik Indonesia tahun 2006.

Dokumen terkait