TINGKAT ADOPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI TERHADAP SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH DI NAGARI PADUKUAN KECAMATAN KOTO SALAK
KABUPATEN DHARMASRAYA
KARYA TULIS ILMIAH
MOCH. KHAIRUL AMIN, SST
NIP. 19870427 201001 1 008
BALAI PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN KECAMATAN KOTO SALAK
BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN DHARMASRAYA
KABUPATEN DHARMASRAYA
Oleh :
MOCH. KHAIRUL AMIN, SST
NIP. 19870427 201001 1 008
KARYA TULIS ILMIAH
Digunakan untuk mengikuti Lomba Penulisan Karya Tulis Ilmiah bagi Penyuluh Pertanian Tahun 2015 dalam mendukung Swasembada Pangan Nasional
BALAI PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN KECAMATAN KOTO SALAK
BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN DHARMASRAYA
Karya Tulis Ilmiah (KTI) 2015
ABSTRACK
Moch. Khairul Amin/19870427 201001 1 008 “Tingkat Adopsi Anggota Kelompok Tani Terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo Padi Sawah Di Nagari Padukuan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya”.
Adopsi adalah keputusan yang diambil seseorang untuk menerima motivasi dan menggunakannya dalam praktek usaha taninya. Keputusan untuk menerima inovasi merupakan perubahan perilaku yang meliputi kawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang untuk mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerimanya (Adjid, 2001). Sistem tanam jajar legowo dapat meningkatkan hasil gabah kering panen sekitar 19,90-22% (Misran, 2014). Kegiatan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan Kajian Tingkat Adopsi Anggota Kelompok Tani Terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo Padi Sawah Di Nagari Padukuan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya, dari tanggal tanggal 17 Maret sampai dengan 20 April 2015. Populasi dan Sampel ditentukan secara purposive sampling atau pengambilan sampel secara sengaja, kelompok tani berjumlah 6 kelompok dengan total sampel 35 responden. Analisis data menggunakan Koefisien korelasi Rank Spearman, yang ada pada aplikasi SPSS 18.0 for windows, untuk mengetahui kekuatan hubungan antara tingkatan adopsi dengan karakteristik sosial petani.
i
Judul : Tingkat Adopsi Anggota Kelompok Tani Terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo Padi Sawah Di Nagari Padukuan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya
Nama : MOCH. KHAIRUL AMIN, SST
NIP : 19870427 201001 1 008
Jabatan : Peyuluh Pertanian Pertama
Alamat : Jorong Koto Padang, nagari Koto Padang, kecamatan Koto
Baru, kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat
Unit Kerja : Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Koto Salak
SKPD : Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan
Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat
Disetujui,
Koordinator
BP3K Kecamatan Koto Salak
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “ Tingkat Adopsi
Anggota Kelompok Tani Terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo Padi
Sawah Di Nagari Padukuan Kecamatan Koto Salak Kabupaten
Dharmasraya ”. KTI ini disusun dalam rangka Mengikuti Lomba Penulisan
Karya Tulis Ilmiah bagi Penyuluh Pertanian Tahun 2015.
Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya KTI ini
penulis ucapkan terima kasih, terutama Kepada :
1. Bapak Suratno, S.PKP, MM selaku koordinator BP3K
kecamatan Koto Salak
2. Seluruh Penyuluh Pertanian se-kecamatan Koto Salak
3. Pengurus dan anggota Kelompoktani wilayah binaan nagari
Padukuan
4. Semua Pihak yang telah membantu dalam penyusunan KTI ini
Penulis menyadari bahwa KTI ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Demikianlah semoga KTI ini bermanfaat bagi kita semua terutama
bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Koto Salak, April 2015
iii DAFTAR ISI
hal
LEMBARAN PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Rumusan Masalah ... 4
Tujuan ... 4
Manfaat ... 5
TINJAUAN PUSTAKA ... 6
Penyuluhan Pertanian ... 6
Adopsi ... 7
Pengertian Adopsi ... 7
Proses Adopsi ... 8
Sifat Adopsi ... 10
Kelompok Tani ... 12
Pengertian Kelompoktani ... 12
Ciri Kelompoktani ... 12
Unsur Pengikat Kelompoktani ... 12
Fungsi Kelompoktani ... 12
Sistem Tanam Jajar Legowo ... 13
Kerangka Pemikiran ... 15
Defenisi Operasional ... 16
METODE PELAKSANAAN ... 19
Waktu dan Tempat ... 19
Populasi dan Sampel ... 19
Data dan Pengumpulan Data ... 20
Instrumen ... 21
iv
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
Keragaan Wilayah ... 24
Karakteristik Sosial Responden ... 28
Pembahasan Hasil Kajian ... 30
Tingkat Kesadaran Anggota Kelompoktani Terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo ... 30
Tingkat Minat Anggota Kelompoktani Terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo ... 32
Tingkat Menilai sistem Jajar Legowo oleh Anggota Kelompoktani ... 34
Tingkat Mencoba sistem Jajar Legowo Anggota Kelompoktani ... 36
Tingkat menerapkan sistem Jajar Legowo Anggota Kelompoktani ... 38
Permasalahan Proses Adopsi Sistem Tanam Jajar Legowo Anggota Kelompoktani ... 39
Strategi Penyuluhan ... 40
KESIMPULAN DAN SARAN ... 41
Kesimpulan ... 41
Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
v
DAFTAR TABEL
No hal
1. Kelompok Tani Padi Sawah nagari Padukuan kecamatan
Koto Salak kabupaten Dharmasraya tahun 2015 ... 19
2. Jumlah Sampel Tiap Kelompok Tani Padi Sawah nagari Padukuan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya
Tahun 2015 ... 20
3. Luas lahan menurut penggunaan di nagari Padukuan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014 ... 24
4. Luas Sawah menurut spesifik air di nagari Padukuan
Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014 .... 25
5. Luasan dan Produktifitas tanaman Padi di nagari Padukuan
Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014 .... 26
6. Jumlah penduduk menurut golongan umur di nagari Padukuan
Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014 .... 26
7. Jumlah penduduk menurut pendidikan di nagari Padukuan
Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya Tahun 2015 .... 27
8. Kelembagaan Petani di nagari Padukuan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya Tahun 2015 ... 28
9. Karaktersitik Sosial Responden Penelitian ... 29
10. Persentase tingkat Kesadaran Anggota Kelompoktani terhadap
Sistem tanam jajar legowo ... 30
11. Koefesien Korelasi tingkat Kesadaran Anggota Kelompoktani terhadap sistem tanam jajar legowo dengan karakterisitik
sosial ... 31
12. Persentase Tingkat Minat Anggota Kelompok Tani terhadap
Sistem Tanam Jajar Legowo ... 32
13. Koefesien Korelasi tingkat minat Anggota Kelompoktani terhadap sistem tanam jajar legowo dengan karakterisitik
sosial ... 33
14. Persentase Tingkat menilai Anggota Kelompok Tani terhadap
vi
15. Koefesien Korelasi penilaian Anggota Kelompoktani terhadap sistem tanam jajar legowo dengan karakterisitik sosial ... 35
16. Persentase Tingkat mencoba Anggota Kelompok Tani terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo ... 36
17. Koefesien Korelasi tingkat mencoba Anggota Kelompoktani
terhadap sistem tanam jajar legowo dengan karakterisitik sosial . 37
18. Persentase Tingkat menerapkan Sistem Tanam Jajar Legowo
Anggota Kelompok Tani ... 38
19. Koefesien Korelasi menerapkan teknologi sistem tanam jajar
vii
DAFTAR GAMBAR
No hal
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No hal
1. Instrumen Penelitian ... 45
2. Hasil Kuesioner 35 Responden Indikator Kesadaran (X1) ... 49
3. Hasil Kuesioner 35 Responden Indikator Respon (X2) ... 50
4. Hasil Kuesioner 35 Responden Indikator Minat (X3) ... 51
5. Hasil Kuesioner 35 Responden Indikator Mencoba (X4) ... 52
6. Hasil Kuesioner 35 Responden Indikator Menerapkan (X5) ... 53
7. Hasil Kuesioner 35 Responden variabel Karakteristik Sosial (Y) 54
Karya Tulis Ilmiah 1
(KTI) 2015
1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian akan memberi harapan dengan hasil yang
optimal, jika penyuluhan pertanian dilakukan secara baik. Penyuluhan
pertanian yang baik, disertai dengan sistem pelayanan yang teratur akan
menjadi jaminan yang efektif untuk tercapainya tujuan pembangunan
pertanian itu sendiri. Inti dari kegiatan penyuluhan pertanian adalah
komunikasi gagasan inovatif yang dapat memberi nilai ekonomis yang
lebih baik kepada para petani dan keluarganya. Hal terpenting dalam
komunikasi inovasi adalah terjadinya komunikasi antara komunikator
dengan komunikan (petani). Interaksi tersebut tergantung pada sistem
sosial budaya masyarakat setempat dan latar belakang petani penerima
pesan. (Levis, 1996)
Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi
kehidupan para petani di daerah pedesaan dimana tempat mayoritas para
petani menjalani kehidupannya sehari-hari, mempunyai beberapa
permasalahan seperti tingkat pendidikan rendah, tingkat keterampilan
masih terbatas, produktifitas dan tingkat pendapatan rendah, adanya sikap
mental yang kurang mendukung dan masalah-masalah lainnya.
Permasalahan tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat
petani pedesaan yang satu sama lain saling berkaitan. (Mosher, 1983)
Penerapan teknologi yang menguntungkan akan lebih banyak terjadi
bila para pengelola usahatani lebih terbuka sikapnya dan mampu
melaksanakan anjuran penggerak perubahan atau yang biasa disebut
bertahap reseptivitasnya terhadap hal-hal yang baru. Pengelolaan
usahatani dimana saja dan kapan saja pada hakekatnya akan dipengaruhi
oleh perilaku petani yang mengusahakan. Perilaku orang itu ternyata
tergantung dari beberapa faktor, diantaranya watak, suku dan kebangsaan
dari petani itu sendiri, tingkat kebudayaan bangsa dan masyarakatnya,
2
Karya Tulis Ilmiah 1
(KTI) 2015
Pada masa pembangunan ini pandangan, perhatian dan
pemeliharaan terhadap petani di pedesaan ternyata demikian besar,
seperti diadakannya penyuluhan-penyuluhan yang bertujuan untuk
melakukan perubahan-perubahan antara lain peningkatan hasil pertanian
dan peningkatan taraf hidup petani. Petani adalah tulang punggung
perekonomian negara dan desa adalah pangkal kehidupan perkotaan,
tetapi kenyataannya kehidupan para petani di pedesaan masih berada
pada tingkat kesejahteraan yang rendah. petani kurang akan pendidikan
dan teknologi yang baik untuk usahataninya, sehingga produksi yang
dilakukan dari generasi ke generasi hanyalah berdasarkan pengalaman
dan usaha sendiri. Dalam waktu yang demikian lama perilaku kehidupan
petani tidak mengalami perubahan. Petani tidak bisa melakukan
perubahan karena terbentur pada keadaan sendiri, antara lain karena
pendidikan yang diperolehnya terlalu rendah. (Mardikanto, 1993)
Dalam rangka mempercepat laju pembangunan pertanian, kegiatan
penyuluhan pertanian sangat memegang peranan penting. Dengan
adanya penyuluhan pertanian para petani diharapkan mempunyai
persepsi yang positif terhadap suatu teknologi, kemudian dengan persepsi
positif tersebut diharapkan para petani bersedia mengubah sikap dan
perilaku dalam pengelolaan usahatani sesuai dengan anjuran teknologi
yang hendak diterapkan. (Suhardiyono, 1992).
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi di lahan sawah
irigasi di nagari Padukuan adalah dengan sistem tanam jajar legowo
dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu. Sistem tanam jajar
legowo diharapkan akan meningkatkan produksi Padi lebih tinggi. Menurut
Suwono et al.(2000), bahwa keunggulan cara tanam jajar legowo bila
dibandingkan dengan tegel adalah jumlah tanaman per satuan luas lebih
banyak sehingga produksinya lebih tinggi dan dengan jarak yang
berselang seling menyebabkan sirkulasi udara dan sinar matahari yang
masuk lebih banyak sehingga mengurangi hama penyakit serta
Karya Tulis Ilmiah 1
(KTI) 2015
Sistem tanam jajar legowo dapat meningkatkan hasil gabah kering
panen sekitar 19,90-22% (Misran, 2014).
Adopsi, dalam proses penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya
dapat diartikan sebagai proses penerimaan inovasi dan atau perubahan
perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective),
maupun keterampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah
menerima inovasi yang disampaikan penyuluh kepada masyarakat
sasarannya. Penerimaan disini mengandung arti tidak sekadar tahu, tetapi
sampai benar benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan
benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya.
Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung
maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya
perubahan sikap, pengetahuan, dan atau ketrampilannya
(azisturindra.wordpress.com,2009).
Di dalam praktek penyuluhan pertanian, penilaian tingkat adopsi
inovasi biasa dilakukan dengan menggunakan tolok ukur tingkat mutu
intensifikasi, yaitu dengan membandingkan rekomendasi yang ditetapkan
dengan jumlah dan kualitas penerapan yang dilakukan di lapangan.
Mengukur tingkat adopsi dengan tiga tolok ukur, yaitu kecepatan atau
selang waktu antara diterimanya informasi dan penerapan yang dilakukan,
luas penerapan inovasi atau proporsi luas lahan yang telah diberi inovasi
baru, serta mutu intensifikasi dengan membandingkan penerapan dengan
rekomendasi yang disampaikan oleh penyuluhnya (Mardikanto, 1994).
Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas maka dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi
sistem tanam jajar legowo di nagari Padukuan kecamatan Koto
Salak kabupaten Dharmasraya?
2. Apakah ada hubungan antara faktor sosial ekonomi petani (umur,
tingkat pendidikan, pengalaman bertani, dan luas lahan) dengan
4
Karya Tulis Ilmiah 1
(KTI) 2015
Teknologi sistem tanam jajar legowo di nagari Padukuan
kecamatan Koto Salak kabupaten Dharmasraya?
3. Masalah-masalah apa yang dihadapi petani padi sawah dalam
mengadopsi teknologi Teknologi sistem tanam jajar legowo di
nagari Padukuan kecamatan Koto Salak kabupaten Dharmasraya?
4. Upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi petani padi sawah dalam mengadopsi
teknologi Teknologi sistem tanam jajar legowo di nagari Padukuan
kecamatan Koto Salak kabupaten Dharmasraya?
Tujuan
Adapun tujuan dilakukan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat adopsi petani padi sawah
terhadap teknologi sistem tanam jajar legowo di nagari Padukuan
kecamatan Koto Salak kabupaten Dharmasraya.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara faktor sosial
ekonomi petani (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas
lahan,) dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi sistem
tanam jajar legowo di nagari Padukuan kecamatan Koto Salak
kabupaten Dharmasraya.
3. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi petani padi
sawah dalam mengadopsi teknologi sistem tanam jajar legowo di
nagari Padukuan kecamatan Koto Salak kabupaten Dharmasraya.
4. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi
masalah yang dihadapi petani padi sawah dalam mengadopsi
teknologi sistem tanam jajar legowo di nagari Padukuan kecamatan
Koto Salak kabupaten Dharmasraya.
Manfaat
1. Sebagai bahan referensi dan studi untuk pengembangan ilmu bagi
pihak pihak yang membutuhkan dan sebagai bahan pertimbangan
bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam rangka
Karya Tulis Ilmiah 1
(KTI) 2015
2. Sebagai bahan informasi bagi penyuluh dalam mengembangkan
kemampuan menyuluh
3. Sebagai wahana berlatih penyuluh untuk meningkatkan kopetensi
Karya Tulis Ilmiah 6
(KTI) 2015
6
TINJAUAN PUSTAKA
Penyuluhan Pertanian
Dalam Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), pengertian
penyuluhan adalah “proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku
usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dalam
mengakses informasi informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber
daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi
usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran
dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup”.
Pengajaran dibidang penyuluhan merupakan suatu proses yang
dirancang untuk membantu petani di dalam mengembangkan dirinya agar
dapat atau mampu mencapai tujuan yang di inginkannya. Dengan
demikian hal ini yang sangat penting pada waktu menyelenggarakan
kegiatan penyuluhan adalah menumbuhkan suasana belajar yang
menyenangkan dan menumbuhkan pengalaman yang baru, berupa
keterampilan yang baru, pengetahuan baru serta sikap positif yang perlu
untuk mereka guna memecahkan masalah yang dihadapi di lapangan
maupun di rumah tangganya (Suhardiyono, 1992).
Dapat kita lihat bersama bahwa penyuluh jelas tidak dapat
memecahkan masalah semua yang dihadapi petani. Pengetahuan dan
wawasan yang memadai hanya digunakan untuk memecahkan sebagian
dari masalah yang dikemukakan. Ini pun jika agen penyuluhan sendiri
memiliki pengetahuan serta wawasan yang dibutuhkan atau bersama
sama dengan petani mengupayakan. Fungsi sosial lain, seperti penelitian
ilmiah dapat membantu memecahkan persoalan sosial, misalnya dengan
mengembangkan metode untuk meningkatkan hasil panen (Van den Ban
dan Hawkins H S, 1999).
Peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk
menyampaikan inovasi dan mempengaruhi petani melalui metoda dan
Karya Tulis Ilmiah 6
(KTI) 2015
sendiri mengadopsi inovasi yang disampaikan, selain itu penyuluh juga
mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga
penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakatnya baik dalam hal
menyampaikan inovasi atau kebijakan kebijakan yang harus diterima dan
dilaksanakan oleh masyarakat sasaran maupun untuk menyampaikan
umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah atau
lembaga penyuluhan yang bersangkutan (Mardikanto, 2009)
Adopsi Pengertian Adopsi
Besarnya perhatian dan keyakinan pemerintah Indonesia akan
pentingnya sektor pertanian dapat dilihat dari kesungguhannya dalam
membangun pertanian di negara ini. Segala sarana dan prasarana
pertanian disediakan, demikian pula segala kemudahan bagi petani,
termasuk berbagai bentuk subsidi. Guna mencapai peningkatan produksi,
teknologi memang diperlukan, dan para petani perlu mengadopsi
teknologi itu. Petani harus berubah dari penggunaan teknologi lama ke
penggunaan teknologi baru yang lebih maju (Slamet, 2003).
Dalam menerapkan anjuran yang disampaikan oleh penyuluh
lapangan, terdapat suatu proses yang disebut dengan proses penerimaan
dan proses adopsi terhadap teknologi baru. Dalam penerimaan teknologi
baru yang dianjurkan oleh penyuluh lapangan, maka kecepatan
penerimaan petani terhadap teknologi tidaklah sama tergantung pada
sikap dan kondisi masing-masing petani pada saat teknologi
diperkenalkan kepada mereka.
Teknologi yang diterapkan dalam mendukung pembangunan pertanian
Indonesia merupakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas,
peningkatan mutu dan diversifikasi produk olahan di sektor hilir, baik itu
untuk skala kecil, menengah, maupun besar. (Van den Ban dan Hawkins
H S, 1999).
Adopsi adalah keputusan yang diambil seseorang untuk menerima
inovasi dan menggunakannya dalam praktek usaha taninya. Keputusan
8
Karya Tulis Ilmiah 6
(KTI) 2015
kawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang untuk
mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk
menerimanya (Adjid, 2001).
Proses Adopsi
Dalam proses adopsi dapat dibedakan lima tahap, sebagai berikut:
Tahap Kesadaran, Pada tahapan ini petani untuk pertama kalinya belajar tentang sesuatu yang baru. Informasi yang dipunyai tentang
teknologi baru yang akan diadopsi itu masih bersifat umum. Petani
mengetahui sedikit sekali bahkan informasi yang diketahui tersebut
kadang-kadang tidak ada kaitannya dengan kualitas khusus yang
diperlukan untuk melakukan adopsi.
Tahapan Menaruh Minat, Pada tahapan ini petani mulai mengembangkan informasi yang diperoleh dalam menimbulkan dan
mengembangkan minatnya untuk adopsi inovasi. Petani mulai
mempelajari secara Iebih terperinci tentang ide baru tersebut, bahkan
tidak puas kalau hanya mengetahui saja tetapi ingin berbuat yang lebih
dari itu. Oleh karena itu, pada tahapan ini, petani tersebut mulai
mengumpulkan informasi dari berbagai pihak, apakah itu dari media cetak
ataupun dari media elektronik.
Tahapan Menilai; Pada tahapan ini, seseorang yang telah mendapatkan informasi dan bukti yang telah dikumpulkan pada
tahapan-tahapan sebelumnya dalam menentukan apakah ide baru tersebut akan
diadopsi atau tidak maka diperlukan kegiatan yang disebut evaluasi atau
penilaian. Maksudnya tentu saja untuk mempertimbangkan lebih lanjut
apakah minat yang telah ditimbulkan tersebut perlu diteruskan atau tidak
Hal ini berarti petani mulai menilai secara sungguh-sungguh dan
mengaitkannya dengan situasi yang mereka miliki.
Tahapan Mencoba; Pada tahapan ini petani atau individu dihadapkan dengan suatu masalah yang nyata. Ia harus rnenuangkan
buah pikirannya tentang minat dan evaluasi tersebut dalam suatu
kenyataan yang sebenarnya. Pemikiran itu harus dituangkan dalam
Karya Tulis Ilmiah 6
(KTI) 2015
ide baru tersebut. Hal ini berarti bahwa ia harus belajar, apa yang disebut
ide baru. bagaimana melakukannya, mengapa harus la lakukan, dengan
siapa Ia melakukan ide baru tersebut, apakah dilakukan sendiri atau
berkelompok dan dimana la harus melakukan percobaan ide baru
tersebut.
Tahapan Adopsi; Pada tahapan ini petani atau individu telah memutuskan bahwa ide baru yang Ia pelajari adalah cukup baik untuk
diterapkan di lahannya dalam skala yang agak luas. Tahapan adopsi ini
barangkali yang paling menentukan dalarn proses kelanjutan pengambilan
keputusan lebih lanjut.(Soekartawi, 2005)
Lima tahap proses adopsi ini bukan merupakan pola kaku yang pasti
di ikuti oleh petani, tetapi sekedar menunjukkan adanya lima urutan yang
sering ditemukan baik oleh peneliti atau oleh petani (Adjid, 2001).
Adopsi inovasi mengandung pengertian yang kompleks dan dinamis.
Hal ini disebabkan proses adopsi inovasi sebenarnya menyangkut proses
pengambilan keputusan dimana dalam proses ini banyak faktor yang
mempengaruhinya. Berarti dalam hal ini adalah proses pengambilan
keputusan untuk menerima ide-ide baru karena dalam proses adopsi
inovasi diperlukan informasi yang cukup, maka calon adopter biasanya
senantiasa mencari informasi dari sumber informasi yang relevan.
Ada tiga hal yang diperlukan bagi calon adopter dalam kaitannya
dengan proses adopsi inovasi, yaitu:
1) Adanya pihak lain yang telah melaksanakan adopsi inovasi dan
berhasil dengan sukses. Pihak yang tergolong kriteria ini
dimaksudkan sebagai sumber informasi yang relevan.
2) Adanya suatu proses adopsi inovasi yang berjalan secara
sistematis, sehingga dapat diikuti dengan mudah oleh calon
adopter.
3) Adanya hasil adopsi inovasi yang sukses dalarn artian telah
memberikan keuntungan. Dengan demikian informasi seperti ini
akan memberikan dorongan kepada calon adopter untuk
10
Karya Tulis Ilmiah 6
(KTI) 2015
Sifat Adopsi
Rogers (1995) dalam Alfian dkk (2008) juga memberikan beberapa
hal yang mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu inovasi diadopsi oleh
individu atau masyarakat adopters yaitu:
Relative advantage (keunggulan relatif), apakah inovasi yang
diintroduksikan memberikan manfaat kepada adopters yang diukur tidak
hanya pada aspek teknis dan ekonomis, juga dikaitkan dengan social
prestige, kenyamanan (convenience) dan kepuasan (satisfaction), jadi
apakah inovasi tersebut lebih baik dibandingkan inovasi sebelumnya
(existing), paling tidak inovasi itu mempunyai keuntungan relatif 25-30%
dari sebelumnya atau relatif lebih besar dari nilai sebelumnya. Apabila
inovasi dirasakan memberikan manfaat kepada adopters maka adopsi
inovasi akan relatif lebih cepat.
Compatibility (kesesuaian), apakah inovasi tersebut konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman sebelumnya dan kebutuhan
adopter. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma
adopter akan sulit diadopsi.
Complexity (kerumitan), berkaitan dengan tingkat kesulitan hasil
inovasi untuk dipahami dan digunakan oleh individu atau
masyarakat/dunia industri. Inovasi yang kompleks relatif lebih sulit
diadopsi, inovasi yang relatif lebih sederhana akan lebih mudah diadopsi.
Trialability (ketercobaan), sejauh mana inovasi dapat dicoba dan diuji dalam skala kecil, inovasi (teknologi) yang trialable akan mengurangi
keraguan untuk mempelajari dan kemudian mempertimbangkan untuk
mengadopsinya.
Observability (keteramatan), mudah dilihat atau diamati secara fisik
relatif akan memudahkan dalam menstimulasi individu atau masyarakat
untuk mengadopsinya.
Banyak penelitian dilakukan tentang hubungan antara indeks adopsi
dan variasi ciri-ciri sosial individu. Variabel yang erat hubungannya
dengan indeks adopsi kemudian diteliti di beberapa wilayah pertanian
Karya Tulis Ilmiah 6
(KTI) 2015
pada pendidikan, pelayanan kesehatan dan perilaku konsumen (Van den
Ban dan Hawkins H S, 1999).
Menurut Negara (2000) adopsi teknologi baru adalah merupakan
proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi pada usaha
taninya. Hal ini di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
Tingkat pendidikan, pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan pengertian yang menguntungkan menuju
penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang
berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi
Umur Petani, makin muda umur petani maka makin semangat untuk mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk
cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum
berpengalaman soal adopsi tersebut
Luas Pemilikian Lahan, petani yang memiliki lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani yang berlahan sempit,
hal ini dikarenakan keefisienan penggunaan sarana produksi
Pengalaman Bertani, petani yang sudah lebih lama berusaha tani akan lebih mudah menerapkan teknologi daripada petani pemula. Hal ini
dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat
membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.
Petani yang sudah lebih lama bertani memiliki pengalaman yang
lebih banyak daripada petani pemula, sehingga sudah dapat membuat
perbandingan dalam mengambil keputusan terhadap anjuran penyuluh.
Petani yang berusia lanjut berumur sekitar lebih dari 50 tahun biasanya
fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian
yang dapat mengubah cara berfikir, cara bekerja dan cara hidupnya.
Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru
12
Karya Tulis Ilmiah 6
(KTI) 2015
Kelompok Tani Pengertian Kelompoktani
Kelompoktani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang
dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan
(sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha anggota.
Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di
perdesaan yang ditumbuhkembangkan “dari, oleh dan untuk petani”,
memiliki karakteristik sebagai berikut:
Ciri Kelompoktani
1. Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama
anggota,
2. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam
berusaha tani,
3. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan
usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa,
pendidikan dan ekologi.
4. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota
berdasarkan kesepakatan bersama.
Unsur Pengikat Kelompoktani
1. Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya,
2. Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab
bersama diantara para anggotanya,
3. Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para
petani dan kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya,
4. Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh
sekurangnya sebagian besar anggotanya,
5. Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat
untuk menunjang program yang telah ditentukan.
Fungsi Kelompoktani
Karya Tulis Ilmiah 6
(KTI) 2015
sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam
berusaha tani, sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya
bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.
Wahana kerjasama; Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompoktani dan
antar kelompoktani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini
diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu
menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan,
Unit Produksi; Usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu
kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala
ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Sistem Tanam Jajar Legowo
Jajar Legowo (Jarwo) 2:1 adalah salah satu cara tanam pindah padi
sawah yang mengatur setiap dua barisan tanaman dan diselingi dengan
satu barisan kosong (legowo) dengan penerapan jarak tanam, baik dalam
barisan maupun antar barisan disesuaikan dengan maksud kesuburan
tanah dan ketinggian tempat. Semakin subur tanah, maka jarak tanam
yang diterapkan semakin lebar. Demikian pula dengan ketinggian tempat,
semakin tinggi tempat maka jarak tanam yang diterapkan semakin lebar.
Maksud dan tujuan penerapan sistem Jarwo, di antaranya; (a)
Memanfaatkan radiasi matahari pada tanaman yang terletak di pinggir
petakan, sehingga diharapkan seluruh pertanaman memperoleh efek
pinggir (border effect), (2) Memanfaatkan efek turbulensi udara yang bila
dikombinasikan dengan sistem pengairan basah-kering berselang maka
dapat mengangkat asam-asam organik tanah yang berbahaya bagi
tanaman dari bagian bawah ke bagian atas (menguap), (3) Meningkatkan
kandungan karbon dioksida (CO2) dan hasil fotosintesis tanaman, (4)
Memudahkan dalam pemupukan dan pengendalian tikus, dan (5)
Meningkatkan populasi tanaman per satuan luas. Sistem Tanam Jajar
14
Karya Tulis Ilmiah 6
(KTI) 2015
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah yang dapat
memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas hasil padi.
Pengaturan populasi tanaman dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan petani dengan pertimbangan tingkat kesuburan tanah dan
ketinggian tempat, sebagai berikut :
(a) Sistem Jajar Legowo 2:1 dengan jarak tanam 25 x 12,5 x 50 cm,
maka jumlah populasi tanaman adalah 21 rumpun per m2 atau
sekitar 210.000 rumpun per ha.
(b) Sistem Jajar Legowo 2:1 dengan jarak tanam 30 x 15 x 40 cm,
maka jumlah populasi tanaman adalah 30 rumpun per m2 atau
300.000 rumpun per ha.
(c) Sistem Jajar Legowo 2:1 dengan jarak tanam 20 x 10 x 40 cm,
maka jumlah populasi tanaman adalah 33 rumpun per m2 atau
330.000 rumpun per ha.
(d) Dst.
(e) Jumlah rumpun tanaman yang optimal akan menghasilkan lebih
banyak malai permeter persegi dan berpeluang besar untuk
pencapaian hasil yang lebih tinggi.
(f) Pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam mempercepat
penutupan permukaan tanah, sehingga dapat menekan atau
memperlambat pertumbuhan gulma dan meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap hama dan penyakit.
Penerapan teknologi sistem tanam Jajar Legowo (Jarwo) harus
diterapkan bersama-sama dengan penerapan umur bibit muda (<21 hari)
dan jumlah bibit yang ditanam tidak lebih dari 3 batang per rumpun (1-3
batang per lubang tanam).
Takaran pemupukan yang diberikan disesuaikan dengan jarak
tanam yang dipergunakan, semakin banyak populasi tanaman maka
semakin banyak dosis pupuk yang diberikan
Penerapan komponen teknologi sistem tanam Jarwo dapat
memberikan kontribusi terhadap peningkatan hasil sebesar 18,7%
Karya Tulis Ilmiah 6
(KTI) 2015
Kerangka Pemikiran
Dalam mewujudkan Swasembada Pangan Nasional perlu dilakukan
upaya khusus. Salah satu upaya khusus adalah penerapan teknologi
sistem jajar legowo.
Agar tingkat adopsi/penerapan teknologi sistem tanam jajar legowo
tinggi, maka perlu dilakukan penyuluhan dan pendekatan kepada petani
dan kelompoktani, yang di awali dengan penelusuran penghambat dan
pendorong suatu teknologi dapat segera diterapkan secara menyeluruh.
Faktor penghambat dan pendorong penerapan/adopsi teknologi jajar
legowo dapat ditelusuri jika telah diketahui sampai tahapan mana proses
adopsi teknologi sistem jajar legowo saat ini.
Tinggi rendahnya penerapan teknologi sistem tanam jajar legowo
(adopsi teknologi) di pengaruhi oleh beberapa faktor sosial ekonomi petani
seperti umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, dan luas lahan
Pada akhirnya suatu teknologi diterapkan atau tidak diterapkan
terletak pada petani itu sendiri, apakah tingkat adopsinya tinggi, sedang,
atau rendah terhadap teknologi baru tersebut. Bila dalam dirinya ada
kesadaran akan perlunya perubahan maka pembaharuan yang diusulkan
oleh penyuluh dapat diterapkan dalam usahataninya.
Berdasarkan penjelasan singkat di atas maka peneliti menyusun
16
Karya Tulis Ilmiah 6
(KTI) 2015
Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran tingkat adopsi anggota Kelompok tani terhadap sistem tanam jajar legowo berdasarkan Karakteristik Sosial
Defenisi Operasional
Umur, adalah umur responden pada saat dilakukan penelitian. Usia dikategorikan menjadi :
1. 25-35
2. 36-45
3. 46-55
Karya Tulis Ilmiah 6
(KTI) 2015
Pendidikan, adalah jenis pendidikan formal yang terakhir yang diselesaikan oleh responden. Pendidikan dikategorikan menjadi :
1) Pendidikan Dasar; Sekolah Dasar (SD)
2) Sekolah Menengah Pertama (SMP)
3) Pendidikan Menengah; Sekolah Menengah Atas (SMA)
4) Pendidikan Tinggi; Diploma, Sarjana, Magister, Doktor
Luas Lahan; adalah luas sawah yang dimiliki petani dalam usahatani padi sawah, dikategorikan menjadi:
1. < 0,25 ha
2. 0,25 - 0,50
3. 0,51 - 0, 75
4. > 0,75
Pengalaman bertani; adalah lamanya petani berusahatani padi sawah, dikategorikan menjadi:
1) < 2 tahun
2) 2 – 5 tahun
3) 6 – 9 ha
4) > 9 ha
Kesadaran; adalah tanggapan petani terhadap sistem tanam jajar legowo. kesadaran diukur melalui jawaban kuesioner, indikator kesadaran
dengan 5 pernyataan yang diajukan. Setiap setiap pernyataan diberi skala
1-4:
1) Sangat Setuju, skala 4
2) Setuju, skala 3.
3) Kurang Setuju, skala 2.
4) Tidak Setuju, skala 1
Respon/minat; adalah seberapa tinggi keinginan petani terhadap teknologi sistem tanam jajar legowo. Respon/minat diukur melalui jawaban
kuesioner, hanya 1 Pernyataan yang diajukan berkenaan dengan luas
keinginan mencoba. Setiap jawaban diberi nilai atau skala 1-4.
18
Karya Tulis Ilmiah 6
(KTI) 2015
narasumber, dan media lainnya. menilai ini diukur melalui jawaban
kuesioner, sebanyak 5 pernyataan. Setiap jawaban diberi skala 1-4, yaitu:
1) Sangat Bagus, skala 4
2) Bagus, skala 3
3) Kurang Bagus, skala 2
4) Tidak Bagus, skala 1
Mencoba; adalah kemampuan petani mencoba teknologi sistem tanam jajar legowo saat ini. Kemampuan ini diukur melalui jawaban
kuesioner 2 buah pernyataan yang berkaitan dengan luasan dan motivasi.
Setiap jawaban diberi skala 1-4.
Penerapan/Adopsi; adalah tingkat keseringan petani dalam melaksanakan teknologi sistem tanam jajar legowo. Ada 4 pernyataan
Karya Tulis Ilmiah26
(KTI) 2015
19 Waktu dan Tempat
Kegiatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan Kajian Tingkat Adopsi
Anggota Kelompok Tani terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo Padi
Sawah Padi Sawah dilaksanakan di nagari Padukuan Kecamata Koto
Salak Kabupaten Dharmasraya, dari tanggal 17 Maret sampai dengan 20
April 2015.
Populasi Dan Sampel
Populasi dan Sampel ditentukan secara purposive sampling atau
pengambilan sampel secara sengaja. Ini dikarenakan terbatasnya waktu,
tenaga dan biaya yang ada. Dari 14 Kelompok Tani yang ada di nagari
Padukuan, hanya 6 kelompok tani yang merupakan kelompok tani Padi
Sawah seperti pada tabel 1.
Tabel 1 Kelompok Tani Padi Sawah Nagari Padukuan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya tahun 2015
Dengan memperhatikan anggota yang aktif dari tiap-tiap kelompok
tersebut serta terbatasnya waktu pelaksanaan kegiatan KTI, maka sampel
yang digunakan seperti pada Tabel 3.
No Kelompok
Tani
Jumlah Anggota
Tahun Berdiri
Kelas
Kelompok Ketua
1 2 3 4 5
Usaha Bersama
54 2007 Lanjut Pujianto
Adil Makmur 17 2009 Pemula Sadimin
APM 19 2008 Pemula Palimin
Tani Makmur 25 2011 Pemula Nandang
Tani Maju 34 2006 Pemula Suli Wijaya
6 Jaya Baru I 27 2007 Pemula Sukino
20
Karya Tulis Ilmiah26
(KTI) 2015
Tabel 2 Jumlah sampel tiap Kelompok Tani Padi Sawah Nagari Padukuan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya tahun 2015
maka ditentukan sampel yang dijadikan responden berjumlah 35 orang.
Data dan Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder.
Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dengan responden. Data ini mencakup berbagai variabel yang terdiri atas keadaan
sosial ekonomi, meliputi (umur petani, pendidikan formal, luas lahan, dan
pengalaman bertani), tingkat adopsi meliputi (pengetahuan, respon,
keterampilan penggunaan alat, keterampilan menjalankan aplikasi dan
frekuensi penggunaan aplikasi).
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait serta hasil-hasil penelitian.
Teknik pengumpulan data, dengan cara :
Wawancara, dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, meminta penjelasan kepada responden, tokoh masyarakat, dan petugas yang
terkait.
Pengamatan, yaitu dengan melihat secara langsung kondisi dan kegiatan responden di lapangan, yang berguna untuk melengkapi data
yang diperoleh.
Rekapitulasi, yaitu dengan melakukan pencatatan dan perekapan seluruh data sekunder yang telah di peroleh dari berbagai sumber, seperti
kantor BP3K, kantor desa, kantor kecamatan, Internet dan perpustakaan. No Desa/Kelompok
Tani
Jumlah Anggota
Tahun Berdiri
Kelas
Kelompok Ketua
1 2 3 4 5
Usaha Bersama 10 2007 Lanjut Pujianto
Adil Makmur 6 2009 Pemula Sadimin
APM 6 2008 Pemula Palimin
Tani Makmur 4 2011 Pemula Nandang
Tani Maju 4 2006 Pemula Suli Wijaya
6 Jaya Baru I 5 2007 Pemula
Karya Tulis Ilmiah26
(KTI) 2015
Instrumen
Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam kajian ini adalah
berupa kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan
dengan peubah-peubah kajian. Instrument disusun dengan
memperhatikan langkah-langkah: (1) Menentukan peubah-peubah yang
terpilih pada judul kajian, (2) Peubah-peubah tersebut dijadikan dalam sub
peubah, (3) Menjabarkan sub-sub peubah dalam bentuk
indikator-indikator, (4) Menjabarkan indikator-indikator menjadi
komponen-komponen yang dijadikan butir-butir pertanyaan dan (5) Seluruh butir
pertanyaan disusun instrument berupa kuesioner. Kuesioner yang disusun
menggunakan skala Likert sebagai parameter pengukurannya.
Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini merupakan skala
seimbang. Menurut Sumarwan (2011) skala seimbang merupakan angka
untuk kategori yang menyenangkan dan tidak menyenangkan mempunyai
jumlah yang sama. Skala yang akan digunakan menggunakan skala yang
seimbang agar dapat menghasilkan data yang objektif. Menurut Elbany
(2009) penggunaan empat skala didasarkan pada kebijaksanaan untuk
menghindari ekstrim bias yang cenderung memberikan pendapat yang
netral (tengah). Adapun empat skala yang digunakan disesuaikan dengan
indikator dari masing-masing variabel.
Peneliti membuat instrumen dengan pembagian indikator menjadi 5
(lima) sesuai dengan ukuran tingkatan/tahapan proses adopsi dengan
penentuan sebagai berikut:
1. Tingkat Kesadaran, apabila persentase jawaban petani tinggi hanya pada kuesioner indikator kesadaran.
2. Tingkat Minat, apabila persentase jawaban petani tinggi pada kuesioner indikator kesadaran dan minat/respon
3. Tingkat Menilai, apabila persentase jawaban petani tinggi pada kuesioner indikator kesadaran, minat/respon dan menilai
22
Karya Tulis Ilmiah26
(KTI) 2015
5. Tingkat Adopsi/penerapan, apabila persentase jawaban petani tinggi pada kuesioner di semua indikator.
Keberhasilan petani padi sawah tidak terlepas dari karakteristik
sosial ekonomi petani dan tingkat adopsi petani tersebut. Negara (2000)
menyebutkan dalam bukunya yang berjudul “Tingkat Adopsi dan Faktor
-Faktor yang Mempengaruhinya” ada 4 sudut pandang sosial ekonomi,
yaitu :
1. Tingkat pendidikan, pendidikan merupakan sarana belajar,
dimana selanjutnya akan menanamkan pengertian yang
menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih
modern. Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam
melaksanakan adopsi.
2. Umur Petani, makin muda umur petani, maka makin semangat untuk mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka
berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya
mereka masih belum berpengalaman soal teknologi tersebut.
3. Luas Pemilikin Lahan, petani yang memiliki lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani yang berlahan
sempit, hal ini dikarenakan keefisienan penggunaan sarana
produksi.
4. Pengalaman Bertani (Lama Bertani), petani yang sudah lebih lama berusaha tani akan lebih mudah menerapkan teknologi dari
pada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih
banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam
mengambil keputusan.
Dalam penelitian ini akan dilihat ke-4 sudut pandang di atas memiliki
hubungan yang erat atau tidak terhadap tingkat adopsi di daerah
penelitian.
Instrumen yang telah disusun tidak di uji validitas dan realibilitasnya
karena:
Karya Tulis Ilmiah26
(KTI) 2015
2. Pengisian kuesioner oleh responden penelitian dipandu oleh
peneliti untuk menghindari kesalahan persepsi dalam setiap item
pertanyaan.
Analisis Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan
analisis koefisien korelasi Rank Spearman. Koefisien korelasi Rank
Spearman digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan antara dua
variabel ordinal (Nazir 2009). Penggunaan metode korelasi Rank
Spearman adalah untuk membuktikan berhubungan atau tidaknya antara
masing-masing variabel. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
aplikasi SPSS 18.0 for windows.
Berdasarkan nilai korelasi tanda positif yang terdapat pada nilai rs
menunjukkan hubungan yang searah, jika nilai korelasi bertanda negatif
menunjukkan hubungan yang tidak searah. Kriteria pengujian hubungan
observasi dilakukan pada taraf nyata (α = 5 persen) dimana nilai rs
Spearman’s Rho (ρ) untuk sampel 35 dengan alpha 0,5 adalah 0,335.
Batas-batas nilai koefisien korelasi diinterpretasikan sebagai berikut
(Nugroho, 2005) :
1) 0,00 sampai dengan 0,20 berarti korelasinya sangat lemah.
2) 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasinya lemah.
3) 0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasinya kuat.
4) 0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasinya sangat kuat.
5) 0,91 sampai dengan 0,99 berarti korelasinya sangat kuat
sekali.
Karya Tulis Ilmiah 29
(KTI) 2015
24 HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan Wilayah Letak Geografis
Nagari Padukuan merupakan salah satu nagari dalam wilayah
administrasi Nagari Padukuan, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi
Sumatera Barat dengan batas wilayah :
Utara berbatasan dengan Propinsi Jambi Selatan berbatasan dengan propinsi Jambi Timur berbatasan dengan nagari Ampalu
Barat berbatasan dengan Kecamatan sungai Rumbai
Mempunyai luas wilayah 6.598 ha, dengan lahan datar 80 % dan
topografi yang bergelombang 20 %. berombak sampai berbukit, berada
pada ketinggian 120 sampai 130 meter dari permukaan laut (dpl). Jenis
tanah umumnya PMK, dengan tingkat kesuburan sedang sampai subur
dan pH tanah antara 5,5 sampai 7,5.
Luas Lahan Menurut Penggunaan
Luas lahan menurut penggunaan di Nagari Padukuan kecamatan
Koto Salak kabupaten Dharmasraya Tahun 2014 dapat kita lihat pada
tabel 3.
Tabel 3. Luas lahan menurut penggunaan di Nagari Padukuan kecamatan Koto Salak kabupaten Dharmasraya Tahun 2014
No Jorong
Pekara ngan
(ha)
Tegalan (ha)
Padang gembala
(ha)
Kolam (ha)
Perkebunan (ha)
Rakyat Besar
1 Padukuan 28,2 7 0 1 1249 0
2 Padang Rampak 32,4 10 0 0,7 1431 0
3 Padang tengah I 91,1 24 0 1 1112 0
4 Padang Tengah II 109 27 0 2 1187 0
5 Padang Tengah
III
82,1 29 0 2 1022 0
Karya Tulis Ilmiah 29
(KTI) 2015 sambungan
No Jorong Sawah
(ha)
Hutan (ha) Perairan
Umum (ha) Lahan Tidur (ha) Lain-lain (ha) Total (ha) Negara Rakyat
1 Padukuan 0 0 0 3 0 11 1299,20
2 Padang Rampak 0 0 0 4 0 13 1491,10
3 Padang tengah I 64,2
5
0 0 2 0 12 1306,35
4 Padang Tengah II 9,25 0 0 3 0 14 1351,25
5 Padang Tengah
III
0 0 0 2 0 13 1150,10
Total 73,5 0 0 14 0 63 6598
Sumber Data: Monografi Wilayah Nagari Padukuan 2014
Pada Tabel 3 dapat kita lihat, penggunaan lahan terbesar ada pada sektor
perkebunan. Hal ini dikarenakan masyarakat nagari Padukuan
menganggap sektor perkebunan paling menjanjikan untuk peningkatan
kesejahteraan mereka.
Luas Sawah Menurut Spesifik Air
Luas sawah menurut spesifik air di nagari Padukuan kecamatan
Koto Salak kabupaten Dharmasraya Tahun 2014 dapat kita lihat pada
tabel 4.
Tabel 4. Luas sawah menurut spesifik air di Nagari Padukuan kecamatan Koto Salak kabupaten Dharmasraya Tahun 2014
No. Jorong
Luas Lahan (Ha)
Total
Sawah Kering
Irigasi Tadah Hujan Pasang Surut Iklim Basah Iklim Kering
1. Padukuan 0 - - - - 0
2. Padang Rampak 0 - - - - 0
3 Padang tengah I 64,25 - - - - 64,25
4 Padang Tengah II 9,25 - - - - 9,25
5 Padang Tengah III 0 - - - - 0
Jumlah 73,5 - - - - 73,5
Sumber Data: Monografi Wilayah Nagari Padukuan 2014
Dari Tabel 4 dapat kita lihat, lahan sawah hanya ada di dua jorong
saja, yaitu jorong Padang tengah I dan Jorong Padang Tengah II. Hal ini
dapat menimbulkan kurangnya sumber makanan pokok (beras) bagi
26
Karya Tulis Ilmiah 29
(KTI) 2015
Luasan Produktifitas Padi
Tabel 5. Luasan dan produktifitas tanaman Padi di nagari Padukuan kecamatan Koto Salak kabupaten Dharmasraya tahun 2014
No Jorong
Luas Tanam (ha) Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha/thn) Produksi GKP (ton/thn)
1. Padukuan 0 0 0 0
2. Padang Rampak 0 0 0 0
3. Padang tengah I 90 90 10,4 936
4. Padang Tengah II 20 20 10 200
5. Padang Tengah III 0 0 0
Jumlah 110 110 1136
Sumber Data: Monografi Wilayah Nagari Padukuan 2014
Dari Tabel di atas dapat kita jelaskan bahwa potensi usahatani
bidang tanaman pangan khususnya tanaman padi masih rendah untuk
memenuhi kebutuhan pangan daerah ini, namun luasan tanam padi
tersebut di atas masih memiliki produktifitas rata-rata yang masih bisa di
optimalkan, dengan kondisi demikian upaya penyuluhan dalam
pembinaan usaha tani masyarakat sangat diperlukan secara terus
menerus dan ditingkatkan.
Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
Jumlah penduduk menurut golongan umur penduduk nagari
Padukuan, dapat disajikan pada Tabel 6 dibawah ini:
Tabel 6. Jumlah penduduk menurut golongan umur nagari Padukuan kecamatan Koto Salak kabupaten Dharmasraya tahun 2014
No Jorong
Tingkat Umur (Jiwa)
Jumlah
Jenis Kelamin (Jiwa)
0 s/d 10 11 s/d 20 21 s/d 30 31 s/d 40 41 s/d 50 51 s/d 60 > 60
Laki-laki Perempuan
1 Padukuan 104 156 132 85 97 74 43 691 358 361
2 Padang
Rampak 111 161 154 116 108 88 25 763 355 326
3 Padang
tengah I 108 167 136 120 103 104 36 774 377 452
4 Padang Tengah II 98 186 187 144 113 105 22 855 401 376
5 Padang
Tengah III 105 196 168 134 114 123 31 871 428 522
Total 526 866 777 599 535 494 157 3954 1919 2037
Karya Tulis Ilmiah 29
(KTI) 2015
Jumlah penduduk menurut golongan umur di Nagari Padukuan,
dapat dibagi menjadi 7 kategori dimana golongan umur 21-45 tahun
merupakan usia yang sangat produktif. Berdasarkan Tabel 6 dapat kita
jelaskan bahwa golongan umur yang dominan di nagari Padukuan adalah
berkisar pada usia produktif dan jumlah perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki. Golongan umur produktif tersebut merupakan suatu
sumber daya yang sangat bermanfaat bagi kegiatan pembangunan
pertanian, dimana pada usia produktif akan lebih mampu dalam
melakukan berbagai kegiatan usaha termasuk bidang usahatani.
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Jumlah penduduk menurut pendidikan di nagari Padukuan secara
umum cukup memadai, namun secara teknis di bidang teknologi budidaya
pengetahuan yang dimiliki petani masih relatif rendah. Hal itu merupakan
sasaran utama kegiatan penyuluhan yang akan dilaksanakan, sehingga
Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap petani akan berubah lebih baik.
Jumlah penduduk menurut pendidikan dapat disajikan pada Tabel 7
dibawah berikut ini:
Tabel 7. Jumlah penduduk menurut Pendidikan nagari Padukuan kecamatan Koto Salak kabupaten Dharmasraya tahun 2014
No Jorong
Tingkat Pendidikan (Jiwa) Usia Sekolah yang Bekerja
(Jiwa)
Blm/Tdk
Sekolah SD SLTP SLTA
D1-D3 PT Total Seko
lah Tidak Seko
lah
Yang Bekerja
Tani Non
Tani
1 Padukuan 156 210 178 121 12 12 689 43 86 119 10
2 Padang
Rampak 246 221 147 118 16 19 767 22 77 92 7
3 Padang
tengah I 215 182 169 166 18 24 774 37 58 94 1
4 Padang
Tengah II 208 206 224 184 11 22 855 64 69 118 15
5 Padang
Tengah III 227 221 182 178 20 41 869 78 73 124 27
Total 1052 1040 900 767 77 118 3954 244 363 547 60
Sumber Data: Monografi Wilayah Nagari Padukuan 2014
Dari Tabel 7 dapat kita jelaskan bahwa tingkat pendidikan penduduk
28
Karya Tulis Ilmiah 29
(KTI) 2015
menengah, namun cukup banyak juga yang sudah berpendidikan tinggi.
Keadaan tersebut merupakan potensi yang besar dan sangat menunjang
dalam upaya pengembangan pertanian, diamana masyarakat akan lebih
mudah memahami dan mengerti informasi yang berkembang dan lebih
maju dari penyuluh maupun dari media informasi lainnya.
Kelembagaan Petani
Berikut ini tabel kelembagaan petani yang ada di nagari Padukuan
Tabel 8. Kelembagaan petani di nagari Padukuan kecamatan Koto Salak kabupaten Dharmasraya tahun 2015
No Nama
Kelompok Tani Kelas Kelompok Jumlah Anggota (orang) Tahun
berdiri Ketua
Luas Areal (Ha)
Komoditi Utama Sawah Tegalan
1 Jaya Murni Pemula 25 2011 Burhanudin Karet
2 Tani Maju pemla 34 2006 Suli Wijaya 7 Padi
3 Usaha Bersama lanjut 54 2007 Pujianto 32,25 Padi
4 Adil Makmur Pemula 31 2009 Sadimin 9,5 Padi
5 APM Pemula 19 2008 Palimin 8 Padi
6 Tani Makmur Pemula 25 2011 Nandang 9 Padi
7 P3A Usaha Tani Pemula 60 2013 Dharma E.S
8 Jaya Baru I pemula 27 2007 Sukino 7,75 Padi
9 Jaya Baru II Pemula 30 2007 Tukin Karet
10 KWT Jaya Baru I Pemula 25 2014 Titik 5,6 Sayuran
11 Gpkt. Usaha
Bersama Baru 7 keltan 2012 Kadi
Multi Usaha
Jumlah Kelompok Tani 10 73,5 5,6
Dari 10 kelompoktani yang ada di nagari Padukuan, 6 diantaranya adalah
kelompoktani yng komoditas utamanya padi. 6 kelompoktani yang
komoditas utamanya Padi tersebut pada Tabel 8, merupakan sasaran dari
penelitian ini.
Karakteristik Sosial Responden
Karakterisitik sosial petani di nagari Padukuan sangat beragam,
namun berdasarkan umur, latar belakang pendidikan formal, luas lahan
yang digarap, dan pengalaman bertani ada beberapa kategori yang
dominan. Untuk menganalisa hubungan tingkat adopsi sistem tanam jajar
Karya Tulis Ilmiah 29
(KTI) 2015
karakteristik sosial, dan pemberian nilai di setiap kategorinya sesuai
dengan defenisi operasional yang telah ditentukan seperti pada Tabel 9.
Tabel 9. Karakteristik Sosial Responden Penelitian
Umur Jumlah
(orang)
Persentase
(%) Nilai
25-35 2 5,71 produktif
36-45 13 37,15 sangat produktif
46-55 16 45,71 cukup produktif
> 55 4 11,43 kurang produktif
Total 35 100
Pendidikan
SD 20 57,14 rendah
SMP 12 34,29 sedang
SMA 3 8,57 tinggi
PT 0 0 Sangat tinggi
Total 35 100
Luas Lahan
< 0,25 Ha 0 0,00 kurang luas
0,25 - 0,50 8 22,86 cukup luas
0,51 - 0, 75 19 54,29 luas
> 0,75 8 22,85 sangat luas
Total 35 100
Pengalaman Bertani
< 2 Tahun
0 0 kurang
berpengalaman
2 - 5 tahun
0 0,00 cukup
berpengalaman
6- 9 tahun 6 17,14 berpengalaman
> 9 tahun
29 82,86 Sangat
berpengalaman
Total 35 100
Berdasarkan Tabel 9, umur responden umumnya termasuk kategori cukup
produktif sampai sangat produktif dalam berusahatani. Nilai dari
pengkategorian umur ini didasari pada tingkat kemampuan bekerja
seseorang, dimana penulis meletakkan umur 35 – 45 tahun merupakan
umur yang sangat produktif dalam berusahatani.
Pendidikan responden pada umumnya termasuk kategori rendah dan
sedang. Luas lahan yang dimiliki responden umumnya tergolong luas dan
30
Karya Tulis Ilmiah 29
(KTI) 2015
pengalaman bertani, ternyata responden tergolong petani yang sangat
berpengalaman dalam usahatani padi sawah. Hampir semua responden
lebih dari 9 tahun telah berusahatani padi sawah.
Pembahasan Hasil Kajian
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan melalui kegiatan
wawancara dan penyebaran kuesioner kepada 35 responden yang
merupakan anggota dari kelompok tani Usaha Bersama, Adil Makmur,
APM, Tani Makmur, Tani Maju dan Jaya Baru I maka diperoleh hasil
sebagai berikut ini.
Tingkat Kesadaran Anggota Kelompoktani Terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo
Hasil pengisian kuesioner indikator tingkat kesadaran anggota
kelompok tani terhadap sistem tanam jajar legowo yang telah di
rekapitulasi dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Persentase Tingkat Kesadaran Anggota Kelompok Tani terhadap sistem tanam jajar legowo
Tahapan/Proses
Adopsi Tingkatan
Responden
(orang) Persentase (%)
Kesadaran R (Rendah) 0 0
S (Sedang) 9 25,72
T (Tinggi) 35 74,29
total 35 100,00
Sesuai dengan hasil rekapitulasi jawaban dari kuesioner sebanyak
74,29 % anggota kelompok tani, kesadarannya terhadap Teknologi sistem
tanam jajar legowo berada pada tingkat tinggi. Ini menunjukkan anggota
kelompoktani sangat setuju dan meyakini informasi tentang keunggulan
teknologi sistem tanam jajar legowo yang diketahuinya melalui penyuluh
Karya Tulis Ilmiah 29
(KTI) 2015
terapkan terlebih dahulu baru disadari kebenarannya, seperti informasi
kemudahan melakukan sistem tanam jajar legowo.
Hasil uji korelasi Rank Spearman menggunakan SPSS 18.0
menunjukkan hubungan antara kesadaran anggota kelompok tani (X1)
dengan karakteristik sosial secara rinci dapat kita lihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Koefesien Korelasi Tingkat Kesadaran Anggota Kelompoktani terhadap sistem tanam jajar legowo dengan Karakteristik Sosial
Tingkat Kesadaran (X1) Y1 Y2 Y3 Y4 X1
Spearman's
rho X1
Correlation Coefficient
-,034 ,199 ,291 ,219 1,000
Sig. (2-tailed) ,848 ,252 ,090 ,205 .
N 35 35 35 35 35
Keterangan :
Y1 = Umur Y3 = Luas Lahan
Y2 = Pendidikan Y4 = Pengalaman bertani
N = Jumlah responden Hubungan antara tingkat kesadaran anggota kelompoktani (X1)
dengan umur petani (Y1) menunjukkan rs – 0,034. Hubungan antara
tingkat kesadaran anggota kelompoktani dengan umur petani bersifat
negatif yaitu, semakin tua atau semakin muda umur petani dari batas usia
sangat produktif, semakin besar kesadarannya. Namun dikarenakan
nilainya dibawah 0,2 berarti hubungan antara keduanya sangat lemah
atau bisa dikatakan tidak ada hubungannya antara umur dengan
kesadaran terhadap teknologi sistem jajar legowo.
Hubungan antara tingkat kesadaran anggota kelompoktani (X1)
dengan Pendidikan petani (Y2) menunjukkan rs 0,199 dimana rs berada
dibawah 0,2 hubungan antara keduanya sangat lemah atau bisa dikatakan
tidak ada hubungannya antara umur dengan kesadaran terhadap
teknologi sistem jajar legowo. Hubungan antara tingkat pengetahuan
anggota kelompoktani dengan pendidikan petani bersifat positif yaitu,
semakin tinggi pendidikan petani semakin besar kesadarannya terhadap
32
Karya Tulis Ilmiah 29
(KTI) 2015
Hubungan antara tingkat kesadaran anggota kelompoktani (X1)
dengan luas lahan petani (Y3) menunjukkan rs 0,291 bersifat positif yaitu,
semakin tinggi luas lahan petani semakin besar pengetahuannya terhadap
sistem tanam jajar legowo. Namun dikarenakan nilainya hanya diantara di
0,21 – 0,40 berarti hubungan antara keduanya lemah.
Hubungan antara tingkat kesadaran anggota kelompoktani (X1)
dengan pengalaman bertani petani (Y4) menunjukkan rs 0,219 bersifat
positif yaitu, semakin lama pengalaman bertani semakin tinggi
pengetahuan petani terhadap sistem tanam jajar legowo. Namun
dikarenakan nilainya Namun dikarenakan nilainya hanya diantara di 0,21 –
0,40 berarti hubungan antara keduanya lemah.
Spearman’s Rho (ρ) untuk sampel 35 dengan alpha 0,5 adalah rs =
0,335, maka dapat dinyatakan bahwa hubungan antara tingkat
pengetahuan anggota kelompoktani dengan semua indikator karakteristik
sosial tidak nyata karena semua nilai dibawah 0,335. Hal ini sesuai
dengan keadaan di lapangan dimana, sebagian besar petani hanya
mengandalkan penyuluh sebagai satu-satunya penyampai informasi
tentang teknologi sistem jajar legowo.
Tingkat MInat Anggota kelompok tani Terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo
Hasil pengisian kuesioner indikator tingkat respon atau minat
anggota kelompok tani terhadap sistem tanam jajar legowo yang telah di
rekapitulasi dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Persentase Tingkat Minat anggota kelompok tani terhadap sistem tanam jajar legowo
Proses Adopsi Tingkatan Responden
(orang)
Persentase (%)
Minat (Respon) R (Rendah) 9 25,71
S (Sedang) 12 34,29
T (Tinggi) 14 40,00
total 35 100,00
Sesuai dengan hasil rekapitulasi jawaban dari kuesioner hanya
Karya Tulis Ilmiah 29
(KTI) 2015
sistem tanam jajar legowo berada pada tingkat rendah. Ini menunjukkan
bahwa dari seluruh anggota kelompok tani 40 % yang berminat
mengadopsi teknologi ini dalam luasan yang tinggi, dan 34,29 % yang
berminat mengadopsi teknologi ini dalam skala areal yang luasannya
sedang.
Berdasarkan wawancara lanjutan, minat anggota kelompok tani pada
tingkat rendah dikarenakan mereka belum pernah melihat secara
langsung keberhasilan dari teknologi ini.
Hasil uji korelasi Rank Spearman menggunakan SPSS 18.0
menunjukkan hubungan antara respon anggota kelompok tani (X2)
dengan karakteristik sosial secara rinci dapat kita lihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Koefesien Korelasi Tingkat Minat Anggota Kelompoktani dengan Karakteristik Sosial
Minat (X2) Y1 Y2 Y3 Y4 X2
Spearman's
rho X2
Correlation Coefficient
-,118 -,044 ,682** ,481** 1,000
Sig. (2-tailed) ,498 ,804 ,000 ,003 .
N 35 35 35 35 35
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Keterangan
:
Y1 = Umur Y3 = Luas Lahan
Y2 = Pendidikan Y4 = Pengalaman bertani
N = Jumlah responden
Hubungan antara tingkat minat anggota kelompoktani (X2) dengan
Umur petani (Y1) menunjukkan rs -0,118 dimana rs berada dibaawah 0,2
berarti bisa dikatakan tidak ada hubungannya antara umur dengan respon
anggota kelompoktani terhadap teknologi sistem jajar legowo.
Hubungan antara tingkat minat anggota kelompoktani (X2) dengan
Pendidikan petani (Y2) menunjukkan rs , -0,044 dimana bersifat negatif
yaitu semakin tinggi pendidikan petani, semakin rendah responnya.
Namun karena rs berada dibawah 0,20 berarti hubungan sangat lemah.
34
Karya Tulis Ilmiah 29
(KTI) 2015
tanam jajar legowo pada waktu yang sama, dan punya tujuan yang sama
terhadap tanaman padi sawah mereka sehingga latar belakang pendidikan
formal tidak ada hubungannya dengan minat (respon) yang terjadi.
Hubungan antara tingkat minat anggota kelompoktani (X2) dengan
luas lahan petani (Y3) menunjukkan rs 0,682 dimana berada antara 0,41
sampai dengan 0,70 yang berarti ada hubungan yang kuat, dan tanda
bintang dua (**) menyatakan adanya hubungan yang sangat nyata.
Hubungan positif menyatakan semakin luas lahan petani yang akan
diusahakan semakin tinggi minat terhadap sistem tanam jajar legowo. Hal
ini dikarenakan petani semakin ingin mendapatkan hasil produksi yang
lebih banyak.
Hubungan antara tingkat minat anggota kelompoktani (X2) dengan
Pengalaman bertani Petani (Y4) menunjukkan rs 0,481 dimana berada
antara 0,41 sampai dengan 0,70 yang berarti ada hubungan yang kuat,
dan tanda bintang dua (**) menyatakan adanya hubungan yang sangat