• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEOR

5. Membina hubungan

1.1 Latar Belakang

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor yang semakin tinggi mengakibatkan individu semakin rentan mengalami berbagai gangguan baik fisik maupun psikologis. Gangguan psikologis seperti kecemasan, stress, frustasi, agresivitas, perilaku anarkis, dan gangguan emosi lain semakin meningkat (Mashar, 2011).

Menurut Hidayat (2004), pada tahun 2004 terdapat 16 kasus bunuh diri anak terjadi di Indonesia. Kasus bunuh diri anak dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan diantaranya, kenaikan sebesar 120% (0,8-1,7 per 100.000/tahun) untuk kasus bunuh diri anak berusia dibawah 15 tahun dan 8,5-10,9 per 100.000/tahun untuk anak usia 15-19 tahun. Penyebab yang melatarbelakangi kasus-kasus bunuh diri ini bukan masalah-masalah berat, tetapi masalah yang bagi sebagian orang terkesan ringan.

Ketidaksiapan anak menghadapi lingkungan yang menjadi salah satu indicator terjadinya berbagai kasus bunuh diri anak. Meminjam istilah Goleman (1995), kondisi ini merupakan cerminan kecerdasan emosi yang rendah. Anak sebagai generasi penerus perlu dibekali kemampuan untuk mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki dan meminimalkan kelemahan-kelemahan yang ada.

Berdasarkan teori perkembangan dalam Papalia, Olds, dan Feldman (2002) dan Santrock (2002), menyatakan bahwa periode anak merupakan tahap awal kehidupan individu yang akan menentukan sikap, nilai, perilaku, dan kepribadian individu di masa depan. Orang tua dan tenaga pendidik harus memberikan perhatian terhadap pentingnya periode usia dini sebagai masa tumbuh kembang anak. Orang tua dan pendidik harus memiliki kemampuan untuk memberikan rangsangan emosi bagi anak.

Guna mempermudah pemahaman terhadap emosi, diperlukan suatu pengukuran yang dapat membedakan kondisi emosi individu satu dengan yang lain. Pada beberapa individu seperti anak yang mengalami gangguan psikiatrik, mental retardasi, anak-anak, dan bayi pengukuran emosi dapat dilakukan dengan menggunakan skala rating. Pengukuran dengan rating behavior, data dikumpulkan melalui perspektif pihak ketiga. (Mashar, 2011)

Skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian (fenomena sosial spesifik), seperti sikap, pendapat, dan persepsi sosial seseorang atau sekelompok orang. Dengan menggunakan skala likert emosi anak akan diukur menggunakan lima aspek emosi berdasarkan pendapat Goleman. Kelima aspek tersebut akan dihitung untuk mendapatkan seberapa besar nilai emosi anak yang dimilikinya.

Dalam menentukan nilai EQ dengan skala likert menggunakan logika fuzzy akan diinputkan lima aspek emosi diantaranya, kesadaran diri, mengelola emosi, memanfaatkan emosi, empati dan membina hubungan. Serta satu output yaitu, output nilai EQ. Setiap aspek dibagi menjadi tiga ketegori yaitu, rendah, sedang, dan tinggi.

Logika fuzzy merupakan logika yang mempunyai konsep kebenaran sebagian, dimana logika fuzzy memungkinkan nilai keanggotaan antara 0 dan 1. Sedangkan logika klasik menyatakan bahwa segala hal dapat di ekspresikan dalam nilai kebenaran 0 atau 1. Kemampuan logika fuzzy dapat memetakan suatu input ke dalam suatu output tanpa mengabaikan faktor-faktor yang ada. Sehingga fuzzy memiliki toleransi dan fleksibel terhadap data-data yang dimiliki.

Secara teori nilai EQ dapat dihitung menggunakan skala likert, namun perhitungannya menggunakan himpunan crisp (tegas). Pada himpunan tegas, suatu nilai mempunyai tingkat keanggotaan satu jika nilai tersebut merupakan anggota dalam himpunan dan nol jika nilai tersebut tidak menjadi anggota himpunan. Hal ini

sangat kaku, karena dengan adanya perubahan yang kecil saja terhadap nilai mengakibatkan perbedaan kategori. Himpunan fuzzy digunakan untuk mengantisipasi hal tersebut, karena dapat memberikan toleransi terhadap nilai sehingga dengan adanya perubahan sedikit pada nilai tidak akan memberikan perbedaan yang signifikan. Metode yang dapat digunakan dalam pengaplikasian logika fuzzy dalam penentuan EQ adalah metode Mamdani, metode Tsukamoto, dan metode Takagi Sugeno (Wulandari, 2011).

Sistem inferensi fuzzy Metode Mamdani dikenal juga dengan nama metode Min-Max, yaitu dengan mencari nilai minimum dari setiap aturan dan nilai maksimum dari gabungan konsekuensi setiap aturan tersebut. Metode ini diperkenalkan oleh Ebrahim H. Mamdani pada tahun 1975. Metode Mamdani cocok digunakan apabila input diterima dari manusia bukan mesin. Metode ini juga lebih diterima oleh banyak pihak dari pada metode Tsukamoto dan Takagi Sugeno.

Dengan kemajuan teknologi yang semakin cepat, pengembangan sistem pakar dibidang kesehatan juga bergerak maju diantaranya: diagnosa awal penyakit mulut dengan menggunakan fuzzy, dalam penelitian ini system memberikan diagnosis awal penyakit mulut berdasarkan gejala dan intensitas gejala-gejala yang terlihat dari luar. (Simanjuntak, 2011), penggunaan fuzzy untuk diagnosis penyakit THT, dengan menggunakan forward chaining dan metode fuzzy sets dapat diperoleh nilai kemungkinan penyakit yang dialami pasien untuk mengatasi ketidakpastian pada kasus diagnose awal THT (Sinaga, 2010), Sistem pakar untuk mendeteksi penyakit DBD dengan memasukkan gejala yang dialami oleh user, sistem akan mengeluarkan output berupa nilai dari deteksi penyakit DBD, nilai deteksi dihitung dengan menggunakan fuzzy (Jaya., Josua., & Saliwijaya, 2011), Penentuan nutrisi untuk penderita diabetes menggunakan metode fuzzy untuk menentukan status gizi dari tinggi dan berat badan kemudian menentukan seberapa parah komplikasi yang diderita dengan memfuzzykan input hasil etiologi laboratorium dan komplikasi yang ditanyakan system, maka akan muncul hasil output hasil gizi, hasil diet, menu diet dan parah tidaknya komplikasi yang diderita pasien (Ayuningtyas & Martiana, 2013).

Seiring dengan tingkat mobilitas yang tinggi, beberapa tahun terakhir ini telah banyak berkembang perangkat bergerak atau mobile device. Salah satu perangkat mobile yang paling berkembang pesat sekarang ini adalah android mulai dari pc tablet hingga smartphone, dimana hampir setiap orang memilikinya.

Oleh karena itu pada penulisan tugas akhir ini penulis akan merancang sebuah mobile application pada smartphone android yang menerapkan logika fuzzy untuk mengukur kecerdasan emosi (EQ) anak usia dini. Sehingga dalam penelitian ini dapat memudahkan orang tua memperoleh informasi EQ anak usia dini tanpa dibatasi waktu dan tempat.

Dokumen terkait