PENGARUH PENGALAMAN AUDIT DAN PREFERENSI KLIEN TERHADAP
AUDIT
JUDGMENT
DENGAN KREDIBILITAS KLIEN SEBAGAI VARIABEL MODERATING
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gealr Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Dellia Eka Rizkiyana
NIM. 109082000078
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Dellia Eka Rizkiyana
2. Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 6 Desesmber 1991
3. Alamat : Jl. Jatayu I Gandaria Rt 008/04 No.34 Kebayoran Lama Selatan,
Jakarta Selatan
4. Telepon : 081318311510
5. Email : delliaekarizky@gmail.com
II. PENDIDIKAN
1. SD Kramat Pela 13 Jakarta Tahun 1997-2003
2. SMP N 29 Jakarta Tahun 2003-2006
3. SMA N 47 Jakarta Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2009-2013
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah,periode
2010-2011
2. Anggota Saman Fakultas Ekonomi dan BisnisUIN Syarif Hidayatullah,
periode 2010-2011
vi
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Seminar Nasional oleh Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN
SyarifHidayatullah, “Peran Asuransi dalam Era Globalisasi”, 20 Mei 2010.
2. Training oleh Corruption Preventing Alliance (CPA), “Anti-Corruption
Training Road to Campus 2010”, 21 Oktober 2010.
3. Internal Accounting Competion oleh BEM Jurusan Akuntansi, “From
Nothing to Something With Accounting”, 20-22 Desember 2010.
4. Company Visit oleh BEM Jurusan Akuntansi, “Visit To Bursa Efek
Indonesia & Museum Bank Indonesia”, 28 Desember 2010.
5. Seminar oleh Direktorat Jendral Pajak, “Potret Perpajakan
IndonesiaMenuju Sistem Perpajakan yang Transparan”, 24 November
2011.
6. Kuliah Umum oleh BEM Jurusan Manajemen, “CAFTA: Peran dan
Tantangan Ekonomi Kerakyatan dalam Menghadapi Perekonomian
Global”, 10 Mei 2011.
7. Seminar oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi, “Auditing Days”,
vii
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Abdul Rozak S.Sos
2. Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 12 Mei 1960
3. Ibu : Warsinah
4. Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 1 September 1967
5. Alamat : Jl. Jatayu I Gandaria Rt 008/04 No. 34 Kebayoran Lama Selatan,
Jakarta Selatan
6. Telepon : 08129709365
viii
ABSTRACT
The Influence of Audit Experience and Client Preference on Audit
Judgment is Moderated by Client Credibility
This research purposes to empirically analyze the influence of audit experience and client preference on audit judgment is moderated by client credibility. This research used sample of auditor who work in the KAP at DKI Jakarta which accordance with KAP directory 2012 published by IAPI. The number of KAP that were became in this study were 15 KAP. Based on method purposive sampling, research sample total is 40 public accountant. Hypothesis in this research are tested by multipleregression analysis and Moderated Regression Analysis (MRA).
Result of this research indicates that audit experience don’t influences significantly on the audit judgment. Client preference influences significantly on the audit judgment. On the other hand, client credibility not as quasi moderated between experience audit and client preference variable.
ix
ABSTRAK
Pengaruh Pengalaman Audit dan Preferensi Klien terhadap Audit Judgment dengan Kredibilitas Klien sebagai Variabel Moderating
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengalaman audit dan preferensi klien terhadap audit judgment dengan kredibilitas klien sebagai variabel moderating. Penelitian ini menggunakan sampel auditor yang bekerja pada seluruh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di DKI Jakarta sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik (KAP) 2012 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Jumlah Kantor Akuntan Publik yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 15 Kantor Akuntan Publik. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel penelitian adalah 40 orang akuntan publik. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi linier berganda dan analisis regresi moderat.
Hasil penelitian ini menunjukkan pengalaman audit tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment. Preferensi klien berpengaruh signifikan terhadap audit judgment. Sedangkan kredibilitas klien bukan sebagai moderasi antara variabel pengalaman audit dengan preferensi klien.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Al-Wahhab Yang Maha Penganugerah,
yangtelah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapatmenyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis
haturkankepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah
membimbingumatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka
memenuhisyarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas
IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikanterimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan
doa, baik langsungmaupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Ayahanda Abdul Rozak, S.Sos dan Ibunda Warsinah terkasih, yang
selalumencurahkan perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa tiada
henti yangtertuju hanya untuk ananda, semoga semakin hari ananda
semakin mampumembuat bangga ayah dan ibunda.
2. Keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikandukungan untuk
kesuksesan penulis. Terimakasih atas semua kasih sayang.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi
xi
4. Ibu Dr. Rini, M.Si., Akselaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomidan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi FakultasEkonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Prof.Dr. Azzam Jassin, MBA selaku Dosen Pembimbing Skripsi I
yangtelah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan
pengarahandan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih atas
ilmu yang telahBapak berikan selama ini
7. Ibu Reskino, SE., Ak., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
telahmeluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan
memberikanpengarahan kepada penulis. Terimakasih atas semua saran
yang Ibu berikanselama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya
sidang skripsi.
8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas
IslamNegeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada
penulis.
9. Teman-teman Akuntansi B yang dari awal semester saling mendukung
satu sama lain dalam menempuh pendidikan di bangku kuliah ini.
10.Ahmad Faisal, terimakasih selama ini telah memberikan doa
dandukungan penuh kepada penulis. Tetap berdoa kepada Allah dan
selaluberikhtiar secara maksimal.
11.Sahabat seperjuanganku, Aries Setianto Wibowo, Tsaurah Fitria, Fahmi
xii
terimakasih atas dukungan dan kasih sayang yang diberikan kepada
penulis.
12.Sahabatku Erma Apriliyani, Bunga Aprilia dan Nina Murtina yang telah
memberikan semangat, doa dan kasih sayangnya kepada penulis.
13.Untuk Syauffa, Taufik, Randy, Wahyuni, Meisya, Reni, Nabila, Melina,
Ranti, Danang dan Wayan terimakasih telah memberikan semangat, doa,
dan arahan kepada penulis mulai dari pembuatan proposal sampai
terselesaikannya skripsi ini.
14.Seluruh Anggota Saman FEIS, Adik-adikku angkatan 2010 yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
15.Seluruh teman-teman Akuntansi angkatan 2009, kita sama-sama
berjuang untuk tujuan yang ingin kita capai.
16.Seluruh teman-teman di Metro Group, terimaksih untuk dukungan dan
doanya selama penulis berada disana.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurnadikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis.Olehkarena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkankritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 5 September 2013
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...i
Lembar Pengesahan Ujian Komprefensif ...ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ...iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ...iv
Daftar Riwayat Hidup ………..v
Abstract ...viii
Abstrak ………..ix
Kata Pengantar ...x
Daftar Isi ...xiii
Daftar Tabel ...xvii
Daftar Gambar ...xix
Daftar Lampiran ...xx
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Perumusan Masalah ...14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...14
1. Tujuan Penelitian ...14
2. Manfaat Penelitian ...15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...17
A. Tinjauan Literatur...17
xiv
2. Teori X dan Y McGregor...20
3. Profesi Akuntan Publik ...21
4. Tujaun dan Bukti Audit ………...23
5. Keputusan Penting Tentang Bukti Audit ...24
6. Kredibilitas Klien ...32
7. Pengalaman Audit ...34
8. Preferensi Klien ………35
9. Audit Judgment ………37
B. Hasil Penelitian Terdahulu ………...40
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis...45
1. Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Audit Judgment…….45
2. Pengaruh Preferensi Klien terhadap Audit Judgment……....46
3. Pengaruh antara Pangalaman Audit dan Preferensi Klien yang dimoderasi Kredibilitas Klien terhadap Audit Judgment...48
4. Interaksi antara Pengalaman Audit dan Preferensi Klien terhadap Audit Judgment secara simultan ...49
D. Kerangka Pemikiran ...52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...54
A. Ruang Lingkup Penelitian ...54
B. Metode Penentuan Sampel ...54
C. Metode Pengumpulan Data ...55
xv
2. Penelitian Lapangan (Field Research)...55
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian ...56
1. Pengalaman Audit(X1) ...56
2. Preferensi Klien (X2) …………...57
3. Kredibilitas Klien (X3) ...58
4. Audit Judgment (X4) ………...58
E. Metode Analisis Data ...61
1. Statistik Deskriptif ………...61
2. Uji Kualitas Data ………...61
3. Uji Asumsi Klasik ………...62
3.1. Uji Normalitas ………...62
3.2 Uji Heteroskedastisitas ...62
3.3 Uji Mulitikolinieritas ……….63
4. Uji Hipotesis ……….64
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ...67
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian …………...67
1. Tempat dan Waktu Penelitian ...67
2. Karakteristik Profil Responden ………...69
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian …...73
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ...73
2. Hasil Kualitas Data ………...74
a. Hasil Uji Validitas ………74
xvi
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ………...79
a. Hasil Uji Multikolonieritas ………...79
b. Hasil Uji Normalitas ……….80
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ………81
4. Hasil Uji Hipotesis ………83
a. Pengujian Hipotesis Regresi Berganda …...……….83
b. Pengujian Hipotesis Regresi Moderate Uji Interaksi …...89
BAB V PENUTUP ...94
A. Kesimpulan ...94
B. Implikasi ...96
C. Saran ...99
Daftar Pustaka ...100
xvii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Skandal Akuntansi 2012………...………....5
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu……...………..41
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian………..…………....58
4.1 Data Sampel Penelitian……...………...68
4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian ………...68
4.3 Hasil Uji Deskriptif Berdasarkan Jenis Kelamin ………..69
4.4 Hasil Uji Deskriptif Berdasarkan Usia ………..70
4.5 Hasil Uji Deskriptif Berdasarkan Posisi Terakhir ……….71
4.6 Hasil Uji Deskriptif Berdasarkan Pendidikan Terakhir ………....72
4.7 Hasil Uji Deskriptif Berdasarkan Jabatan Pengalaman Kerja ...…….…...72
4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif ………...………..73
4.9 Hasil Uji Validitas Instrumen Keseluruhan ………..74
4.10 Hasil Uji Validitas Pengalaman Audit ………..76
4.11 Hasil Uji Validitas Preferensi Klien ………..76
4.12 Hasil Uji Validitas Kredibilitas Klien ………...77
4.13 Hasil Uji Validitas Audit Judgment ………..77
4.14 Hasil Uji Realibilitas ……….78
4.15 Hasil Uji Multikolonieritas ………79
4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y, X1 dan X2………...83
xviii
4.18 Hasil Uji Statistik F Variabel Y, X1 dan X2 …...…...………88
4.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y, X1, X2 dan X3 …...90
4.20 Hasil Uji Statistik F Variabel Y, X1, X2 dan X3………..………...90
xix
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ………..52
4.1 Grafik Normal Plot ………...80
4.2 Grafik Histogram ………...81
xx
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Kuesioner………..………...105
2. DataSampel ………...114
3. Hasil Output SPSS ………..………....116
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Auditor adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah
melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan
memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun dalam laporan keuangan
apakah telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan
atau prinsip akuntansi yang berlaku umum; dan standar atau prinsip tersebut
diterapkan secara konsisten.Untuk melaksanakan tugas tersebut sering
dibutuhkan judgment.Dari beberapa hasil penelitian dalam bidang audit menunjukkan bahwa ada berbagai variasi faktor individual yang
mempengaruhi judgment dalam melaksanakan review selama proses pelaksanaan audit (Solomon dan Shields,1995) dalam Zulaikha (2006).
Profesi akuntan akhir-akhir ini menunjukkan perkembangannya, hal ini
disebabkan karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya jasa akuntan dan semakin tumbuhnya usaha-usaha swasta. Di
samping itu, perkembangan profesi akuntan juga didorong oleh adanya
peraturan-peraturan pemerintah, seperti perusahaan yang mengadakan emisi
(go public) di pasar modal, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah laporan keuangannya sudah diperiksa oleh akuntan publik dua tahun terakhir
2 adalah sektor perbankan yang mengharuskan calon debiturnya mempunyai
administrasi yang baik dan laporan keuangannya sudah diperiksa akuntan
publik.
Auditor harus meningkatkan kompetensinya yaitu dengan menambah
keahlian dan pengalaman auditnya. Menurut Mayangsari (2003), auditor yang
berpengalaman mempunyai pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik atas
laporan keuangan. Susetyo (2009) menyatakan bahwa pengalaman akan
mengurangi pengaruh informasi yang tidak relevan dalam judgment auditor. Auditor yang berpengalaman dalam membuat suatu judgment tidak mudah dipengaruhi oleh kehadiran informasi yang tidak relevan.
Judgment merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya), pilihan untuk
bertindak atau tidak bertindak dan penerimaan informasi lebih lanjut.
Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan, tetapi juga
mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat. Setiap langkah, di dalam proses
incremental judgment jika informasi terus menerus datang, akan muncul pertimbangan baru dan keputusan atau pilihan baru. Untuk dapat memenuhi
tanggung jawab pelaporan, auditor harus mengetahui beberapa hal,
diantaranya adalah (1) memiliki pemahaman yangmendalam tentang keempat
standar pelaporan, (2) mengetahui dengan tepatkalimat-kalimat dalam laporan
auditor bentuk baku serta kondisi yang harusdipenuhi untuk mengeluarkan
laporan auditor bentuk baku, (3) memahami jenis-jenispenyimpangan dari
3 penyimpangan dan (4) memahami berbagai pertimbangankhusus dalam
pelaporan (Jusuf, 2002; 381).
Riset-riset keperilakuan dalam auditing menyarankan bahwa preferensi
klienakan berdampak terhadap pertimbangan auditor hanya bila ada sejumlah
kondisi-kondisitertentu terjadi dalam konteks audit itu. Bila auditor mendapat
pernyataan eksplisitmengenai preferensi klien yang bertentangan dengan
preferensi auditor atau standarakuntansi sehingga terdapat hubungan
berlawanan yang terbentuk antara auditor danklien maka studi-studi yang telah
dilakukan melaporkan efek preferensi klien yang kecilatau tidak ada
(Gramling, 1999; Buchman et al., 1996; Salterio, 1996). Sedangkan bilahubungan berlawanan itu dikurangi dengan memasukkan skenario tidak
adanya pedomanotoritatif dalam standar akuntansi (Salterio dan Koonce,
1997; Trompeter, 1994) dalam Koroy (2005), makahasil studi menunjukkan
efek preferensi klien yang lebih kuat.Dengan demikian tingkatambiguitas
menentukan pengaruh preferensi klien terhadap pertimbangan audit.Hal
inikonsisten seperti yang diprediksi Kunda (1990) dalam Koroy (2005).
Meski hasil riset di atas menunjukkan simpulan bahwa preferensi klien
tidakmemberikan dampak pada pertimbangan auditor yang konsisten dengan
preferensi klienitu kecuali jika ada kondisi-kondisi tertentu, tetapi hasil itu
belumlah konklusif danterdapat bertentangan. Hal ini disebabkan bahwa tidak
diperhitungkannya secarakonsisten karakteristik individual auditor yakni
pengalaman audit dalam penelitian-penelitiantersebut. Penelitian Trompeter
4 menggunakan auditor berpengalaman (manajer dan partner), sebaliknya
Gramling (1999), Buchman et al,(1996) dan Haynes et al,(1998) menggunakan auditor dengan pengalaman beragam. Pada penelitian dengan
auditor berpengalaman didapatka nhasil preferensi klien berdampak bagi
pertimbangan auditor pada kondisi tertentu, sedangkan pada penelitian dengan
auditor dengan pengalaman beragam tidak ditemukan dampaknya.
Munculnya pandangan skeptis terhadap profesi akuntan publik memang
beralasan, karena cukup banyak laporan keuangan suatu perusahaan, yang
mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian, mengalami kebangkrutan justru
setelah opini tersebut dikeluarkan. Misalnya saja seperti kasus kegagalan audit
berskala besar yang terjadi di Amerika Serikat, seperti kasus yang menimpa
Enron, telah menimbulkan kembali skeptisisme masyarakat mengenai
ketidakmampuan profesi akuntan dalam menjaga independensi. Koroy (2005)
mengemukakan bahwa independensi akuntan mendapat sorotan tajam
diarahkan pada perilaku auditor ketika berhadapan dengan klien yang
dipersepsikan gagal menjalankan perannya sebagai auditor independen.
Auditor dalam dua dekade belakangan ini dipandang justru bertindak
melayani atau menjadi bersikap secara advokasi bagi klien. Bazerman et al., (1997) mengemukakan bahwa upaya mencapai independensi adalah mustahil,
dan pendekatan-pendekatan profesi auditing yang ada sekarang ini adalah naif
dan tidak realistis. Kerangka audit yang ada mengimplikasikan tujuan
independensi yang mencoba menghilangkan bias oleh auditor sehingga dapat
5 Bazerman et al., (1997) mengemukakan bahwa seringkali akuntan bersifat subjektif dan ada hubungan yang erat antara kantor akuntan publik (KAP) dan
kliennya. Auditor yang paling jujur dan cermat sekalipun akan secara tidak
sengaja mendistorsi angka-angka sehingga dapat menutupi keadaan keuangan
yang sebenarnya dari suatu perusahaan.
Banyaknya skandal yang ditemukan oleh SEC (Securities and Exchange Commision) pada beberapa dekade tahun 2012 (tabel 1.1) ini membuktikan bahwa peran profesi akuntan turut berperan dalam situasi perekonomian dan
masyarakat bisnis dunia.
Tabel 1.1
Skandal Akuntansi 2012
No Tempat dan Tanggal Kasus Permasalahan
1 Washington, D.C. 6 Maret, 2012 SEC menemukan salah satu bentuk penipuan terhadap pembiayaan salah satu usaha di New York berdasarkan laporan investasi yang telah menipu para investornya bernilai jutaan dolar dalam usaha penginapan di daerah pantai. SEC menuduh bahwa Brian Raymond Callahan dari Old Westbury, N.Y. telah menerbitkan lebih dari $74 juta dolar dari 24 investor sejak tahun 2005 yang dijanjikan untuk diinvestasikan dalam aset lancar. Namun, Callahan mengalihkan uang investor tersebut dalam proyek penginapan miliknya. Callahan juga menggunakan dana investor untuk membayar investor lainnya dan membuat pembayaran rendah terhadap $3,35 juta unit yang dibelinya dalam proyek real estate miliknya.
6
tradingterjadi sedikitnya 11 pengumuman merger dan akuisisi yang melibatkan klien dari firma hukum di mana pengacara - Matius H. Kluger - bekerja dan pedagang - Garrett D. Bauer - yang dihubungkan melalui seorang teman sekarang diidentifikasi sebagai Kenneth T. Robinson, yang bertindak sebagai perantara untuk memfasilitasi tips ilegal dan perdagangan. Bauer, Kluger, dan Robinson masing-masing setuju untuk menyerahkan keuntungan haram mereka ditambah bunga dalam rangka untuk menyelesaikan tuduhan kasus oleh SEC tersebut dengan persyaratan perjanjian persetujuan mereka adalah sekitar $ 31.600.000 oleh Bauer, $ 516.000 oleh Kluger, dan $ 845.000 oleh Robinson.
3 Washington, DC, 25 Juni 2012 SEC memperoleh perintah penahanan sementara dan pembekuan aset terhadap seorang pria bernama Utah dan perusahaan yang dibebankan dengan operasi skema berbasis real estate Ponzi yang telah menipu $ 100 juta dari investor nasional.
Keluhan SEC diajukan di Pengadilan Distrik AS terhadap Distrik Utah, nama-nama Wayne L. Palmer dan perusahaannya, Catatan Nasional Utah, LC, baik dari West Jordan, Utah. Menurut pengaduan, Palmer mengatakan kepada investor bahwa uang para investor akan digunakan untuk membeli catatan hipotek dan aset real estat, atau untuk memberikan pinjaman real estate. Lebih dari 600 orang yang diinvestasikan, terpikat oleh janji-janji pengembalian tahunan sebesar 12 persen. Namun menurut Catatan Nasional, sejak 2009, Catatan Nasional telah melakukan pembayaran kepada investor, tetapi semua dihentikan pada Oktober 2011. Palmer meyakinkan investor bahwa uang akan datang, dan terus meminta investor baru dalam Catatan Nasional tanpa mengungkapkan fakta bahwa yang menunggak dalam melakukan pembayaran kepada investor yang ada. Keluhan SEC terhadap biaya Catatan Nasional dan Palmer Bersambung pada halaman selanjutnya
7
telah melanggar ketentuan pendaftaran anti-penipuan dan sekuritas hukum sekuritas AS. Palmer juga menghadapi tuduhan bahwa ia beroperasi sebagai terdaftar broker-dealer.
4 Washington, DC, 10 Juli 2012 SEC melaporkan di Texas, sebuah perusahaan berbasis perangkat medis Orthofix International NV yang melanggar Foreign Corrupt Practices Act (FCPA) dengan adanya suap rutin yang dilakukan oleh anak perusahaan mereka dan disebut sebagai "cokelat" dalam bentuk uang tunai, komputer, laptop, televisi dan peralatan lainnya yang diberikan baik secara langsung ataupun tidak langsung kepada para pejabat Meksiko untuk mendapatkan kontrak yang menguntungkan penjualan dengan rumah sakit pemerintah. SEC menuduh Orthofix Meksiko, yang merupakan anak Promeca SA de CV telah menyuap pejabat pemerintahan divisi perawatan kesehatan Meksiko dan pelayanan sosial lembaga Instituto Mexicano del Seguro Sosial (IMSS). Skema suap tersebut berlangsung selama beberapa tahun dan menghasilkan hampir $ 5 juta atas keuntungan ilegal bagi anak Orthofix. Orthofix setuju untuk membayar $ 5.200.000 untuk menyelesaikan tuduhan SEC tersebut. Menurut pengaduan SEC diajukan di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Timur Texas, suap dimulai pada 2003 dan berlanjut sampai 2010. Awalnya, Promeca palsu mencatat suap sebagai uang muka dan memalsukan faktur untuk mendukung pengeluaran. Kemudian, ketika mendapat suap jauh lebih besar, Promeca palsu mencatat mereka sebagai biaya promosi dan pelatihan. Karena skema penyuapan, pelatihan Promeca dan biaya promosi secara signifikan melebihi anggaran. Orthofix memang meluncurkan penyelidikan ke dalam biaya, tapi itu sangat sedikit untuk menyelidiki atau mengurangi pengeluaran yang berlebihan. Kemudian, setelah penemuan pembayaran suap melalui eksekutif Promeca, Orthofix segera Bersambung pada halaman selanjutnya
8
dilaporkan atas hal tersebut oleh SEC dan menerapkan langkah-langkah perbaikan yang signifikan. Perusahaan menghentikan eksekutif Promeca yang mengatur skema penyuapan. Orthofix menyetujui keputusan akhir memerintahkannya untuk membayar $ 4.983.644 di disgorgement dan lebih dari $ 242.000 dalam kepentingan prasangka. Penghakiman terakhir permanen akan diperintahkan perusahaan dari melanggar buku dan catatan dan pengendalian internal ketentuan FCPA. Orthofix juga sepakat untuk beberapa usaha, termasuk memantau program kepatuhan FCPA dan melaporkan kembali ke SEC untuk jangka waktu dua tahun. Orthofix juga diungkapkan hari dalam pengajuan 8-K bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan Departemen Kehakiman AS untuk membayar denda $ 2.220.000 dalam sebuah tindakan terkait. Penyelidikan SEC dilakukan oleh Carol Shau dan Alka N. Patel di Kantor Los Angeles Regional. SEC mengakui dan menghargai bantuan dari US Department of Divisi Kriminal Kehakiman - Penipuan Bagian dan Federal Bureau of Investigation.
5 Washington, DC, 17 Agustus, 2012
SEC mengumumkan tuduhan penipuan dan pembekukan aset darurat untuk penghentian terhadap skema Ponzi $ 600.000.000 yang telah berada dalam ambang kehancuran. Tindakan tersebut dilakukan untuk menghindari potensi kerugian yang lebih besar terhadap para korban Ponzi. SEC menuduh bahwa Paul Burks dari Lexington, NC dan perusahaannya Grup Rex Venture secara online telah mengumpulkan uang lebih dari satu juta pelanggan internet dalam skala nasional dan internasional melalui situs ZeekRewards.com, yang mereka mulai sejak bulan Januari 2011.
6 Washington, D.C.,7 September, 2012
SEC (Securities and Exchange Commision) mengumumkan bahwa berdasarkan laporan investasi New York yaitu dari perusahaan ICP Manajemen Aset dan pendirinya yaitu Thomas C. Priore telah sepakat untuk Bersambung pada halaman selanjutnya
9
menyelesaikan biaya agensi atas penipuan terhadap obligasi debit kolateral (CDOs) yang mereka tangani. ICP, Priore, dan entitas lain yang terkait telah sepakat untuk melakukan pembayaran lebih dari $23 juta atas kasus yang terjadi pada Juni 2010 di pengadilan federal Manhattan. SEC menduga mereka telah melakukan praktik kecurangan yang menyebabkan CDOs harus membayar lebih untuk keamanan dan hilangnya jutaan dolar. Priore dan perusahaan ICP juga turut menyembunyikan keuntungan terhadap beban CDOs dan investor mereka.
7 Washington, DC, 5 Oktober 2012
SEC (Securities and Exchange Commision) menangkap empat orang broker yang sebelumnya bekerja di sebuah lembaga bagian keuangan New York berbasis broker-dealer baru dalam hal pengisian ilegal yang berlebihan terhadap pelanggan sebesar $ 18.700.000 dengan melakukan penipuan terhadap pelanggan dengan harga palsu yang mereka terapkan dalam menjalankan perintah untuk membeli dan menjual sekuritas atas nama pelanggan mereka. Mereka melakukan mark-up dan mark-down secara tersembunyi saat volatilitas pasar dan menyembunyikan harga mereka terhadap para pelanggan mereka. Mark-up dan mark-down yang mereka lakukan berkisar sebesar $228.000 dan melibatkan lebih dari 36.000 transaksi dalam periode empat tahun. Biaya dengan harga palsu tersebut bisa diubah hingga lebih dari 1000 persen dari nilai yang mereka laporkan kepada pelanggan mereka.
Berkenaan dengan lingkup pengujian, penentuan ukuran sampel dan item yang akan diuji, dan pertimbangan (judgment) auditor akan sangat mempengaruhi. Pertimbangan (judgment) auditor dalam hal ini mencakup Sumber: Rakhmatullah (2012). Dari Satu Skandal Akuntansi ke Skandal Lain.
[image:30.612.156.560.98.593.2]10 materialitas, risiko, biaya, manfaat, ukuran, dan karakteristik populasi.Oleh
karena itu, apabila auditor tidak berhati-hati dalam menentukan
pertimbangannya, kesalahan dalam pernyataan pendapat dapat saja terjadi.
Haynes (1998) mengemukakan bahwa banyak faktor yang dapat
mempengaruhi pertimbangan auditor khususnya dalam mengevaluasi bukti
audit, di antaranya adalah preferensi klien dan pengalaman audit.Preferensi
klien dalam konsep auditing terjadi apabila klien dengan jelas menyatakan suatu hasil tertentu atau perlakuan akuntansi tertentu yang diinginkan dan
auditor berperilaku secara konsisten dengan keinginan klien itu.
Biasanya hasil tertentu yang diinginkan oleh klien yang diaudit adalah
untuk mendapatkan unqualified opinion sehingga kinerja dari perusahaannya dapat dikatakan baik dan bagi perusahaan yang go public dapat meningkatkan nilai sahamnya di pasar modal. Untuk mencapai tujuan tersebut, klien tidak
jarang menyatakan keinginan atas suatu hasil tertentu atau perlakuan akuntansi
tertentu agar laporan keuangan terlihat baik.
Eagly dan Chaiken (1993) dalam Susetyo (2009) mengemukakan bahwa
preferensi klien akan ditinjau, baik waktu penyampaian pesan (timing) maupun kredibilitas sumber informasi (credibility of information source) yang dapat mempengaruhi pertimbangan (judgment) pembuat keputusan. Pengaruh preferensi klien dalam hal ini dilihat dari waktu penyampaian pesan dan
kredibilitas klien yang menyatakan keinginannya.
Koroy (2005) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa auditor yang
11 menghapuskan persediaan dibandingkan auditor yang berpengalaman.
Puspa(2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa auditor dengan tingkat
pengalaman yang hampir sama (memiliki masa kerja dan penugasan yang
hampir sama) ternyata memiliki pertimbangan yang berbeda-beda dan sangat
bervariasi. Sedangkan menurut Haynes et al., (1998) dalam penelitiannya menyatakan bahwa auditor tidak secara otomatis mengambil posisi advokasi
bagi klien, terutama jika kepentingan klien tidak dibuat secara eksplisit.
Jenkins dan Haynes (2003) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
pengaruh dari persuasi atas preferensi klien, yang terdiri atas waktu
penyampaian dan kredibilitas klien terhadap pertimbangan auditor dalam
mengevaluasi bukti audit. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
menunjukkan bahwa waktu penyampaian preferensi dari klien mempengaruhi
pertimbangan (judgment) auditor dalam tugas pengungkapan, tetapi tidak dalam tugas pengukuran, dan kredibilitas klien yang tinggi akan
mempengaruhi pertimbangan (judgment) auditor hanya dalam kondisi preferensi awal.
Seorang auditor akan mengevaluasi kredibilitas pihak klien sesuai dengan
bukti yang telah tersedia. Sebaliknya, studi ini menanyakan pada para auditor
apakah auditor akan terbujuk dengan kredibilitas klien yang menyatakan
preferensinya. Pihak klien mencoba membujuk pihak auditor agar menerima
penjelasan dari pihak klien. Bukti yang sudah disediakan oleh pihak klien
12 preferensi pihak klien adalah sebuah usaha yang bersifat eksplisit (Goodwin,
1999; Peecher, 1996) dalam Susetyo (2009).
Libby (1995) mengemukakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan
yang melibatkan keahlian (expertise).Penganalogian beberapa hasil penelitian psikologi yang menggunakan subyek mahasiswa atau orang biasa dengan
tugas eksperimen sederhana terhadap pekerjaan auditing menjadi tidak tepat.
Pengalaman audit yang dalam ini merupakan proksi dari keahlian auditor akan
menentukan pembentukan pertimbangan oleh auditor. Berbagai penelitian
auditing menunjukkan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor
semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam
tugas-tugasnya semakin kompleks.
Dengan memperhitungkan efek pengalaman ini memungkinkan dapat
diketahui dampaknya pada pertimbangan auditor, terutama dalam caranya
menghadapi preferensi klien dan informasi yang bersifat ambigu maupun yang
bersifat bertolak belakang (disconfirming).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian
ini karena pertama, bahwa pengaruh posisi atau preferensi klien terhadap
pertimbangan auditor dengan memperhatikan karakteristik individual auditor
yaitu pengalaman audit. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Jenkins dan Haynes (2003) mengemukakan bahwa pengaruh dari persuasi atas preferensi
klien, yang terdiri atas waktu dan kredibilitas klien, terhadap pertimbangan
auditor dalam mengevaluasi bukti audit.Hasil penelitiannya menyatakan
13 menyatakan preferensinya atau tidak.Sehingga, pertanyaan yang relevan untuk
hal ini adalah apakah hasil dari sebuah riset mengenai kredibilitas yang ada
saat ini dapat digerenalisasikan untuk preferensi klien.Hal yang umum untuk
kedua situasi ini adalah bahwa klien mencoba untuk membujuk auditor untuk
menerima opininya. Berbagai penelitian sebelumnya mengenaiterhadap audit judgment masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten serta kredibiliats klien yang memoderasi audit judgment juga belum mendapatkan hasil yang konsisten. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Pengalaman Audit dan Preferensi Klien Terhadap
Audit Judgment Dengan Kredibilitas KlienSebagai Variabel Moderating”. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Susetyo(2009). Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan peneliti terdahulu adalah pengalaman audit yang
diduga berpengaruh terhadap audit judgment dan dengan variabel moderating yaitu kredibilitas klien. Sedangkan, dalam penelitian ini,
peneliti menambahkan satu variabel yang diduga juga mempengaruhi
audit judgment yaitupreferensi klien yang dalam penelitian lain disebutkan bahwa variabel tersebut berpengaruh terhadap audit judgment.
2. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah staf auditor pada Kantor Akuntan
14 Publik 2012 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI).Sedangkan, populasi penelitian sebelumnya seluruh auditor yang
bekerja pada KAP dan KJA di Wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta.Sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik Indonesia tahun 2006.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanapengaruh pengalaman auditdan preferensiklien terhadap audit judgment?
2. Bagaimana pengaruhpengalaman audit dan preferensi klienyang
dimoderasi olehkredibilitas klien terhadap audit judgment?
3. Bagaimanapengaruh pengalaman audit dan preferensi klien secara
simultan terhadap audit judgment?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
15 2. Pengaruh pengalaman audit dan preferensi klienyang dimoderasi oleh
kredibilitas klien terhadap audit judgment.
3. Pengaruh pengalaman audit dan preferensi klien terhadap audit judgment secara simultan.
2. Manfaat Penelitian
a. Kontribusi Teoritis
1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan.
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang audit judgment serta menambah pengetahuan akuntansi khususnya auditing dan akuntansi keprilakuan dengan memberikan bukti empiris tentang
pengaruh pengalaman audit dan preferensi klien terhadap audit judgment dengan kredibilitas kliensebagai pemoderasi.
3) Peneliti berikutnya, Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai auditing, terutama tentang kinerja auditor eksternal sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi
16 b. Kontribusi Praktis
1) Auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP), sebagai tinjauan yang
diharapkan dapat dijadikan informasi untuk meningkatkan
mengetahui lebih dalam mengenai audit judgment.
2) Perusahaan atau User dari jasa KAP, diharapkan dapat bermanfaat dalam menilai hal-hal apa saja yang mempengaruhi audit judgment, serta pengaruh kredibilitas klienyang menjadi bahan pertimbangan auditor.
3) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif sehingga dapat dijadikan dasar
pertimbangan dalam pembuatan keputusan yang berkenaan
mengenai audit judgment.
4) Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), sebagai tambahan informasi mengenai pengalaman audit, preferensi klienserta
kredibilitas klien yang dapat bermanfaat untuk dijadikan salah satu
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1. Teori Kontinjensi
Fisher (1998) mengemukakan bahwa teori kontinjensi merupakan
desain dan sistem pengendalian yang tergantung pada konteks organisasi
tempat pengendalian tersebut dilaksanakan.Sedangkan Outley (1980) lebih
jauh menyatakan bahwa teori akuntansi dalam akuntansi manajemen
merupakan usaha untuk mengidentifikasi sistem pengendalian berbasis
akuntansi yang paling sesuai untuk sebuah kondisi. Prinsip akuntansi
manajemen akan selalu berusaha untuk mengadopsi sistemnya untuk lebih
berguna dalam kondisi tertentu. Oleh karena itu, usaha untuk
mengidentifikasi variabel kontinjensi yang paling penting dan menduga
efeknya terhadap desain sistem pengendalian sangat diperlukan.
Pujiati (2002) mengemukakan bahwa model portofolio tentang
formulasi strategi dan implementasi didasarkan pada tinjauan
universalistik.Kenyataannya, secara empiris tinjauan universalistik tidak dapat menjelaskan sistem pengendalian dalam keadaan kontinjen. Lebih
ekstrim lagi pendekatan pada situasi khusus, pada faktor-faktor unik akan
mempengaruhi tiap sistem pengendalian. Sehingga garis kebijakan dan
18 Pujiati (2002) mengemukakan bahwa teori kontinjensi dalam
pengendalian manajemen muncul dari sebuah asumsi dasar pendekatan
universal.Sebuah sistem pengendalian manajemen dapat diterapkan pada
seluruh perusahaan di berbagai kondisi. Pendekatan universal ini muncul
akibat perkembangan dalam pendekatan manajemen ilmiah yang memiliki
tujuan untuk mencari formulasi terbaik dalam proses produksi suatu
perusahaan. Sebuah sistem pengendalian manajemen pada kenyataannya
juga dapat diaplikasikan untuk beberapa perusahaan yang mempunyai
karakteristik dan skala usaha yang hampir sama.
Menurut teori kontinjensi sistem pengendalian berbeda-beda
tergantung pada setting bisnisnya.Pujiati (2002) menyatakan bahwa desain dan penggunaan system pengendalian adalah kontinjensi dalam konteks
setting organisasional.Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka dilakukan perbandingan antara sistem pengendalian dan konteks variabel
kontinjensi dengan hipotesis peningkatan kinerja organisasional.
Psikologi sosial sudah menelaah bagaimana sebuah proses waktu
penyampaian suatu informasi dapat mempengaruhi dan menyakinkan
suatu pesan atau tidak. Meskipun terlihat membingungkan, mayoritas atau
sebagian besar bukti yang ada memberikan indikasi bahwa informasi yang
disajikan di tahap awal pengungkapan laporan keuangan perusahaan
berlangsung akan cenderung lebih bersifat persuasif atau meyakinkan
dibandingkan informasi yang disajikan pada tahap akhir. Sedangkan Eagly
19 pengaruh utama ini terjadi karena informasi di tahap awal akan
membentuk sebuah kerangka pikiran atau mindset yang tercipta di benak pendengarnya dan digunakan untuk menilai sebuah informasi
berkelanjutan.
Dalam memahami bagaimana sebuah variabel kontinjensi berpengaruh
pada kredibilitas klien dan selanjutnya berpengaruh pada tercapainya
pertimbangan auditor, dibuatlah sebuah kerangka pengendalian
kontinjensi. Seorang auditor yang menerima suatu proses auditing akan
melakukan evaluasi atau pertimbangan terhadap bukti yang saling
berkelanjutan dengan pemikiran bahwa mereka akan mendapatkan hasil
sesuai dengan yang diinginkan. Akibatnya, kemampuan audit untuk
menilai bukti berkelanjutan secara objektif mungkin akan terhalang.
Preferensi di tahap awal diperkirakan akan mempengaruhi
pertimbangan auditor. Namun, jika auditor mempelajari preferensi dari
pihak klien pada tahap akhir, proses pertimbangan dan evaluasi bukti yang
ada akan dapat dilakukan tanpa mengetahui pereferensi atau keinginan dari
pihak klien. Auditor diperkirakan sudah membentuk sebuah opini terlebih
dahulu berdasarkan bukti yang telah terkumpul dan diperkirakan tidak
akan terpengaruh oleh preferensi atau keinginan pihak klien. Menurutnya,
preferensi pada tahap akhir diperkirakan tidak akan memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap preferensi klien seperti yang diuraikan Jenkins
20
2. Teori X dan Y McGregor
McGregor mengemukakan dua pandangan mengenai manusia yaitu
teori X (negatif) dan teori Y (positif).Individu yang bertipe X memiliki
locus of control eksternal dimana mereka pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan, berusaha menghindarinya dan menghindari tanggung jawab,
sehingga mereka harus dipaksa atau diancam dengan hukuman untuk
mencapai tujuan. Bertentangan dengan individu bertipe X, McGregor
menyebutkan individu yang bertipe Y memiliki locus of control internal dimana mereka menyukai pekerjaan, mampu mengendalikan diri untuk
mencapai tujuan, bertanggung jawab, dan mampu membuat keputusan
inovatif.
Auditor yang termasuk dalam tipe X jika mendapat tekanan ketaatan
dan tugas audit yang kompleks akan cenderung membuat judgment yang kurang baik dan tidak tepat. Auditor dengan tipe ini tidak dapat
melaksanakan tanggung jawabnya sebagai auditor yang mengakibatkan
tujuan audit tidak dapat tercapai dengan baik. Auditor juga lebih suka
menaruh keamanan diatas semua faktor yang dikaitkan dengan kerja,
sehingga ketika mendapat tekanan ketaatan maupun menghadapi tugas
yang kompleks maka ia akan cenderung mencari jalan yang aman dan
bahkan berperilaku disfungsional dalam membuat judgment. Sedangkan auditor yang termasuk dalam tipe Y dapat bertanggung jawab atas
tugasnya dan tetap bersikap profesional dalam menjalankan tugas sebagai
21 mendapat tekanan ketaatan dan menghadapi tugas audit yang kompleks,
sehingga dapat membuat judgment yang lebih baik dan tepat.
Seorang auditor pada dasarnya termasuk dalam tipe Y dimana auditor
dapat bertanggungjawab terhadap tugasnya sebagai auditor.Dalam
melaksanakan tugas pemeriksaan seorang auditor harus mematuhi standar
auditing, dimana dalam standar tersebut disebutkan bahwa auditor harus
mempertahankan independensi dan tanggung jawabnya dalam semua hal
yang berhubungan dengan perikatan.Auditor tidak boleh terpengaruh oleh
gangguan yang dapat merusak tanggung jawabnya, baik gangguan pribadi,
ekstern, dan organisasi.
3. Profesi Akuntan Publik
Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang
disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Tumbuh dan
berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara sejalan dengan
berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan
di negara tersebut.Jika perusahaan-perusahaan yang berkembang dalam
suatu negara masih berskala kecil dan masih menggunakan modal
pemiliknya sendiri untuk membelanjai usahanya, jasa audit yang
dihasilkan masih belum diperlukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut
(Mulyadi, 2002: 2).
Semakin berkembangannya usaha, baik perusahaan perseorangan
22 diri dari penarikan dana dari pihak luar, yang tidak selalu dalam bentuk
penyertaan modal dari investor, tetapi berupa penarikan pinjaman dari
kreditur. Dengan demikian, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
laporan keuangan perusahaan tidak lagi hanya terbatas pada para
pemimpin perusahaan, tetapi meluas kepada para investor dan kreditur
serta calon investor dan calon kreditur.
Pihak-pihak di luar perusahaan memerlukan informasi mengenai
perusahaan untuk pengambilan keputusan tentang hubungan mereka
dengan perusahaan.Umumnya, mereka mendasarkan pada laporan
keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen. Dengan demikian,
terdapatnya dua kepentingan antara pemilik perusahaan dan pengelola
perusahaan yang berlawanan akan menyebabkan tumbuh dan
berkembangnya profesi akuntan publik (Mulyadi, 2002: 3).
Saat ini kebutuhan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan
publik yang independen menjadi sesuatu hal yang penting.Apalagi dengan
adanya peraturan dari pasar sekuritas, di Indonesia dikenal dengan Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), yang mengharuskan perusahaan
yang ingin terdaftar sahamnya di pasar sekuritas tersebut untuk
mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan
23
4. Tujuan dan Bukti Audit
Seperti yang dinyatakan dalam Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP), tujuan audit laporan keuangan oleh auditor independen pada
umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran semua
hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan
arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
(Boynton et al, 2003: 62).
Dua hal yang jelas sekali terlihat dari pernyataan ini, yaitu bukti yang
kompeten dan cukup.Kompetensi bukti berkaitan dengan efektivitas
pengendalian intern.Semakin efektif pengendalian intern klien semakin
kompeten catatan akuntansi yang dihasilkan.
Kompetensi bukti audit juga bergantung pada beberapa faktor, yaitu
(Halim, 2003: 155) dalam Susetyo (2009):
1. Bukti yang relevan merupakan bukti yang tepat digunakan untuk
suatu maksud tertentu. Dalam hal ini, bukti harus berkaitan dengan
tujuan audit yang telah ditetapkan auditor.
2. Sumber bukti yang diperoleh langsung oleh auditor dari pihak yang
independen di luar entitas perusahaan akan memberikan keyakinan
yang lebih besar atas keandalan informasi.
3. Pengetahuan yang diperoleh secara langsung melalui pemeriksaan
fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi akan semakin
24 4. Bukti yang objektif lebih dapat dipercaya (reliable) dan kompeten daripada bukti subjektif. Dalam menelaah bukti subjektif, auditor
harus mempertimbangkan kualifikasi dan integritas individu
pembuat estimasi dan menentukan ketepatan proses pembuatan
keputusan dalam membuat pertimbangan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan auditor atas
kecukupan meliputi materialitas dan resiko, faktor-faktor ekonomi,
ukuran, dan karakteristik populasi (Boynton et al, 2003: 206).Secara umum, semakin rendah tingkat materialitas, semakin banyak kuantitas
bukti audit yang diperlukan.Sebaliknya, semakin tinggi materialitas,
semakin sedikit diperlukan bukti audit.
5. Keputusan Penting tentang Bukti Audit
Suatu masalah penilaian yang cukup penting yang dihadapi auditor
adalah memutuskan banyaknya bukti audit yang harus dikumpulkan.
Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah
ke dalam empat sub keputusan berikut ini (Arens et al, 2004: 243): 1. Prosedur-prosedur audit apakah yang akan digunakan.
Dalam merancang prosedur-prosedur auditing, merupakan hal yang
umum untuk menterjemahkannya ke dalam berbagai istilah yang
cukup spesifik agar dapat digunakan sebagai instruksi-instruksi selama
25 2. Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur
tertentu.
Keputusan untuk memilih seberapa banyak item yang akan diuji
haruslah dibuat oleh auditor untuk masing-masing prosedur audit yang
ada. Ukuran sampel bagi setiap prosedur tersebut kemungkinan besar
akan berbeda antara satu penugasan audit dengan penugasan audit
lainnya.
3. Item-item manakah yang akan dipilih dari populasi.
Setelah penentuan ukuran sampel untuk prosedur auditing dilakukan,
haruslah ditentukan item-item mana dari populasi yang akan diuji. Dan
audit haruslah dapat menggunakan berbagai metode yang berbeda
untuk memilih item-item manakah yang akan diuji.
4. Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan.
Waktu pelaksanaan berbagai prosedur audit beragam mulai dari awal
suatu periode akuntansi atau lama setelah audit pun dipengaruhi oleh
kapan audit tersebut harus diselesaikan agar sesuai dengan kebutuhan
klien.
Menurut Boynton et al, (2003: 227), ketika merencanakan audit, auditor harus membuat empat keputusan penting tentang lingkup dan
pelaksanaan audit. Keputusan tersebut meliputi: (1) sifat pengujian yang
harus dilaksanakan, (2) saat pengujian yang harus dilaksanakan, (3) luas
pengujian yang harus dilaksanakan, dan (4) penetapan staf untuk
26
5.1Sifat Pengujian Audit
Sifat pengujian menurut Mulyadi (2002: 86-88) mencakup penentuan:
1) Prosedur audit yang akan digunakan
Prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe
bukti audit tertentu yang harus dioperoleh pada saat tertentu dalam
audit. Prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:
a. Inspeksi (inspecting)
Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen
atau kondisi fisik sesuatu. Dengan melakukan inspeksi terhadap
sebuah dokumen, auditor akan dapat menentukan keaslian
dokumen.
b. Pengamatan (observing)
Pengamatan merupakan prosedur audit yang digunakan auditor
untuk melihat dan menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan.
Dengan pengamatan ini auditor akan dapat memperoleh bukti
visual mengenai pelaksanaan suatu kegiatan.
c. Konfirmasi (confirming)
Konfirmasi merupakan suatu bentuk penyelidikan yang
memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung
dari pihak ketiga yang bebas.
d. Permintaan keterangan (inquiring)
Permintaan keterangan merupakan suatu prosedur audit yang
27 yang dihasilkan dari prosedur ini adalah bukti lisan dan bukti
dokumenter.
e. Penelusuran (tracing)
Penelusuran informasi sejak mula-mula data tersebut direkam
pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan
pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi. Prosedur audit
ini terutama diterapkan terhadap bukti dokumenter.
f. Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)
Pemeriksaan bukti pendukung merupakan prosedur audit yang
berlawanan arah dengan penelusuran. Tujuan dari prosedur ini
adalah untuk memperoleh bukti audit mengenai kebenaran
perlakuan akuntansi terhadap transaksi yang terjadi
g. Penghitungan (counting)
Penghitungan digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik
kuantitas yang ada di tangan, sedangkan pertanggungjawaban
formulir bernomor urut tercetak digunakan untuk mengevaluasi
bukti dokumenter yang mendukung kelengkapan catatan
akuntansi.
h. Scanning
Scanning merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan, dan daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak
28 i. Pelaksanaan ulang (reperforming)
Pelaksanaan ulang merupakan pengulangan aktivitas yang
dilaksanakan oleh klien.Umumnya, pelaksanaan ulang
diterapkan pada penghitungan dan rekonsiliasi yang telah
dilakukan oeh klien.
j. Computer-Assisted Audit Techniques (CAATs)
Computer-Assisted Audit Techniques (CAATs) merupakan software program yang diperlukan auditor untuk melakukan prosedur audit bagiklien yang menyelenggarakan catatan
akuntansinya dalam mediaelektronik (computerized). Semua prosedur audit seperti yang telahdisebutkan sebelumnya
dilakukan dengan program ini.
2) Jenis pengujian
Jenis pengujian dalan audit secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga golongan (Mulyadi, 2002: 148):
a. Pengujian analitik (analytical test) dilakukan oleh auditor pada tahap awal proses auditnya dan pada tahap review menyeluruh
terhadap hasil audit. Pengujian ini dilakukan oleh auditor
dengan cara mempelajari perbandingan dan hubungan antara
data yang satu dengan data yang lain. Pada tahap awal proses
audit, pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor
dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang
29 melaksanakan audit secara rinci dan mendalam terhadap objek
audit, ia harus memperoleh gambaran yang menyeluruh
mengenai perusahaan yang diaudit.
b. Pengujian pengendalian (test of control) merupakan prosedur audit yang dirancang untuk memverifikasi efektivitas struktur
pengendalian intern klien. Pengujian pengendalian terutama
ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai: (1)
frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan,
(2) mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut, dan (3)
karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.
c. Pengujian substantif (substantive tests) merupakan prosedur audit yang dirancang untuk menemukan kemungkinan
kesalahan moneter yang secara langsung mempengaruhi
kewajaran penyajian laporan keuangan. Misalnya, penerapan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, tidak
diterapkannya prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia, ketidakkonsistenan dalam penerapan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, pengungkapan unsur tertentu
dalam laporan keuangan, ketidaktepatan pisah batas pencatatan
transaksi, pekerjaan penyalinan, penggolongan, peringkasan
informasi, dan kesalahan perhitungan (tambah, kurang, kali,
30
5.2Saat Pengujian Audit
Menurut Boynton et al., (2003: 228), auditor juga harus membuat keputusan tentang kapan audit tersebut dilaksanakan. Saat (timing) mengacu pada kapan auditor akan melaksanakan pengujian audit serta
menarik kesimpulan audit. AU 313.02, Subtantive Test Prior to Balance Sheet Date (SAS 45) menyatakan bahwa pengujian audit pada tanggal interim dapat memberikan pertimbangan awal tentang
masalah-masalah signifikan yang dapat mempengaruhi laporan
keuangan pada akhir tahun buku (sebagai contoh, transaksi-transaksi
pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa).Selain itu, banyak
perencanaan audit yang meliputi upaya memperoleh pemahaman
tentang pengendalian intern, mengukur resiko pengendalian, dan
penerapan pengujian substantif atas transaksi dapat dilaksanakan
sebelum tanggal neraca.
Auditor juga dapat memilih untuk melaksanakan pengujian
subtantif tentang kewajaran saldo akun sebelum tanggal neraca.
Sebagai contoh, seorang auditor dapat secara langsung menguji
kewajaran asersi manajemen tentang keberadaan piutang usaha pada
tanggal neraca dengan cara melakukan konfirmasi tentang piutang
usaha pada akhir tahun dengan para pelanggan. Suatu keputusan
penting saat prosedur audit yang akan digunakan melibatkan
pengambilan keputusan tentang konfirmasi piutang usaha pada tanggal
31
5.3Luas Pengujian Audit
Luas (extent) prosedur audit berkaitan dengan keputusan auditor tentang berapa banyak bukti audit yang harus diperoleh. Bukti yang
lebih banyak diperlukan untuk mencapai suatu tingkat risiko deteksi
yang rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang tinggi. Sebagai
contoh seorang auditor dapat mengirim permintaan konfirmasi
sebanyak 50% dari akun-akun yang ada dalam akun piutang usaha
atau hanya 10% saja dari akun-akun yang ada. Ukuran sampel untuk
pengujian audit tertentu merupakan masalah pertimbangan profesional
(Professional judgment).
Professional judgment auditor merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan pekerjaan audit. Hasil akhir dari keseluruhan
pekerjaan audit dapat dikatakan sebagian besar bergantung dari
judgment yang digunakannya. Karena itu pengetahuan dan pengalaman auditor merupakan hal yang penting dalam menentukan kredibilitas
dan kompetensinya seperti yang diuraikan Boynton et al, (2003: 228-229).
5.4Penetapan Staf Audit
Keputusan terakhir yang dapat mempengaruhi lingkup dan
pelaksanaan audit adalah penetapan staf audit (staffing) dan keputusan audit tentang penugasan dan supervisi personel. Penugasan yang secara
relatif lebih jelas, seperti memeproleh pemahaman tentang
32 pengujian transaksi, atau pengujian penerapan GAAP, dapat diberikan
kepada personel yang masih baru dengan memperoleh supervisi yang
baik. Namun, apabila penerapan pertimbangan audit menjadi hal yang
penting dalam pengujian audit, atau apabila pengujian audit yang
dilakukan memerlukan pengetahuan industri tingkat tinggi, biasanya
kantor akuntan akan menugaskan personel dengan tingkat
keterampilan dan pengalaman yang lebih luas untuk tugas tersebut.
Penugasan dan supervisi staf audit merupakan hal yang penting dalam
keputusan perencanaan audit (Boynton et al, 2003: 229).
Tim audit harus mencakup personalia yang dapat menyelia secara
memadai staf audit yang belum berpengalaman, seperti yang
diharuskan oleh standar pekerjaan lapangan yang pertama. Auditor
yunior yang baru sering tidak mempunyai kepercayaan diri pada waktu
melakukan pekerjaan audit karena mereka kurang berpengalaman dan
tidak begitu memahami prosedur apa yang akan dilakukan, mengapa
mereka melakukan prosedur tersebut, atau bagaimana hasilnya harus
dievaluasi (Simamora, 2002: 142) dalam Susetyo (2009).
6. Kredibilitas Klien
Menurut Hovland & Weiss (1952) dalam Taylor et al, (2000: 148) mengemukakan bahwa kredibilitas terdiri atas dua komponen, yaitu
33 menyampaikan informasi selanjutnya dibagi menjadi dua yaitu kredibilitas
tinggi dan kredibilitas rendah. Sumber yang memiliki kredibilitas tinggi
akan lebih dapat meyakinkan daripada yang memiliki kredibilitas rendah.
Semakin tinggi keahlian/kompetensi suatu sumber semakin tinggi pula
keyakinan terhadap sumber tersebut.
Sedangkan Goodwin (1999) dan Peecher (1996) dalam Susetyo (2009)
lebih jauh menyatakan bagaimana sebuah kredibilitas klien akan
mempengaruhi evaluasi terhadap bukti yang ada. Saat kredibilitas
dioperasionalisasikan sebagai suatu bentuk kompetensi atau kecakapan,
obyektivitas, dan atau integritas, maka hasil akhir yang diperoleh
memberikan indikasi bahwa auditor akan merasakan bahwa bukti yang
diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya akan lebih bisa dihandalkan
kebenarannya, lebih logis, dan memberikan nilai diagnosis yang lebih
tinggi dibandingkan informasi yang sama yang diperoleh dari sumber yang
kurang dapat dipercaya kredibilitasnya.
Sementara itu, Jenkins dan Haynes (2003) mengemukakan bahwa
apakah auditor terbujuk dengan adanya kredibilitas dari klien yang
menyatakan preferensinya atau tidak.Jadi, pertanyaan yang relevan untuk
hal ini adalah apakah hasil dari sebuah riset mengenai kredibilitas yang
ada saat ini dapat digerenalisasikan untuk preferensi klien.
Jenkins dan Haynes (2003) mengemukakan bahwa sumber yang
memiliki kredibilitas tinggi lebih dipercaya daripada sumber yang
34 reaksi auditor terhadap preferensi klien secara diferensial dipengaruhi oleh
kredibilitas klien, tetapi hanya dalam kondisi preferensi awal.
7. Pengalaman Audit
Farmer et al, (1987) mengemukakan bahwa auditor yang berpengalaman kurang menyetujui dibandingkan dengan auditor yang
tidak berpengalaman untuk menyetujui perlakuan akuntansi yang
dipreferensikan klien. Mereka menyimpulkan justru auditor staf cenderung
lebih memperhatikan dalam mempertahankan dan menyenangkan klien
dibandingkan para partner.
Gusnardi (2003:8) mengemukakan bahwa pengalaman audit
(auditexperience) dapat diukur dari jenjang jabatan dalam struktur tempat auditor bekerja, tahun pengalaman, gabungan antara jenjang jabatan dan
tahun pengalaman, keahlian yang dimiliki auditor yang berhubungan
dengan audit, serta pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh auditor
tentang audit. Masalah penting yang berhubungan dengan pengalaman
auditor akan berkaitan dengan tingkat ketelitian auditor.
Puspa (2007) mengemukakan bahwa persuasi atas preferensi klien
berdasarkan pengalaman audit masing-masing responden dalam penelitian
ini memberikan hasil yang sangat bervariasi. Hal ini dikarenakan setiap
responden dihadapkan pada empat kasus yang berbeda, sehingga judgment masing-masing responden juga bervariasi tergantung dari pengetahuan,
35 bahwa auditor dengan tingkat pengalaman yang hampir sama (memiliki
masa kerja dan penugasan yang hampir sama) ternyata memiliki
pertimbangan yang berbeda-beda dan sangat bervariasi.
Shelton (1999) menyatakan bahwa pengalaman akan mengurangi
pengaruh informasi yang tidak relevan dalam pertimbangan (judgment) auditor. Auditor yang berpengalaman (partner dan manajer) dalam
membuat pertimbangan (judgment) mengenai going concern tidak dipengaruhi oleh kehadiran informasi yang tidak relevan.Sedangkan
auditor yang kurang pengalamannya dalam membuat pertimbangan
(judgment) mengenai going concern dipengaruhi oleh kehadiran informasi yang tidak relevan.
Penelitian Haynes et al, (1998) yang menyelidiki pengaruh peran auditor dalam melayani kepentingan klien menemukan bahwa auditor
tidak secara otomatis mengambil posisi advokasi bagi klien, terutama bila
kepentingan klien tidak dibuat eksplisit. Tetapi bila kepentingan itu
ditonjolkan (salient), auditor khususnya yang berpengalaman akan berperilaku konsisten dengan posisi advokasi. Penelitian Haynes et al. ini menunjukkan pengalaman audit yang dipunyai audior ikut berperan dalam
menentukan pertimbangan yang diambil.
8. Preferensi Klien
Preferensi klien dalam konsep auditing terjadi apabila klien dengan
36 yang diinginkan dan auditor berperilaku dengan cara konsisten dengan
keinginan klien itu (Haynes, 1998).
Riset-riset keperilakuan dalam auditing menyatakan bahwa preferensi
klien akan berdampak terhadap pertimbangan audit hanya bila ada
sejumlah kondisi-kondisi tertentu terjadi dalam konteks audit itu. Bila
auditor mendapat pernyataan eksplisit mengenai preferensi klien yang
bertentangan dengan preferensi auditor atau standar akuntansi sehingga
terdapat hubungan berlawanan yang terbentuk antara auditor dan klien
maka studi-studi yang telah dilakukan melaporkan efek preferensi klien
yang kecil atau tidak ada (Gramling, 1999; Buchman et al, 1996).Sedangkan bila hubungan berlawanan itu dikurangi dengan
memasukkan skenario tidak adanya pedoman otoritatif dalam standar
akuntansi (Trompeter, 1994), maka hasil studi menunjukkan efek
preferensi klien yang lebih kuat. Dengan demikian tingkat ambiguitas
menentukan pengaruh preferensi klien terhadap pertimbangan audit
(Koroy, 2005).
Dalam penelitian ini, preferensi klien akan ditinjau dari sudut
persuasifnya. Dalam literatur psikologi sosial, persuasi (persuasiveness) dari suatu pesan ditentukan dengan apa yang dikatakan, siapa yang
mengatakan, dan bagaimana hal tersebut disampaikan (Myers, 2002)
37 pertimbangan pembuat keputusan (Eagly dan Chaiken 1993; Perloff 1993
dalam Jenkins & Haynes, 2003).
9. Audit Judgment
Audit judgment merupakan suatu pertimbangan pribadi atau cara pandang auditor dalam menanggapi informasi yang mempengaruhi
dokumentasi bukti serta pembuatan keputusan pendapat auditor atas
laporan keuangan suatu entitas. Menurut Jamilah, dkk (2007) audit judgment adalah kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat
atau perkiraan tentang suatu objek, peristiwa, status, atau jenis peristiwa
lainnya. Proses judgment tergantung pada kedatangan informasi yang terus