• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

8. Pengendalian Hama Penyakit

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian adalah kegiatan yang memiliki tiga dimensi yaitu pertumbuhan pertanian, pengentasan kemiskinan, dan keberlanjutan lingkungan hidup. Aspek-aspek dalam pembangunan pertanian adalah sumberdaya pertanian secara optimal untuk memenuhi kebutuhan manusia dan usaha tersebut mencakup pertanian dalam arti luas yaitu tanaman, ternak maupun ikan dalam rangka meningkatkan taraf hidup petani, meningkatkan pertumbuhan pertanian secara berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan hidup (Kartasapoetra,1994).

Prioritas utama pembangunan pertanian adalah menyediakan pangan bagi seluruh penduduk yang meningkat. Bila dikaitkan dengan keterjaminaan pangan, ini menyiratkan pula perlunya pertumbuhan ekonomi disertai dengan pemerataan sehingga daya beli masyarakat meningkat dan distribusi pangan lebih merata. Permintaan komoditas pangan akan terus meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk serta perkembangan industri dan pakan. Disisi lain, upaya meningkatkan pendapatan petani terus dilakukan agar mereka tetap bergairah dalam meningkatkan hasil usaha taninya (Arianda,2010).

Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencarian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin, menuju swasembada pangan. Tetapi tantangan untuk menuju cita-cita tersebut sangat besar, terutama

Usaha meningkatkan produksi dengan menerapkan berbagai teknologi telah dilakukan dengan berbagai cara, seperti: memberikan bimbingan kepada petani mengenai panca usaha, intensifikasi khusus dan lain sebagainya. Semua itu bermaksud meningkatkan produksi, guna mengimbangi laju permintaan pangan. Bahkan dewasa ini dikenal lagi teknologi baru, yakni supra-insus yang menerapkan 10 teknologi untuk melestarikan swasembada pangan. Masalah masalah ini masih harus dihadapi dalam jangka waktu 5-10 tahun mendatang. Menurut Taher (2000) dalam upaya peningkatan hasil pertanian juga dilakukan penelitian dan pengkajian teknik penataan populasi tanaman dalam satu luas lahan tertentu. Teknik ini banyak diterapkan oleh petani di Jawa yang disebut juga dengan sistem jajar legowo. Legowo berasal dari bahasa Jawa, lego: lega/luas dan dowo: memanjang, artinya sistem tanam jajar dimana antar barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas.

Pertanian dan penyuluhan pertanian sedang menghadapi persoalan serius yang tidak mudah dipecahkan. Produksi pangan perkapita mengalami penurunan disejumlah negara di Afrika dan banyak dari negara-negara itu yang tidak memiliki cukup devisa untuk mengimpor barang-barang lebih banyak lagi. Pada masa lampau peningkatan produksi pangan lebih banyak dipengaruhi oleh peningkatan areal pertanian. Akan tetapi, hal ini tidak mungkin lagi terjadi, sebagian karena banyak lahan yang mengalami penurunan produktivitas akibat erosi. Di banyak negaraAsia dan Amerika Latin, produksi pangan meningkat lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk setelah diperkenalkannya revolusi hijau (Sastraadmadja,1993).

Kenyataan bahwa dengan telah dilaksanakannya “ Pembangunan Lima Tahun” (PELITA) I, II, III, dan sebagian dari rencana PELITA IV, Indonesia kini telah berhasil mencapai swasembada sebagian besar kebutuhan akan bahan pangannya, bahkan beberapa produk pertanian telah berhasil dieksport dan mendatangkan devisa yang cukup besar guna meneruskan pelaksanaan pembangunan bidang lainnya di tanah air kita (Kartasapoera,1994).

Penyuluhan pertanian membutuhkan perencanaan yang sistematis, perencanaan program penyuluhan melibatkan pengambilan keputusan mengenai tugas organisasi penyuluhan. Suatu program diperlukan untuk kegiatan jangka pendek, jangka menengah ataupun jangka panjang. Program jangka pendek misalnya informasi mengenai varietas padi yang baru dilepas yang diberikan pada petani dalam jangka panjang seperti usaha peningkatan hasil melaluli teknologi produksi modern (Van Den Ban dan Hawkins, 2003).

Penyuluh pertanian lapangan merupakan ujung tombak dalam pembangunan pertanian di Indonesia, kerena penyuluh pertanian lapangan merupakan barisan terdepan dalam kegiatan penyuluhan pertanian yang selalu berkomunikasi secara langsung dengan petani di pedesaan. Komunikasi antara penyuluh pertanian dengan para petani diharapkan mampu memberikan hasil berupa pengetahuan, sikap dan tingkah laku petani dalam hal cara-cara bercocok tanam.

Penyuluhan pertanian memiliki kegiatan tertentu agar tujuan-tujuan yang diinginkan (perbaikan-perbaikan teknologi, cara kerja tingkat kehidupan para petani di pedesaan) dapat tercapai. Kegiatan itu harus dilaksanakan secara teratur dan terarah, tidak mungkin dilaksanakan begitu saja, oleh karena itu memerlukan

metode atau cara-cara yang dapat digunakan, harus bersifat mendidik, membimbing dan menerapkan, sehingga para petani dapat “menolong dirinya sendiri”, mengubah dan memperbaiki tingkat pemikiran, tingkat kerja dan tingkat kesejahteraan hidupnya (Kartasapoetra,1994).

Sastraadmadja (1993) mengemukakan adanya 3 matra (dimensi) kegunaan evaluasi, yang terdiri atas :

1. Kegunaan operasional, yaitu :

a. Melalui evaluasi, kita dapat mengetahui cara yang tepat untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, dan sekaligus dapat mengidentifikasi faktor-faktor kritis yang sangat menentukan keberhasilankegiatan penyuluhan yang dilakukan.

b. Melalui evaluasi, dapat kita lakukan perubahan, modifikasi dan supervisi terhadap kegiatan yang dilaksanakan.

c. Melalui evaluasi, akan dapat dikembangkan tujuan-tujuan serta analisis informasi yang bermanfaat bagi pelaporan kegiatan.

2. Kegunaan analisis bagi pengembangan program, yang mencakup:

a. Untuk mengembangkan dan mempertajam tujuan program dan perumusannya.

b. Untuk menguji asumsi-asumsi yang digunakan, dan untuk lebih menegaskan lagi secara eksplisit.

c. Untuk membantu dalam mengkaji ulang proses kegiatan demi tercapainya tujuan yang dikehendaki.

3. Kegunaan kebijakan, yang mencakup:

a. Berlandaskan hasil evaluasi, dapat dirumuskan kembali: strategi pembangunan, pendekatan yang digunakan serta asumsi-asumsi dan hipotesis-hipotesis yang akan diuji.

b. Untuk menggali dan meningkatkan pengetahuan tentang hubungan antar kegiatan pembangunan, yang sangat bermanfaat bagi peningkatan efektivitas dan efesiensi kegiatan-kegiatan dimasa mendatang.

Menurut Arianda (2010) Sistem perencanaan mengharuskan adanya evaluasi atau adanya penilaian hasil pelaksanaanya, yang kemudian dapat digunakan sebagai masukan guna memperbaiki atau merencanakan kembali. Dalam evaluasi atau penilaian mencoba untuk mendapatkan informasi dan mencapai hasil suatu program atau dampak dari suatu kegiatan, bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanaannya suatu program, disamping mencari informasi mengenai apa, juga dicari jawaban mengapa atau sebab hal-hal positif maupun negatif yang terjadi.

Sebagian besar masyarakat desa Balai Kasih bermata pencaharian sebagai petani. Pada umumnya wilayah desa Balai Kasih didominasi oleh areal persawahan dan areal perladangan yang ditanami tanaman keras oleh masyarakat seperti karet dan kelapa sawit . Sistem persawahan di desa ini menggunakan sistem irigasi. dalam satu tahun, terdapat tiga kali musim tanam, yakni dua kali menanam tanaman pangan (padi), dan satu kali musim menanam tanaman palawija (jagung dan kacang kacangan). Hal ini dilakukan karena adanya sistem air irigasi yang

Oleh sebab itu petani tidak dapat menanam padi dan beralih untuk menanam palawija. Selain faktor ketidaktersediaan air, petani juga beranggapan rotasi tanaman yang dilakukan baik untuk daya dukung lahan agar semakin subur dan memutus perkembangbiakan hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai evaluasi terhadap adopsi teknologi sistem tanam padi jajar legowo di Desa Balai Kasih, Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat.

Tabel 1. Luas Areal Pertanian Menurut Desa di Kecamatan Kuala, 2014

No Nama Desa Luas Areal (Ha)

1 Raja Tengah 82 2 Balai Kasih 162 3 Dalan Naman 8 4 Bela Rakyat 110 5 Pekan Kuala 30 6 Sukamakmur 40 7 Parit Bindu 120 8 Bekiun 66 9 Namu Mbelin 142 10 Beruam 15 11 Besadi 13 Jumlah 766

Sumber: BPP Kecamatan Kuala, 2015

Daritabel diatas, terlihat bahwa Desa Balai Kasih merupakan desa yang paling luas areal persawahannya di Kecamatan Kuala. Selain itu peneliti juga telah

memperoleh informasi dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) setempat bahwa mereka telah melakukan penyuluhan mengenai teknologi sistem tanam jajar legowo di desa ini.

Dokumen terkait