ABSTRAK
PT Maxi FiltraTech adalah perusahaan yang bergerak dalam industri kimia yang memproduksi dan menjual water filter. Salah satu permasalahan yang ada dalam perusahaan ini adalah penetapan harga pokok produk. Perhitungan harga pokok produk menurut perusahaan masih menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional. Sistem ini memiliki beberapa kelemahan yaitu adanya distorsi biaya berupa overcosted dan undercosted. Namun, distorsi yang timbul dari sistem akuntansi biaya tradisional dapat diatasi dengan menggunakan sistem activity-based costing. Hal itu disebabkan karena sistem activity-based costing membebankan biaya pada produk berdasarkan aktivitas yang dikonsumsi dengan menggunakan beberapa cost driver.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga pokok produk berdasarkan perhitungan perusahaan mengalami overcosted dan undercosted. Hal itu terjadi karena perhitungan harga pokok produk menurut perusahaan hanya membebankan biaya tenaga kerja dan biaya overhead berdasarkan satu cost driver, sedangkan pada perhitungan pada sistem activity-based costing menggunakan beberapa cost driver. Dengan demikian, perhitungan menggunakan sistem activity-based costing akan memberikan harga pokok produk yang lebih akurat dan tepat.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data biaya yang terjadi, menyajikannya, kemudian menganalisis data tersebut.
Kesimpulan dari penelitian adalah perusahaan belum mengelompokkan biaya-biaya berdasarkan aktivitas; perhitungan harga pokok produk (seperti: Maxi 8” panjang 1.3 meter, Maxi 10” panjang 1.3 meter, dan Maxi 10” panjang 1.5 meter) yang dilakukan PT Maxi FiltraTech mengalami overcosted, dimana menurut perusahaan harga pokok produk untuk Maxi 8” panjang 1.3 meter sebesar Rp 1,143,169, Maxi 10” panjang 1.3 meter sebesar Rp 1,373,119, dan Maxi 10” panjang 1.5 meter sebesar Rp 1,431,069, sedangkan berdasarkan sistem activity-based costing harga pokok produk untuk Maxi 8” panjang 1.3 meter sebesar Rp 1,012,358, Maxi 10” panjang 1.3 meter sebesar Rp 1,255,575, dan Maxi 10” panjang 1.5 meter sebesar Rp 1,254,240; perhitungan harga pokok produk (seperti: Maxi 12” panjang 1.5 meter, dan Maxi 14” panjang 1.5 meter) yang dilakukan PT Maxi FiltraTech mengalami undercosted dimana menurut perusahaan harga pokok produk untuk Maxi 12” panjang 1.5 meter sebesar Rp 1,669,319, dan Maxi 14” panjang 1.5 meter sebesar Rp 1,974,349, sedangkan berdasarkan sistem activity-based costing, harga pokok produk untuk Maxi 12” panjang 1.5 meter sebesar Rp 1,679,207, dan Maxi 14” panjang 1.5 meter sebesar Rp 2,132,474; distorsi biaya berupa overcosted dan undercosted dapat dihilangkan dengan sistem activity-based costing; dan perhitungan menggunakan sistem activity-based costing memberikan informasi harga pokok produk lebih akurat karena menggunakan beberapa cost driver.
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
PT Maxi FiltraTech is a company engaged in the chemical industry that produces and sells water filters. One of the problems that exist in this company is the determination product cost. The calculation of the product cost according to the company was still using traditional cost accounting systems. This system has several weaknesses which have distortion cost like overcosted and undercosted. However, the distortion arising from traditional cost accounting systems can be overcome by using a activity-based costing system. That is because the activity-based costing system in assign cost to product based activity consumed by using multiple cost drivers.
The results showed that the product cost based on company calculations have overcosted and undercosted. This was because the calculation of product cost according to the company's assign labor cost and overhead cost based one cost driver, whereas the calculation on the activity-based costing system using multiple cost drivers. Thus, calculation using the activity-based costing system will provide productvcostxmorexaccuratelyxandxprecisely.
Research method used is descriptive method, is the research conducted by collectingxcostxdataxthatxhappens,xpresenting,xandxthenxanalyzexthexdata.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT...i
ABSTRAK...ii
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI...v
DAFTAR TABEL...vii
DAFTAR GAMBAR...x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah...1
1.2. Identifikasi Masalah ... ...3
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian... ...3
1.4. Manfaat Penelitian...4
1.5. Kerangka Pemikiran...4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...11
2.1. Biaya, Biaya Produksi, Biaya Non Produksi...11
2.1.1. Biaya...11
2.1.2. Biaya Produksi...12
2.1.3. Biaya Non Produksi...14
2.2. Harga Pokok Produk...15
2.2.1. Pengertian dan Tujuan Harga Pokok Produk...15
Universitas Kristen Maranatha
2.2.3. Sistem Pembebanan Harga Pokok Produk ...17
2.3. Cara Pembebanan Biaya Tidak Langsung pada Produk...19
2.3.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional...19
2.3.2. Sistem Activity-Based Costing...21
BAB III METODE PENELITIAN...26
3.1. Metode Penelitian...26
3.2. Objek Penelitian...28
3.2.1. Sejarah Singkat Perusahaan...28
3.2.2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas...29
3.2.3. Produk yang Dihasilkan...31
3.2.4. Proses Produksi...31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...34
4.1. Biaya-Biaya yang Terjadi pada PT Maxi FiltraTech...34
4.2. Sistem Perhitungan Harga Pokok Produk menurut PT Maxi FiltraTech...45
4.3. Sistem Perhitungan Harga Pokok Produk menggunakan Sistem Activity-Based Costing...49
4.4. Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk menurut PT Maxi FiltraTech dengan Sistem Activity-Based Costing...80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..82
5.1. Kesimpulan...82
5.2. Saran...83
DAFTAR PUSTAKA...xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Rician Bahan Baku per Bulan...35
Tabel 4.2 Rincian Gaji Bulanan pada PT Maxi FiltraTech...36
Tabel 4.3 Rincian Biaya THR pada PT Maxi FiltraTech...37
Tabel 4.4 Rincian Biaya Listrik dan Telepon (Tahun 2008) ...38
Tabel 4.5 Rincian Biaya Keperluan Kantor (Tahun 2008) ...39
Tabel 4.6 Rincian Biaya Bahan Bakar Kendaraan (Tahun 2008) ...40
Tabel 4.7 Rincian Biaya Iklan per Bulan...40
Tabel 4.8 Perincian Biaya Penyusutan pada PT Maxi FiltraTech...42
Tabel 4.9 Rincian Biaya Pemeliharaan pada PT Maxi FiltraTech (Tahun 2008) ...44
Tabel 4.10 Perhitungan Biaya Bahan Baku per Unit Produk...46
Tabel 4.11 Biaya Gaji Bulanan dan THR...47
Tabel 4.12 Biaya-Biaya Lain yang Terjadi ...47
Tabel 4.13 Unit Produksi (dalam satu bulan) ...47
Tabel 4.14 Perhitungan Harga Pokok Produk per Unit menurut PT Maxi FiltraTech. ...48
Tabel 4.15 Harga Pokok Produk per Unit Menurut PT Maxi FiltraTech...49
Tabel 4.16 Pengelompokkan Biaya Produksi...50
Tabel 4.17 Pengelompokkan Biaya Non Produksi...51
Tabel 4.18 Biaya Bahan Baku per Unit...52
Tabel 4.19 Pemakaian Jam Kerja tiap Unit Produk...53
Universitas Kristen Maranatha
Tabel 4.21 Aktivitas-Aktivitas pada PT Maxi FiltraTech...54
Tabel 4.22 Pengalokasian Biaya Listrik...55
Tabel 4.23 Pengalokasian Biaya Telepon...56
Tabel 4.24 Pengalokasian Biaya Penyusutan Mesin dan Alat Produksi...56
Tabel 4.25 Pengalokasian Biaya Penyusutan Bangunan...57
Tabel 4.26 Pengalokasian Biaya Penyusutan Faksimil ...58
Tabel 4.27 Pengalokasian Biaya Pemeliharaan Mesin dan Alat Produksi...59
Tabel 4.28 Pengalokasian Biaya Pemeliharaan Bangunan...59
Tabel 4.29 Konsumsi Biaya Overhead Pabrik tiap Aktivitas...61
Tabel 4.30 Tarif Biaya Overhead Pabrik tiap Aktivitas...62
Tabel 4.31 Cost Driver Tiap Jenis Produk...63
Tabel 4.32 Perhitungan Biaya Overhead Tiap Aktivitas yang Dikonsumsi Tiap Jenis Produk...64
Tabel 4.33 Perhitungan Total Biaya Overhead tiap Unit Produk...65
Tabel 4.34 Rincian Unsur Biaya Produksi tiap Unit Produk...66
Tabel 4.35 Kuantitas Konsumsi Unsur-Unsur Biaya Administrasi...67
Tabel 4.36 Alokasi Biaya Administrasi terhadap Aktivitas per Bulan...70
Tabel 4.37 Perhitungan Biaya Administrasi per Unit Produk...71
Tabel 4.38 Kuantitas Konsumsi Unsur-Unsur Biaya Pemasaran...71
Tabel 4.39 Kuantitas Konsumsi Unsur-Unsur Biaya Pemasaran terhadap Aktivitas.. ...74
Tabel 4.40 Pengalokasian Biaya Pemasaran per Aktivitas per Bulan...75
Tabel 4.41 Perhitungan Tarif Biaya Pemasaran per Aktivitas per Bulan...76
Tabel 4.43 Perhitungan Biaya Non Produksi tiap Unit Jenis Produk...78
Tabel 4.44 Perhitungan Harga Pokok Produk per Unit Produk Berdasarkan Sistem
Activity-Based Costing...79
Tabel 4.45 Harga Pokok Produk PT Maxi FiltraTech menggunakan Sistem
Activity-Based Costing...79
Tabel 4.46 Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk menurut PT Maxi
FiltraTech dengan Sistem Activity-Based Costing...80
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Prosedur Pembebanan Biaya dengan Sistem Akuntansi Biaya
Tradisional...20
Gambar 2.2 Prosedur Pembebanan Biaya dengan Sistem Activity-Based Costing....25
Gambar 3.1 Skema Metodologi Penelitian...26
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Water Filter Maxi 14” (14 inchi)...84
Lampiran B Penelitian untuk Penyusunan Skripsi...85
BAB I PENDAHULUAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Untuk menghadapi dunia persaingan saat ini, perusahaan dituntut untuk
memiliki keunggulan kompetitif dengan meningkatkan mutu produk-produk yang
dipasarkan sehingga produk tersebut dapat diterima masyarakat. Namun, tidaklah
mudah bagi suatu produk untuk diterima masyarakat, karena hal itu sangat berkaitan
erat dengan strategi dan kebijakan yang diterapkan perusahaan. Oleh karena itu,
salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperoleh keunggulan
kompetitif adalah dengan menggunakan sistem pembebanan biaya yang akurat
sehingga harga pokok produk yang dihasilkan akurat dan harga jual yang ditetapkan
menjadi lebih kompetitif.
Sebelumnya, kebanyakan perusahaan menggunakan sistem akuntansi biaya
tradisional karena dipandang dapat memenuhi kebutuhan manajemen akan informasi
harga pokok produk yang akurat. Namun, karena dalam sistem ini semua biaya
overhead diasumsikan proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi maka
menimbulkan adanya distorsi biaya. Distorsi biaya tersebut dapat berupa
pembebanan biaya yang terlalu besar pada produk (overcosted) dan pembebanan
biaya yang terlalu rendah pada produk (undercosted).
Untuk mengatasi kelemahan pada sistem akuntansi biaya tradisional, maka
dikembangkanlah suatu sistem yang dapat menghasilkan informasi harga pokok
BAB I PENDAHULUAN 2
Sistem activity-based costing dapat menghasilkan informasi harga pokok produk
yang akurat sebab sistem ini menggunakan beberapa cost driver dan membebankan
biaya-biaya overhead sesuai dengan aktivitas yang dikonsumsi produk tersebut
sehingga produk tidak dibebani biaya yang terlalu besar dan produk tidak dibebani
biaya yang terlalu rendah.
Perusahaan yang diamati adalah PT Maxi FiltraTech yang bergerak dalam
bidang kimia. PT Maxi FiltraTech adalah perusahaan yang memproduksi dan
menjual water filter. Produk water filter merupakan alat yang berfungsi untuk
membersihkan air yang mengandung partikel-partikel, lumpur, berbau, berwarna,
keruh, zat kimia (kaporit, deterjen, pestisida, zat kapur yang berlebihan, zat besi,
mangan, magnesium) ataupun zat-zat organik, virus dan bakteri. Penggunaan water
filter merupakan alternatif yang paling banyak digunakan masyarakat untuk
memperoleh air bersih, khususnya pada daerah-daerah yang letaknya berdekatan
dengan pabrik-pabrik yang menghasilkan limbah cair.
PT Maxi FiltraTech menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional dalam
memperhitungkan harga pokok produk. Harga pokok produk yang diperoleh
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan perusahaan seperti penetapan harga
jual. Dalam perkembangannya, perusahaan ini diharapkan dapat mampu menghadapi
persaingan dengan suatu keunggulan kompetitif, yaitu salah satunya dengan
memperoleh informasi harga pokok produk yang akurat sehingga penetapan harga
jual menjadi tepat. Hal itu dikarenakan semakin bertambah banyaknya pesaing baru
BAB I PENDAHULUAN 3
Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis akan mengadakan penelitian
mengenai “PERANAN SISTEM ACTIVITY-BASED COSTING DALAM
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK”
1.2.Identifikasi Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
masalah yang diuji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perusahaan melakukan perhitungan harga pokok produk?
2. Bagaimana perhitungan harga pokok produk menggunakan sistem
activity-based costing?
3. Apakah sistem activity-based costing akan menghasilkan harga pokok produk
yang berbeda dibandingkan dengan perhitungan perusahaan?
1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana perusahaan melakukan perhitungan harga pokok
produk.
2. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan harga pokok produk menggunakan
sistem activity-based costing.
3. Untuk mengetahui apakah sistem activity-based costing akan menghasilkan
harga pokok produk yang berbeda dibandingkan dengan perhitungan
BAB I PENDAHULUAN 4
1.4.Manfaat Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, antara lain:
a) Bagi perusahaan (obyek penelitian)
Penulis berharap dapat memberikan masukan kepada perusahaan dalam
melakukan perhitungan harga pokok produk dengan tepat.
b) Bagi pembaca
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, baik
untuk menambah dan memperluas wawasan dan pengetahuan, dan juga sebagai
referensi dalam penelitian-penelitian sejenis yang mungkin akan dilakukan.
c) Bagi penulis
Dapat berguna bagi penulis untuk mengetahui bagaimana pengetahuan teoritis
yang diperoleh selama masa perkuliahan dapat diterapkan dalam kehidupan
nyata.
1.5.Kerangka Pemikiran
Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, perusahaan harus memiliki
keunggulan. Salah satu faktor yang sangat berperan adalah harga jual. Agar dapat
menentukan harga jual dengan tepat, perusahaan memerlukan informasi harga pokok
produk yang akurat. Informasi harga pokok produk yang tepat dapat mengurangi
kesalahan perusahaan dalam pengambilan keputusan seperti penetapan harga jual.
Harga pokok produk merupakan seluruh biaya yang timbul baik biaya
produksi maupun biaya non produksi yang dibebankan kepada produk. Harga pokok
BAB I PENDAHULUAN 5
Universitas Kristen Maranatha
pengambilan keputusan seperti penetapan harga jual, penerimaan atau penolakan
pesanan, dan lain sebagainya. Mulyadi (2000:10) mendefinisikan harga pokok
produk adalah: “Pengorbanan sumber ekonomi dalam pengolahan bahan baku
menjadi produk.”
Sedangkan menurut Horngren, Foster, dan Datar (2003:45): “A product cost is the
sum of costs assigned to a product for a specific purpose.”
Informasi harga pokok produk yang diperoleh digunakan untuk memenuhi
tujuan yang ingin dicapai. Hilton (2005:78) menjelaskan tujuan perhitungan harga
pokok produk sebagai berikut: product prices, the mix of products to be produced, and the quantity of output to be manufactured are among those for which product cost information is needed.
3. Use in cost management
Product costs provide crucial data for a variety of cost management purposes.
4. Use in reporting to interested organizations
In addition to financial statement preparation and internal decision making, there is an over-growing need for product cost information in relationship between firms and various outside organizations.
Jadi tujuan dari perhitungan harga pokok produk adalah untuk menyediakan
informasi yang dibutuhkan dalam pembuatan laporan keuangan, membantu manajer
dalam perencanaan dan pengambilan keputusan serta menyediakan data untuk
BAB I PENDAHULUAN 6
Informasi harga pokok produk yang diperoleh dipengaruhi oleh metode
costing yang digunakan. Metode costing akan memasukkan komponen-komponen
biaya yang akan dibebankan pada produk. Dua jenis metode costing yang dapat
digunakan adalah:
1. Full Costing/Absorption Costing
Supriyono (1999:257) mendefinisikan full costing adalah: “Metode
pembebanan biaya yang memasukkan semua biaya produksi variabel dan biaya
produksi tetap ke dalam harga pokok produk.”
Jadi, harga pokok produk dengan menggunakan full costing mencakup
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel,
dan biaya overhead pabrik tetap.
2. Variable Costing/Marginal Costing
Supriyono (1999:257-258) mendefinisikan variable costing adalah: “Metode
penentuan biaya yang hanya memasukkan biaya produksi variabel ke dalam
harga pokok produk.”
Jadi, harga pokok produk dengan menggunakan variable costing
mencakup biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik variabel.
Dalam menetapkan harga pokok produk ada dua jenis biaya yaitu biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Pembebanan biaya tidak langsung lebih rumit
daripada biaya langsung. Ada dua cara untuk pembebanan biaya tidak langsung yaitu
BAB I PENDAHULUAN 7
Universitas Kristen Maranatha
Sistem akuntansi biaya tradisional membebankan biaya tidak langsung
menggunakan driver aktivitas berlevel unit. Driver aktivitas berlevel unit
menggunakan asumsi bahwa konsumsi biaya tidak langsung oleh produk mempunyai
hubungan sebab akibat yang tinggi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan.
Contoh dari driver aktivitas berlevel unit adalah unit yang diproduksi, jam kerja
langsung, jam mesin, dan lainnya.
Dalam lingkungan pemanufakturan maju, sistem akuntansi biaya tradisional
tidak mampu membebankan biaya tidak langsung secara teliti. Menurut Supriyono
(1999:268) hal itu disebabkan karena faktor berikut:
1. Produk yang dihasilkan beberapa jenis.
2. Biaya overhead pabrik berlevel non unit jumlahnya relatif besar.
3. Diversitas produk-produk relatif tinggi.
Dengan demikian, sistem akuntansi biaya tradisional memiliki kelemahan
yaitu menimbulkan adanya distorsi biaya. Distorsi biaya tersebut dapat berupa
overcosted dan undercosted. Overcosted dan undercosted yang terjadi dalam
informasi harga pokok produk yang diperoleh dapat menyebabkan kesalahan bagi
perusahaan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pemakaian
informasi tersebut.
Adanya resiko kesalahan tersebut mendorong timbulnya penggunaan cara
pembebanan biaya tidak langsung yang lain, yaitu sistem activity-based costing,
Sistem activity based-costing merupakan konsep yang mulai banyak diterapkan
BAB I PENDAHULUAN 8
distorsi yang ditimbulkan sistem akuntansi biaya tradisional. Atkinson et al.
(2004:127) mendefinisikan sistem activity-based costing (ABC) sebagai berikut:
“System based on activities that links organizational spending on resources to
the products and services produced and delivered to customers.”
Sedangkan menurut Hammer et al. (1994:365) menjelaskan:
“Activity-based costing was defined as a costing system in which multiple
overhead cost pools are allocated using bases that include one or more
non-volume-related factors.”
Dari definisi tersebut, sistem activity-based costing adalah sistem biaya
berdasarkan aktivitas dimana beberapa kelompok biaya dialokasikan meliputi satu
atau lebih faktor yang non-volume-related serta berhubungan dengan penghabisan
sumber daya untuk produk dan jasa yang dihasilkan dan pengiriman kepada
pelanggan.
Sistem activity-based costing terdiri dari berbagai aktivitas yang dapat
dikelompokkan. Hansen dan Mowen (2003:129-130) menjelaskan empat kategori
pengelompokkan aktivitas sebagai berikut:
1. Unit-level activities
Unit-level unit are those performed each time a unit is produced. For example, machining and assembly. The costs of unit-level activities vary with number of units produced.
2. Batch-level activities
Batch-level unit are those performed each time a batch of goods produced. The costs of batch-level activities vary with number of batches, but they are fixed with respect to the number of units in each batch. Setups, inspections, production scheduling, and material handling example of batch-level activities.
3. Product-level (sustaining) activities
BAB I PENDAHULUAN 9
Universitas Kristen Maranatha
development of product-testing procedures, marketing a products, process engineering, and expediting are examples of product-level activities.
4. Facility-level activities
Product-level activities are those that sustain a factory’s general manufacturing processes. These activities benefit the organization at the some level but do not provide a benefit for any specific product. Examples include plant management, landscaping, support of community programs, security, property taxes and plant depreciation.
Sistem activity based-costing menggunakan dua tahap dalam membebankan
biaya tidak langsung pada produk atau jasa tertentu. Berikut adalah dua tahap
pembebanan biaya menggunakan sistem activity-based costing:
1. Tahap pertama
Pada tahap pertama dalam perhitungan harga pokok produk menggunakan sistem
activity-based costing meliputi empat langkah. Supriyono (1999:270-271)
menjelaskan empat langkah tersebut sebagai berikut:
Pada tahap kedua, biaya tidak langsung setiap kelompok aktivitas ditelusuri
terhadap berbagai jenis produk dengan cara: tarif kelompok yang telah diperoleh
dikalikan dengan kuantitas cost driver yang dikonsumsi masing-masing produk.
Dengan demikian, harga pokok produk menggunakan sistem activity
based-costing mencerminkan biaya yang dibebankan pada produk atau jasa berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN 10
sistem activity-based costing maka informasi harga pokok produk yang dihasilkan
lebih akurat. Hal itu disebabkan karena sistem activity-based costing dapat
menghilangkan distorsi biaya berupa overcosted dan undercosted. Dengan adanya
informasi harga pokok produk yang akurat maka perusahaan dapat terhindar dari
kesalahan dalam pengambilan keputusan, yaitu salah satunya penetapan harga jual
produk atau jasa tertentu.
.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
dilakukan penulis dengan tujuan untuk mengevaluasi harga pokok produk
berdasarkan perhitungan perusahaan dengan harga pokok produk berdasarkan sistem
activity-based costing.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis pada PT
Maxi FiltraTech, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. PT Maxi Filtra Tech mencatat biaya-biaya yang terjadi tanpa melakukan
pengelompokkan biaya berdasarkan aktivitas. Hal ini dapat menyebabkan
kesalahan dalam perhitungan harga pokok produk.
2. Perhitungan harga pokok produk sebagai berikut:
Tabel 5.1
panjang 1,5 meter Rp 1,431,069 Rp 1,254,240 Overcosted
Maxi 12” (12 inchi) dengan
panjang 1,5 meter Rp 1,669,319 Rp 1,679,207 Undercosted
Maxi 14” (14 inchi) dengan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 83
Penerapan harga pokok produk yang overcosted dapat menyebabkan
penetapan harga jual yang tinggi sehingga memperlemah daya saing
perusahaan dalam dunia persaingan saat ini. Sedangkan penerapan harga pokok
produk yang undercosted dapat mengakibatkan penetapan harga jual yang
rendah sehingga ada kemungkinan tidak menutupi biaya yang terjadi dan
perusahaan mengalami kerugian.
3. Dengan sistem activity-based costing distorsi biaya berupa overcosted dan
undercosted dapat dihilangkan. Dengan demikian, harga pokok produk dengan
sistem activity-based costing lebih akurat.
4. Perhitungan harga pokok produk menurut sistem activity-based costing
menggunakan beberapa cost driver sehingga memberikan informasi harga
pokok produk yang lebih akurat daripada perhitungan perusahaan yang
menggunakan satu cost driver.
5.2 Saran
Perusahaan sebaiknya mengelompokkan biaya-biaya berdasarkan aktivitas dan
mempertimbangkan untuk menggunakan sistem activity-based costing dalam
perhitungan harga pokok produk agar menghasilkan informasi harga pokok produk
yang lebih akurat. Dengan informasi harga pokok produk yang akurat maka
pengambilan keputusan perusahaan seperti penetapan harga jual menjadi tepat
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, Anthony A., Rajiv D. Banker, Robert S. Kaplan, dan S. Mark Young. (2004). Management Accounting. 4th Edition. Prentice Hall, Inc., New Jersey.
Garisson, Ray H., dan Eric W. Noreen. (2003). Managerial Accounting. 10th Edition. New York : Mc Graw–Hill, Inc.
Hansen, Don R., dan Maryanne M. Mowen. (2003). Management Accounting. 6th Edition. South-Western Publishing Co., Cincinnati, Ohio.
Hammer, Lawrence H., William K. Carter, dan Milton F. Usry. (1994). Cost Accounting : Planning and Control. 11th Edition. Southwestern Publishing Co., Cincinnati, Ohio.
Hariadi, Bambang. (2002). Akuntansi Manajemen : Suatu Sudut Pandang. Edisi ke-1. BPFE, Yogyakarta.
Hilton, Ronald W. (2005). Managerial Accounting. 6th Edition. New York : Mc Graw–Hill, Inc.
Horngren, Charles T., George Foster, dan Srikant M. Datar. (2003). Cost Accounting: A Managerial Emphasis. 11th Edition. Prentice Hall, Inc., New Jersey.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Standar Akuntansi Keuangan: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Mulyadi. (2000). Akuntansi Biaya. Edisi ke-5. Bagian Penerbitan STIE YPKN, Yogyakarta.