• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Terhadap Adopsi Teknologi Sistem Tanam Padi Jajar Legowo (Kasus: Desa Balai Kasih Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Terhadap Adopsi Teknologi Sistem Tanam Padi Jajar Legowo (Kasus: Desa Balai Kasih Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Kuesioner

A. Identitas Responden

- Nama responden :... - Usia :...(Tahun) - Jenis kelamin (P/W) :... - Jumlah anggota keluarga :...(Jiwa) - Status pernikahan :... - Mata pencaharian

a.utama :... b.sampingan :... - Lama bertani :...(Tahun) - Luas lahan :...(Ha)

B.MENGUKUR TINGKAT PENGETAHUAN PETANI

1.Sistem tanam jajar legowo merupakan cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan tanam yang di selingi dengan barisan kosong.

1. setuju skor : 3 2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

2. Bibit padi yang bagus sebaiknya di pindahkan dari persemaian ke lahan berusia di atas 21 hari.

1. setuju skor : 3 2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

3. Benih yang bersertifikat lebih menguntungkan dari benih yang tidak bersertifikat

(2)

4Sistem tanam jajar legowo akan memperbaiki kualitas gabah karena akan semakin banyak tanaman yang berada di pinggir barisan.

1. setuju skor : 3 2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

5. Sistem tanam jajar legowo dapat mengurangi serangan penyakit pada tanaman padi

1. setuju skor : 3 2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

6.Sistem tanam jajar legowo akan mempermudah dalam perawatan tanaman padi baik dalam proses pemupukan maupun penyemprotan pestisida.

1. setuju skor : 3 2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

7.Sistem tanam jajar legowo dapat menghemat pupuk, karena yang dipupuk hanya di bagian dalam baris tanaman saja

1. setuju skor : 3 2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

8. Sistem tanam jajar legowo akan mengoptimalkan sirkulasi udara sehingga mengurangi resiko penyakit jamur dan bakteri yang menghendaki kelembapan tinggi seperti kresek daun.

1. setuju skor : 3 2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

9. sistem tanam jajar legowo dapat meningkatkan populasi tanaman (jumlah anakan) padi secara signifikan.

(3)

10 . Sistem tanam jajar legowo akan meningkatkan produktivitas panen dibandingkan dengan sistem tanam yang lain.

1. setuju skor : 3 2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

C.MENGUKUR TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI PETANI

1. sebelum padi ditanam, pada lahan di buat barisan tanaman yang di selingi satu barisan kosong menggunakan tali plastik ataupun benang.

1. setuju skor : 3 2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

2.Penggunaan varietas anjuran memberikan peluang lebih besar untuk mencapai hasil panen yang lebih tinggi

1. setuju skor : 3 2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

3.Penggunaan benih bermutu (bersertifikat) dapat memberikan efek pertumbuhan tanaman lebih cepat dan merata.

1. setuju skor : 3 2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

4.Penggunaan benih bermutumenghasilkan perakaranlebih banyak pada tanaman 1. setuju skor : 3

2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

5.Penggunaan benih bermutumenghasilkan pertumbuhantanaman yang seragam 1. setuju skor : 3

(4)

6.Pemupukan dilakukan berdasarkan usia dan warna daun tanaman. 1. setuju skor : 3

2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

7.Daripada dibuang dan dibakar, sisa jerami dari panenn sebaiknya di benamkan dalam tanah sebagai pupuk kompos yang dapat meningkatkan unsur hara tanah

1. setuju skor : 3 2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

8.Pengendalian gulma menggunkan pestisida merupakan pengendalian secara mekanik.

1. setuju skor : 3 2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

9.Jajar legowo banyak digunakan petani karena banyak memberikan keuntungan. 1. setuju skor : 3

2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

10.Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan akan mengurangi kesuburan tanah 1. setuju skor : 3

2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

11. pengolahan tanah dilakukan secara sempurna agar gulma tidak cepat berkembang.

(5)

12. Penggunaan traktor dapat mempermudah dan menghemat waktu dalam pengolahan lahan.

1. setuju skor : 3 2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

13. pengairan berselang dilakukan untuk mengatur kondisi lahan dalam kondisi kering dan kondisi tergenang secara bergantian.

1. setuju skor : 3 2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

14.Panen tepat waktu dapat mengurangi terjadinya kehilangan hasil (banyak bulir padi/gabah yang rontok).

1. setuju skor : 3 2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

15.Panen terlalu awal dapat memungkinkan banyaknya bulir padi yang hampa (kopong)

1. setuju skor : 3 2. ragu-ragu skor : 2 3. tidak setuju skor : 1

D. MENGUKUR PERBEDAAN HASIL PANEN

A. Hasil panen yang diperoleh sebelum menerapkan sistem tanam jajar legowo:

...(Ton)

B. Hasil panen yang diperoleh setelah menerapkan sistem tanam jajar legowo:

(6)

Lampiran 1. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani

Sampel Usia

(Tahun)

Luas Lahan (Hektar)

Pengalaman (Tahun)

1 53 0,8 31

2 37 0,5 12

3 41 0,5 21

4 64 0,4 35

5 45 0,4 20

6 61 0,4 35

7 43 0,5 15

8 44 0,4 15

9 48 0,7 25

10 58 0,7 25

11 44 0,4 25

12 55 0,3 30

13 41 0,2 16

14 52 0,7 30

15 47 0,5 27

16 49 0,4 25

17 31 0,4 10

18 42 0,4 22

19 48 0,7 23

20 52 0,6 30

21 42 0,6 20

22 49 0,8 24

23 64 0,8 35

24 44 0,8 30

25 61 0,6 33

26 36 0,8 11

27 58 0,6 28

28 54 0,6 35

29 62 0,3 37

30 43 0,6 20

(7)

Lampiran 2. Skor Tingkat Pengetahuan Petani Terhadap Teknologi Sistem Tanam Padi Jajar Legowo

sampel Skor Total

pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor

1 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 27

2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 28

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 28

5 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 29

6 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29

7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

8 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 27

9 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 29

10 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 28

11 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 29

12 3 1 2 2 2 2 1 2 3 3 20

13 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 29

14 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 29

15 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 29

16 3 1 1 2 2 2 1 2 3 3 20

17 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 27

18 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 27

19 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 28

20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

21 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 29

22 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 27

23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

25 3 1 1 2 2 2 1 2 3 3 20

26 3 1 2 2 2 2 1 3 3 3 22

27 3 1 1 2 2 2 1 2 3 3 20

28 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 29

29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

30 3 1 1 2 2 2 1 2 3 3 20

jumlah 90 67 78 83 78 83 77 81 90 90 817

Rata-rata

3 2,2 2,6 2,8 2,6 2,8 2,5 2,7 3 3 27,2

Keterangan:

a.Skor 1 menunjukkan tidak setuju b.Skor 2 menunjukkan ragu-ragu c.Skor 3 menunjukkan setuju

(8)

Sampel Skor Total

Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45

2 3 1 1 1 2 3 1 3 1 1 3 3 2 2 3 30

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45

4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 44

5 3 1 1 1 2 3 1 3 1 1 3 3 2 2 3 30

6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45

7 3 3 2 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 42

8 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 42

9 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 44

10 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 42

11 3 1 1 1 2 3 1 3 1 1 3 3 2 2 3 30

12 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 43

13 3 1 1 1 2 3 1 3 1 1 3 3 2 2 3 30

14 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 43

15 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 42

16 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 43

17 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 42

18 3 1 1 1 2 3 1 3 1 1 3 3 2 2 3 30

19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45

20 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 44

21 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 44

22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45

23 3 1 1 1 2 3 1 3 1 1 3 3 2 2 3 30

24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45

25 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 44

26 3 2 2 1 3 2 1 3 3 1 3 3 2 3 3 35

27 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 44

28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45

29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45

30 3 1 1 1 2 3 1 3 1 1 3 3 2 2 3 30

Jumlah 9 0

71 70 73 83 89 59 90 76 72 90 90 72 83 90 1203

Rata-rata

3 2,3 2,3 2,4 2,7 2,9 1,9 3 1,5 2,4 3 3 2,4 2,7 3 40.13

a.Skor 1 menunjukkan tidak setuju b.Skor 2 menunjukkan ragu-ragu c.Skor 3 menunjukkan setuju

Lampiran 4. Hasil Panen yang diperoleh Petani Sebelum dan Sesudah diterapkan Teknologi Sistem Tanam Padi Jajar Legowo.

Sampel

Sebelum jajar

legowo (kg)

Sesudah jajar

legowo (kg)

1

4200

5400

2

2725

3475

(9)

4

2100

2700

5

2100

2700

6

2000

2650

7

2625

3375

8

2100

2700

9

3675

4725

10

3675

4725

11

2100

2700

12

1575

2025

13

1050

1350

14

3675

4725

15

2625

3375

16

2100

2700

17

2100

2700

18

2100

2700

19

3675

4725

20

3150

4050

21

3150

4050

22

4200

5400

23

4200

5400

24

4300

5400

25

3150

4050

26

3150

4050

27

3450

4050

28

3450

4050

29

1575

2025

30

3150

4150

Jumlah

85.749

109.500

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Arianda, Dwi. 2010.Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Budidaya Padi Sistem

Legowo Di Kabupaten Tanggerang. Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Syarief Hidayatullah. Jakarta

Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kuala. 2016. Langkat dalam angka

2015.

Herawati,W.D. 2012. Budidaya Padi. Javalitera. Jakarta.

Kartasapoetra,A G.1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta Purwasasmita,Mubiar.2012. Padi Sri Organik Indonesia. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Romauli, Melfrianti. 2013. Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian

Terpadu Usahatani Padi Organik. Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara. Medan.

Sastraadmadja,Entang. 1993. Penyuluhan Pertanian. Penerbit Alumni. Bandung. Sitompul, J.S. 2008. Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Nilam.

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Soekartawi. 1995. Pembangunan Pertanian. Manajemen PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Supriana,T. 2012. Modul Metode Penelitian Sosial. Departemen Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian USU. Medan.

Taher,A. 2000. Teknologi Shaffer Pada Padi Sawah. BPPTP. Sumatera Barat. Van Den Ban dan Hawkins. 2003. Penyuluhan Pertanian. Cetakan V. Penerbit

Kanisius. Yogyakarta.

(11)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposiveyaitu di Desa Balai Kasih, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Desa ini dipilih karena merupakan desa yang terluas areal pertaniannya dari seluruh desa yang ada di kecamatan Kuala dan PPL menyampaikan bahwa desa ini telah menerima penyuluhan teknologi sistem tanam padi jajar legowo (lihat tabel 1).

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Populasi penelitian adalah petani padi sawah yang menerapkan teknologi sistem tanam jajar legowo yaitu sebesar 93 petani. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan rumus Slovin (Supriana,2012).

N 1+Ne2

93

1+93 (0,15 x 0,15)

=29,96=30
(12)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung serta menggunakan kuesioner yang ntelah disiapkan sebelumnya, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait serta literartur yang mendukung penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh terlebih dahulu ditabulasikan, kemudian dianalisis dengan uji statistik yang sesuai. Untuk mengidentifikasi masalah yang pertama, di analisis menggunakan metode skoring. Penentuan skor dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Skor diperoleh melalui kuesioner yang jawabannya akan diberikan oleh sampel (petani). Pernyataan dari kuesioner tersebut merupakan SOP (Standar Operasional Prosedur) dari sistem tanam jajar legowo dan Penyuluh Pertanian Lapangan(PPL). Kriteria penilaian dilakukan menggunnakan skala Likert, total skor yang diperoleh akan menggambarkan tingkat pengetahuan petani padi sawah mengenai sistem tanam jajar legowo di Desa Balai Kasih.

Interval = Skor Tertinggi – Skor Tertinggi = 30 – 10

= 20 : 3 = 6,8 Maka diperoleh skor sebagai berikut:

(13)

Untuk jawaban yang diberi skor dari tingkat pengetahuan tersebut dapat ditentukan dengan:

• Jawaban Setuju = skor 3 • Jawaban ragu ragu = skor 2 • Jawaban tidak setuju = skor 1

Untuk mengidentifikasi masalah yang kedua yaitu menggunakan metode skoring. Skor diperoleh melalui kuesioner yang jawaban diberikan oleh petani. Pernyataan kuesioner tersebut merupkan SOP dari sistem tanam jajar legowo dan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). Total skor yang diperoleh akan menggambarkan tingkat adopsi petani padi sawah terhadap sistem tanam jajar legowo di Desa Balai Kasih.

Interval = Skor Tertinggi – Skor Tertinggi = 45 – 15

= 30 : 3 = 10 Maka diperoleh skor sebagai berikut:

• Skor 15-25 = tingkat Adosi Rendah • Skor 26-35 = Tingkat Adopsi Sedang • Skor 36-45 = Tingkat Adopsi Tinggi

Untuk jawaban yang diberi skor dari tingkat adopsi tersebut dapat ditentukan dengan:

(14)

Untuk mengidentifikasi masalah ketiga apakah ada perbedaan hasil panen sebelum dan sesudah diterapkan sistem tanam jajar legowo dianalisis menggunakan metode Uji Beda Rata-Rata sampel berpasangan. Metode ini biasa digunakan untuk menguji perbedaan antara dua pengamatan. Uji beda rata-rata sampel berpasangan dilakukan pada subyek yang berpasangan atau serupa dan subyek yang diuji pada situasi sebelum dan sesudah proses. Dalam pengambilan keputusan dapat bepedoman dengan mebandingkan nilai Asymp Sig dengan batas kritis yakni 0,05.

• H1 diterima jika nilai signifikansi > 0,05 (tidak ada perbedaan hasil panen sebelum dan sesudah diterapkan sistem tanam jajar legowo)

• H0 diterima jika nilai signifikansi <0,05 (ada perbedaan hasil panen sebelum dan sesudah diterapkan sistem tanam jajar legowo)

• H1 diterima jika t hitung > t tabel. • H0 dierima jika t hitung <t tabel

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahfahaman dalam menafsirkan penelitian ini maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Definisi

1. Petani adalah orang yang melaksanakan dan mengelola usahatani pada sebidang tanah atau lahan.

(15)

persemaian, cara tanam, pemupukan dasar, penyiangan, pemeliharaan dan panen.

3. Adopsi inovasi adalah perilaku petani dalam menerima dan menerapkan inovasi mengenai budidaya padi mencakup hama penyakit, persemaian, cara tanam, pemupukan dasar, penyiangan, pemeliharaan dan panen.

4. Sikap petani adalah tindakan yang ditunjukkan petani berupa menolak ataupun menerima kegiatan penyuluhan megenai sistem jajar legowo dalam budidaya padi.

5. Pendidikan petani adalah pendidikan formal yang diikuti petani diukur dalam tahun.

6. Umur petani adalah umur petani sejak dilahirkan sampai dengan penelitian ini dihitung dalam tahun.

7. Adopsi teknologi adalah proses dimana petani berubah dari pengetahuan awalnya tentang inovasi kearah pengambilan keputusan untuk menerima ataupun menolak inovasi tersebut.

8. Pengalaman petani adalah hal-hal yang dialami petani sampai menginjak usia penelitian dilakukan, dalam satuan waktu lamanya petani melakukan kegiatan usahataninya dalam satuan tahun.

(16)

9. Teknologi sistem tanam padi jajar legowo adalah modifikasi cara bertanam yang sudah ada sebelumnya menjadi lebih baik lagi dengan sistem 2:1 ataupun 4:1 artinya di setiap 2 baris atau 4 baris tanaman terdapat satu barisan kosong.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah Desa Balai Kasih, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2016.

(17)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Luas dan Letak Geografis

Desa Balai Kasih terletak di dataran sedang dengan ketinggian 10-25 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata- rata berkisar 30o Celcius dengan curah hujan rata-rata 250 mm/tahun. Tanah di desa ini termasuk jenis tanah aluvial dengan tekstur umumnya lempung berpasir.

Desa Balai Kasih terletak di Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat dengan luas wilayah 579 Ha. Desa Balai Kasih terdiri atas 4 dusun, yaitu dusun I Belilir, Dusun II Mesjid, Dusun III Sempurna dan Dusun IV Tempel. Desa Balai Kasih terletak 2 km dari ibukota Kecamatan Kuala, 40 km dari ibukota Kabupaten Langkat dan 39 km dari ibukota Provinsi Sumatera Utara.

Secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Nambiki Kecamatan Selesai. • Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Raja Tengah Kecamatan Kuala. • Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Nambiki Kecamatan Selesai. • Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Bela Rakyat Kecamatan

Kuala.

(18)

mendukung untuk ditanami tanaman pangan sepanjang tahun seperti padi sawah dan palawija tanpa harus khawatir memikirkan musim kemarau. Karena pada musim kemarau pun areal persawahan di desa ini tetap memperoleh air dari saluran irigasi. Areal persawahan di Desa Balai Kasih merupakan wilayah dari saluran irigasi Namu Sira-sira. Terdapat 3 pintu air di desa ini yang berfungsi untuk mengontrol jumlah debit air yang masuk ke areal persawahan dan pintu air ini berfungsi untuk mengalirkan air dari saluran utama ke saluran sekunder maupun saluran tersier yang langsung mengalir ke areal persawahan petani.

4.2Keadaan Penduduk

Desa Balai Kasih Memiliki jumlah penduduk sebanyak 3060 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 720 yang tersebar di seluruh Desa Balai Kasih.Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Balai Kasih Tahun 2015

No Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 1495 48,86

2 Perempuan 1565 51,14

Jumlah 3060 100

Sumber: Data DesaTahun 2016

(19)

Tabel 3. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Balai Kasih Tahun 2015

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0-5 286 9,34

2 6-12 775 25,32

3 13-16 750 24,50

4 17-59 1084 35,42

5 60> 201 6,56

Jumlah 3060 100

Sumber:Data Desa Tahun 2016

Pada tabel dapat dilihat bahwa jumlah penduduk tertinggi pada kelompok umur (17-59 tahun) yaitu sebanyak 1084 jiwa atau sekitar 35,42%. Sedangkan jumlah penduduk terendah pada kelompok umur (60> tahun) sebanyak 201 jiwa atau sekitar 6,56%.

Tabel 4.Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Balai Kasih Tahun 2015

No Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 PNS 52 1,69

2 ABRI/POLRI 2 0,06

3 Pedagang 12 0,39

4 Peternak 8 0,26

5 Petani 552 18,16

6 Buruh tani 150 4,90

7 Buruh Bangunan 8 0,26

8 Lainnya 2276 74,37

Jumlah 3060 100

Sumber: Data Desa Tahun 2016

(20)

Tabel 5. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Balai Kasih Tahun 2015

No Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 TK 110 3,59

2 SD 360 11,76

3 SMP 320 10,45

4 SMA 233 7,61

5 D1 23 0,75

6 D2 6 0,19

7 D3 47 1,53

8 S1 69 1,96

9 S2 6 0,19

10 S3 -- --

11 Tidak Berpendidikan 1984 64,83

Jumlah 3060 100

Sumber: Data Desa Tahun 2016

Dari tabel dapat dilihat bahwa penduduk Desa Balai Kasih dominan tamat SD yakni sebanyak 360 orang, SMP 320 orang, SMA 233 orang, TK 110 orang, S1 69 orang, D3 47 orang, D1 23 orang, D2 6 orang dan S2 sebanyak 6 orang.

4.3Sarana dan Prasarana

(21)

Tabel 6.Sarana dan Prasarana Umum di Desa Balai Kasih Tahun 2015

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Sekolah

• SD Negeri 2

• SLTP Negeri 1

2 Fasilitas Kesehatan

• Rumah bersalin 3

• Puskesmas pembantu 1

Balai Pengobatan 1

3 Tempat Ibadah

• Masjid 2

• Mushola/Langgar 3

Sumber: Data Desa Tahun 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Balai Kasih cukup memadai, mulai dari fasilitas pendidikan, kesehatan dan tempat ibadah, hanya sekolah SLTA yang mengharuskan masyarakat khususnya siswa untuk bersekolah di ibukota Kecamatan. Fasilitas yang ada di Desa Balai Kasih meliputi, 2 SD Negeri, 1 SLTP Negeri, 3 Rumah Bersalin, 1 Puskesmas Pembantu, 1 Balai Pengobatan, 2 Masjid, 3 Mushola/Langgar.

Tabel 7. Sarana dan Prasarana Pertanian di Desa Balai Kasih Tahun 2015

No Sarana dan Prasarana Jumlah(Unit) Persentase (%)

1 Kios Saprodi 3 16,6

2 Lantai Jemur 2 11,1

3 Kilang Padi 1 5,5

4 Hand Traktor 8 44,4

5 Mesin perontok padi 4 22,2

(22)

Sumber: Data Desa Tahun 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah sarana dan prasaran pertanian yang ada di Desa Balai Kasih cukup memadai. Terdapat 2 kios saprodi, 2 lantai jemur yang berfungsi untuk mengeringkan hasil panen seperti padi dan jagung, terdapat 1 kilang padi yang berfungsi untuk mengupas kulit padi menjadi beras, terdapat 8 hand traktor yang berfungsi untuk mengolah tanah dan terdapat 4 mesin perontok padi yang digunakan saat panen.

Tabel 8. Banyaknya Jumlah Tenaga Kesehatan di Desa Balai Kasih Tahun 2015

No Tenaga Kesehatan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Dokter 1 14,28

2 Bidan 2 28,57

3 Perawat 3 42,85

Jumlah 7 100

Sumber: Data Desa Tahun 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tenaga kesehatan yang ada di desa Balai Kasih masih sangat minim, hanya terdapat 1 dokter, 2 bidan, dan 3 perawat. 4.4 Karakteristik Sampel Penelitian

(23)

Tabel 9. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Umur

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 21-30 - -

2 31-40 4 13,33

3 41-50 14 46,66

4 51-60 7 23,33

5 61-70 5 16,66

Jumlah 30 100

Sumber: Lampiran 1

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa umur petani sampel yang dominan berada pada usia 41 sampai dengan 50 tahun (46,66%). Dengan usia termuda 31 tahun dan yang paling tua berusia 64 tahun.

Tabel 10. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan

No Luas Lahan (Hektar/ha) Jumlah petani (Jiwa)

Persentase (%)

1 0,1 -

2 0,2 1 3.33

3 0,3 2 6,66

4 0,4 8 26,60

5 0,5 4 13,33

6 0,6 6 20,00

7 0,7 4 13,33

8 0,8 5 16,66

9 0,9 -

10 1 -

jumlah 16,4 ha 100

Rata-rata 0,54 ha

Sumber: Lampiran 1

(24)

Tabel 11. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani

No Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah (Jiwa)

1 0-10 2

2 11-20 9

3 21-30 12

4 31-40 7

Jumlah 685 30

Rata-rata 22,83

Sumber: Lampiran 1

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah petani dengan pengalaman bertani 21-30 tahun sebanyak 12 jiwa yang merupakan paling banyak jumlahnya.

(25)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Pertanian di Desa Balai Kasih

Penelitian dilakukan terhadap petani padi sawah yang menerapkan sistem tanam jajar legowo di Desa Balai Kasih Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani, tingkat adopsi petani terhadap sistem tanam jajar legowo dan untuk melihat apakah ada perbedaan hasil panen sebelum dan sesudah menerapkan sistem tanam jajar legowo.

Varietas yang sering ditanam petani menggunakan Sistem Legowo di Desa Balai Kasih yaitu:

Cintanur

(26)

Ciherang

Ciherang merupakan merupakan salah satu varietas unggul yang juga dibudidayakan oleh petani menggunakan sistem jajar legowo di desa Balai Kasih. Karakter khusus dari varietas ini yaitu bulirnya yang berbentuk panjang. Untuk aroma, ciherang tidak memiliki aroma wangi seperti cintanur.

Dalam budidayanya, ciherang dikenal oleh petani karena mempunyai daya tahan yang baik dibandingkan dengan varietas lainnya.

5.2 Tahapan budidaya padi sawah yang diterapkan oleh petani di Desa Balai

Pada dasarnya petani dalam menerapkan sistem jajar legowo ini tidak ada bedanya dengan sistem sebelumnya, mulai dari pembibitan hingga panen sepernuhnya sama, penggunan jenis bibit, pupuk, maupun pestisida tidak ada perbedaan, hanya saja sistem tanam yang berbeda, jika sistem tanam sebelumnya tidak dibuat barisan-barisan tanaman, maka dalam sistem tanam jajar legowo dibuat barisan. Adapun tahapan dalam bududaya jajar legowo dapat dilihat sebagai berikut:

Pembibitan

(27)

Pengolahan Tanah dan Persisapan Lahan

Dalam kegiatan taninya, petani mengolah tanah dengan dibajak menggunakan handtraktor atau sering disebut petani dengan “jetor/jonder”. Mereka beralasan selain cepat dan hemat waktu, penggunaan traktor lebih praktis dibandingkan dengan membajak menggunakan hewan ternak atau dicangkul secara manual. Petani memperbaiki pematang (benteng) sawah yang rusak agar pengairan yang dilakukan akan optimal dan pupuk tidak hanyut saat dilakukan pemupukan.

Penanaman

Setelah bibit berusia 18-21 hari, petani mulai menanam dan memindahkan bibit padi dari persemaian ke sawah. Sebelum penanaman, petani biasanya menyemprot sawah dengan pestisidajenis molusida untuk membasmi keong mas yang gemar memakan bibit padi atau anakan padi yang masih muda. Pada waktu penanaman, kondisi lahan tidak perlu berair, hanya becek-becek saja dengan alasan agar bibit cepat tumbuh dan beradaptasi ke lahan sawah. Setiap lubang, petani hanya menanam 2 atau 3 batang bibit. Petani mengatakan, dengan menggunakan sistem legowo maka akan menghasilkan perakaran yang banyak, hingga 25-30 batang padi per rumpun.

Pengaturan Air

Biasanya petani melakukan pengairan seperlunya dan sesuai dengan keadaan sawah, jika hujan jarang turun, maka pengairan akan lebih sering dilakukan oleh petani.

(28)

Pemupukan biasanya dilakukan oleh petani pada saat tanaman berusia 7 hingga 10 hari. Petani mengatakan pada usia tersebut, padi membutuhkan banyak unsur hara karena berada pada usia pertumbuhan. Pemupukan selanjutnya dilakukan oleh petani pada saat padi berumur 40 hingga 45 hari, dan pemupukan berikutnya dilakukan petani apabila dirasa masih perlu dilakukan pemupukan, hal ini biasa diamati petani dari warna daun padi yang berwarna hijau pucat yang mengindikasikan bahwa tanaman padi tersebut kekurangan unsur hara. Selain itu dilihat juga dari pertumbuhan tanaman padi tersebut.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan petani untuk mengendalikan gulma atau rumput liar yang mengganggu tanaman padi. Biasa petani melakukannya dengan mencabut secara manual atau dalam bahasa Jawa di Balai Kasih dikenal dengan kata “matun”, dan dalam bahasa karo dengan istilah “ngeroro”.

Pengendalian Hama dan Penyakit

(29)

berbahan kimia. Petani mengatakan, beda serangan hama maupun penyakit maka beda jenis pestisida yang digunakan dan cara penanganannya. Petani menggunakan insektisida untuk membasami wereng, ulat dan serangga lainnya, fungisida untuk membasmi jamur dan cendawan, molusida untuk membasmi keong mas dan bekicot, rodentisida untuk membasmi tikusdan hewan pengerat jenis lain. Dalam setiap musim tanam padi, biasanya petani rutin melakukan yang namanya “jaga burung” hal ini dikarenakan datangnya kawanan jenis burung yang biasa petani sebut dengan “burung emprit” untuk memakan bulir padi yang mulai berisi dan menguning. Kegiatan jaga burung ini dilakukan petani pagi dan sore hari hingga padi yang mereka tanam panen. Petani mengaku jika padi mereka tidak dijaga, maka hasil panen yang mereka dapat akan turun, oleh sebab itu setiap petani yang menanam padi sawah menjaga sawah mereka hingga panen dari serangan burung emprit.

Panen

(30)

5.3 Tingkat Pengetahuan Petani Terhadap Teknologi Jajar Legowo

Tingkat pengetahuan petani diukur dengan pertanyaan melalui kuesioner yang diajukan pada petani tentangpenerapan teknologi jajar legowo. Penilaian tingkat pengetahuan petani dengan menggunakan skor pada setiap pertanyaan dengan rentang skor 1-3 sebanyak 10 pertanyaan , dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

(Skor) (Kategori) Skor antara 10-16 : Rendah Skor antara 17-23 : Sedang Skor antara 24-30 : Tinggi

[image:30.595.105.518.470.538.2]

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani yang menerapkan sistem jajar legowo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12. Jumlah dan Persentase Tingkat Pengetahuan Petani Sampel.

Tingkat pengetahuan Jumlah (petani) Persentase (%)

Rendah 0 0

Sedang 6 20

Tinggi 24 80

Jumlah 30 100

(31)

informasi tentang teknologi yang sedang berkembang salah satunya tentang teknologi sistem tanam jajar legowo.

Dengan demikian, hipotesis yang mengatakan tingkat pengetahuan petani terhadap sistem tanam jajar legowo di daerah penelitian tinggi diterima.

5.4 Tingkat Adopsi Petani Sampel Terhadap TeknologiJajar Legowo

Tingkat adopsi petani sampel yang menerapkan sistem jajar legowo diukur dengan pertanyaan melalui kuesioner yang diajukan pada petani memuat seputar teknologi jajar legowo. Penilaian tingkat adopsi petani dengan menggunakan skor pada setiap pertanyaan dengan rentang skor 1-3, dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

(Skor) (Kategori) Skor antara 15-25 : Rendah Skor antara 26-35 : Sedang Skor antara 36-45 : Tinggi

[image:31.595.108.515.570.641.2]

Untuk mengetahui tingkat adopsi petani sampel yang menerapkan sistem jajar legowo dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 13.Jumlah dan Persentase Tingkat Adopsi Petani Sampel

Tingkat Adopsi Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Rendah 0 0

Sedang 8 26,6

Tinggi 22 73,4

Total 30 100

(32)

tanam jajar legowo ini, antara lain: peranakan jauh lebih banyak, hemat bibit, hemat pupuk, penyemprotan lebih merata dan hemat pestisida, hemat pupuk karena yang dipupuk tanaman yang berada dibarisan, mengindefikasi serangan hama dan penyakit lebih mudah.

Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan tingkat adopsi petani terhadap teknologi jajar legowo di daerah penelitian tinggi diterima

5.5 Uji Perbedaan Hasil Panen Sebelum dan Sesudah Diterapkannya

Teknologi Sistem Tanam Padi Jajar Legowo

[image:32.595.113.550.401.574.2]

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil panen yang diperoleh petani dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14. Hasil Uji SPSS Perbedaan Hasil Panen

Paired Samples Test

Paired Differences

T Df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

Produksi sebelum

jajar legowo (Kg) -

Produksi sesudah

jajar legowo (Kg)

-7.9166

7E2

248.12515 45.30125 -884.31812

-699.01521

-17.476

29 .000

(33)
(34)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan :

1. Tingkat pengetahuan petani terhadap sistem tanam jajar legowo di daerah penelitian tinggi.

2. Tingkat adopsi petani terhadap sistem tanam jajar legowo di daerah penelitian tinggi.

3. Ada perbedaan hasil panen sebelum dan sesudah diterapkannya sistem tanam jajar legowo. Dalam hal ini, sistem tanam jajar legowo yang memiliki hasil panen yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tanam sebelumnya.

6.2Saran:

1.Kepada Pemerintah

Pemerintah melakukan kebijakan pengembangan teknologi sistem tanam jajar legowo di daerah lain yang belum menerapkan sistem tanam jajar legowo. Karena secara nyata diperoleh hasil panen yang meningkat dibandingkan dengan sistem tanam selain jajar legowo, selain itu, juga banyak keuntungan yang dirasakan oleh petani dari sistem sistem jajar legowo ini.

2.Kepada Petugas Penyuluh Lapangan

(35)

3.Kepada Petani

Kepada petani agar senantiasa menerapkan sistem tanam padi jajar legowo, karena banyak manfaat yang diperoleh. Kepada petani yang belum menerapkan sistem tanam jajar legowo agar beralih pada sistem jajar legowo karena sistem ini memiliki banyak keuntungan dan secara nyata dapat meningkatkan hasil panen dibandingkan dengan sistem sebelumnya.

4.Kepada Peneliti Selanjutnya

(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental petani itu sendiri, pada umumnya tingkat kesejahteraan hidup dan keadaan lingkungan sangat menyedihkan. Sehingga menyebabkan pengetahuan dan kecakapannya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan seperti ini tentu akan menekan sikap mentalnya. Setiap petani ingin meningkatkan kesejahteraan hidupnya, akan tetapi hal-hal diatas merupakan penghalang, sehingga cara berpikir, cara kerja dan cara hidup mereka lama dan tidak mengalami perubahan.

Tingkat adopsi dipengaruhi oleh persepsi petani tentang ciri-ciri inovasi dan perubahan yang dikehendaki oleh inovasi didalam pengelolaan pertanian serta peranan dari keluarga petani. Inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena : memiliki keuntungan relatif tinggi bagi petani, sesuai dengan nilai-nilai, pengalaman dan kebutuhannya, tidak rumit, dapat dicoba dalam skala kecil dan mudah untuk diamati.

(37)

sehingga mau menerapkan materi penyuluhan akan melalui beberapa pentahapan, tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

Awareness (mengetahui dan menyadari)

Interest (penaruhan minat)

Evaluation (penilaian)

Trial (melakukan percobaan)

Adoption (penerapan atau adopsi)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Tingkat Adopsi Petani

Proses adopsi merupakan proses kejiwaan ataupun mental yang terjadi pada diri petani pada saat menghadapi suatu inovasi, dimana terjadi penerapan suatu ide baru sejak diketahui dan didengar sampai diterapkannya ide baru tersebut. Pada proses adopsi, akan terjadi perubahan- perubahan yang dialami oleh petani, mulai dari pengetahuan, sikap dan perilaku. Cepat lambatnya suatu proses adopsi tergantung dengan dinamika sasaran. Adopsi merupakan suatu proses dimana petani berubah dari pengetahuan awalnya tentang inovasi kearah pembentukan sikap terhadap inovasi ataupun kearah pengambilan keputusan untuk menerima inovasi tersebut ataupun menolaknya (Sastraadmadja,1993).

(38)

1.Golongan Inovator

Golongan ini biasanya dicirikan dengan rasa ingin tahu yang tinggi, ingin mencoba, ingin mengadakan kontak langsung dengan para ahli ataupun penyuluh. Biasanya golongan ini termasuk petani berada, yang memiliki lahan pertanian yang lebih luas dibandingkan dengan petani lain. Oleh karena itu berani menanggung resiko dalam menghadapi kegagalan dari setiap percobaannya, mereka mampu membiayai sendiri dalam mencari informasi-informasi guna melakukan inovasi tersebut.

2.Golongan Penerap Inovasi Teknologi Lebih Dini (Early Adopter)

Golongan ini biasanya memiliki sifat yang lebih terbuka dan lebih luwes. Keberadaan dan pendidikannya pun cukup tinggi, suka mengungkap buku-buku pertanian dan rubrik-rubrik pertanian, akan tetapi biasanya bersifat lokalit. Mereka lebih suka membantu petani, turut menjelaskan perubahan-perubahan cara berpikir, cara bekerja dan cara hidup yang perlu sesuai dengan kemutakhiran.

3.Golongan Penerap Inovasi Teknologi Awal (Early Mayority)

(39)

4.Golongan Penerap Inovasi Yang Lebih Akhir (Late Mayority)

Golongan ini adalah petani yang umumnya kurang mampu, lahan pertanian yang mereka miliki sangat sempit, rata-rata 0,5 hektar, oleh karena itu mereka selalu berbuat dengan waspada dan lebih berhati-hati karena takut mengalami kegagalan. Mereka akan menerapkan pembaharuan teknologi apabila kebanyakan petani di sekitar lingkungannya telah menerapkan dan benar-benar dapat meningkatkan kehidupannya. Jadi, penerapan teknologi terhadap golongan ini sangat lambat.

5.Golongan Penolak Inovasi Teknologi (Laggard)

Golongan ini biasanyapetani yang telah berusia lanjut, berumur sekitar 50 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru.

2.2.2 Definisi Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan merupakan salah satu pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani dan keluarganya yang hidup di pedesaan, dengan membawa dua tujuan utama yang diharapakan. Untuk jangka pendek adalah menciptakan perubahan perilaku termasuk didalamnya sikap, tindakan dan pengetahuan. Untuk jangka panjang adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan jalan meningkatkan taraf hidup mereka (Sastraadmadja,1993).

(40)

dan mampu menularkan ilmu pengetahuan praktisnya, seperti tentang cara usaha tani pasca panen, danlain sebagainya, sedangkan aspek sosial ekonominya para penyuluh pertanian sangat diharapakan mampu memberikan bimbingan tentang suasana pasar, suasana permintaan dan penawaran, suasana teknologi dan informasi serta hal lainnya yang erat hubungannya dengan pasar dan bidang agronomis, sehingga suatu saat nanti petani akan dapat merasakan kehidupan yang lebih baik lagi (Kartasapoetra,1994).

2.2.3Fungsi Penyuluah Pertanian

Penyuluhan pertanian berfungsi memberikan jalan kepada para petani untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya. Sehingga menimbulkan dan merangsang kesadaran para petani agar dengan kemauannya sendiri dapat memenuhi kebutuhannya itu. Penyuluhan pertanian menjembatani antara praktek yang harus atau biasa dijalankan oleh para petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang yang menjadi kebutuhan para petani tersebut. Fungsi penyuluhan yang lainnya adalah sebagai penyampai, pengusaha dan penyesuai program nasional dan regional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh para petani (Kartasapoetra,1994).

2.2.4 Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)

(41)

sebesar-besarnya dari keberadaan BPP melalui kunjungan pada petani secara berkala untuk berkonsultasi dan memecahkan masalah yang dihadapi mereka. Dengan demikian BPP akan terasa manfaatnya bagi petani dan petani pun menjadi pengguna aktif berbagai informasi dan kesempatan berusaha. BPP diharapkan dapat menjadi pusat pengelola penyuluhan pertanian dan proses belajar mengajar bagi petani beserta keluarganya.

Menurut Kartasapoetra(1994)fungsi yang dimiliki Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) adalah sebagai berikut : pertama sebagai tempat penyusunan Program Penyuluha Pertanian, kedua sebagai tempat menyebarluaskan informasi pertanian, ketiga sebagai tempat latihan para pendamping penyuluh lapangan sehingga kemampuannya akan selalu meningkat baik pengetahuan maupun keterampilannya, keempat sebagi tempat pemberian rekomendasi pertanian yang lebih menguntungkan, kelima sebagai tempat mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik kepada para petani.

2.2.5 Sejarah Tanaman Padi dan Budidaya Padi Sistem Legowo

(42)

2.2.5.1 Budidaya Padi Sistem Legowo

Padi dibudidayakan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang setinggi-tingginya dengan kualitas sebaik mungkin. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka tanaman yang akan ditanam harus tumbuh sehat dan subur. Tanaman yang sehat adalah tanaman yang tidak terserang hama dan penyakit, tidak mengalami kekurangan unsur hara, baik unsur mikro maupun unsur makro. Sedangkan tanaman subur adalah tanaman yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak mengalami gangguan dan hambatandikarenakan kondisi lingkungan maupun kondisi fisik bawaan dari tanaman itu sendiri. Menanam tanaman padi dapat dilakukan di lahan yang diairi dengan pengairan sepanjang musim(irigasi) dan ada juga yang ditanam di tanah tegalan (lahan kering). Terdapat beberapa teknik dalam melalukan budidaya padi, salah satunya dengan sistem jajar legowo. Beradasarkan Balai Pengkaji Teknologi Pertanian, bahwa cara tanam jajar legowo adalah cara tanam berselang-seling dua baris dan satu baris dikosongkan.

X X X X X X X X X X X X XX XX XX XX XX XX

X X X X X X X X X X X X XX XX XX XX XX XX

X X X X X X X X X X X X XX XX XX XX XX XX

X X X X X X X X X X X X XX XX XX XX XX XX

X X X X X X X X X X X X XX XX XX XX XX XX

X X X X X X X X X X X X XX XX XX XX XX XX

X X X X X X X X X X X X XX XX XX XX XX XX

X X X X X X X X X X X X XX XX XX XX XX XX

X X X X X X X X X X X X XX XX XX XX XX XX

(43)

Cara ini telah banyak dilakukan petani karena memberikan beberapa keuntungan yang dirasakan petani manfaatnya, antara lain:

• Semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya

memberikan hasil yang lebih tinggi.

• Jumlah rumpun dan anakan padi meningkat seca signifikan. • Produktivitas dan hasil panen meningkat.

• Pengendalian hama, penyakit dan gulma tanaman lebih mudah. • Penggunaan pupuk lebih efektif dan efisisen.

• Dapat meningkatkan pendapatan hasil usahatani.

Adapun kekurangan dari sistem tanam jajar legowo sebagai berikut:

• Membutuhkan tenaga kerja yang banyak. • Biaya/ upah tanam yang mahal.

• Pada barisan yang kosong dalam sistem tanam jajr legowo biasanya akan

ditumbuhi rumput / gulma.

Untuk itu, Balai Pengkaji dan Pengembangan Teknologi Pertanian menciptakan komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) yang terdiri dari varietas unggul, persemaian, pengolahan tanah, sistem tanam legowo 4:1, pengaturan air, pemupukan, penyiangan, penggunaan bahan organik, pengendalian hama penyakit, dan panen, yang di uraikan seperti dibawah ini:

1.Benih Padi

(44)

2. Persemaian

Persemaian seluas 5% dari luas lahan yang akan ditanami. Pemeliharaan persemaian dilakukan seperti pada umumnya, disiram jika kemarau dan diberi pupuk agar pertumbuhan bibit baik dan subur.

3. Pengolahan Tanah

Tanah diolah sempurna (2 kali bajak, 2 kali garu), dengan kedalam olah 15-20 cm. Bersamaan dengan pengolahan tanah, dilakukan perbaikan pematang sawah, jangan sampai ada yang bocor.

4. Penanaman Padi

Cara tanam adalah jajar legowo 2:1 atau 4:1. Pada jajar legowo 2:1 setiap dua barisan tanam terdapat lorong selebar 40 cm, jarak antar barisan 20 cm, tetapi jarak dalam barisan pinggir lebih rapat, yaitu 10 cm. Untuk mengatur jarak tanam digunakan caplak/penggaris ukuran mata 20 cm. Pada jajar legowo 2:1 dicaplak satu arah saja. Sedangkan jajar legowo 4:1 dicaplak kearah memanjang dan memotong.

5. Pengaturan Air

(45)

6. Pemupukan

Pupuk dasar diberikan dengan cara disebar,dengan dosis 1/3 bagian Urea dan seluruh dosis SP-36. Pupuk pertama diberikan setelah tanaman berumur 15 HST atau sesudah penyiangan, dan pupuk susulan kedua diberikan pada 45 HST, dosis pupuk diberikan sesuai dengan anjuran setempat.

7. Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada umur 15 HST atau sebelum pemberian pupuk susulan pertama. Selanjutnya penyiangan dilakukan sesuai dengan keadan gulma.

8. Pengendalian Hama Penyakit

Dengan konsep (Pengendalian Hama Terpadu) PHT, hama penggerek batang dikendalikan dengan Furadan 3G atau Dharmafur 34 dengan takaran 18-20 kg/ha. Hama lain seperti wereng, walang sangit dan hama putih, dikendalikan dengan penyemprotan Darmabas dengan dosis 1-2 liter/ha. Penyakit lain seperti tungro, kerdil kresek, dikendalikan dengan sanitasi lingkungan bila masih dibawah ambang batas. Tetapi lebih baik pengendalian hama penyakit dilakukan dengan sistem pemantauan, dan jika memungkinkan hindari penggunaan pestisida.

9. Panen

(46)

2.2.6 Evaluasi Program Penyuluhan

Evaluasi adalah alat manajemen yang berorientasi pada tindakan dan proses. Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta konsekuensinya ditentukan sesistematis dan seobjektif mungkin. Data ini digunakan untuk memperbaiki kegiatan sekarang dan yang akan datang seperti perencanaan program, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan program untuk mencapai kebijaksanaan penyuluhan yang lebih efektif. Data tersebut mencakup penentuan penilaian keefektifan kegiatan dibanding dengan sumberdaya yang digunakan (Van Den Ban dan Hawkins, 2003).

Pada dasarnya evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan guna mengetahui keigintahuan kita dan keinginan kita untuk mencari kebenaran suatu program penyuluhan pertanian. Dengan demikian evaluasi program penyuluhan pertanian dilakukan guna mengetahui pelaksanaan dan hasil dari program tersebut apakah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan tujuannya.Hasil evaluasi dapat diguakan untuk menentukan sejauh mana perubahan perilaku petani dalam kagiatan usahataninya. Kemudian untuk mewujudkan kehidupan keluarganya yang lebih sejahtera dan masyarakat yang lebih baik.

2.2.7 Karakteristik Petani

(47)

2.2.8 Pengetahuan Petani

Pengetahuan merupakan suatu tahapan pada saat seseorang atau sejumlah orang mengetahui adanya teknologi dan memperoleh pemahaman tentang cara berfungsinya. Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental petani itu sendiri. Menurut Taher (2000) pengetahuan berasal dari kata “tahu” yang diartikan sebagai pemahaman seseorang tentang sesuatu yang nilainya lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya. Pengertian tahu dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi setiap ragam stimulus yang berbeda. Memahami beragam konsep, pemikiran, bahkan pemecahan terhadap masalah tertentu, sehingga pengertian tahu tidak hanya sekedar mengemukakan atau mengucapkan apa yang diketahui,tetapi sebaliknya dapat menggunakan dalam praktek dan tindakannya.

2.2.9 Hubungan Pengetahuan Petani Dengan Adopsi Inovasi

(48)

Menurut Pawit (2009) bahwa melalui pemahaman teori, seseorang bisa mengetahuai akan hal-hal yang dapat mempengaruhi, memperlancar, atau menghambat komunikasi dan informasi suatu peristiwa. Dengan teori kita bisa berargumentasi lebih jauh mengenai suatu objek, gagasan atau ide, bahkan apa saja yang mungkin bisa kita jelaskan secara ilmiah. Terdapat juga dalam beberapa penelitian yang menunjukkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi yang dipengaruhi oleh: (a) tidak bertentangan dengan pola kebudayaan yang telah ada, (b) struktursosial masyarakat dan pranata sosial, (c) persepsi masyarakat terhadap inovasi.

2.2.10 Peneliti Terdahulu

Dwi Arianda (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Budidaya Padi Sistem Legowo di Kabupaten Tanggerang (Studi Kasus: BPP Cisauk Kecamatan Cisauk) menyimpulkan bahwa mayoritas pengetahuan petani berada pada kriteria yang cukup dalam memahami sistem legowo. Terdapat beberapa kendala petani dalam megadopsi sistem legowo, diantaranya: memakan biaya awal yang relatif lebih mahal dibadingkan dengan sisitem budidaya yang telah diterapkan selama ini, meluangkan waktu yang banyak dalam pengawasan pengaturan jarak tanam dan pemindahan bibit padi ke lahan, serta memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak.

(49)

usahatani padi organik di daerah penelitian tinggi dengan jumlah persentase 70%. Ada hubungan antara pengalaman bertani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik, tetapi tidak terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi petani yang lain yaitu umur, tingkat pendidikan, luas lahan serta total pendapatan keluarga dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik.

2.2.11 Kerangka Pemikiran

(50)
(51)

Berikut adalah Skema Kerangka Pemikiran:

Keterangan:

[image:51.595.57.569.121.571.2]

: Ada hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

USAHATANI PADI SAWAH TEKNOLOGI JAJAR LEGOWO PETANI PADI SAWAH PENGETAHUAN PETANI TINGKAT ADOPSI HASIL PANEN TEKNOLOGI SISTEM

TANAM PADI JAJAR LEGOWO:

-PEMBIBITAN/ PENYEMAIAN

-PENGOLAHAN TANAH -PENANAMAN - PENGATURAN AIR -PEMUPUKAN - PENYIANGAN

- PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT

-PANEN

PENYULUHAN PERTANIAN

RENDAH SEDANG TINGGI RENDAH SEDANG TINGGI ADA

PERBEDAAN

(52)

Hipotesis Penelitian:

1. Tingkat pengetahuan petani terhadap teknologi sistem tanam padi jajar legowo di daerah penelitian tinggi, dibandingkan dengan desa lain yang memperoleh penyuluhan di Kecamatan Kuala.

2. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi sistem tanam padi jajar legowo di daerah penelitan tinggi,dibandingkan dengan desa lain yang memperoleh penyuluhan di Kecamatan Kuala.

(53)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian adalah kegiatan yang memiliki tiga dimensi yaitu pertumbuhan pertanian, pengentasan kemiskinan, dan keberlanjutan lingkungan hidup. Aspek-aspek dalam pembangunan pertanian adalah sumberdaya pertanian secara optimal untuk memenuhi kebutuhan manusia dan usaha tersebut mencakup pertanian dalam arti luas yaitu tanaman, ternak maupun ikan dalam rangka meningkatkan taraf hidup petani, meningkatkan pertumbuhan pertanian secara berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan hidup (Kartasapoetra,1994).

Prioritas utama pembangunan pertanian adalah menyediakan pangan bagi seluruh penduduk yang meningkat. Bila dikaitkan dengan keterjaminaan pangan, ini menyiratkan pula perlunya pertumbuhan ekonomi disertai dengan pemerataan sehingga daya beli masyarakat meningkat dan distribusi pangan lebih merata. Permintaan komoditas pangan akan terus meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk serta perkembangan industri dan pakan. Disisi lain, upaya meningkatkan pendapatan petani terus dilakukan agar mereka tetap bergairah dalam meningkatkan hasil usaha taninya (Arianda,2010).

(54)

Usaha meningkatkan produksi dengan menerapkan berbagai teknologi telah dilakukan dengan berbagai cara, seperti: memberikan bimbingan kepada petani mengenai panca usaha, intensifikasi khusus dan lain sebagainya. Semua itu bermaksud meningkatkan produksi, guna mengimbangi laju permintaan pangan. Bahkan dewasa ini dikenal lagi teknologi baru, yakni supra-insus yang menerapkan 10 teknologi untuk melestarikan swasembada pangan. Masalah masalah ini masih harus dihadapi dalam jangka waktu 5-10 tahun mendatang.

Menurut Taher (2000) dalam upaya peningkatan hasil pertanian juga dilakukan penelitian dan pengkajian teknik penataan populasi tanaman dalam satu luas lahan tertentu. Teknik ini banyak diterapkan oleh petani di Jawa yang disebut juga dengan sistem jajar legowo. Legowo berasal dari bahasa Jawa, lego: lega/luas dan dowo: memanjang, artinya sistem tanam jajar dimana antar barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas.

(55)

Kenyataan bahwa dengan telah dilaksanakannya “ Pembangunan Lima Tahun” (PELITA) I, II, III, dan sebagian dari rencana PELITA IV, Indonesia kini telah berhasil mencapai swasembada sebagian besar kebutuhan akan bahan pangannya, bahkan beberapa produk pertanian telah berhasil dieksport dan mendatangkan devisa yang cukup besar guna meneruskan pelaksanaan pembangunan bidang lainnya di tanah air kita (Kartasapoera,1994).

Penyuluhan pertanian membutuhkan perencanaan yang sistematis, perencanaan program penyuluhan melibatkan pengambilan keputusan mengenai tugas organisasi penyuluhan. Suatu program diperlukan untuk kegiatan jangka pendek, jangka menengah ataupun jangka panjang. Program jangka pendek misalnya informasi mengenai varietas padi yang baru dilepas yang diberikan pada petani dalam jangka panjang seperti usaha peningkatan hasil melaluli teknologi produksi modern (Van Den Ban dan Hawkins, 2003).

Penyuluh pertanian lapangan merupakan ujung tombak dalam pembangunan pertanian di Indonesia, kerena penyuluh pertanian lapangan merupakan barisan terdepan dalam kegiatan penyuluhan pertanian yang selalu berkomunikasi secara langsung dengan petani di pedesaan. Komunikasi antara penyuluh pertanian dengan para petani diharapkan mampu memberikan hasil berupa pengetahuan, sikap dan tingkah laku petani dalam hal cara-cara bercocok tanam.

(56)

metode atau cara-cara yang dapat digunakan, harus bersifat mendidik, membimbing dan menerapkan, sehingga para petani dapat “menolong dirinya sendiri”, mengubah dan memperbaiki tingkat pemikiran, tingkat kerja dan tingkat kesejahteraan hidupnya (Kartasapoetra,1994).

Sastraadmadja (1993) mengemukakan adanya 3 matra (dimensi) kegunaan evaluasi, yang terdiri atas :

1. Kegunaan operasional, yaitu :

a. Melalui evaluasi, kita dapat mengetahui cara yang tepat untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, dan sekaligus dapat mengidentifikasi faktor-faktor kritis yang sangat menentukan keberhasilankegiatan penyuluhan yang dilakukan.

b. Melalui evaluasi, dapat kita lakukan perubahan, modifikasi dan supervisi terhadap kegiatan yang dilaksanakan.

c. Melalui evaluasi, akan dapat dikembangkan tujuan-tujuan serta analisis informasi yang bermanfaat bagi pelaporan kegiatan.

2. Kegunaan analisis bagi pengembangan program, yang mencakup:

a. Untuk mengembangkan dan mempertajam tujuan program dan perumusannya.

b. Untuk menguji asumsi-asumsi yang digunakan, dan untuk lebih menegaskan lagi secara eksplisit.

(57)

3. Kegunaan kebijakan, yang mencakup:

a. Berlandaskan hasil evaluasi, dapat dirumuskan kembali: strategi pembangunan, pendekatan yang digunakan serta asumsi-asumsi dan hipotesis-hipotesis yang akan diuji.

b. Untuk menggali dan meningkatkan pengetahuan tentang hubungan antar kegiatan pembangunan, yang sangat bermanfaat bagi peningkatan efektivitas dan efesiensi kegiatan-kegiatan dimasa mendatang.

Menurut Arianda (2010) Sistem perencanaan mengharuskan adanya evaluasi atau adanya penilaian hasil pelaksanaanya, yang kemudian dapat digunakan sebagai masukan guna memperbaiki atau merencanakan kembali. Dalam evaluasi atau penilaian mencoba untuk mendapatkan informasi dan mencapai hasil suatu program atau dampak dari suatu kegiatan, bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanaannya suatu program, disamping mencari informasi mengenai apa, juga dicari jawaban mengapa atau sebab hal-hal positif maupun negatif yang terjadi.

(58)

Oleh sebab itu petani tidak dapat menanam padi dan beralih untuk menanam palawija. Selain faktor ketidaktersediaan air, petani juga beranggapan rotasi tanaman yang dilakukan baik untuk daya dukung lahan agar semakin subur dan memutus perkembangbiakan hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi.

[image:58.595.113.507.301.665.2]

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai evaluasi terhadap adopsi teknologi sistem tanam padi jajar legowo di Desa Balai Kasih, Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat.

Tabel 1. Luas Areal Pertanian Menurut Desa di Kecamatan Kuala, 2014

No Nama Desa Luas Areal (Ha)

1 Raja Tengah 82

2 Balai Kasih 162

3 Dalan Naman 8

4 Bela Rakyat 110

5 Pekan Kuala 30

6 Sukamakmur 40

7 Parit Bindu 120

8 Bekiun 66

9 Namu Mbelin 142

10 Beruam 15

11 Besadi 13

Jumlah 766

Sumber: BPP Kecamatan Kuala, 2015

(59)

memperoleh informasi dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) setempat bahwa mereka telah melakukan penyuluhan mengenai teknologi sistem tanam jajar legowo di desa ini.

1.2Identifiksi Masalah

Melihat latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Sejauh mana tingkat pengetahuan petani mengenai teknologi sistem tanam padi jajar legowo di daerah penelitian?

2. Sejauh mana tingkat adopsi petani mengenai teknologi sistem tanam padi jajar legowo di daerah penelitian?

3. Apakah ada perbedaan hasil sebelum dan sesudah diterapkannya teknologi sistem tanam padi jajar legowo di daerah penelitian?

1.3Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisistingkat pengetahuan petani mengenai teknologi sistem tanam padi jajar legowo di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisistingkat adopsi petani mengenai teknologi sistem tanam padi jajar legowo di daerah penelitian.

(60)

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijaksanaan dalam pengembangan dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan serta petani di daerah penelitian.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

(61)

ABSTRAK

Enda Pratama Ginting (120304009) dengan judul penelitian “Evaluasi

Terhadap Adopsi Teknologi Sistem Tanam Padi Jajar Legowo”(Kasus: Desa

Balai Kasih Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat). Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Yusak Maryunianta M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. M Jufri MS.i sebagai Anggota Komisi Pembimbing

Peneilitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ,tingkat adopsi petani terhadap sistem tanam Jajar Legowo dan untuk melihat apakah ada perbedaan hasil panen yang diperoleh sebelum dan sesudah diterapkannya sistem tanam Jajar Legowo. Penelitian ini dilakukan di Desa Balai Kasih yang dilakukan secara purposive dengan pertimbangan banyak petani yang menerapkan teknologi jajar legowo dan desa yang paling luas areal persawahannya. Sampel dipilih secara simple random sampling dengan jumlah 30 sampel. Metode analisi yang digunakan adalah metode skorring dan metode Uji beda (uji t) rata-rata sampel berpasangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan tingkat adopsi teknologi sistem tanam jajar legowo di Desa Balai Kasih termasuh dalam kategori Tinggi dan menunjukkan ada perbedaan hasil panen yang nyata diperoleh petani setelah menerapkan teknologi jajar legowo dibandingkan sebelum menerapkan teknologi jajar legowo.

(62)

EVALUASI TERHADAP ADOPSI TEKNOLOGI SISTEM

TANAM PADI JAJAR LEGOWO

(Kasus: Desa Balai Kasih, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

ENDA PRATAMA GINTING 120304009

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(63)

EVALUASI TERHADAP ADOPSI TEKNOLOGI SISTEM

TANAM PADI JAJAR LEGOWO

(Kasus: Desa Balai Kasih, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Derajat

Sarjana Pertanian

ENDA PRATAMA GINTING 120304009

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(64)
(65)
(66)

ABSTRAK

Enda Pratama Ginting (120304009) dengan judul penelitian “Evaluasi

Terhadap Adopsi Teknologi Sistem Tanam Padi Jajar Legowo”(Kasus: Desa

Balai Kasih Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat). Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Yusak Maryunianta M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. M Jufri MS.i sebagai Anggota Komisi Pembimbing

Peneilitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ,tingkat adopsi petani terhadap sistem tanam Jajar Legowo dan untuk melihat apakah ada perbedaan hasil panen yang diperoleh sebelum dan sesudah diterapkannya sistem tanam Jajar Legowo. Penelitian ini dilakukan di Desa Balai Kasih yang dilakukan secara purposive dengan pertimbangan banyak petani yang menerapkan teknologi jajar legowo dan desa yang paling luas areal persawahannya. Sampel dipilih secara simple random sampling dengan jumlah 30 sampel. Metode analisi yang digunakan adalah metode skorring dan metode Uji beda (uji t) rata-rata sampel berpasangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan tingkat adopsi teknologi sistem tanam jajar legowo di Desa Balai Kasih termasuh dalam kategori Tinggi dan menunjukkan ada perbedaan hasil panen yang nyata diperoleh petani setelah menerapkan teknologi jajar legowo dibandingkan sebelum menerapkan teknologi jajar legowo.

(67)

RIWAYAT HIDUP

Enda Pratama Ginting lahir di Balai Kasih pada tanggal 23 januari 1994 anak

dari Bapak Purnama Raya Ginti

Gambar

Tabel 3. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Balai Kasih Tahun 2015
Tabel 5. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Balai Kasih Tahun 2015
Tabel 6.Sarana dan Prasarana Umum di Desa Balai Kasih Tahun 2015
Tabel 8. Banyaknya Jumlah Tenaga Kesehatan di Desa Balai Kasih Tahun 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

AYUDYA MELASARI (060304001), dengan judul skripsi “ Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tanam Jajar Non Legowo

AYUDYA MELASARI (060304001), dengan judul skripsi “ Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tanam Jajar Non Legowo

AYUDYA MELASARI (060304001), dengan judul skripsi “ Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tanam Jajar Non Legowo

Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Kajian Adopsi Inovasi Pola Tanam Jajar Legowo pada Usahatani Padi Sawah

Hal ini menunjukan bahwa tingkat adopsi petani terhadap sistem tanam jajar legowo belum maksimal, karena petani kurang mencari informasi di luar desa dan

Untuk mewujudkan tingkat adopsi inovasi teknologi sistem tanam jajar legowo oleh petani anggota Kelompok Tani Sedyo Mukti di Desa Pendowoharjo perlu ditingkatkan dalam hal

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi teknologi petani dalam penerapan sistem tanam jajar legowo 2:1 (Studi kasus : Desa Lubuk Rotan dan Melati II Kec.Perbaungan

Bagaimana tingkat adopsi teknologi petani terhadap penerapan sistem tanam jajar legowo. 2:1 di