• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

E. Pembiayaan yang Dilakukan oleh Perbankan

1.1. Latar Belakang

Sumatera Utara merupakan daerah perairan kawasan barat Indonesia yang memiliki wilayah laut yang sangat luas, yaitu dengan luas wilayah 71.000 Km², meliputi 30.000 Km² daratan rendah alluvial yang kaya .

Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah pesisir potensi kelautan dan perikanan di Sumatera Utara dengan luas 190,79 Km² yang meliputi hampir 4,3% dari seluruh luas Kabupaten Deli Serdang, yang terdiri dari 18 Desa dan 2 Kelurahan. 5 Desa dari wilayah Kecamatan merupakan Desa Pantai dengan ketinggian dari permukaan air laut berkisar dari 10 – 20 M. Percut Sei Tuan berpenduduk 299,941 jiwa dengan rincian 151.002 laki-laki dan 148.939 perempuan atau 62,381 rumah tangga.

Berbicara tentang kelautan dan perikanan tidak lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Sebagai daerah kawasan pesisir kecamatan Percut Sei Tuan memiliki banyak penduduk yang bermata pencarian sebagai nelayan. Masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir. Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki jumlah nelayan tradisional sekitar 945 orang.

Masyarakat nelayan menghadapi banyak masalah seperti politik, sosial dan ekonomi yang kompleks, mulai dari kemiskinan, kesenjangan sosial, tekanan-tekanan ekonomi, keterbatasan modal, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses pendidikan, kesehatan dan pelayanan publik, dan lain-lain.

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat nelayan secara penuh bergantung pada sumber daya pesisir dan laut. Dimana secara rutin mereka memamfaatkan sumber daya pesisir dan laut untuk menunjang ekonominya. Mereka memamfaatkan sumber daya pesisir laut dengan beragam cara diantaranya adalah penangkapan ikan, pemeliharaan ikan (tambak), pemukiman, industri kecil.

Usaha di bidang perikanan yang dilakukan oleh nelayan-nelayan kecil merupakan kegiatan yang paling riskan karena nelayan menghadapi berbagai kondisi yang merupakan faktor penentu dalam usahanya. Selain faktor alam seperti musim-musim tangkap dan musim-musim peceklik karena tidak dapat melaut akibat angin kencang, juga terdapat faktor yang paling dominan yaitu kondisi sosial ekonomi nelayan yang sebagian besar tidak punya kemapuan finansial untuk dapat menggunakan alat tangkap dan teknologi yang lebih baik untuk menangkap dan mengolah hasil tangkapan ikan sehingga memperoleh keuntungan yang lebih baik, nelayan tidak memiliki agunan untuk dapat memperoleh pinjaman modal usaha sebagaimana usaha di sektor pertanian lainnya yang memiliki tanah garapan untuk agunan, karena nelayan menangkap ikan di laut lepas yang tidak dapat dijadikan agunan sementara harga alat-alat penangkapan ikan yang baik tidak terjangkau dengan kemampuan nelayan.

Sistem penangkapan dengan menggunakan alat penangkapan yang belum memadai adalah salah satu kondisi penyebab kesejahteraan nelayan sulit dapat meningkatkan, dipihak lain langkah pemerintah dalam bentuk program yang dilaksanakan, belum memberikan hasil yang dapat memberikan tingkat kesejahteraan nelayan meningkat. Kondisi marginal yang melekat pada para

nelayan menjadikan mereka tetap dalam posisi yang terjepit dan menjadikan mereka tidak dapat bertindak sebagai seorang pebisnis dan lebih banyak memilih sebagai buruh-buruh nalayan yang bekerja di kapal-kapal nelayan yang dimiliki oleh segelintir juragan yang berasal dari luar tempat mereka tinggal, mereka hanya memperoleh imbalan upah harian tanpa memperhatikan upah minimum provinsi yang ada.

Kondisi marginal yang dimiliki tersebut cenderung memanfaatkan apa yang dapat dijadikan usaha yang mudah untuk dapat bertahan hidup bersama keluarganya untuk hari ini, diantaranya dengan mengambil karang di laut untuk dijadikan kapur dengan harga yang rendah, mereka tidak ada pilihan yang lebih baik, mereka mengambil karang setiap hari dengan volume yang relatif dengan tanpa ada alternatif pencaharian karena tidak memiliki keterampilan yang memadai.

Masyarakat nelayan selama ini dianggap sebagai kelompok masyarakat miskin yang termiskin (poorest people the poorer of the). Kemiskinan yang melanda kehidupan nelayan disebabkan oleh faktor yang kompleks, faktor-faktor tersebut tidak hanya berkaitan dengan fluktuasi musim-musim ikan, keterbatasan sumberdaya manusia, modal serta akses, jaringan pedagang ikan yang eksploitatif terhadap nelayan sebagai produsen, tetapi juga disebabkan oleh dampak negatif modernisasi perikanan yang mendorong terjadi pengurasan sumberdaya laut secara berlebihan. Hasil-hasil studi tentang tingkat kesejahteraan hidup dikalangan masyarakat nelayan telah menujukan bahwa kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi atau ketimpangan pendapatan merupakan persoalan krusial yang dihadapi nelayan dan tidak mudah untuk diatasi (Satria, 2002).

Bagi nelayan atau petani ikan yang taraf hidupnya masih rendah, perkreditan mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini mengingat kondisi nelayan yang pada umumnya dihadapkan pada beberapa persoalan yaitu dalam hal pengusahaan produksi, pengawetan, pengangkutan, pemasaran, modal dan lain-lain. Sehingga keuntungan-keuntungan dari hasil kenaikan produksinya masih jauh daripada keuntungan pihak lain, jadi belum dapat dinikmati atau dirasakan oleh para nelayan. Untuk meningkatkan kesejahteraan, maka nelayan harus meningkatkan pendapatan dengan cara meningkatkan hasil produksi. Namun untuk meningkatkan hasil produk tentunya nelayan membutuhkan modal karena modal merupakan aspek penting dalam kegiatan suatu usaha (Eni et al., 2011).

Program pembiayaan bagi usaha kecil menegah berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga kini masih sulit untuk dijangkau oleh nelayan. Dana KUR yang tersedia di beberapa bank pelaksana hingga kini masih rendah terserap untuk kegiatan sub sektor perikanan. Hal tersebut dikarenakan usaha perikanan dinilai tidak memenuhi syarat perbankan seperti jaminan tambahan berupa agunan sulit dipenuhi serta persyaratan administrasi dan prosedur pengajuan usulan pembiayaan yang rumit dan birokratis.

Selama ini para nelayan terutama nelayan tradisional merasa kesulitan untuk memperoleh modal dari sektor formal. Untuk itu diperlukan peran aktif perbankan dalam program penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) guna memenuhi kebutuhan modal nelayan yang diharapkan akan berdampak pada pengembangan usaha perikanan dan ekonomi rumah tangga nelayan, meningkatkan kemampuan nelayan untuk menangkap ikan, dan melalui tambahan modal yang diperoleh,

nelayan diharapkan mampu meningkatkan penggunaan faktor-faktor produksi sehingga mampu meningkatkan produktivitas hasil tangkapan.

Berlatar belakang masalah tersebut, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Penyaluran Kredit Usaha Rakyat

(KUR) terhadap kesejahteraan Nelayan di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”.

Dokumen terkait