• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teor

1.1 Latar Belakang Masalah

Kegiatan bisnis adalah salah satu dari beberapa sektor perekonomian yang paling ramai untuk dibicarakan dan telah sering menjadi bahan perbincangan bagi setiap orang diberbagai forum, baik forum yang bersifat nasional maupun forum yang internasional.Faktor yang membuat kegiatan bisnis ini ramai dibicarakan adalah bahwa salah satu tolak ukur kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kemajuan ekonominya dan yang menjadi tulang punggung dari kemajuan ekonomi adalah bisnis.

Dalam memasuki era globalisasi, jumlah perusahaan-perusahaan yang berkembang semakin banyak.Hal ini menimbulkan banyak persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mencapai laba yang optimal sesuai target yang telah direncanakan, melanjutkan keberlangsungan perusahaan dan menguasai pasar.

Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas baik baik di bidang perdagangan, manufaktur, perbankan, dan jasa. Salah satu tujuan jangka pendek perusahaan adalah menghasilkan laba yang tinggi untuk menguntungkan pihak pemegang saham dan untuk meningkatkan nilai perusahaannya.

Keadaan kompetisi pasar saat ini yang semakin berkembang menuntut perusahaan untuk semakin meningkatkan nilai perusahaannya.Hal itu dapat

2

dilihat dari perkembangan pengetahuan, kemajuan teknologi, dan perkembangan arus informasi yang harus disampaikan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna.Dengan memaksimalkan nilai perusahaan tersebut berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan.

Sebuah perusahaan pada umumnya didirikan dengan suatu tujuan tertentu.Tujuan prusahaan yang umumnya diketahui publik adalah untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya, namun tujuan perusahaan yang sebenarnya tidak sebatas untuk mendapatkan laba, tetapi juga untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau pemegang saham dan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Tujuan tersebut sebenarnya tidak banyak berbeda, bahkan saling berhubungan dan mendukung satu dengan yang lain, namun tujuan yang menjadi prioritas suatu perusahaan bisa saja berbeda dengan perusahaan lain.

Nilai perusahaan sangatlah penting karena dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. Nilai perusahaan tidak hanya mencerminkan bagaimana nilai intrinsik pada saat ini tetapi juga mencerminkan prospek dan harapan akan kemampuan perusahaan tersebut dalam meningkatkan nilai kekayaannya di mada depan. Globalisasi telah menciptakan lingkungan bisnis yang menyebabkan perlunya peninjauan kembali sistem manajemen yang digunakan oleh perusahaan untuk dapat survive dan prospectable, sehingga perusahaan dituntut untuk selalu dapat meningkatkan nilai perusahaan mereka.

3

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan baik secara internal maupun secara eksternal.Faktor internal bersifat controllable artinya dapat dikendalikan oleh perusahaan seperti kinerja perusahaan, keputusan keuangan, struktur modal, biaya ekuitas, dan faktor lainnya.Sedangkan faktor eksternal dapat berupa tingkat suku bunga, fluktuasi nilai valas, dan keadaan pasar modal.

Kondisi Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini sudah semakin berkembang dan mengalami banyak peningkatan.Sektor perbankan mulai mengalami keterpurukan sejak krisis moneter tahun 1997 namun perusahaan perbankan termasuk salah satu perusahaan yang dapat menghasilkan laba yang lebih stabil setelah mengalami krisis moneter.Perusahaan perbankan cukup menarik untuk diteliti karena saat ini kegiatan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari jasa perbankan.Selain itu, perbankan merupakan salah satu lembaga yang memegang peranan penting dalam suatu negara.Bahkan dikatakan bahwa sektor perbankan merupakan jantung dalam sistem perekonomian, sehingga kemajuan perbankan dapat menjadi tolak ukur kemajuan suatu negara. Perbankan juga perusahaan yang mempunyai kontribusi cukup besar terhadap pendapatan negara karena memiliki fungsi intermediasi atau sebagai perantara antara pemilik modal dengan pengguna dana.

Di Indonesia sendiri, industri perbankan masih memegang peranan terbesar dalam sistem keuangan meskipun berada dalam perekonomian yang masih sering mengalami pasang surut.Sejak krisis moneter tahun 1997, sektor perbankan mulai mengalami gejolak krisis kepercayaan dari

4

masyarakat.Terdapat 16 bank swasta nasional yang dilikuidasi dan sekaligus dicabut izin usahanya oleh pemerintah serta 45 bank lainnya yang bermasalah. Pada tahun 1999, sebanyak 38 bank ditutup, tahun 2004 Bank Dagang Bali dan Bank Aspac dilikuidasi, tahun 2005 Bank Global ditutup, tahun 2008 kasus Bank Century dan penutupan Bank Indover, tahun 2009 terjadi pencabutan ijin usaha Bank IFI oleh pemerintah dan pada tahun 2014 tepatnya bulan Oktober Bank Danamon Syariah menutup 36 kantor cabang pembantunya. Sedangkan saat ini marak terjadi tindak pidana dibidang perbankan seperti kasus pencairan deposito dan melarikan uang nasabah Bank Mandiri yang dilakukan oleh customer service bank tersebut, kasus penggelapan uang nasabah yang dilakukan oleh kepala operasi Panin Bank Cabang Metro Sunter dengan mengalirkan dana ke rekening pribadinya, kasus penarikan uang nasabah berulang-ulang yang dilakukan oleh head teller Bank Danamon, dan lain sebagainya. Kasus-kasus tersebut memicu timbulnya pemikiran negatif dari masyarakat yang diikuti oleh berkurangnya nilai perusahaan itu sendiri.Ini merupakan tugas bagi perusahaan untuk menghapus pemikiran negatif dari masyarakat agar dapat lebih meningkatkan nilai perusahaan agar kelangsungan hidup perusahaan terus berlanjut.

Dewasa ini, dengan mulai membaiknya mutu perusahaan perbankan, perusahaan perbankan baik bank swasta maupun bank pemerintah berlomba- lomba menata performance untuk menjadi institusi keuangan yang paling baik.Disamping itu, bank-bank asing asing juga telah semakin banyak bermunculan di Indonesia sehingga tingkat kompetisi di dunia perbankan juga

5

semakin meningkat tajam.Untuk dapat mempertahankan dan menarik nasabah baru, bank harus dapat mempertahankan dan meningkatkan nilai perusahaannya.

Pada tahun 2012, kebijakan di bidang perbankan diarahkan untuk menjaga keseimbangan antara peningkatan daya saing dan memperkuat ketahanan perbankan.Untuk itu Bank Indonesia menganggap bahwa sudah seharusnya setiap bank menerapkan pelaksanaan tata kelola yang baik dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaannya atau disebut juga dengan corporate

social responsibility (CSR).

Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai salah satu aspek yang dapat meningkatkan atau menurunkan nilai perusahaan karena kondisi keuangan saja tidak cukup untuk menjamin nilai perusahaan akan mengalami kenaikan terus-menerus. Tanggung jawab sosial dari sebuah perusahaan terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk di dalamnya adalah pelanggan atau customer, pegawai, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor.

Di Indonesia sendiri wacana mengenai CSR mulai mengemuka pada tahun 2001, namun sebelum wacana ini mengemuka telah banyak perusahaan yang menjalankan CSR dan sangat sedikit yang mengungkapkannya dalam sebuah laporan. Hal ini terjadi mungkin karena kita belum mempunyai sarana pendukung seperti: standar pelaporan, tenaga terampil (baik penyusun laporan maupun auditornya). Di samping itu sektor pasar modal Indonesia juga kurang mendukung dengan belum adanya penerapan indeks yang memasukkan

6

kategori saham-saham perusahaan yang telah mempraktikkan CSR.Sebagai contoh, New York Stock Exchange memiliki Dow Jones Sustainability Index (DJSI) bagi saham-saham perusahaan yang dikategorikan memiliki nilai

corporate sustainability dengan salah satu kriterianya adalah praktik CSR.

CSR sebuah perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja tetapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines.Di sini bottom lines lainnya selain kondisi keuangan juga ada sosial dan lingkungan karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila, perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar, di berbagai tempat dan waktu muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidupnya.

Untuk melaksanakan CSR berarti perusahaan akan mengeluarkan sejumlah biaya. Biaya pada akhirnya akan menjadi beban yang mengurangi pendapatan sehinggatingkat profit perusahaan akan turun. Akan tetapi dengan melaksanakan CSR citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen makin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama, maka penjualan perusahaan akan semakin membaik, dan pada akhirnya dengan pelaksanaan CSR diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga akan semakin meningkat. Oleh karena itu, CSR berperan

7

penting dalam meningkatkan nilai perusahaan sebagai hasil dari peningkatan penjualanperusahaan dengan cara melakukan berbagai aktivitas sosial dilingkungan sekitarnya.

Kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan sesungguhnya dapat dipengaruhi oleh pencapaian dunia perbankan itu sendiri dan bagaimana upaya perbankan mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi pada lingkungannya baik secara nasional maupun secara global.Bagi sebuah bank belum cukup hanya dengan memberikan jasa keuangan saja tetapi yang terpenting adalah meningkatkan kualitas dan mutu untuk pemberian jasa tersebut kepada masyarakat.

Beberapa penelitian tentang pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang sebelumnya.Penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yang sebelumnya masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten.Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008) yang meneliti tentang pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan kepemilikan manajerial sebagai variable moderasi dan menunjukkan bahwa (1) CSR berpengaruh simultan terhadap persentase kepemilikan manajemen (2) hanya persentase kepemilikan manajemen yang berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Kemudian hasil penelitian yang berbeda di tunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Kusumadilaga (2010) yang menunjukkan bahwa CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.Profitabilitas sebagai variabel moderasi tidak dapat mempengaruhi

8

hubungan antara CSR dan nilai perusahaan.Selanjutnya hasil penelitian yang berbedaditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Agustine (2014) yang menunjukkan bahwa CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Persentase Kepemilikan Manajemen dan Profitabilitas sebagai variable moderasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan pada hal tersebut, peneliti ingin mencoba melakukan penelitan kembali. Maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “

PengaruhCorporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. “

Dokumen terkait