• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tanam Non Jajar Legowo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tanam Non Jajar Legowo"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Di Desa Sukamandi Hilir,Kec.Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 A. Sistem Tanam Jajar Legowo

(2)
(3)

Lampiran 2. Biaya Bibit Per Petani Di Desa Sukamandi Hilir,Kec. Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

A.Sistem Tanam Jajar Legowo

Sampel Luas Lahan (Ha)

Kebutuhan

Bibit (Kg) Biaya bibit (Kg)

1 1,4 53 424.000

2 1,4 52 416.000

3 1,28 58 464.000

4 1,2 45 360.000

5 1,12 42 336.000

6 1 50 400.000

7 0,88 44 352.000

8 0,68 25 200.000

9 0,64 24 192.000

10 0,52 24 192.000

11 0,48 18 144.000

12 0,4 20 160.000

13 0,36 15 120.000

14 0,2 10 80.000

15 0,16 8 64.000

Total 11,72 488,00 3.904.000,00

(4)

Sistem Tanam Non Jajar Legowo

Sampel Luas Lahan (Ha)

Kebutuhan

Bibit (Kg) Biaya bibit (Kg)

1 1,28 46 368.000

2 1,2 30 240.000

3 1,2 30 240.000

4 1 25 200.000

5 1 40 320.000

6 0,88 36 288.000

7 0,8 32 256.000

8 0,8 32 256.000

9 0,72 28 224.000

10 0,68 24 192.000

11 0,6 15 120.000

12 0,6 15 120.000

13 0,56 14 112.000

14 0,48 19,2 153.600

15 0,4 16 128.000

Total 12,20 383,00 3.064.000,00

(5)

Lampiran 3. Biaya Tenaga Kerja Per Petani Di Desa Sukamandi Hilir, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 A. Sistem Tanam Jajar Legowo

Sampel Luas

Pemupukan Penyemprotan Penyiangan

(6)

B. Sistem Tanam Non Jajar Legowo

Pemupukan Penyemprotan Penyiangan

Jumlah

(HKO) Biaya (Rp) Jumlah Biaya (Rp) Jumlah pemupukan Jumlah penyemprotan Jumlah penyiangan

(7)

Lampiran 4. Biaya Pupuk Per Petani Di Desa Sukamandi Hilir, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

Total 11,72 1.465,00 5.567.000,00 879,00 2.285.400,00 1.465,00 3.369.500,00 1.465,00 2.930.000,00 14.151.900,00

(8)

B. Sistem Tanam Non Jajar Legowo

(9)

Lampiran 5. Biaya Penggunaan Pestisida Petani Di Desa Sukamandi Hilir, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

A.Sistem Tanam Jajar Legowo

Sampel Luas Lahan (Ha)

Prepaton Bestok

Total Biaya (Rp)

Jumlah (L) Biaya (Rp) Jumlah (L) Biaya (Rp)

1 1,4 1 500.000 1 160.000 660.000

2 1,4 1 500.000 1 160.000 660.000

3 1,28 1 500.000 1 160.000 660.000

4 1,2 1 500.000 1 160.000 660.000

5 1,12 0,5 250.000 1 160.000 410.000

6 1 0,5 250.000 1 160.000 410.000

7 0,88 0,5 250.000 1 160.000 410.000

8 0,68 0,5 250.000 1 160.000 410.000

9 0,64 0,5 250.000 0,5 80.000 330.000

10 0,52 0,25 125.000 0,5 80.000 205.000

11 0,48 0,25 125.000 0,5 80.000 205.000

12 0,4 0,25 125.000 0,5 80.000 205.000

13 0,36 0,25 125.000 0,5 80.000 205.000

14 0,2 0,25 125.000 0,5 80.000 205.000

15 0,16 0,25 125.000 0,5 80.000 205.000

Total 11,72 8,00 4.000.000,00 11,50 1.840.000,00 5.840.000,00

(10)

B. Sistem Tanam Non Jajar Legowo

Sampel Luas Lahan (Ha)

Prepaton Bestok

Total Biaya (Rp)

Jumlah (L) Biaya (Rp) Jumlah (L) Biaya (Rp)

1 1,28 0,5 250.000 1 160.000 410.000

2 1,2 0,5 250.000 1 160.000 410.000

3 1,2 0,5 250.000 1 160.000 410.000

4 1 0,5 250.000 1 160.000 410.000

5 1 0,5 250.000 1 160.000 410.000

6 0,88 0,5 250.000 1 160.000 410.000

7 0,8 0,5 250.000 1 160.000 410.000

8 0,8 0,5 250.000 1 160.000 410.000

9 0,72 0,5 250.000 1 160.000 410.000

10 0,68 0,5 250.000 1 160.000 410.000

11 0,6 0,5 250.000 1 160.000 410.000

12 0,6 0,25 125.000 0,75 120.000 245.000

13 0,56 0,25 125.000 0,75 120.000 245.000

14 0,48 0,25 125.000 0,75 120.000 245.000

15 0,4 0,25 125.000 0,75 120.000 245.000

Total 12,20 6,50 3.250.000,00 14,00 2.240.000,00 5.490.000,00

(11)

Lampiran 6. Biaya Penyusutan Peralatan Petani Di Desa Sukamandi Hilir, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

A. Sistem Tanam Jajar Legowo

(12)
(13)

Lampiran 7. Biaya Produksi Per Petani Di Desa Sukamandi Hilir, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 A. Sistem Tanam Jajar Legowo

Sampel Luas

Total 11,72 3.904.000 51.193.800 14.151.900 5.840.000 994.333 76.084.033

(14)

B. Sistem Tanam Non Jajar Legowo

Total 12,20 3.064.000 49.099.920 17.568.000 5.490.000 1.085.048 76.306.968

(15)

Lampiran 8. Penerimaan Per Petani Di Desa Sukamandi Hilir, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 A. Sistem Tanam Jajar Legowo

Sampel Luas Lahan

(Ha) Produksi (Kg)

Produktivitas (Kg/Ha)

Harga Gabah

(Rp/Kg) Penerimaan (Rp)

1 1,4 9.100 6.500 3.300 30.030.000

2 1,4 8.900 6.357 3.300 29.370.000

3 1,28 8.300 6.484 3.300 27.390.000

4 1,2 7.750 6.458 3.300 25.575.000

5 1,12 7.300 6.518 3.300 24.090.000

6 1 6.500 6.500 3.300 21.450.000

7 0,88 5.720 6.500 3.300 18.876.000

8 0,68 4.400 6.471 3.300 14.520.000

9 0,64 4.150 6.484 3.300 13.695.000

10 0,52 3.350 6.442 3.300 11.055.000

11 0,48 3.150 6.563 3.300 10.395.000

12 0,4 2.600 6.500 3.300 8.580.000

13 0,36 2.340 6.500 3.300 7.722.000

14 0,2 1.350 6.750 3.300 4.455.000

15 0,16 1.000 6.250 3.300 3.300.000

Total 11,72 75.910,00 97.277,48 49.500,00 250.503.000,00

(16)

B. Sistem Tanam Non Jajar Legowo

Sampel Luas Lahan

(Ha) Produksi (Kg)

Produktivitas (Kg/Ha)

Harga Gabah

(Rp/Kg) Penerimaan (Rp)

1 1,28 7.000 5.469 3.300 23.100.000

2 1,2 6.800 5.667 3.300 22.440.000

3 1,2 6.700 5.583 3.300 22.110.000

4 1 5.600 5.600 3.300 18.480.000

5 1 5.350 5.350 3.300 17.655.000

6 0,88 4.750 5.398 3.300 15.675.000

7 0,8 4.650 5.813 3.300 15.345.000

8 0,8 4.500 5.625 3.300 14.850.000

9 0,72 3.850 5.347 3.300 12.705.000

10 0,68 4.000 5.882 3.300 13.200.000

11 0,6 3.300 5.500 3.300 10.890.000

12 0,6 3.300 5.500 3.300 10.890.000

13 0,56 3.050 5.446 3.300 10.065.000

14 0,48 2.600 5.417 3.300 8.580.000

15 0,4 2.400 6.000 3.300 7.920.000

Total 12,20 67.850,00 83.596,65 49.500,00 223.905.000,00

(17)

Lampiran 9. Pendapatan Per Petani Di Desa Sukamandi Hilir, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 A. Sistem Tanam Jajar Legowo

Sampel Luas Lahan

(Ha) Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)

1 1,4 30.030.000 8.771.643 21.258.357

2 1,4 29.370.000 8.845.833 20.524.167

3 1,28 27.390.000 8.303.600 19.086.400

4 1,2 25.575.000 7.742.810 17.832.190

5 1,12 24.090.000 6.941.257 17.148.743

6 1 21.450.000 6.548.167 14.901.833

7 0,88 18.876.000 6.043.457 12.832.543

8 0,68 14.520.000 4.341.433 10.178.567

9 0,64 13.695.000 4.342.867 9.352.133

10 0,52 11.055.000 3.588.567 7.466.433

11 0,48 10.395.000 2.933.600 7.461.400

12 0,4 8.580.000 2.570.600 6.009.400

13 0,36 7.722.000 2.386.700 5.335.300

14 0,2 4.455.000 1.421.833 3.033.167

15 0,16 3.300.000 1.301.667 1.998.333

Total 11,72 308.236.500 76.084.033 174.418.967

(18)

B. Sistem Tanam Non Jajar Legowo

Sampel Luas Lahan

(Ha) Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)

1 0,68 13.200.000 4.364.867 8.835.133

2 1,28 23.100.000 8.267.480 14.832.520

3 1,2 22.440.000 7.067.667 15.372.333

4 1,2 22.110.000 7.078.000 15.032.000

5 1 18.480.000 5.932.000 12.548.000

6 1 17.655.000 6.269.000 11.386.000

7 0,88 15.675.000 5.342.133 10.332.867

8 0,8 15.345.000 5.585.333 9.759.667

9 0,8 14.850.000 5.000.857 9.849.143

10 0,72 12.705.000 4.584.067 8.120.933

11 0,6 10.890.000 4.255.667 6.634.333

12 0,6 10.890.000 3.622.800 7.267.200

13 0,56 10.065.000 3.422.257 6.642.743

14 0,48 8.580.000 2.896.173 5.683.827

15 0,4 7.920.000 2.618.667 5.301.333

Total 12,20 223.905.000 76.306.968 147.598.032

(19)

Lampiran 10. Uji Beda Rata-rata Produktivitas Dengan Sistem Tanam non Jajar Legowo dan Sistem Tanam Jajar Legowo

Group Statistics

sistem_tanam N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

produktivitas non legowo 15 5573,1333 196,60470 50,76312

legowo 15 6485,1333 104,50828 26,98392

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

(20)

Lampiran 11. Uji Beda Rata-rata Pendapatan Dengan Sistem Tanam non Jajar Legowo dan Sistem Tanam Jajar Legowo

Group Statistics

sistem_tanam N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

pendapatan non legowo 15 9839868,8000 3395563,67338 876730,77053

legowo 15 11627931,0667 6482838,76898 1673861,77256

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

(21)

Lampiran 12. Uji Beda Rata-rata Pendapatan Strata I Pada Sistem Tanam Jajar Legowo dan Strata I Sistem Tanam non Jajar Legowo

Group Statistics

Sistemtanam N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

pendapatan legowo 9 7074141,7778 3437664,60739 1145888,20246

non legowo 10 7842717,9000 1804758,25575 570714,67142

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

t df Sig. (2-tailed) Difference Mean Difference Std. Error 95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

pendapatan Equal variances assumed -7,62 17 ,024 -768576 1240187 -3385143 1847990,406

Equal variances

(22)

Lampiran 13. Uji Beda Rata-rata Pendapatan Strata II Pada Sistem Tanam Jajar Legowo dan Strata II Sistem Tanam non Jajar Legowo

Group Statistics

Sistemtanam N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

pendapatan legowo

6 18458615,

0000 2334868,11062 953205,91462

non legowo

5 13834170,

6000 1763888,77652 788835,04181

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

pendapatan

Equal variances

assumed 3,636 9 ,005 4624444 1271826 1747375 7501514

Equal variances not assumed

(23)

Lampiran 14. Pendapatan Berdasarkan Strata Luas Lahan Di Desa Sukamandi Hilir, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang

A. Sistem Tanam Jajar Legowo

Strata Luas Lahan (Ha) Pendapatan (Rp)

I

0,88 12.832.543

0,68 10.178.567

0,64 9.352.133

0,52 7.466.433

0,48 7.461.400

0,4 6.009.400

0,36 5.335.300

0,2 3.033.167

0,16 1.998.333

Total 4,32 63.667.276

Rataan 0,48 7.074.141,80

Strata Luas Lahan (Ha) Pendapatan (Rp)

II

1,4 21.258.357

1,4 20.524.167

1,28 19.086.400

1,2 17.832.190

1,12 17.148.743

1 14.901.833

Total 7,4 110.751.690

(24)

B. Sistem Tanam Non Jajar Legowo

Strata Luas Lahan (Ha) Pendapata(Rp)

I

0,88 10.332.867

0,8 9.759.667

0,8 9.849.143

0,72 8.120.933

0,68 8.835.133

0,6 6.634.333

0,6 7.267.200

0,56 6.642.743

0,48 5.683.827

0,4 5.301.333

Total 6,52 78.427.179

Rataan 0,65 7.842.717,90

Strata Luas Lahan (Ha) Pendapata(Rp)

II

1,28 14.832.520

1,2 15.372.333

1,2 15.032.000

1 12.548.000

1 11.386.000

Total 5,68 69.170.853

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2011. Cara Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Dengan Sistem Tanam Jajar Legowo. Gerbang Pertanian http://

www.gerbangpertanian.com/2011/02/carameningkatkan-produksi-tanamanpadi.html (Diakses pada 12 Desember 2011).

Badan Litbang Pertanian. 2007a. Pengelolaan Tanaman terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Petunjuk Teknis Lapangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Baharsjah, S. 2005. Orientasi Kebijakan Pangan Harus Sesuai Kearah Swasembada. Kompas, 14 Januari 2005.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2004. Pengelolaaan Padi Secara Terpadu. Deli Serdang.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2010. Tanam Padi Cara Jajar Legowo di Lahan Sawah. http:// www.bptpbanten.com/2010/02/tanampadi-legowolahansawah (Diakses pada 1 Januari 2012).

Budianto, D. 2003. Kebijaksanaan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu di Indonesia. Prosiding Lokakarya Pelaksanaan Program Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T) Tahun 2003. Puslitbangtan. Bogor

Ginting, M. 2002. Strategi Komunikasi bagi Para Penyuluh dalam Pembangunan Masyarakat Desa. USU press. Medan.

Mosher, A.T. 1997. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasa Guna. Jakarta.

Notohadiprawiro, T. 2006. Metode Penelitian dan Penulisan Ilmiah. Repro: UGM. Yogyakarta.

Pelita Karawang Online. 2010. Teknologi Mina Padi Dengan Cara Tanam jajar Legowo. http://www.pelitakarawang-online.com/kamis/30/12/2010 (Diakses pada tanggal 1 Januari 2012)

(26)

Permana, S.1995. Teknologi Usahatani Mina Padi Azolla Dengan Cara Tanam Jajar Legowo. Mimbar Saresehan Sistem Usahatani Berbasis Padi di Jawa Tengah. BPTP Ungaran.

Purwanto, S. 2008. Implementasi Kebijakan Untuk Mencapai P2BN. Prosiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.

Sekarmadjapahit. 2012. Tanam Padi Sistem Jajar Legowo. BPTP Banten.

Sembiring, H. 2008. Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi dalam Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional. Prosiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.

Soeharsono, S. 1989. Membangun Manusia Karya. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Soekartawi. 1993. Analisis Usahatani. UI- Press. Jakarta. . 1995. Analisis Usahatani. UI- Press. Jakarta. . 1998. Analisis Usahatani. UI- Press. Jakarta.

(27)

METODOLOGI PENELITIAN

Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sukamandi Hilir, Kecamatan Pagar Merbau,

Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive

(sengaja), karena desa tersebut merupakan salah satu sentra produksi padi yang

cukup besar serta mempertimbangkan waktu dan kemampuan dari jangkauan.

Tabel 1. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Padi di Desa Sukamandi Hilir berdasarkan Tahun 2011

No. Desa/Kelurahan Luas Panen

(Ha)

Sumber : Kantor Camat Pagar Merbau, 2012

Metode Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani padi di Desa Sukamandi Hilir,

Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang. Penggolongan untuk petani

yang melakukan usahatani ini terdiri dari dua jenis yaitu petani yang

menggunakan sistem tanam jajar legowo dan petani yang menggunakan sistem

(28)

Penarikan sampel dilakukan secara acak berlapis (Stratified Random

Sanpling), berdasarkan strata luas lahan yang diusahakan. Jumlah sampel yang

diambil sebanyak 30 petani sampel di Desa Sukamandi Hilir.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada petani

dengan bantuan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan data

sekunder diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian, Kantor

Camat Kecamatan Pagar Merbau, instansi terkait lainnya, buku serta

literatur-literatur yang mendukung penelitian ini.

Metode Analisis Data

1. Identifikasi masalah 1 digunakan analisis deskriptif dengan menggunakan

perhitungan pendapatan.

Biaya dihitung dengan rumus :

TC= FC + VC

Keterangan :

TC : Total Cost

FC : Fixed Cost

VC : Variable Cost

Penerimaan dihitung dengan rumus :

(29)

Keterangan:

TR : Penerimaan Usaha Tani (Rp)

Y : Jumlah Produksi (Kg)

Py : Harga y (Rp/Kg)

Pendapatan dihitung dengan rumus :

I= TR – TC

Keterangan:

I : Income (pendapatan bersih usaha tani)

TR : Total Reveneu (penerimaan usaha tani)

TC : Total Cost (total biaya)

(Soekartawi, 1995)

2. Identifikasi masalah 2 dan 3 dianalisis dengan menggunakan uji beda

rata-rataIndependent sample t-test. Uji ini untuk menguji perbedaan antara

produktivitas dan pendapatan petani yang menggunakan sistem tanam jajar

legowo dan yang tidak menggunakan sistem tanam non jajar legowo.

th =

� − �

−�

keterangan :

th = nilai t hitung

�1

= rata-rata kelompok 1

�2

= rata-rata kelompok 2

(30)

Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi Operasional

1. Petani adalah orang yang melaksanakan dan mengelola usahatani padi pada

sebidang tanah atau lahan.

2. Luas lahan sawah adalah luas lahan yang dipakai untuk komoditi padi dimana

yang dihitung dalam satuan ha.

3. Produksi padi adalah total produksi padi di daerah penelitian yang dihitung

dalam ton.

4. Produktivitas adalah perbandingan antara produksi (ton) terhadap luas lahan

(ha).

5. Sistem tanam jajar legowo adalah rekayasa teknik tanam dengan mengatur

jarak tanam antar rumpun dan antar baris.

6. Sistem tanam non jajar legowo adalah sistem tanam padi yang biasa

dilakukan petani dengan jarak 20 x 20 cm atau lebih rapat lagi.

7. Pendapatan petani adalah pendapatan bersih petani padi diukur dengan satuan

rupiah (Rp).

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian dilakukan di Desa Sukamandi Hilir, Kecamatan Pagar

Merbau Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

(31)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PETANI SAMPEL

Daerah Penelitian

Desa Sukamandi Hilir adalah desa paling utara dari Kecamatan Pagar

Merbau Kabupaten Deli Serdang. Desa Sukamandi Hilir adalah desa pertanian

pangan khususnya pertanian padi dengan dukungan sarana irigasi Sei Ular. Desa

Sukamandi Hilir juga merupakan salah satu lumbung padi di Kecamatan Pagar

Merbau Kabupaten Deli Serdang.

Adapun batas-batas Desa Sukamandi Hilir adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatas dengan : Desa Sidodadi Ramunia

- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Pagar Jati

- Sebelah Timur berbatasan dengan : Sei Ular

- Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Sekip dan Desa Pagar Jati

Desa Sukamandi Hilir mempunyai luas wilayah sebesar ± 456 Ha. Areal

persawahan dimanfaatkan penduduk sebagai lahan pertanian. Kabupaten Deli

Serdang merupakan daerah beriklim tropis sehingga memiliki dua musim yakni

musim kemarau dan musim penghujan. Hal ini sangat berpengaruh langsung

terhadap pola tanam pertanian yang ada di desa Sukamandi Hilir.

Tata Guna Lahan

Berdasarkan luas wilayah yang dimiliki Desa Sukamandi Hilir Kecamatan

Pagar Merbau, maka dapat diklasifikasikan penggunaan lahan yang dapat dilihat

(32)

Tabel 2. Penggunaan Lahan di Desa Sukamandi Hilir Tahun 2011

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

1. Pemukiman 45 9,868

2. Persawahan 391 85,745

3. Perkebunan 5 1,096

4. Perkarangan 13 2,850

5. Perkantoran 2 0,438

Jumlah 456 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Tahun 2012

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang paling luas

adalah lahan persawahan yaitu sebesar 391 Ha, sedangkan penggunaan lahan yang

paling kecil adalah untuk lahan perkantoran yaitu sebesar 2 Ha.

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk perjenis kelamin lebih besar penduduk laki-laki

dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2012 jumlah penduduk laki-laki

sebesar 1.802 orang, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 1.769 orang.

Tabel 3. Distribusi Penduduk Desa Sukamandi Hilir Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011

No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Laki-laki 1802 50,46

2. Perempuan 1769 49,53

Jumlah 3571 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2012

Mata pencaharian utama penduduk Desa Sukamandi Hilir adalah petani.

(33)

Tabel 4. Distribusi Penduduk Desa Sukamandi Hilir Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2011

No. Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Petani 3165 88,63

Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2012

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Desa

Sukamandi Hilir sebahagian besar adalah petani sebesar 3165 orang atau 88,63%.

Sedangkan mata pencaharian terkecil adalah pengrajin dan POLRI sebesar 5

orang atau 0,14%.

Karakteristik Petani Sampel

Responden dalam penelitian ini adalah petani padi sawah. Karakteristik

petani dalam penelitian ini terdiri dari umur, pendidikan, jumlah produksi, dan

luas lahan (Ha). Adapun karakteristik petani sampel yang terdapat di Desa

Sukamandi Hilir, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang adalah

sebagai berikut:

Tabel 5. Karakteristik Petani Sampel yang Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo di Desa Sukamandi Hilir

No. Uraian Rataan Rentang

1 Luas Lahan (ha) 0,781 0,16-1,4

2 Umur (tahun) 47,733 27-67

3 Lama Pendidikan (tahun) 8,600 6-12

4 Jumlah Tanggungan (jiwa) 3,333 1-5

5 Pengalaman Bertani (tahun) 20,600 4-29

(34)

Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik petani sampel

meliputi luas lahan, umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan

pengalaman bertani. Luas lahan yang diusahakan petani rata-rata 0,781 Ha. Umur

petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja

dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani

kecenderungan kemampuan kerja semakin menurun,yang berpengaruh terhadap

produksi yang diperoleh. Hal ini dikarenakan pekerjaan sebagai petani lebih

banyak mengandalkan tenaga fisik. Dari tabel dapat diketahui bahwa rata-rata

umur petani sebesar 47,733 tahun dengan rentang antara 27-67 tahun, umur

tersebut masih termasuk kategori umur produktif yang masih cukup berpotensi

dalam mengoptimalkan usahataninya.

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

mengelola usahatani terutama dalam hal menerima teknologi untuk

mengoptimalkan usahataninya yang sangat erat dengan tingkat pendidikan.

Pendidikan formal yang pernah dicapai petani sampel pada umumnya adalah

lulusan SLTP/sederajat, ada juga yang lulusan SD, SMU/sederajat dan S1. Dari

tabel diatas diperoleh rata-rata 8,600 tahun dengan rentang antara 6-12 tahun.

Jumlah tanggungan petani menjadi salah satu faktor dalam menunjukkan

keberhasilan usahatani. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan

petani padi berkisar 1-5 orang dengan rata- rata 3,333. Ini menunjukan bahwa

jumlah tanggungan petani relatif sedikit sehingga sangat mempengaruhi

kehidupan perekonomian dari masing-masing petani sampel di Desa Sukamandi

(35)

Faktor lain yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan mengelola

usahatani adalah pengalaman bertani. Rata-rata pengalaman bertani petani sampel

adalah 20,600 tahun dengan rentang 4-29 tahun.

Tabel 6. Karakteristik Petani Sampel yang Menggunakan Sistem Tanam Non Jajar Legowo di Desa Sukamandi Hilir

No. Uraian Rataan Rentang

1 Luas Lahan (ha) 0,813 0,16-1,4

2 Umur (tahun) 45,933 27-67

3 Lama Pendidikan (tahun) 8,600 6-12

4 Jumlah Tanggungan (jiwa) 3,333 1-5

5 Pengalaman Bertani (tahun) 18,333 4-29

Sumber : Data primer diolah dari lampiran 1

Dari Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik petani sampel

meliputi luas lahan, umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan

pengalaman bertani. Luas lahan yang diusahakan petani rata-rata 0,813 Ha. Umur

petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja

dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Dari tabel dapat diketahui bahwa

rata-rata umur petani sebesar 45,933 tahun dengan rentang antara 27-67 tahun,

umur tersebut masih termasuk kategori umur produktif yang masih cukup

berpotensi dalam mengoptimalkan usahataninya.

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam

mengelola usahatani terutama dalam hal menerima teknologi untuk

mengoptimalkan usahataninya yang sangat erat dengan tingkat pendidikan.

Pendidikan formal yang pernah dicapai petani sampel pada umumnya adalah

lulusan SLTP/sederajat, ada juga yang lulusan SD, SMU/sederajat dan S1. Dari

tabel diatas diperoleh rata-rata 8,600 tahun dengan rentang antara 6-12 tahun.

Jumlah tanggungan petani menjadi salah satu faktor dalam menunjukkan

(36)

petani padi berkisar 1-5 orang dengan rata- rata 3,333. Ini menunjukan bahwa

jumlah tanggungan petani relatif sedikit sehingga sangat mempengaruhi

kehidupan perekonomian dari masing-masing petani sampel di Desa Sukamandi

Hilir.

Faktor lain yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan mengelola

usahatani adalah pengalaman bertani. Dalam melakukan usahatani, pengalaman

bertani sangat diperlukan. Rata-rata pengalaman bertani petani sampel adalah

18,333 tahun dengan rentang 4-29 tahun.

Deskripsi Variabel Penelitian

Deskripsi variabel penelitian terdiri dari 3 (tiga) yaitu produksi,

produktivitas dan pendapatan.

1. Produksi

Untuk melihat persentase jumlah produksi padi yang menggunakan sistem

tanam jajar legowo di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7. Deskripsi Variabel Penelitian Berdasarkan Produksi Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo di Desa Sukamandi Hilir, Kecamatan Pagar Merbau

Jumlah produksi ( ton)

Jumlah petani (orang) Jumlah Persentase (%) Strata I (<1Ha) Strata II (≥ 1Ha)

1 – 5 8 0 8 53,33

5 – 10 1 6 7 46,67

Jumlah 9 6 15 100

Sumber : Diolah dari lampiran 8

Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah produksi terbesar pada 1-5 ton dengan

(37)

persentase jumlah produksi padi yang menggunakan sistem tanam non jajar

legowo di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 8. Deskripsi Variabel Penelitian Berdasarkan Produksi Melalui Sistem Tanam Non Jajar Legowo di Desa SukamandiHilir, Kecamatan Pagar Merbau

Jumlah produksi ( ton)

Jumlah petani (orang) Jumlah Persentase (%) Strata I (<1Ha) Strata II (≥ 1Ha)

1 - 5 10 0 10 66,67

5 - 10 0 5 5 33,33

Jumlah 10 5 15 100

Sumber : Diolah dari lampiran 8

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah produksi terbesar pada 1-5 ton

dengan persentase 66,67 % sebanyak 10 orang, sedangkan jumlah produksi pada

5-10 ton dengan persentase 33,33 % sebanyak 5 orang.

2. Produktivitas

Untuk melihat persentase jumlah produktivitas padi yang menggunakan

sistem tanam jajar legowo di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah

ini :

Tabel 9. Deskripsi Variabel Penelitian Berdasarkan Produktivitas Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo di Desa SukamandiHilir, Kecamatan Pagar Merbau

Jumlah produktivitas

( Kg/Ha)

Jumlah petani (orang) Jumlah Persentase (%) Strata I (<1Ha) Strata II (≥ 1Ha)

< 5 0 0 0 0

≥ 5 9 6 15 100

Jumlah 9 6 15 100

(38)

Tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah produktivitas terbesar pada 5 Kg/Ha

dengan persentase 100 % sebanyak 15 orang, sedangkan jumlah produktivitas

pada< 5 Kg/Ha dengan persentase 0 % . Untuk melihat persentase jumlah

produktivitas padi yang menggunakan sistem tanam non jajar legowo di daerah

penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 10. Deskripsi Variabel Penelitian Berdasarkan Produktivitas Melalui Sistem Tanam Non Jajar Legowo di Desa SukamandiHilir, Kecamatan Pagar Merbau

Jumlah produktivitas

( Kg/Ha)

Jumlah petani (orang) Jumlah Persentase (%) Strata I (<1Ha) Strata II (≥ 1Ha)

< 5 4 2 6 40

≥ 5 6 3 9 60

Jumlah 10 5 15 100

Sumber : Diolah dari lampiran 8

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah produktivitas terbesar pada 5

Kg/Ha dengan persentase 40 % sebanyak 6 orang, sedangkan jumlah

produktivitas pada< 5 Kg/Ha dengan persentase 60 % sebanyak 9 orang.

3. Pendapatan

Untuk melihat persentase jumlah pendapatan petani yang menggunakan

sistem tanam jajar legowo di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah

ini :

Tabel 11. Deskripsi Variabel Penelitian Berdasarkan PendapatanMelalui Sistem Tanam Jajar Legowo di Desa Sukamandi Hilir, Kecamatan Pagar Merbau

Jumlah pendapatan

( Rp)

Jumlah petani (orang) Jumlah Persentase (%) Strata I (<1Ha) Strata II (≥ 1Ha)

< 10 juta 7 0 7 46,67

≥ 10 juta 2 6 8 53,33

(39)

Tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan terbesar yang diperoleh

petani yaitu ≥ Rp10 juta dengan persentase 53,33 % sebanyak 8 orang, sedangkan

jumlah pendapatan terkecil petani yaitu < Rp 10 juta dengan persentase 46,67 %

sebanyak 7 orang. Untuk melihat persentase jumlah pendapatan petani yang

menggunakan sistem tanam non jajar legowo di daerah penelitian dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 12. Deskripsi Variabel Penelitian Berdasarkan Pendapatan Melalui Sistem Tanam Non Jajar Legowo di Desa Sukamandi Hilir, Kecamatan Pagar Merbau

Jumlah pendapatan

( Rp)

Jumlah petani (orang) Jumlah Persentase (%) Strata I (<1Ha) Strata II (≥ 1Ha)

< 10 juta 9 0 9 60

≥ 10 juta 1 5 6 40

Jumlah 10 5 15 100

Sumber : Diolah dari lampiran 9

Tabel 12 dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan yang diperoleh petani

terbesar yaitu < Rp 10 juta dengan persentase 60 % sebanyak 9 orang, sedangkan

jumlah pendapatan terkecil petani yaitu ≥ Rp 10 juta dengan persentase 40 %

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada petani yang melakukan usahatani padi sawah

di Desa Sukamandi Hilir, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang

dengan tujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan petani padi sawah yang

menggunakan sistem tanam jajar legowo dan sistem tanam non jajar legowo.

Hasil Analisis Sistem Tanam Jajar Legowo Mampu Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani

Petani dengan pendapatan tinggi akan lebih mudah melakukan sesuatu

yang diinginkan sehingga akan lebih efektif dalam berpartisipasi. Pada umumnya

padi yang dikelola oleh petani sampel di Desa Sukamandi Hilir ini adalah padi

sawah irigasi. Rataan tingkat produktivitasdan pendapatan petani padi di daerah

penelitian dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 13. Tingkat Produktivitas Dan Pendapatan Petani Padi Sawah Di Desa Sukamandi Hilir

Sumber : Data diolah dari lampiran 8 dan lampiran 9

Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani harus

mempertimbangkan harga jual dari produksi serta produktivitasnya. Produksi

adalah proses pendayagunaan segala sumber yang telah tersedia untuk

mewujudkan hasil yang terjamin kualitas dan kuantitasnya, terkelola dengan baik

Teknologi Tanam Produktivitas (Kg/Ha) Pendapatan (Rp)

Total Rataan Total Rataan

(41)

sehingga merupakan komoditi yang dapat diperdagangkan.Yang termasuk dalam

faktor-faktor produksi pertanian adalah : tanah, tenaga kerja, modal, pengelolaan .

Penerapan suatu teknologi apabila dilakukan secara optimal oleh petani

maka akan menghasilkan produktivitas yang tinggi untuk suatu lahan usahatani.

Pada Tabel 13, produktivitas yang menggunakan sistem tanam jajar legowo yaitu

sebesar 97.277,48 kg/ha dengan rata-rata adalah 6.485,17 kg/ha, sedangkan

produktivitas yang menggunakan sistem tanam non jajar legowo yaitu sebesar

83.596,65 kg/ha dengan rata-rata adalah 5.573,11kg/ha. Penggunaan bibit unggul

dapat mempengaruhi peningkatan produktivitas padi karena benih bermutu akan

menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak, bibit yang baik akan

menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan yang seragam, bibit dari benih

yang baik dapat tumbuh lebih cepat dan tegar sehingga mampu meningkatkan

produktivitas padi.

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa total pendapatan dari keseluruhan

sampel petani padi sawah di Desa Sukamandi Hilir pada sistem tanam non jajar

legowo total pendapatan dari keseluruhan yang diperoleh yaituRp 147.598.032/Ha

dengan rataan sebesar Rp 9.839.868,83, sedangkan pada tanam jajar legowo yaitu

sebesar Rp 174.418.967/Ha dengan rataan sebesar Rp11.627.931,111. Pendapatan

bersih merupakan hasil yang diterima dari usahatani padi setelah mengurangi

penerimaan dengan biaya produksi. Fhadoli menyatakan bahwa usahatani dalam

operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan serta dana untuk kegiatan diluar usahatani.

Dari hasil yang terlihat pada Tabel 13, maka hipotesis kesatu dapat

(42)

dan pendapatan petani dengan meningkatkan penerapan sistem tanam yang lebih

baik di Desa Sukamandi Hilir.

Perbandingan Produktivitas Dan Pendapatan Petani yang Menggunakan Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Menggunakan Sistem Tanam non Jajar Legowo

a. Hasil Perbandingan Produktivitas Petani Pada Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Non Jajar Legowo

Perbedaan produktivitas petani yang menggunakan sistem tanam jajar

legowo dengan sistem tanam non jajar legowo di Desa Sukamandi Hilir dapat

dilihat dari hasil uji beda rata-rata pada tabel dibawah.

Tabel 14. Uji Beda Rata-rata Produktivitas

Sistem tanam jajar legowo

Sistem tanam

non jajar legowo T-hitung T-tabel Kesimpulan

6485,13 kg/ha 5573,13 kg/ha 15,86 1,76 H0 ditolak, H1 diterima Sumber : data diolah dari lampiran 10

H0 = Tidak ada perbedaan produktivitas pada sistem tanam jajar legowo dengan

produktivitas pada sistem tanam non jajar legowo

H1 = Ada perbedaan produktivitas pada sistem tanam jajar legowo dengan

produktivitas pada sistem tanam non jajar legowo

Thitung≤ Ttabel(α;n-1); terima H0, tolak H1

Thitung≥ Ttabel(α;n-1); tolak H0, terima H1

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa produktivitas rata-rata/kg/ha dengan

menggunakan sistem tanam jajar legowo 6485,13, sedangkan produktivitas

rata-rata/kg/ha dengan menggunakan sistem tanam non jajar legowo adalah 5573,13

(43)

Petani sering menganggap bahwa semakin sempit jarak tanam maka hasil

akan semakin banyak karena banyaknya populasi yang di tanam. Dari tabel diatas

menunjukkan bahwa pada tanam jajar legowo, jarak tanam memiliki peran

penting dalam produksi tanaman karena semakin banyak sinar matahari yang

mengenai tanaman serta memiliki kebebasan dalam memperoleh unsur hara

sehingga proses fotosintesis oleh daun tanaman semakin tinggi.

Dengan demikian pada α = 0,05 produktivitas pada sistem tanam jajar legowo

secara nyata lebih besar daripada produktivitas pada sistem tanam non jajar

legowo, maka dapat dijawab hipotesis kedua yang menyatakan tidak adanya

perbedaan produktivitas dengan menggunakan sistem tanam jajar legowo tidak

dapat diterima.

b. Hasil Perbandingan Pendapatan Pada Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tanam Non Jajar Legowo

Analisis Usahatani Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tanam

(44)

Tabel 15. Analisis Usahatani Padi Sawah Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tanam Non Jajar Legowo Di Desa Sukamandi Hilir

Sumber : data diolah dari lampiran 1-9

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa besarnya pendapatan petani dalam usahatani

melalui sistem tanam jajar legowo ini dibandingkan dengan pendapatan yang

diperoleh petani melalui sistem tanam non jajar legowo. Besarnya selisih

pendapatan antara sistem tanam jajar legowo dengan sistem tanam non jajar

legowo sebesar Rp 1.788.062,28. Sedangkan untuk selisih produksi antara sistem

tanam jajar legowo dengan sistem tanam non jajar legowo sebesar 537,34 kg.

No. Uraian Sistem Tanam Jajar Legowo Sistem Tanam Non Jajar Legowo

(45)

Untuk mengetahui perbedaan pendapatan yang menggunakan sistem

tanam jajar legowo dan sistem tanam non jajar legowo di Desa Sukamandi Hilir

dapat dilihat dari hasil uji beda rata-rata pada tabel dibawah.

Tabel 16. Uji Beda Rata-rata Pendapatan

Sistem tanam jajar legowo

Sistem tanam

non jajar legowo T-hitung T-tabel Kesimpulan

Rp 11.627.931,11 Rp 9.839.868,83 11,94 1,76 H0 ditolak, H1

diterima Sumber : data diolah dari lampiran 11

H0 = Tidak ada perbedaan pendapatan sistem tanam jajar legowo dengan

pendapatan sistem tanam non jajar legowo

H1 = Ada perbedaan pendapatan sistem tanam jajar legowo dengan pendapatan

sistem tanam non jajar legowo

Thitung≤ Ttabel(α;n-1); terima H0, tolak H1

Thitung≥ Ttabel(α;n-1); tolak H0, terima H1

Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa pendapatan rata-rata/ha dengan

menggunakan sistem tanam jajar legowo adalah Rp 11.627.931,11, sedangkan

pendapatan rata-rata/ha dengan menggunakan sistem tanam non jajar legowo

adalah Rp 9.839.868,83. Dilihat dari hasil uji beda rata-rata diatas terlihat bahwa

thitung > ttabel (11,94 > 1,76) yang berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.

Dengan demikian pada α = 0,05 pendapatan pada sistem tanam jajar legowo

secara nyata lebih besar daripada pendapatan pada sistem tanam non jajar legowo

dan hipotesis kedua yang menyatakan adanya perbedaan pendapatan dengan

(46)

Perbandingan Pendapatan Petani Berdasarkan Strata Luas Lahan

Hasil Analisis Perbandingan Pendapatan Strata I (<1 Ha) Dengan Strata II

(≥ 1Ha) Pada Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Non Jajar Legowo

Perbedaan pendapatan petani yang menggunakan sistem tanam jajar

legowo dan sistem tanam non jajar legowo dapat dibedakan berdasarkan strata

luas lahan, yaitu strata I (<1 Ha) dan strata II (≥ 1Ha). Untuk mengetahui

perbedaan pendapatan pada strata I dengan strata II pada sistem tanam jajar

legowo dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 17. Uji Beda Rata-rata Pendapatan Berdasarkan Strata Luas Lahan

Sumber : data diolah dari lampiran 12,13

Kriteria pengambilan keputusan :

Jika signifikansi < α maka H0 tidak diterima dan H1 diterima,

Jika signifikansi ≥ α maka H0 diterima dan H1 tidak diterima.

Uji Signifikansi :

H0 = Tidak ada perbedaan pendapatan sistem tanam jajar legowo dengan sistem

tanam non jajar legowo

H1 = Ada perbedaan pendapatan sistem tanam jajar legowo dengan sistem tanam

non jajar legowo

Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa hasil uji beda rata-rata pada strata I

antara sistem tanam jajar legowo dengan sistem tanam non jajar legowo diperoleh

nilai signifikansi 0,024 < 0,05 berarti H0 ditolak, H1 diterima. Dari hasil uji beda No. Strata Luas

Lahan

(47)

jajar legowo diperoleh nilai signifikansi 0,005 < 0,05 berarti H0 ditolak, H1

diterima, maka kedua sistem tanam ini memiliki nilai rata-rata yang berbeda.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga menyatakan bahwa

adanya perbedaan pendapatan antara sistem tanam jajar legowo dengan sistem

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem tanam jajar legowo dapat meningkatkan produktivitas sebesar

6.485,17 Kg/Ha dengan pendapatan sebesar Rp. 11.627.931,11 sedangkan

dengan menggunakan sistem tanam non jajar legowo menghasilkan

produktivitas sebesar 5.573,11 Kg/Ha dengan pendapatan sebesar Rp.

9.839.868,83.

2. Hasil analisis produktivitas yang menggunakan sistem tanam jajar legowo

(6.485,13 Kg/Ha) lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas pada sistem

tanam non jajar legowo (5.573,13 Kg/Ha); sedangkan pendapatan pada

sistem tanam jajar legowo ( Rp. 11.627.931) lebih tinggi dibandingkan

dengan pendapatan pada sistem tanam non jajar ( Rp. 9.839.869).

3. Perbandingan pendapatan pada strata luas lahan I dan strata luas lahan II

adalah adanya perbedaan pendapatan antara sistem tanam jajar legowo

(49)

Saran

1. Kepada petani adalah :

Petani diharapkan untuk lebih memperhatikan pola sistem tanam yang

digunakan agar dapat meningkatkan pendapatannya.

2. Kepada pemerintah adalah :

Pemerintah membantu petani memperkenalkan sistem tanam jajar legowo

sehingga tingkat ketercapaian teknologi ini dapat diterapkan petani lebih baik

lagi.

3. Kepada peneliti selanjutnya adalah :

Untuk peneliti agar dapat mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai

(50)

TINJAUAN PUSTAKA

Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang

punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian desa. Sejak tahun awal

2007 pemerintah telah bertekad untuk meningkatkan produksi beras 2 juta ton

pada tahun 2007 dan selanjutnya meningkat 5% per tahun hingga tahun 2009.

Untuk mencapai target atau sasaran tesebut maka diluncurkan Program

Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dengan mengimplementasikan 4

(empat) strategi program yaitu:

1. Peningkatan produktivitas; antara lain dengan menggunakan bibit varietas

yang bermutu,

2. Perluasan areal; tanam diutamakan pada wilayah yang pernah menjadi sentra

produksi padi,

3. Pengamanan produksi; dengan memberikan bantuan sarana pascapanen, dan

4. Kelembagaan dan pembiayaan serta peningkatan koordinasi; dengan

menguatkan peran gabungan kelompok yani dan kemitraan

(Badan Litbang Pertanian, 2007a; Purwanto, 2008).

Ini sesuai dengan visi-visi pembangunan pertanian nasional tahun 2010-2014

yaitu terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumber

daya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah dan ekspor

(51)

Soekartawi (1995) menjelaskan bahwa pendapatan adalah selisih antara

penerimaan dan semua biaya dalam usahatani. Dimana penerimaan usahatani

merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dalam

hal usaha tani, modal sangat diperlukan sebab dengan adanya modal petani dapat

membeli semua keperluan yang dibutuhkan untuk lahan sawahnya misalnya beli

bibit unggul, pupuk, pestisida, membayar upah buruh tani dan lain sebagainya.

Untuk itulah modal memiliki peran penting dalam menentukan produksi serta

produktivitas.

Jumlah pendapatan yang besar menunjukkan besarnya modal yang

dimiliki untuk mengelola usahataninya sedangkan jumlah pendapatan yang kecil

menunjukkan investasi yang menurun sehingga berdampak buruk terhadap

usahataninya (Soekartawi, 1993).

Landasan Teori

Sebagaimana telah diketahui pada umumnya petani masih mengalami

kesulitan dalam usaha meningkatkan taraf hidupnya. Hambatan-hambatan yang

dihadapi oleh petani dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat

berupa lemahnya modal, rendahnya tingkat pendidikan, dan minimnya

ketrampilan serta lemahnya pengetahuan yang dimiliki oleh petani itu sendiri.

Fasilitas yang dapat diberikan untuk petani itu sendiri dapat berupa sarana

produksi pertanian seperti varietas bibit unggul, pupuk, obat-obatan, pembasmi

hama dan lain sebagainya (Soekartawi, 1998).

Penelitian Mosher (1997), menyebutkan bahwa lahan pertanian sebagai

(52)

dirinya. Aset ini berpengaruh terhadap besarnya pendapatan yang mereka peroleh

dari pengelolaan lahan tersebut. Lahan sempit tentu saja hasil yang diperoleh juga

tidak memadai, pendapatan yang mereka peroleh juga rendah.

Menurut Sembiring (2008) keberhasilan peningkatan produksi padi lebih

banyak disumbangkan oleh peningkatan produktivitas dibandingkan dengan

peningkatan luas panen. Pada periode 1971-2006 peningkatan produktivitas

memberikan kontribusi sekitar 56,1%, sedangkan peningkatan luas panen dan

interaksi keduanya memberikan kontribusi masing-masing 26,3% dan 17,5%

terhadap peningkatan produksi padi.

Menurut Soeharsono (1989), menyatakan bahwa usaha tani yang bagus

sebagai usahatani yang produktif dan efisien yang sudah sering dibicarakan

sehari-hari. Usahatani yang produktif berarti usahatani yang produktivitasnya

tinggi. Maksud dari produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara

konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur

banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan (input).

Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan

tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi

bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Oleh karena itu,

secara teknis produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi (usaha) dan

kapasitas (tanah).

Menurut Soeharsono (1989), menyatakan bahwa kualitas manusia

(pendidikan, ketrampilan, dan keahlian) yang rendah mengakibatkan rendahnya

pemanfaatan teknologi dan inovasi dalam proses produksi, tidak hanya

(53)

akan rendah. Dengan rendahnya tingkat kualitas sumber daya manusia,

kemampuan dalam pengembangan teknologi punakan semakin rendah pula. Hal

ini disimpulkan dengan adanya perbedaan perkembangan kondisi wilayah maupun

kondisi masyarakatnya. Keberhasilan penyuluh pertanian pada suatu desa dapat

mendorong perubahan karakteristik masyarakat, dimana dapat mempengaruhi

produktivitas kerja petani dalam menerapkan inovasi-inovasi baru.

Penyebab semakin berkurangnya produktivitas padi sawah antara lain

ketidakterpaduannya pengelolaan lahan dan kurangnya perhatian terhadap upaya

pelestarian lahan dan lingkungan. Di sisi lain, terabaikannya penggunaan bahan

organik dan intensifnya pemberian pupuk kimia untuk mengejar hasil tinggi telah

menurunkan bahan organik tanah dan unsur hara. Akibat lebih lanjut dari kondisi

ini adalah menurunnya kemampuan tanah menyimpan dan melepaskan unsur hara

dan air bagi tanaman-tanaman, sehingga dapat mengurangi efisiensi penggunaan

pupuk dan air irigasi. Berbagai upaya untuk meningkatkan produksi tanaman padi

telah dilakukan oleh petani-petani, baik dengan penggunaan bibit unggul,

pemupukan yang tepat, pengairan yang cukup, pengendalian hama penyakit dan

(54)

Sistem Tanam Jajar Legowo

Gambar 1. Sistem Tanam jajar legowo

Legowo menurut bahasa Jawa berasal dari kata “Lego” yang berarti luas

dan “dowo” yang berarti panjang. Pada prinsipnya sistem tanam jajar legowo

adalah meningkatkan populasi dengan cara mengatur jarak tanam. Selain itu

sistem ini juga memanipulasi lokasi tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi

dibuat menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak. Seperti kita ketahui

tanaman padi yang berada dipinggir akan menghasilkan produksi lebih tinggi dan

kualitas gabah yang lebih baik, hal ini disebabkan karena tanaman tepi akan

mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak (Anonimus, 2001).

Legowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam

antar rumpun maupun antar barisan, sehingga terjadi pemadatan rumpun padi

didalam barisan dan memperlebar jarak antar barisan. Pada sistem jajar legowo

dua baris semua rumpun padi berada di barisan pinggir dari pertanaman.

(55)

berada di barisan pinggir hasilnya 1,5 – 2 kali lipat lebih tinggi dari produksi pada

yang berada di bagian dalam. Disamping itu sistem Legowo yang memberikan

ruang yang luas (lorong) sangat cocok dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan

(minapadi Legowo).

Keuntungan Sistem Tanam Jajar Legowo

1. Masa pemeliharaan ikan dapat lebih lama, yaitu 70-75 hari. Dibandingkan

dengan cara tandur jajar biasa yang hanya 45 hari,

2. Jumlah rumpun padi meningkat sampai 33% /ha. Semua barisan rumpun

tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberikan hasil lebih

tinggi (efek tanaman pinggir),

3. Memudahkan pemeliharaan tanaman,

4. Hasil ikan yang diperoleh dapat menutupi sebagian biaya usaha tani,

5. Dapat meningkatkan pendapatan usahatani antara 30-50%,

6. Pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih mudah,

7. Penyediaan ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong

mas,dan

8. Penggunaan pupuk lebih berdaya guna.

Perspektif sistem usahatani padi-ikan dalam meningkatkan pendapatan petani

adalah jika hasil padi telah mencapai tingkat maksimum sampai batas potensi

genetik varietas dan daya dukung lingkungan (carrying capacity), maka sasaran

program intensifikasi adalah mempertahankan tingkat produktivitas padi dan

meningkatkan pendapatan petani. Rekayasa teknik tanam padi dengan cara tanam

(56)

meningkatkan produksi padi sebesar 12-22%. Disamping itu sistem legowo yang

memberikan ruang yang luas (lorong) sangat cocok dikombinasikan dengan

pemeliharaan ikan (minapadi legowo). Hasil ikan yang diperoleh mampu menutup

sebagian biaya usahatani (Pelita Karawang Online, 2010).

Tipe Sistem Tanam Jajar Legowo

1. Jajar legowo 2:1. Setiap dua baris diseling satu barisan kosong dengan lebar

dua kali jarak dalam barisan. Namun jarak tanam dalam barisan yang

memanjang dipersempit menjadi setengah jarak tanam dalam barisan. Dengan

demikian, jarak tanam pada tipe jajar legowo 2:1 adalah 20cm (antar barisan)

× 10cm (barisan pinggir) × 40cm (barisan kosong).

Gambar 2. Jajar Legowo 2:1

2. Jajar legowo 3:1. Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong

(57)

demikian, jarak tanam legowo tipe 3:1 adalah 25 cm (jarak antar barisan) x 15

cm (jarak dalam barisan) x 50 cm (jarak lorong). Umumnya, bila jarak antar

barisan adalah 25 cm maka jarak dalam barisan adalah 15 cm sedangkan bila

jarak antar barisannya adalah 20 cm maka jarak dalam barisan adalah 10 cm.

Modifikasi jarak antar barisan dan dalam barisan disesuaikan untuk tujuan

peningkatan populasi tanaman padi dan penciptaan iklim mikro yang tidak

mengundang timbulnya hama dan penyakit.

Gambar 3. Jajar Legowo 3:1

3. Jajar legowo 4:1. Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong

dengan lebar dua kali jarak dalam barisan, demikian seterusnya. Jarak tanam

yang dipinggir setengah dari jarak tanam yang di tengah. Dengan demikian,

jarak tanam pada tipe legowo 4:1 adalah 20cm (antar barisan tengah dan pada

barisan tengah) × 10cm (barisan pinggir) × 40cm (barisan kosong). Menurut

Sekarmadjapahit (2012) tipe sistem tanam jajar legowo (4:1) dipilih sebagai

anjuran kepada petani untuk diterapkan dalam rangka peningkatan produksi

(58)

serta mempertimbangkan tingkat efisiensi dan efektifitas biaya produksi

dalam penggunaan puppuk dan benih serta pengaruhnya terhadap hasil

produksi tanaman padi.

Gambar 4. Jajar Legowo 4:1

Jarak tanam pada cara tanam legowo bisa dimodifikasi dengan berbagai

pertimbangan. Secara umum, jarak tanam yang dipakai adalah 20 cm dan bisa

dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang

akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Demikian juga pada tanah yang

kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm, sedangkan pada tanah

yang lebih subur perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar 22 cm x 22 cm atau

pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya 25 cm x 25 cm. Pemilihan ukuran

(59)

Manfaat Sistem Tanam Jajar Legowo

1. Memanfaatkan sinar matahari bagi tanaman yang berada pada bagian pinggir

barisan. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai tanaman, maka

proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin tinggi sehingga akan

mendapatkan bobot buah yang lebih berat.

2. Mengurangi kemungkinan serangan hama, terutama tikus. Pada lahan yang

relatif terbuka, hama tikus kurg suka tinggal didalamnya.

3. Menekan serangan penyakit. Pada lahan yang relatif terbuka, kelembaban

akan semakkin berkurang, sehingga serangan penyakit juga akan berkurang.

4. Mempermudah pelaksanaan pemupukan dan pengendalian hama/ penyakit.

Posisi orang yang melaksanakan pemupukan dan pengendalian

hama/penyakit bisa leluasa pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo.

5. Menambah populasi tanaman, sehingga juga dapat meningkatkan produksi

tanaman padi.

6. Memperbaiki kualitas gabah dengan semakin banyaknya tanaman pinggir.

7. Menambah jumlah tanaman padi (Anonimus, 2011).

Kelemahan sistem tanam jajar legowo antara lain:

1. Membutuhkan tenaga kerja untuk tanaman yang lebih banyak dan waktu

tanam yang lebih lama pula, karena cara tanamnya satu per satu.

2. Membutuhkan benih yang lebih banyak dengan semakin banyaknya populasi,

3. Biasanya pada legowonya akan lebih banyak ditumbuhi rumput.

4. Menurut penelitian yang saya lakukan cara penerapannya lebih rumit

(60)

Kerangka Pemikiran

Petani adalah individu yang melakukan usahatani. Usahatani yang

dimaksud yaitu berupa usaha yang dilakukan oleh petani pemilik, penggarap atau

penyewa lahan pada sebidang tanah yang dikuasainya, tempat petani mengelola

input produksi yang tersedia dengan segala pengetahuan dan kemampuannya

untuk memperoleh hasil.Di desa Sukamandi Hilir ini menggunakan dua sistem

tanam yang berbeda, yaitu yang menggunakan sistem tanam jajar legowo dan

sistem tanam non jajar legowo.

Penyebab rendahnya produktivitas petani dikarenakan berbagai faktor,

salah satunya yaitu pengaturan jarak tanam yang salah. Jarak tanam yang

digunakan mempengaruhi tinggi rendahnya produksi dan produktivitas. Jumlah

produksi dan produktivitas dapat diketahui setelah adanya hasil yang dicapai yaitu

melalui panen berikutnya, dimana antara perbedaan pendapatan yang diterima

oleh petani dapat dilihat dari pendapatan yang diperoleh setelah menghitung

(61)

Gambar 5. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Adanya hubungan _ _ _ _ _ _ : Membandingkan

Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan produktivitas dan pendapatan petani yang nyata yang

menggunakan sistem tanam jajar legowo dengan yang menggunakan

sistem tanam non jajar legowo.

2. Ada perbedaan pendapatan petani dimasing-masing strata luas lahan. Petani Padi

Pendapatan Pendapatan

Produksi Produksi

Tidak Menggunakan Teknologi Tanam

Jajar Legowo

Produktivitas Produktivitas

Menggunakan Teknologi Tanam

(62)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi merupakan komoditas tanaman pangan yang strategis dan menjadi

prioritasdalam menunjang program pertanian, sampai saat ini usahatani padi di

Indonesia masih menjadi tulang punggung perekonomian pedesaan Budianto

(2003). Dengan ini Dinas Pertanian bekerja sama dengan penyuluh pertanian

mencari suatu cara terbaru untuk meningkatkan produksi pertanian dengan cara

meningkatkan nilai jual atau kualitas produksi pertanian karena mampu

meningkatkan kesejahteraan petani (Baharsjah, 2005).

Rendahnya penerapan teknologi budidaya tampak dari besarnya

kesenjangan potensi produksi yang diperoleh oleh petani. Hal ini disebabkan

karena pemahaman dan penguasaan penerapan paket teknologi baru yang kurang

dapat dipahami oleh petani secara utuh sehingga penerapan teknologinya

setengah-setengah (Yusdja, dkk, 2004).

Dalam upaya pencapaian target program Peningkatan Produksi Beras

Nasional (P2BN) pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian melalui Badan

Pengembangan dan Penelitian telah banyak mengeluarkan rekomendasi untuk

diaplikasikan oleh petani. Salah satu rekomendasi ini adalah penerapan sistem

tanam jajar yang benar dan baik melalui pengaturan jarak tanam yang dikenal

dengan “Sistem Tanam Jajar Legowo” (Purwanto, 2008).

Sistem tanam legowo merupakan cara tanam padi sawah yang memiliki

beberapa barisan tanaman kemudian diselingi oleh satu baris kosong dimana jarak

tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanaman pada baris tengah. Salah

(63)

Legowo 2:1, semua maupun tanaman seolah-olah berada pada barisan pinggir

pematang, sedangkan pada cara tanam Jajar Legowo 4:1, separuh tanaman berada

pada bagian pinggir (mendapat manfaat border effect).

Penerapan sistem tanam jajar legowo terbukti dapat meningkatkan nilai

produksi dikarenakan rumpun padi yang berada pada barisan pinggir hasilnya

lebih besar dibandingkan produksi rumpun padi yang berada di bagian dalam.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menganalisis komparasi usaha tani petani

padimelalaui sistem tanam jajar legowo di Desa Sukamandi Hilir Kecamatan

Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

Identifikasi Masalah

1. Apakah sistem tanam jajar legowo ini mampu meningkatkan produktivitas

dan pendapatan petani dibandingkan dengan sistem tanam non jajar legowo?

2. Apakah ada perbedaan produktivitas dan pendapatanpetani yang

menggunakan sistem tanam jajar legowo dengan sistem tanam non jajar

legowo?

3. Apakah ada perbedaan pendapatan luas lahan strata I (< 1Ha) dengan strata II

( ≥ 1Ha) pada sistem tanam jajar legowo dengan sistem tanam jajar non

legowo; luas lahan strata I (< 1Ha) dengan strata II ( ≥ 1Ha) pada sistem

tanam non jajar legowo; strata I (< 1Ha) pada sistem tanam jajar legowo

dengan strata I (< 1Ha) pada sistem tanam non jajar legowo dan strata II ( ≥

1Ha) pada sistem tanam jajar legowo dengan strata II ( ≥ 1Ha) pada sistem

Gambar

Tabel 1. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Padi di Desa Sukamandi Hilir berdasarkan Tahun 2011
Tabel 2. Penggunaan Lahan di Desa Sukamandi Hilir Tahun 2011
Tabel 4. Distribusi Penduduk Desa Sukamandi Hilir Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2011
Tabel 6. Karakteristik Petani Sampel yang Menggunakan Sistem Tanam Non Jajar Legowo di Desa Sukamandi Hilir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi petani terhadap teknologi sistem tanam jajar legowo pada tanaman padi, keuntungan usahatani padi sawah dengan

Mengacu pada total penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan pada kegiatan usahatani padi sawah sistem tanam jajar legowo, maka besarnya pendapatan yang

Mengacu pada total penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan pada kegiatan usahatani padi sawah sistem tanam jajar legowo, maka besarnya pendapatan yang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah sistem tanam jajar legowo mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani di daerah penelitian,

Sistem tanam jajar legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan pola. beberapa barisan tanaman yang diselingi satu barisan

Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Padi Dengan Sistem Tanam Jajar Legowo Penerimaan usaha tani padi sistem tanam Jajar Legowo diperoleh dengan cara mengalikan

Total Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah Dengan Sistem Jajar Legowo di Kecamatan Sakra Timur Kabupaten Lombok Timur Musim Tanam 2016/2017 No Uraian Jumlah Rp/LLG Jumlah

Perbandingan efisiensi produksi usahatani padi sawah secara teknis lebih efisien sistem tanam konvensional dari pada sistem tanam jajar legowo berarti bahwa dalam pengolahan rata-rata