• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Tinjauan Kepustakaan

3. Tenaga Kerja Alih Daya

Istilah pekerja alih daya atau outsourcing sudah lama dikenal di Indonesia, Istilah outsourcing dapat ditemukan dalam UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa sebagian pekerjaan kepada pihak lain, dimana perusahaan menyerahkan pekerjaan tertentu kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan tujuan untuk membagi risiko dan mengurangi beban perusahaan.

Outsourcing menurut Sehat Damanik dalam buku tahun 2007 adalah

“pendelegasian operasi dan manajemen harian dari suatu proses bisnis kepada pihak luar (perusahaan penyedia jasa outsourcing).Melalui pendelegasian ini maka pengelolaan tak lagi dilakukan oleh perusahaan, melainkan dilimpahkan kepada perusahaan jasa outsourcing.Dapat dikatakan bahwa outsourcing atau alih dayaadalah salah satu hasil samping dari business process reengineering (BPR)”.

Pengaturan hukum tentang pekerja alih daya (outsourcing) di Indonesia diatur dalam :

1. Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 (Pasal 64,65 dan 66);

2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Keputusan 101/Men/VI/2004 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh (Kepmen 101/2004).

G. Metode Penelitian

11 Asih Eka Putri, Paham SJSN “Sistem Jaminan Sosial Nasional”, Cetakan I, (Komunitas Pejaten Mediatama, 2014) Hal. 22.

Penelitian merupakan sutau kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten.Sedangkan penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya.12

1. Jenis Penelitian

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan secara yuridis normatif yaitu yang dilakukan dengan cara meneliti peraturan perundang-undangan yang berlaku agar dapat memecahkan masalah-masalah yang terjadi dan juga mengacu kepada norma–norma hukum yang ada.

2. Sumber Data

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang objektif, penulis menggunakan teknik:

a. Studi Kepustakaan

Yaitu suatu cara untuk memperoleh data atau bahan keterangan dengan jalan membaca dan mempelajari buku-buku literatur pada kepustakaan, pendapat paraahli melalui buku ilmiah dan bahan-bahan tertulis lain yang relevan dengan pokokbahasan.

b. Studi lapangan

12Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan III, (Jakarta: UI-Press, 1986), Hal. 43.

Yaitu suatu cara kerja untuk mendapatkan data atau bahan keterangan dengan jalan mengadakan pengamatan langsung pada objek studi untuk mendapatkandata yang faktual.

3. Teknik Pengumpulan Data a. Interview

Yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan melakukan tanya jawab secaralangsung dengan responden.

b. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan melakukan pengamatan langsungatas gejala-gejala yang diteliti.

4. Analisis Data

Dalam menganalisis data penulis terlebih dahulu mengumpulkan, meneliti data yang diperoleh untuk mengetahui tentang benar atau tidaknya data tersebut.Kemudian data yang sudah diteliti tersebut diklasifikasikan sehingga dapat mempermudah penelitian.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulis skripsi ini, maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan pengantar, dimana didalamnya dibahas mengenai pembenaran umum tentang latar belakang dari masalah yang akanditeliti,

adanya perumusan masalah, tujuuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II : Perlindungan Jaminan Sosial Terhadap Pekerja Alih Daya Menurut Peraturan Perundang–undangan

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang perlindungan jaminan sosial terhadap pekerja alih daya menurut Peraturan Perundang-undangan.Penulis memulai dengan menguraikan jaminan kesehatan yang diatur pada Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan.Yang dilanjutkan dengan menguraikan tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian yang diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015.Selanjutnya tentang Jaminan Pensiun yang diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2015, dan terakhir menguraikan tentang Jaminan Hari Tua yang diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015. Yang mana bab ini akan terdiri dari 4 sub bab.

BAB III : Pelaksanaan Jaminan Sosial Pekerja Alih Daya di Kota Medan

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang pelaksanaan jaminan sosial pekerja alih daya di Kota Medan. Yang mana penulis akan melakukan riset atau menyebarkan beberapa kuisoner yang nanti nya setelah melakukan riset dan menyebarkan kuisoner, maka penulis akan tahu seperti apa pelaksanaan Jaminan Sosial bagi pekerja alih daya yang ada di Kota Medan.

BAB IV : Pengawasan Pelaksanaan Jaminan Sosial Bagi Pekerja Alih Daya

Dalam bab ini Penulis akan menguraikan tentang pengawasan pelaksanaan jaminan sosial bagi pekerja alih daya. Yang mana penulis akan melakukan wawancara terlebih dahulu untuk dapat menyelesaikan bab ini. Adapun wawancara yang akan penulis lakukan yaitu terhadap pihak BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, dan Dinas Ketenagakerjaan Kota Medan terkait pengawasan yang mereka lakukan terhadap pelaksanaan jaminan sosial bagi pekerja alih daya.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi.Bab ini berisikan dari dua bagian, yaitu kesimpulan dan saran.Yang mana kesimpulan merupakan inti dari permasalahan pokok secara keseluruhan.Dan saran merupakan upaya yang diusulkan agar hal–hal yang dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat lebih berguna.

BAB II

PERLINDUNGAN JAMINAN SOSIAL TERHADAP PEKERJA ALIH DAYA MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. Perlindungan Jaminan Sosial Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan

Sebelum berkembangnya sistem jaminan sosial tenaga kerja, segala risiko yang timbul, yang dapat membahayakan kesehatan ataupun keselamatan pekerja sepenuhnya merupakan tanggungjawab yang harus ditanggung oleh pekerja itu sendiri.13Kesehatan kerja merupakan jenis perlindungan sosial yang karena ketentuan-ketentuan mengenai kesehatan kerja ini berkaitan dengan sosial kemasyarakatan, yaitu aturan yang bermaksud untuk memberi batasan kepada majikan untuk tidak melakukan tindakan “semaunya” kepada pekerja.14 Keselamatan kerja yang dimaksud disini adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin pesawat alat kerja, bahan dan proses pengelolaannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.15

Jaminan sosial khususnya kesehatan kini diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.Kemudian pemerintah mengeluarkan peraturan pelaksana melalui Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan. Peraturan ini memberikan titik terang

13Abdul Rahmad Budiono, Hukum Perburuhan Di Indonesia,Cetakan I, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), Hal. 227.

14Zaeni Asyhadie, Op. Cit. Hal. 79

15Ibid. Hal. 227

kepada pekerja, bahwa kesehatan pekerja dan keluarganya akan dijamin oleh pemerintah. Apabila peraturan ini dilanggar oleh pemberi kerja maka akan dikenakan sanksi. Jaminan kesehatan sebagaimana yang tercantum pada pasal 1 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Timbulnya hukum perburuhan menyebabkan pemerintah untuk membuat dan mengeluarkan peraturan kesehatan kerja.Peraturan ini ditujukan kepada majikan/pengusaha agar tidak adanya lagi tindakan kesewang-wenangan majikan terhadap buruh.Yang dengan kesewenang-wenangan itu membuat kesehatan buruh/pekerja baik fisik maupun nonfisik menjadi terganggu.Peraturan kesehatan kerja adalah aturan-aturan dan usaha-usaha untuk menjaga buruh dari kejadian atau keadaan perburuhan yang merugikan atau dapat merugikan kesehatan dan kesesuaian dalam seseorang itu melakukan atau karena itu melakukan pekerjaan dalam suatu hubungan kerja.16

Dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013, peserta jaminan kesehatan dibagi menjadi dua bagian yaitu : PBI (Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan dan bukan PBI (Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan.

Buruh/pekerja merupakan bagian dari bukan Penerima Bantuan Iuran jaminan

16Iman Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja (Perlindungan Buruh), Cetakan III (Jakarta: Pradnya Paramita,1986), hal. 2.

kesehatan.Pemberi kerja diwajibkan untuk mendaftarkan pekerja nya beserta anggota keluarganya untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan. Apabila pemberi kerja tidak melaksanakannya, maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011.

Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.17

Bagi peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) atau para pekerja penerima upah, iuran jaminan kesehatan yang harus mereka bayar adalah sebesar 5%, dengan ketentuan 3% dibayar oleh pemberi kerja dan 2% dibayar oleh peserta.

Iuran yang harus dibayar oleh pemerintah untuk para peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah sebesar Rp.23.000.00, (dua puluh tiga ribu rupiah) per orang untuk setiap bulannya. Besar iuran ini sudah ditetapkan dan diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

18

a. Rp. 25.500.00, (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang untuk setiap bulannya dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III.

Besar iuran untuk jaminan kesehatan bagi Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja adalah sebesar :

b. Rp. 51.000.00, (lima puluh satu ribu rupiah) per orang untuk setiap bulannya dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II.

17Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan KesehatanPasal 3 ayat (1)

18Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan KesehatanPasal 16B ayat (2)

c. Rp. 80.000.00, (delapan puluh ribu rupiah) per orang untuk setiap bulannya dengan manfaatn pelayanan di ruang perawatan kelas I.19

Apabila ada peserta jaminan kesehatan yang menginginkan kelas perawatan dan pelayanan kesehatan yang lebih daripada haknya, maka peserta tersebut dapat mengikuti asuransi kesehatan tambahan. Sebagaimana diatur dalam Pasal 24 Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 “Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi dari pada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dengan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan kelas perawatan.” Dan Pasal 27 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 “Peserta jaminan kesehatan dapat mengikuti program asuransi kesehatan tambahan.”

Adapun jaminan pemeliharaan kesehatan yang sudah dijamin oleh BPJS Kesehatan untuk pekerja dan keluarganya meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Rawat jalan tingkat pertama;

b. Rawat jalan tingkat lanjutan;

c. Rawat inap;

d. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan;

e. Penunjang diagnostik;

f. Pelayanan khusus;

g. Pelayanan gawat darurat.

19Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2016 Tentang Perubahan Ketiga AtasPeraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan Pasal 16F ayat (1)

Adapun upaya pemeliharaan kesehatan lainnya meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diberikan secara tidak terpisah-pisah.Akan tetapi, khusus untuk tenaga kerja jaminan kesehatan yang diberikan lebih ditekankan pada aspek kuratif dan rehabilitatif tanpa tidak mengabaikan kedua aspek lainnya.20

a. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku;

Dan beberapa pelayanan kesehatan yang tidak dijamin oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sebagaimana terdapat dalam Pasal 25 Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 adalah :

b. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat;

c. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja;

d. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;

e. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;

f. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;

g. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);

h. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol;

20Abdul Rahmad Budiono, Op. Cit. Hal. 247

i. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;

j. pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupunktur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment);

k. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen);

l. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;

m. Perbekalan kesehatan rumah tangga;

n. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah; dan

o. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat Jaminan Kesehatan yang diberikan.

B. Perlindungan Jaminan Sosial Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian

1. Jaminan Kecelakaan Kerja

Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan kerja.Kecelakaan kerja maupun penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan merupakan risiko yang harus dihadapi oleh setiap pekerja.Maka untuk menanggulangi hal tersebut pemerintah mengeluarkan peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan

Jaminan Kematian.Peraturan ini menjadi jaminan bagi pekerja apabila mereka mengalami kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.

Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa Jaminan kecelakaan kerja yang selanjutnya disingkat JKK adalah manfaat berupa uang tunai dan/atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Peserta program Jaminan Kecelakaan Kerja terdiri atas dua bagian, yang sudah tercantum pada Pasal 5 ayat (2), (3) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 :

1. Peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara Negara terdiri dari :

a. Pekerja pada perusahaan;

b. Pekerja pada orang perseorangan; dan

c. Orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

2. peserta bukan penerima upah terdiri dari : a. Pemberi kerja;

b. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri; dan

c. Pekerja yang tidak termasuk huruf b yang bukan menerima upah.

Adapun besar iuran yang harus dibayar sesuai dengan tingkat risiko lingkungan kerja bagi peserta penerima upah yang mana sudah tercantum dalam Pasal 16 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 menyebutkan bahwa

“Iuran JKK bagi peserta penerima upah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2), dikelompokkan dalam 5 (lima) kelompok tingkat risiko lingkungan kerja, meliputi :

a. Tingkat risiko sangat rendah : 0,24% (nol koma dua puluh empat persen) dari Upah sebulan;

b. Tingkat risiko rendah : 0,54% (nol koma lima puluh empat persen) dari Upah sebulan;

c. Tingkat risiko sedang : 0,89% (nol koma delapan puluh sembilan persen) dari Upah sebulan;

d. Tingkat risiko tinggi : 1,27% (satu koma dua puluh tujuh persen) dari Upah sebulan; dan

e. Tingkat risiko sangat tinggi : 1,74% (satu koma tujuh puluh empat persen) dari Upah sebulan.”

Sedangkan iuran Jaminan Kecelakaan Kerja bagi peserta bukan penerima upah didasarkan pada nilai nominal tertentu dari penghasilan peserta.21

a. Pelayanan Kesehatan

Adapun manfaat yang didapat dalam Jaminan Kecelakaan Kerja berdasarkan Pasal 25 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 adalah :

Seperti : pemeriksaan dasar dan penunjang; perawatan tingkat pertama dan lanjutan; rawat inap kelas I rumah sakit pemerintah, rumah sakit pemerintah daerah, atau rumah sakit swasta yang setara; perawatan intensif; penunjang diagnostik; pengobatan; pelayanan khusus; alat kesehatan dan implan; jasa dokter/medis; operasi; transfusi darah;

dan/atau rehabilitasi medic.

b. Santunan berupa uang

21Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan KematianPasal 20 ayat (1)

Seperti : penggantian biaya pengangkutan Peserta yang mengalami Kecelakaan Kerja atau penyakit akibat kerja, ke rumah sakit dan/atau ke rumahnya, termasuk biaya pertolongan pertama pada kecelakaan;

santunan sementara tidak mampu bekerja; santunan Cacat sebagian anatomis, Cacat sebagian fungsi, dan Cacat total tetap; santunan kematian dan biaya pemakaman; santunan berkala yang dibayarkan sekaligus apabila Peserta meninggal dunia atau Cacat total tetap akibat Kecelakaan Kerja atau penyakit akibat kerja; biaya rehabilitasi berupa penggantian alat bantu (orthose) dan/atau alat pengganti (prothese);

penggantian biaya gigi tiruan; dan/atau beasiswa pendidikan anak bagi setiap Peserta yang meninggal dunia atau Cacat total tetap akibat kecelakaan kerja.

Hak-hak manfaat jaminan kecelakaan kerja akan gugur apabila hak untuk menuntut manfaat tersebut telah lewat waktu 2 (dua) tahun sejak kecelakaan kerja terjadi.22

a. Janda, duda, atau anak;

Adapun hak-hak atas manfaat JKK diberikan kepada ahli waris sesuai Pasal 37 ayat (5) meliputi :

b. Dalam hal janda, duda, atau anak tidak ada, maka manfaat JKK diberikan sesuai urutan sebagai berikut:

1. Keturunan sedarah Pekerja menurut garis lurus ke atas dan ke bawah sampai derajat kedua;

22Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang PenyelenggaraanProgram Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan KematianPasal 26

2. Saudara kandung;

3. Mertua;

4. Pihak yang ditunjuk dalam wasiatnya oleh Pekerja; dan

5. Bila tidak ada wasiat, biaya pemakaman dibayarkan kepada pihak lain yang mengurus pemakaman, sedangkan santunan kematian diserahkan ke Dana Jaminan Sosial.

Pemberi kerja merupakan orang perseorang, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja atau penyelenggaraan Negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya. Adapun kaitan pemberi kerja dengan kecelakaan kerja adalah:

1. Menanggulangi segala akibat kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja nya;

2. Wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sampai memperoleh hak-haknya;

3. Wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa pekerja nya dengan surat tercatat kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial secepat-cepatnya tidak lebih dari 2 kali 24 jam;

4. Wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara secepat-cepatnya tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah

pekerja nya yang tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh, cacat atau meninggal dunia.23

Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.Apabila tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja masih belum mampu untuk bekerja, maka pengusaha tetap membayar upah tenaga kerja yang bersangkutan sampai penetapan akibat kecelakaan kerja tersebut diterima oleh semua pihak atau ditetapkan oleh Menteri.Kemudian Badan Penyelenggara mengganti uang santunan yang telah diberikan pengusaha kepada tenaga kerja yang masih belum mampu untuk bekerja.Lalu apabila santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara lebih besar daripada upah yang telah dibayar pengusaha kepada tenaga kerja, maka selisihnya langsung diberikan kepada tenaga kerja tersebut.Tetapi jika santunan yang diberikan Badan Penyelenggara lebih sedikit daripada upah yang telah dibayarkan kepada tenaga kerja tersebut, maka selisihnya tidak diberikan kepada tenaga kerja tersebut.24

Adapun sanksi-sanksi yang akan diberikan kepada pemberi kerja selain penyelenggara Negara yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3), Pasal 10 ayat (4) dan (7), pasal 27 ayat (1), pasal 32 ayat (2), ayat (3), ayat (4), pasal 43 ayat (1) dan ayat (3), pasal 44 ayat (1) dan ayat (3), pasal 45

23Sendjun H. Manulang, Pokok-Pokok Ketenagakerjaan Di Indonesia, Cetakan III,(Jakarta PT. Rineka Cipta, 2001) Hal.133.

24Abdul Rahmad Budiono, Op. Cit. Hal. 242

ayat (4), pasal 52 ayat (1), akan dikenakan sanksi administratif. Sanksi administratif dapat berupa :

a. Teguran tertulis;

b. Denda; dan/atau;

c. Tidak mendapat pelayanan publik tertentu.

2. Jaminan Kematian

Meninggalnya tenaga kerja merupakan keadaan yang memberatkan sosial ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan.Kematian muda atau kematian dini/premature pada umumnya menimbulkan kerugian finansial bagi mereka yang ditinggalkan.Kerugian tersebut dapat berupa kehilangan mata pencaharian atau penghasilan dari pekerja yang meninggal, dan kerugian yang diakibatkan oleh biaya perawatan selama pekerja yang bersangkutan sakit serta biaya pemakaman. Oleh karena itu, dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja pemerintah mengadakan adanya program Jaminan Kematian. Yang sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

Jaminan kematian adalah manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja.25

a. Peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara Negara, dan

Peserta program Jaminan Kematian sama seperti peserta program Jaminan Kecelakaan Kerja,yaitu :

25Peraturan pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan KematianPasal 1 ayat (2)

b. Peserta bukan penerima upah.26

Iuran jaminan kematian bagi peserta penerima upah adalah sebesar 0,30%

(nol koma tiga puluh persen) dari upah sebulan. Iuran tersebut wajib dibayar oleh pemberi kerja selain penyelenggara Negara.27

a. Janda atau duda : yaitu istri atau suami dari tenaga kerja yang menjadi pasangan yang sah pada saat tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja atau meninggal dunia;

Pemberi kerja harus mendaftarkan pekerjanya dalam program JKM yang mana ini sudah tertuang dalam Pasal 35 ayat (1) bahwa “Pemberi kerja selain penyelenggara Negara yang belum mengikutsertakan pekerjanya dalam program Jaminan Kematian kepada BPJS Ketenagakerjaan, bila terjadi risiko terhadap pekerjanya, pemberi kerja selain penyelenggara Negara wajib membayar hak pekerja sesuai dengan ketentuan dalam peraturan pemerintah ini.”

Berikut yang dapat menerima biaya Jaminan Kematian adalah :

b. Anak : yaitu anak sah dari pasangan suami atau istri dari tenaga kerja yang usianya tidak lebih dari 21 (dua puluh satu) tahun, yang belum menikah, yang belum memiliki penghasilan sendiri, dan masih menjadi tanggung jawab dari tenaga kerja tersebut;

c. Orang tua : yaitu ayah dan ibu kandung atau ayah dan ibu angkat yang menjadi tanggungan dari tenaga kerja tersebut;

26Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan ProgramJaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan KematianPasal 5 ayat (1)

27Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Pasal 18 ayat (1) dan (2)

d. Kakek atau nenek : yaitu kakek atau nenek yang masih menjadi tanggung jawab dari tenaga kerja tersebut;

e. Cucu : yaitu cucu yang sah atau yang disahkan yang berusia tidak lebih dari 21 (dua puluh satu) tahun, yang belum menikah, yang belum memiliki penghasilan sendiri, dan masih menjadi tanggung jawab dari tenaga kerja tersebut;

f. Mertua : yaitu ayah atau ibu kandung dari istri/suami yang masih menjadi tanggung oleh si tenaga kerja;

g. Saudara kandung : yaitu saudara dari tenaga kerja tersebut yang seayah dan seibu yang menjadi tanggungan tenaga kerja.28

Pihak-pihak yang disebutkan diatas dapat mengajukan pembayaran Jaminan

Pihak-pihak yang disebutkan diatas dapat mengajukan pembayaran Jaminan

Dokumen terkait