• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Kabandungan

BAB VII PENUTUP 99 7.1 Kesimpulan

PERUSAHAAN GEOTHERMAL

5.1 Latar Belakang Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Kabandungan

Pengembangan ekonomi kerakyatan yang dilakukan perusahaan dari tahun ke tahun mengalami perubahan sesuai dengan evaluasi tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan staff perusahaan, pengembangan ekonomi kerakyatan yang dilakukan PG terbagi dalam dua fase yaitu fase I (fase sebelum tahun 2008) dan fase II (fase tahun 2008-2009). Tiap fase ini mempunyai karakteristik yang berbeda dimana pada fase I bantuan dari perusahaan untuk usaha masyarakat diberikan langsung kepada masyarakat tersebut, sedangkan pada fase II bantuan yang diberikan diatur oleh koperasi lokal yang dikembangkan oleh perusahaan pada tahun 2008.

Fase I (Sebelum Tahun 2008)

Pengembangan ekonomi kerakyatan yang dilakukan pada fase ini adalah membantu kelompok-kelompok tani yang ada di wilayah Kecamatan Kabandungan. Hal yang dilakukan diantaranya adalah membina kelompok- kelompok tani (sayur mayur, jagung, dan pepaya). Bantuan yang diberikan tidak dalam bentuk uang tunai tetapi dalam bentuk bibit, pupuk, obat-obatan dan menyediakan fasilitas pertanian seperti bedeng-bedeng tanaman, bangunan tempat diskusi, pompa air, cangkul, parang, alat penyemprot hama, dan lain-lain. Kelompok-kelompok tani tersebut juga mendapat binaan dari penyuluh pertanian yang bekerjasama dengan PG dan Dinas Pertanian setempat. Hal ini senada dengan yang dikatakan Kepala Desa kabandungan sebagai berikut:

PG memang tidak pernah memberikan bantuan berupa uang tunai, tetapi mereka memberikan bantuan berupa material barang seperti pupuk, obat-obatan, dan alat-alat pendukung lainnya. Untuk hal tersebut dapat dimaklumi oleh sebagian warga dan sedikit membantu kesulitan kami dalam mengembangkan usaha pertanian yang ada di desa ini.” (Pak TS, Kepala Desa kabandungan)

PG juga memberikan bantuan pada bidang peternakan. Melalui bantuan ini diharapkan peternak lokal akan mampu memasok kebutuhan komoditas pertanian di daerahnya sendiri. Bantuan ini diberikan kepada sejumlah kelompok peternak domba, itik petelur, ayam, ikan air tawar dan kelinci. Bantuan yang diberikan berupa bibit ternak, bantuan pakan ternak, sarana pemeliharaan kandang, dan pembimbingan teknis. Hal ini dilaksanakan secara bergulir yaitu, setelah satu kelompok mandiri melakukan usahanya kelompok tersebut diharuskan membantu kelompok lain untuk mandiri juga.

Perusahaan mendukung upaya pengembangan usaha lokal untuk meningkatkan mutu kehidupan dan membuka peluang dari masyarakat sekitar untuk lebih maju dan sejahtera melalui peningkatan pendapat usahanya. Dalam mewujudkan hal tersebut PG memberikan bantuan berupa bibit dan pupuk kepada kelompok-kelompok tani, diantaranya: bantuan bibit pepaya dan pupuk kepada kelompok tani IRMA di kampung ciawitali desa Kabandungan, bantuan bibit ikan, pakan ikan, dan tenaga instruktur kepada kelompok tani ternak ikan air tawar di Kampung Cimanggu Desa Kabandungan.

Bantuan yang diberikan pada fase ini banyak mengalami kemunduran dimana bantuan yang diberikan tidak sampai ke masyarakat yang bersangkutan disertai banyaknya UKM yang tidak berlanjut atau bangkrut di tengah jalan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 yang memperlihatkan berkurangnya bantuan yang diberikan kepada masyarakat secara lansung. Selain itu juga terlihat bahwa beberapa usaha yang diberikan bantuan pada tahun sebelumnya ternyata tidak ada lagi pada tahun berikutnya (senada dengan pernyataan aparat lokal yang ada di Kecamatan Kabandungan):

”Bantuan yang diberikan PG melalui LSM kebanyakan tidak sampai ke masyarakat secara umum, hanya yang dekat dengan mereka saja yang dapat bantuan tersebut. Jadi banyak juga bantuan yang dikasih PG malah ga dimanfaatkan dengan baik. Kayak pemberian bibit ternak kelinci aja, bukannya diternak malah dijual.” (Pak TS, Kepala Desa Kabandungan)

”Waktu itu sih pernah ada bibit ternak domba yang dikasih PG, tapi ga lama abis itu cuma beberapa kelompok aja yang ada hasil ternaknya. Beberapa yang lain malah ga ada, bilangnya sih pada mati.” (Pak AM, Kepala Desa Cipeuteuy)

”Oh, untuk bantuan bibit kayak gitu sebenernya PG sudah banyak ngasih, kayak yang di desa kabandungan kan ada tuh yang bembibitan tanaman pepaya juga bantuan ke karang taruna sini buat pengembangan pertanian palawija. Buat yang itu sih sukses-sukses aja, masyarakat yang dikasih bantuan bisa

mengelolanya dengan baik.” (Pak FR, staff Kecamatan

Kabandungan).

Pernyataan-pernyataan diatas juga diakui sendiri oleh pihak PG. Bantuan- bantuan tersebut diberikan kepada masyarakat untuk membantu mereka membuka usaha mandiri. Harapannya agar masyarakat dapat meningkat pendapatannya dan tidak tergantung terus dengan bantuan-bantuan yang ada. Seperti yang diungkapkan oleh staff divisi eksternal PG sebagai berikut:

“Kami sudah mencoba untuk membantu masyarakat dengan memberikan bantuan bibit dan pakannya. Karena kami tidak bisa memberikan bantuan berupa uang tunai. Tahun 2006 kami pernah memberikan anakan kelinci dan domba untuk diternakkan, hasil dari ternakkan tersebut untungnya untuk masyarakat, tapi setelah dicek lagi anakannya katanya pada mati, terus malah ada yang bilang kalo anakannya dijual lagi.” (Pak WE, staff divisi eksternal PG)

Aktivitas pemberian bantuan kepada kelompok-kelompok tani di wilayah Kecamatan Kabandungan pada tahun 2007 dan 2008 dapat dilihat dalam Tabel 5. Dimana pada tabel tersebut memperlihatkan adanya bantuan yang muncul pada tahun 2007 dan tidak ada lagi pada tahun 2008.

Bantuan yang diberikan pada fase ini ternyata tidak dapat terrealisasi dengan baik. Keberlanjutan usaha masyarakat yang memperoleh bantuan tidak tercapai. Hanya beberapa kelompok saja yang bisa bertahan seperti kelompok yang diasuh karang taruna di Desa Kabandungan. Evaluasi yang dilakukan PG memperlihatkan bahwa bantuan yang ada masih bersifat top down, pelibatan

partisipasi masyarakat masih kurang, serta sosialisasi yang kurang membuat tidak banyak masyarakat yang tahu mengenai bantuan-bantuan yang diberikan oleh perusahaan.

NO Aktivitas tahun 2007 Aktivitas tahun 2008

1. Bantuan dalam bentuk berbagai bibit tanaman pertanian, pupuk dan obat- obatan untuk program pertanian jagung, bekerjasama dengan kelompok LSM SORAKK Kabandungan.

Membantu kelompok kesenian setempat “mustika” di desa tugu bandung.

2. Bantuan bibit tanaman papaya, pupuk dan obat-obatan untuk program pertanian papaya IRMA Ciawitali, Kabandungan.

Membantu Kelompok Tani di ciawitali

3. Bantuan pelatihan kepada kelompok masyarakat peternak ikan air tawar di desa cimanggu.

Membantu kelompok perikanan KUUP Cimanggu

4. Bantuan peralatan dan pembinaan usaha produksi makanan ringan bagi kader posyandu di dusun babakan, desa kabandungan

Pelatihan UKM bekerjasama dengan PNM fase I & II

5. Bantuan bahan material, dan kayu untuk pengrajin kayu/meubeuler bekerjasama dengan LSM Pemuda Pancasila Kabandungan

Membantu kelompok tani “mustika” di Desa Tugu Bandung dengan pupuk dan bibit tanaman

6. Bantuan pelatihan pengembangan usaha kepada 35 orang guru-guru madrasah diniyah se-Kecamatan Kabandungan bekerjasama dengan PNM.

Gambar 8. Matriks Aktivitas Bantuan yang Diberikan PG Pada Tahun 2007 dan 2008

Fase II (Tahun 2008-2009)

Pada fase ini PG mulai mengubah prinsip pengembangan UKM yang dilaksanakannya. Bantuan yang semula diberikan langsung kepada masyarakat melalui kelompok-kelompok tani, dan Karang Taruna untuk saat ini diganti dengan memberikan bantuan melalui Koperasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Informan selaku staff divisi eksternal PG, yaitu:

”Untuk program pengembangan UKM yang dilakukan PG terbagi dalam dua fase yaitu fase sebelum tahun 2009 dan fase setelah tahun 2009. Dimana pada fase pertama (sebelum tahun 2009) PG memberikan bantuan langsung kepada kelompok-kelompok tani yang ada berupa bantuan pupuk, bibit, obat-obatan, dan tenaga pembimbing teknis. Sementara fase berikutnya bantuan tidak diberikan langsung kepada kelompok tani tetapi melalui koperasi.”

(DM, staff divisi eksternal PG)

Prinsipnya dengan koperasi yang mapan dan dapat mengelola keuangan dengan baik akan membantu masyarakat dalam memberikan pinjaman dan dapat menanggulangi kredit macet ataupun bantuan yang tidak sampai pada orang yang tepat. Sejalan dengan pernyataan ketua divisi eksternal PG, bahwa:

”Usaha Kecil dan menengah merupakan suatu kegiatan yang baik karena didukung manajemen koperasi yang baik. Dengan UKM maka dalam kegiatan peningkatan perekonomian masyarakat dapat berkelanjutan dan terintegrasi dengan baik dan terarah.”

(WE, Ketua Divisi Eksternal PG)

Pembangunan Koperasi Kartini sebagai salah satu upaya pengembangan UKM di wilayah Kecamatan Kabandungan merupakan hasil evaluasi program tahun-tahun sebelumnya yang ternyata kurang berhasil dalam mengembangkan perekonomian masyarakat. Kendala yang dihadapi pada fase sebelumnya adalah bantuan yang diberikan tidak tepat sasaran, bantuan yang diberikan tidak banyak

diketahui masyarakat hanya diketahui orang-orang tertentu saja, serta banyaknya usaha yang tidak berjalan lagi. Berdasarkan hasil wawancara dari Kepala Koperasi Kartini, alasan dibentuknya Koperasi Kartini adalah harapan PG yang ingin melihat keberlanjutan bantuan yang diberikan agar dapat diterima dan diakses masyarakat dengan mudah dan tepat sasaran. Bantuan yang diberikan untuk UKM yang adapun bisa berlanjut dalam jangka panjang sehingga usaha yang telah dirintis tidak berhenti ditengah jalan.

Informan yang merupakan staff divisi eksternal perusahaan pun menyatakan bahwa harapan dari dibangunnya koperasi sebagai salah satu upaya pengembangan UKM yang ada dimasyarakat. Melalui adanya lembaga yang mampu mengelola perekonomian masyarakat lokal. Lembaga ini tentunya berdiri resmi yang dalam hal ini diakui oleh pemerintah (memiliki badan hukum) dan diakui oleh masyarakat (mendapat partisipasi masyarakat setempat dalam pengelolaannya). Melalui koperasi yang dikelola oleh masyarakat setempat diharapkan juga supaya masyarakat mempunyai rasa memiliki sehingga dapat menjaga hubungan yang baik diantara masyarakat yang merupakan anggota koperasi dengan masyarakat yang menjadi pengurus koperasi.

Prinsipnya dengan dilibatkannya masyarakat dalam pengelolaan koperasi tersebut masyarakat akan menganggap bantuan yang diberikan bukan merupakan hibah atau hadiah. Bantuan tersebut lebih dianggap sebagai dana yang harus digulirkan kembali dan dikembangkan kemudian agar dapat membantu lebih banyak masyarakat yang memerlukan. Dengan demikian masyarakat akan lebih bertanggung jawab dalam mengelola uang yang ada untuk kepentingan usahanya.

Dokumen terkait